Monday, May 29, 2017

Gereja dan Disiplin yang Alkitabiah


Pdt. Benny Tjen

Mat 18:15-20
15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
16  Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
17  Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
18  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
20  Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Pendahuluan

Hari ini kita akan memikirkan sebuah tema yang bagi saya tidak mudah yaitu ‘Gereja dan Disiplin yang Alkitabiah’. Berbicara gereja berarti berbicara hal yang penting sekali. Suatu kali di daerah pegunungan di Amerika Serikat , cuacanya dingin sekali. Ada sebuah keluarga berdiam di kaki gunung, bekerja sebagai petani dan mempunyai seorang anak yang berusia  sekitar 5 tahun. Suatu hari suami - istri bekerja dan meninggalkan anaknya sendirian. Ternyata waktu pulang mereka baru sadar bahwa anaknya tidak ada! Mereka pun mencari anaknya di dalam rumah dan di luar (pekarangan). Tidak ada! Padahal cuaca begitu dingin. Mereka panik dan meminta pertolongan penduduk sekitar dan dengan pertolongan penduduk lainnya mereka segera bergerak. Setelah mencari selama 3 jam ternyata tidak ada hasilnya karena daerah tempat mereka mencari sangat luas. Sudah hampir tengah malam mereka mencari sehingga kecapaian dan hasilnya tidak ada. Suami istri petani itu begitu risau. Lalu ada yang mengusulkan untuk mencari sekali lagi tapi dengan cara mereka bergandengan tangan membentuk barisan yang panjang, baru mereka menyisir dan menyusuri padang. Di tengah keputusasaan, akhirnya mereka sepakat untuk mencoba sekali lagi. Perlahan-lahan mereka berjalan dari satu ladang ke ladang lain di tengah cuaca yang sangat dingin. Herannya tidak lama kemudian ketemu lah anak tersebut. Anak itu berada di tengah ladang, namun ia sudah tidak bisa kembali ke rumah karena sudah menjadi mayat. Mayat anak itu pun dibawa pulang ke rumah. Dalam beberapa hari perkabungan di rumah suami – istri tersebut ada satu kalimat yang terus menerus diucapkan mereka berdua. Kalimat-nya bernada penyesalan. Mereka sungguh menyesali, “Mengapa tidak sejak awal kita bergandengan tangan mencari anak kami. Kalau sejak awal bergandengan tangan, anak kami tidak akan mati dan tertolong.” Kata–kata itu terus diucapkan di tengah kedukaan mereka. Saya berharap keadaan ini tidak terjadi di tengah-tengah gereja. Begitu banyak tantangan yang harus dipikul oleh gereja dan begitu banyak kebutuhan yang harus ada di dalam gereja. Siapa yang harus kerjakan dan pikul? Kita harus bergandengan tangan satu dengan yang lainnya. Kalau tidak , mungkin sudah terlambat.

Saya melihat ada program Gertak (Gerakan Tepat Waktu) di GKKK Mabes. Program ini sangat penting karena sangat berpengaruh kepada pelayanan Tuhan. Ada rumor tentang memilih hamba Tuhan yang dilihat dari lulusan mana : STh, MTh atau Phd. Bila diminta pilih maka yang dipilih adalah hamba Tuhan yang bergelar Phd. Jemaat pun memiliki gelar yang sama : STh, MTh atau Phd. STh adalah gelar yang diperoleh setelah 5 tahun kuliah di seminari. Setara dengan itu, jemaat ada yang  sudah 5 tahun menjadi orang Kristen, sudah biasa dan tahu tapi tetap saja telat gelarnya STh yaitu Suka Telat Hadir. Dari STh ke MTh kuliah lagi selama 3 tahun lagi ditambah pelayanan 2 tahun. Mungkin ada jemaat yang sudah 10-15 tahun menjadi orang Kristen. Jemaat tersebut sudah tahu tata ibadahnya dan kenal dengan pengurus dan pendeta namun tetap saja telat malah semakin sering. Ia diberi gelar MTh yang merupakan singkatan dari Makin Telat Hadir. Setelah itu gelar paling tinggi Phd (doctor of Phillosophy) bagi orang yang sudah menjadi Kristen selama 30-40 tahun, tetapi tetap merasa tidak harus hadir (tidak ada saya tidak apa-apa). Jemaat ini diberi gelar Phd = Pulangnya harus duluan. Berbahaya sekali kalau orang Kristen terhadap gereja tidak ada semangat. Ibadah tidak bersemangat. Melayani dengan sikap ‘mau tidak mau’, ini berbahaya. Khususnya bicara tentang disiplin gereja. Apa itu ? Disiplin gereja artinya gereja punya aturan, tidak boleh sembarangan di gereja. Seringkali gereja dihadapkan dengan segala sesuatu yang bila tidak diterima orangnya kabur. Bila tidak diterima banyak komplain tentang gereja. Misal :  mengapa gereja kaku dan mengapa gereja hanya begini-begitu? Setuju tidak gereja ada disiplin? Harus! Gereja adalah institutsi yang sangat mulia yang didirikan oleh Tuhan. Di dalam gereja harus ada kesucian, kesaksian dan keteraturan. Tidak boleh di gereja sembarangan.

Gereja bukanlah hanya milik dari orang kaya dan orang yang merasa mendirikan bangunan gereja tetapi gereja adalah milik Tuhan. Apa yang menjadi perintah Tuhan dalam Alkitab harus kita hormati. Dengan demikian maka jemaat gereja harus taat terhadap gereja dan Tuhan. Setiap gereja memiliki peraturan sendiri sehingga kita tidak boleh bertindak semau sendiri secara sembarangan. Suatu waktu saya memiliki pengalaman bersama-sama menjadi panitia, sewaktu saya belum menjadi hamba Tuhan. Saya menjadi aktifis di kepengurusan panitia Natal. Kami semua sama-sama melayani dan ternyata ada 1 orang yang melayani semau dia. Sesuka-sukanya. Bila hasil rapat tidak sesuai dengan kehendak dia, tidak dilakukan. Akibatnya hasilnya kacau. Ketika diberitahu, “tidak boleh demikian”, ia mengatakan , “Suka-suka saya mau melakukannya. Jangan atur saya.” Ini berbahaya sekali, kalau ada anggota jemaat yang seperti ini.

Defisini Disiplin Gereja

Ada beberapa orang yang berbicara  tentang Disiplin Gereja
1.     John Mac arthur : Faktor terbesar, terpenting, terutama untuk sebuah gereja yang sehat adalah disiplin gereja. Jelas aturan mainannya. Hamba Tuhan jelas peranan, bagian dan kebutuhannya. Kehidupan jemaat juga jelas. Ada kesinambungan, kebutuhan dan pelayanan yang menjadi hak dan kewajiban dari jemaat.
2.     Dr. David Platt : Disiplin gereja bukanlah perkara pelengkap bagi umat Kristen; itu adalah perkara pokok bagi umat Kristen. Disiplin gereja dan peraturan gereja bukan pelengkap tetapi perkara pokok (utama) agar kita sungguh-sungguh menghargai gereja.
3.     Ps. Joshua Harris, penulis buku Stop Dating the Church (Berhenti Memacari Gereja) berkata,”Jangan hanya memacari gereja saja tapi tidak berani menikah - masuklah ke dalamnya dan  berkomitmen terhadap gereja”. Berjemaatlah di gereja yang berani dan tidak akan sungkan mengeluarkan anda ketika melakukan pelanggaran serius. Pernyataan yang sangat keras sekali.
Di dalam gereja harus ada peraturan. Tuhan Yesus pun memberi tahu ada peraturan yang harus ditaati dalam Mat 18:15-20. Kalau jemaat yang sengaja hidup dalam keberdosaan maka harus ditegur. Bila teguran tersebut didengarkan, maka orang tersebut didapat kembali. Kalau tidak mau mendengar, ajak 1-2 orang waktu menegur. Kalau tidak mau mendengar juga maka dilakukan ekskomunikasi.

Perlunya Disiplin Gereja (3 K : Kesucian, Kesaksian, Keteraturan)

3 K yang harus ada di gereja adalah kesucian, kesaksian, keteraturan. Di dalam gereja kita diajarkan bagaimana menyembah Allah yang kudus dan suci sehingga kita mau hidup kudus (suci). Di dalam gereja harus ada kesaksian yang baik. Di dalam gereja ada keteraturan. Sehingga kita perlu melakukan disiplin. Seringkali kalau hamba Tuhan berbicara agak keras terhadap jemaat, ia akan kabur ke gereja lain. Disiplin gereja harus ada dan harus taat kepada Tuhan. Kenapa harus ada disiplin gereja? Karena di dalam gereja, kehidupan orang-orang di gereja harus berdampak, harus ada kesuciaan, kesaksian yang baik terhadap Tuhan. Bila saya menjual obat yang bisa menambah tinggi badan, kira-kira ada yang mau beli atau tidak? Tidak ada! Karena yang menjual pendek tubuhnya. Jadi obatnya juga tidak akan berkhasiat terhadap orang lain. Jadi kalau ditawarkan ke orang lain, tidak ada yang mau beli. Dengan kata lain buktikan dulu. Begitu pula dengan gereja. Kalau orang Kristen di gereja tidak berusaha untuk hidup suci dan mempunyai kesaksian hidup yang baik, bagaimana orang mau percaya dan datang ke gereja? Kalau tidak ada nilai yang kita hidupi, maka tidak ada yang mau ke gereja. Keselamatan hanya ada di dalam diri Kristus, tetapi kalau orang lain melihat hidup kita yang terus merasa takut, maka mereka tidak mau percaya Tuhan Yesus.

Suatu kali saya menemani anak saya yang masih kelas 3 SD. Sepulang sekolah saya memaninya ke Pasar Baru. Kami mau makan siang. Kami pun memesan  makanan dan menunggu di food court. Saat itu ada 2 orang enci-enci. Awalnya mereka bercakap-cakap dengan suara perlahan. Namun suatu waktu salah seorang enci tersebut berteriak dan saya langsung menoleh ke arah mereka. Teriakannya itu berbunyi, “Ci, elu tuh ya pergi atau tidak gereja sama saja!” Kesan yang ditangkap dari perkataannya buruk. Padahal bukankah di gereja diajarkan hal yang baik dan benar. Seharusnya orang berubah. Orang di gereja harusnya bisa jaga mulut. Orang di gereja seharusnya bisa jaga pikiran. Orang di gereja harus bisa menjaga kaki. Betul tidak?

Suatu waktu saya lulusan STT Amanat Agung, di bawah GKY Mangga Besar. Suatu waktu dosen kami ditelpon seorang ibu yang belum percaya yang mau konseling. Ditelepon itu ibu mengutarakan masalahnya dan meminta dosen kami untuk membantu masalah ibu tersebut. Setelah konseling akhirnya dosen kami mengusulkan, “Bu, coba ibu masuk ke gereja. Saya yakin orang gereja bisa membantu menyelesaikan masalah ibu” Ibu ini belum percaya dan sungkan ke gereja. Orang gereja bisa membantu masalah saya? Akhirnya dengan berat hati, ia pergi ke gereja. Satu minggu, dua minggu, tiga minggu ia pergi ke gereja dan minggu keempat ia tidak mau pergi ke gereja lagi. Minggu berikutnya  ia telpon dosen kami dan laporan,”Pak, saya sudah pergi ke gereja. Dan saya sudah ambil keputusan untuk tidak pergi ke gereja lagi.” Mengapa? “Saya perhatikan selama 3 minggu. Waktu perhatikan perkataan dan tingkah laku mereka di gereja, yang  datang ke gereja mukanya panjang-panjang seperti pepaya tidak ada senyumnya (tidak ada sukacita). Ketika saya duduk, ada orang di sebelah saya, saya tidak disalami, tidak disapa dan tidak diajak bicara. Ketika saya perhatikan , gara-gara piano, nyanyi, parkir, baju dan makanan seringkali saya melihat pemandangan tidak baik dan mereka melakukan yang tidak baik. Pak Pendeta saya perhatikan orang-orang di dalam gereja sepertinya masalah mereka lebih besar dari yang saya miliki.” Bagaimana dengan kehidupan kita? Bukankah orang Kristen diajarkan untuk tidak takut dan bersukacita di dalam seluruh keberadaan kita karena ada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu baik dan menyertai kita. Kalau kita punya masalah , serahkan kepada Allah, Tuhan akan memberikan ketenangan dan kelegaan kepada kita (Matius 11). Bukankah seharusnya damai sejati itu keluar dan nyata dalam hidup kita? Gereja harus mempunyai 3 K yaitu kesucian, kesaksian,keteraturan

Apa yang terjadi jika gereja tidak memiliki keteraturan dan mengabaikan disiplin?

David Cloud mengatakan bahwa gereja mengabaikan disiplin akan terjadi :

1.     Pemberontakan terhadap Allah.
2.     Memimpin jemaat pada kesombongan. Sehingga ada jemaat yang sombong dan tidak takut kepada Tuhan.
3.     Menyuburkan (tindakan) keberdosaan.
4.     Membuat keanggotaan gereja tidak berarti. 
5.     Gereja sama dengan perkumpulan sosial.
6.     Menyebabkan kehilangan kerohanian
7.     Mengabaikan Injil.

David Cloud melihat untuk hati-hati kalau gereja mengabaikan disiplin. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesaksian gereja di dunia.  Kalau gereja semau gue, tidak ada disiplin akan kacau sekali.

Saya memiliki buku tentang tata gereja dan tata laksana sinode GKI. Buku ini juga dimiliki oleh umum. Buku ini juga berisi disiplin gereja. Sebelum menjadi pendeta ada 2 buah ujian yang harus saya lewati. Ujiannya lebih ‘menakutkan’ daripada ujian S1 karena saya akan diuji oleh para pendeta senior dari yang bergelar STh sampai Phd dari gereja-gereja GKI se DKI.  Saya diuji di hadapan para panatua yang sudah lama di gereja dan tahu banyak masalah , sejarah, peraturan gereja. Ujiannya hanya 2. Yang pertama ujian tentang (pengajaran) Alkitab. Ujiannya bukan tertulis melainkan lisan. Penguji bertanya dan saya harus menjawabnya saat itu juga. Yang kedua : ujian tentang tata gereja (aturan main di GKI). Selama 6 bulan saya mempelajari buku ini. Mengapa? Karena GKI ingin menjadi gereja yang sehat dan teratur mulai dari atas, sinode klasis sampai jemaat lokal. 30-40% dari isi buku tata gereja ini mengandung istilah penggembalaan khusus bagi orang yang bermasalah di dalam gereja. Mereka yang bermasalah ditegur sesuai dengan Matius pasal 18. Bila jemaat lokal tidak mau bertobat, ia akan dikenakan sanksi gereja. Kalau gereja mengabaikan, gereja yang kena penggembalaan khusus. Seluruh anggota gereja dikenai penggembalaan khusus! Hal itu telah diatur pada buku Tata Gereja tersebut. Waktu saya pergi ke GKI Pasir Koja Bandung ada kasus khusus di mana  pendetanya bermasalah dan akan dikenakan penggembalaan khusus. Majelis nya mau pertahankan pendeta itu. Sinode GKI hanya memberikan 2 pilihan, bertindak tegas atau boleh pertahankan pendeta ini tapi satu gereja kena penggembalaan khusus (untuk bertobat agar gereja bisa kembali bersaksi). Penggembalaan khusus atau disiplin gereja tidak berkonotasi negatif tetapi memiliki arti agar orang yang bermasalah bertobat kembali. Disiplin Alkitab bukan untuk memusuhi jemaat tapi menegur agar mereka bisa berjalan dengan diterangi firman Tuhan.

Disiplin yang Alkitabiah

Untuk menjalani disiplin yang Alkitabiah maka perlu melakukan :
1.     Kebenaran yang sudah teruji
Firman Tuhan mengatakan harus ada saksi 1-2 orang . Orang berdosa diberi nasehat. Bila ia tidak menerimanya, panggil 1-2 orang untuk menjadi saksi.
2.     Suka untuk ditegur. Kalau ditegur jangan ngambek, marah atau kabur. Kalau ditegur berarti orang memperhatikan kita supaya kita berada di jalan yang benar.
3.     Ketika ditegur, berani dan mau berubah. Seringkali di gereja terdapat kumpulan para istri dan kumpulan para suami. Mereka  sudah dekat satu dengan lain dan seringkali bercakap-cakap. Namun yang seringkali saya dengar, sang istri membicarakan suaminya,”Suami saya payah, sudah diberitahu tidak mau berubah. Kamu dong beritahu.” Boleh tidak begitu? Boleh, tapi tidak sehat! Seharusnya sang suami memberitahu istri yang harus mendengarnya dan sebaliknya. Begitulah seharusnya keduanya.
4.     Kasihilah orangnya dan bencilah dosanya. Disiplin gereja sangat mengasihi orang dan membenci dosanya.
Itulah sebabnya gereja harus punya disiplin . Harus ada kesucian, kesaksian, keteraturan hidup.

Penutup

Ilustrasi dari sebuah video clip singkat berjudul “Sang Gigi Depan” yang bisa mewakili kondisi di gereja juga. Dikisahkan akan diadakan sebuah parade kenegaraan di suatu negara (Korea Utara). Dalam salah satu agenda ada acara menyusun foto diri dari presiden negara tersebut yang dibentuk dari ribuan potongan gambar. Terdapat banyak orang yang terlibat dalam membentuknya dan setiap orang mempunyai peran dengan menggambil potongan gambar (foto) wajah sang presiden walaupun hanya mendapat bagian kecil saja. Saat latihan gladi resik menjelang parade, seorang bapak yang memegang peranan untuk memegang bagian gigi depan sang presiden dimarahi sang penyelia yang melatihnya. Maka ia pun pulang ke rumah dengan suasana hati yang kesal dan marah. Dilampiaskannya kemarahannya dengan melempar barang-barang. Karena kelelahan akhirnya ia tertidur, padahal seharusnya ia kembali lagi ke tempat parade (pawai). Pada waktu pelaksanaan-nya ia masih tertidur padahal parade sudah berlangsung. Jadi dia tidak melakukan tugasnya. Ia hanya membawa satu papan kecil dan ia pikir tidak adad artinya. Satu per satu peserta pawai melewati podium kehormatan di mana Presiden berdiri menyambutnya. Saat barisan parade bergambar wajah presiden melalui podium kehormatan, sang presiden mendapati hal yang mengejutkan karena ia melihat wajahnya yang sedang tersenyum namun giginya hilang! Sang Presiden merasa dipermalukan sehingga ia menegur bawahannya.

Di hadapan Tuhan, kita sedang berparade. Hidup di hadapan Tuhan harus memperhatikan diri kita. Mungkin yang kita kerjakan sederhana dan tidak berarti.  Tetapi seperti video tadi, orang itu berpikir ia melakukan hal yang tidak berarti. Tapi gambar wajah sang presiden rusak gara-gara orang tersebut! Marilah kita menjaga kesucian dan kesaksian, keteraturan dalam gereja, itu membentuk gereja yang indah di hadapan Tuhan. Kata kuncinya adalah kita bergandengan tangan bersama-sama.  Taat dan setia. Kalau tidak maka bila ada kesaksian maka kesaksian tersebut memalukan dan tidak akan menjadi berkat. Amin.


No comments:

Post a Comment