Tuesday, May 9, 2017

Bergereja Tapi Sebatas Tuntutan Agama


Bergereja Tapi Sebatas Tuntutan Agama

Pdt. Hery Kwok

Yesaya 29:13  Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,

Pendahuluan

                Tema hari ini “Bergereja Tapi Sebatas Tuntutan Agama”. Tema ini diharapkan bisa mengoreksi ktia semua yang dalam perjalanannya dari waktu ke waktu bergereja hanya sebatas tuntutan agama belaka. Sebagai orang Kristen kita diharuskan pergi ke gereja setiap Minggu dan hari raya seperti Natal, Paskah, Jumat Agung dan Kenaikan Tuhan Yesus , apakah hanya sebatas itu saja atau tidak? Bila hanya begitu maka bisa saja secara  fisik kita mungkin hadir tapi hati kita tidak di gereja. Itu berbahaya karena akan terbukti dalam pertumbuhan rohani kita yang nyata terlihat dari karakter, hidup pelayanan serta dalam mengasihi sesama kita. Dalam  konteks bergereja pada Yesaya 29:13 dikatakan Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya (mereka datang dengan mulut yang memuji Tuhan dan bibir yang mengucapkan haleluya), padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan gereja mereka (ibadah yang dilakukan) kepada-Ku hanyalah perintah atau tuntutan manusia yang dihafalkan. Mereka datang dengan mulut dan bibir yang sepertinya beribadah tapi hatinya tidak di sana karena mereka hanya melakukan tuntutan (syariah) dari agama (hanya menghafal)  Seperti : ingat untuk membayar perpuluhan, datang hari Minggu (dikatakan sebagai Sabat) dan sebagainya. Sehingga menurut nabi Yesaya itu semua hanyalah perintah atau tuntutan dari manusia atau agama mereka.
Kita bersama-sama hidup di Indonesia dengan gejolak dinamika kehidupan sosial yang sangat kuat. Kalau diamati ada kelompok-kelompok tertentu yang melakukan (mengatasnamakan) ibadah agamanya yang dikatakan sebagai melakukan kehendak Allah. Ini tidak heran atau asing. Sehingga yang kita alami sendiri, ada kelompok yang dengan kuat dan berani mengatakan mereka sedang menjalankan agama dan ibadah mereka yang dilakukan dalam konteks kehendak Allah!! Ini yang kita rasakan dan alami. Sehingga pemimpin negara kita berpidato bahwa orang-orang tertentu yang mencoba mengatasnamakan agama dengan segala kegiatan-kegiatan agamanya dipandang sebagai ekstrimis atau radikal yang mengganggu ketertiban umum dan mencoba mengintimidasi perasaan (hati) orang-orang yang tidak sealiran atau seagama dengan orang-orang tersebut. Menyaksikan peristiwa ini , dalam hati kecil kita mungkin bertanya-tanya,”Mengapa begini?” Kita mencoba menganalisa dari sudut kita,”Kok mereka begitu ya? Apa mereka tidak tahu bahwa perbuatan mereka tidak benar?” Tetapi kalau kita hidup dan ada dalam kelompok itu, bisa jadi kita punya pemahaman yang sama dengan kelompok itu dan menganggap apa yang dilakukan sesuai kehendak Allah (yang berkenan di hadapan Allah).
Hal itu sudah dijelaskan dalam kitab Yesaya. Di kitab ini kita menemukan bahwa orang Israel dengan bangga , berani  dan puas sudah melakukan apa yang ditentukan dan  diminta oleh seluruh aturan agama mereka. Dengan melakukan hal-hal tersebut, mereka katakan bahwa mereka sudah beribadah  pada Allah mereka. Latar belakang Kitab Yesaya ditulis dalam kebobrokan rohani. Ada yang mencuri, berzina, mengintimidasi yatim piatu, janda diperas dan lain-lain. Namun apa pun yang dilakukan sehari-hari tersebut, mereka tetap beribadah pada Tuhan. Mereka datang dengan mulut dan bibirnya menaikan puji-pujian pada Allah. Yesaya 29:13 menjadi kritikan untuk kita. Bisa saja kita sama seperti mereka. Kita duduk di ruang ibadah menyanyikan pujian bagi  Tuhan seperti yang tertuang dalam lirik,”Aku membutuhkan Engkau setiap waktu.” Kita tersentuh dengan kalimat tersebut dan mengangkat tangan. Tetapi sebenarnya hanya mulut dan bibir saja. Yesaya sudah membuktikan apa yang mereka lakukan (terbukti dalam perbuatan sehari-hari berbeda). Katanya perlu Tuhan tiap hari tapi mengapa tidak mencari Tuhan? Katanya mengandalkan Tuhan tapi setiap hari bersandar pada kekuatan dan kekayaan sendiri. Sehingga Nabi Yesaya mengatakan bahwa hanya di mulut bibir saja tetapi perbuatan berbeda.
                Pada Perjanjian Baru, Rasul Paulus membawa kuasa dari imam-imam kepala , ia seorang berani dan bengis. Ia mengatakan ,”Aku orang kejam dan bengis.” Ia memang menyeret orang percaya dan memasukkan ke penjara. Bahkan ada orang percaya yang dianiaya dan dibunuh. Paulus menganggap tindakannya berkenan di hadapan Allah. Kalau dihubungkan dengan orang Kristen, apakah saat kita berbibadah hanya tuntutan agama belaka? Saya datang agar hati saya tidak merasa tuntutan. Itu sebabnya apa yang disampaikan oleh nabi Yesaya dan disaksikan negara kita hanya merupakan penyakit orang beragama.

Ada 2 alasan (hal) yang menjadi penyakit orang beragama

1.    Menilai bahwa melakukan KEGIATAN AGAMA sudah hidup BERIBADAH  kepada ALLAH.  
Sepertinya saya menilai bahwa saya sudah melakukan kegiatan agama (hidup beribadah). Kalau kita tidak menyadari hal ini sebagai penyakit maka akan berbahaya sekali. Mereka mengira sudah melakukan apa yang dituntut oleh syariah mereka. Misal : kalau sudah bayar perpuluhan , sudah selesai. Jadi mau apa lagi? Semua yang dianggap harus dilakukan dalam kegiatan agama sudah dilakukan untuk Tuhan (seperti  waktu sudah ke tempat ibadah, dikatakan kita sudah beribadah). Bila tidak disadari penyakit ini akan membuat kita mati rasa (mati dalam kepekaan rohani).

2.    Menilai bahwa melakukan KEGIATAN AGAMA memuaskan hatinya (memberi rasa damai sejahtera dalam hatinya).
Rasanya puas. Itu merupakan penyakit juga. Yang mencoba menentramkan dirinya dan membuat dirinya enak. Saya khawatir penyakit ini sudah berurat-akar dalam diri kita, sehingga kita merasa sudah selesai tuntutannya dan merasa enak. Ada orang yang datang ke gereja setelah itu main judi. Bahkan bisa terjadi ia datang ke gereja untuk berdoa agar menang judi. Jadi ada kelompok tersendiri untuk bermain maco atau  poker. Sehingga ada orang yang group WA yang mengatakan itu. Begitu menang ia berkata karena Tuhan telah memberkati dia. Ada juga yang datang ke gereja di hari lain dan hal itu dianggap sudah bergereja.

Yang Allah kehendaki : Mengenal Dia

Apa esensi kita bergereja ? Yeremia 24:7 Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya. Di dalam konteks beribadah, yang Tuhan minta kepada orang Israel bukan karena sudah membakar korban ukupan ,memberikan persembahan binatang atau membawa perpuluhan. Bukan itu! Tuhan tidak minta hal itu waktu orang Israel ke luar dari Mesir. Tapi Tuhan minta supaya kita berelasi denganNya dan kita belajar pada Tuhan. Mengenal Tuhanlah itulah yang Tuhan mau. Supaya Ia menjadi Tuhan. Kita berkata, kita bertuhan pada Tuhan tapi sering kita tidak menjadikan Dia sebagai Tuhan. Waktu meminta sesuatu kepada Tuhan, kita perlakukan Ia seperti jongos . Tidak ada rasa hormat dan tidak percaya bahwa Ia memberikan yang terbaik. Dalam kitab Yeremia, Tuhan mengatakan bahwa,”Aku ingin agar kamu tahu bahwa Akulah Tuhan, Akulah penguasa dan milikmu.” Itulah yang diminta Tuhan agar aku mengenalNya. Apa saja yang dibuatNya tetap baik dan luar biasa.

Kemarin selepas rapat BPH Sinode GKKK, kami berkunjung ke rumah Pdt. Jusuf Citra. Ia salah satu hamba Tuhan yang melayani di GKKK Papua. Ia hampir menghabiskan seluruh masa mudanya di sana. Ia sangat dihormati di sana. Ia dikenal sebagai orang yang luar biasa baik. Ia pernah berkhotbah di GKKK Mabes. Waktu kami berkunjung, ia baru menjalani cuci darah di RS Siloam Karawaci. Ia melakukan cuci darah seminggu tiga kali agar darahnya bersih dari zat Kreatin. Waktu duduk bersaksi ia mengatakan bahwa waktu divonis cuci darah (ia hampir meninggal karena nafasnya sudah kembang kempis akibat tidak bisa menarik napas) dan racun sudah menguasainya darahnya. Ia pun disuntik agar kadar racunnya turun serta keluar airnya karena ginjal dan paru-parunya sudah terendam cairan. Di Penang ginjalnya dikatakan sudah parah. Ia berkata,”Saya bisa merasakan artinya minum cawan pahit itu. Sepertinya Tuhan meninggalkan saya! Saya meminta dan berseru tetapi Dia seakan tidak mendengarkan saya. Hati saya hancur. Saya sudah melayani Tuhan. Apa yang tidak saya lakukan untuk Tuhan? Saya korbankan keluarga untuk melakukan pekerjaan Tuhan.” Membandingkannya dengan diri sendiri, saya masih senang nonton film di bioskop dan jajan (menikmati kuliner). Waktu saya tidak banyak seperti dirinya yang berkeliling Papua. Saya merasa malu. “Tetapi saya mengalami suatu keputusasaan dan saya meragukan Tuhan,” sambung Pdt. Jusuf Citra. Saya terdiam. Yang mengatakan kalimat tersebut bukan orang kacangan. Ia sudah berkhotbah dan mengajar tetapi ia berkata bahwa ia meragukan Tuhan dalam kondisi itu. Kita tidak menjadikan Ia Tuhan. Selama ini bisa kita membuat Nya bukan Tuhan untuk diri kita. Seperti yang dikatakanNya dalam kitab Yeremia,”Aku ingin mereka mengenal Aku. Supaya mereka jadi umatKu dan Aku menjadi Allah mereka, supaya mereka bertobat dan mengikut Aku.” Itu ibadah kita di mana kita berjumpa dengan Allah yang membuat kita bertobat. Di mana mengatakan aku membutuhkan Engkau tanpaMu aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Bagaimana Orang Percaya Memiliki Pengenalan akan Tuhan?

                Saya ingin agar kita datang ke gereja bukan karena tuntutan Allah tetapi karena ingin memiliki hubungan (relasi) dengan Tuhan, dan salah satu cara  yang baik adalah melalui pemuridan. Gereja Kristen Kalam Kudus mencanangkan diri untuk menjadi gereja pemuridan. Pemuridan itu ada berbagai bentuk. Seperti kebaktian saat ini merupakan pemuridan besar. Tetapi ada juga kelas Tiranus yang diadakan dengan topik tertentu juga merupakan pemuridan. Kita datang ke komsel pasutri yang membahas topik yang diceritakan pada khotbah dari hamba Tuhan dan di-sharing-kan mengapa kita tidak melakukan ibadah keluarga? Itu juga pemuridan. Tetapi ada juga pemuridan yang sifatnya intens seperti KTB yang setiap waktu anggota-anggotanya berkumpul membahas firman Tuhan dalam hidupnya.

                Ada sebuah pernyataan dari Pastor Edmun Chan. Permuridan adalah proses membawa seseorang kepada relasi yang benar dengan Allah, dan mengembangkan mereka kepada kedewasaan penuh di dalam Kristus melalui strategi pertumbuhan yang terus menerus, sehingga mereka dapat menularkannya juga kepada orang lain. Kebaktian kelompok kecil bisa bertumbuh lalu memuridkan lagi . Sehingga bisa menginjili orang lain.
Ada 4 kalimat yang menjadi kunci dalam pemuridan

1.    Membawa orang pada relasi yang benar dengan Allah

Yoh 1:45-46 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Sewaktu Tuhan memanggil Natanael , ia mempunyai pikiran tidak baik (tidak ada yang baik datang dari Nazaret). Kemudian Tuhan Yesus meluruskan pikirannya. Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (Yoh 1:48-49).  Terjadi relasi antara Tuhan dengan Natanael dalam pemuridan sehingga Natanael pun bertobat dari pikiran negatif terhadap Allah.
Kita punya kecenderungan curiga pada Allah karena kita orang berdosa. “Kenapa begini Tuhan?” pertanyaan yang menunjukkan kecurigaan. Sewaktu A Hok kalah, kita tidak habis berpikir dan kita curiga. Relasi ini perlu dipulihkan. Tuhan Yesus juga memulihkan pemungut cukai Zakheus (Lukas 19:1-10) atas kepercayaannya pada harta. Ia menganggap harta adalah segalanya dan bisa menolong hidupnya. Setelah dimuridkan ia bertobat dari ketergantungan terhadap harta. Melalui pemuridan kita diharapkan bertobat yang terus terjadi atas berbagai hal buruk. Misal : bertobat terhadap pikiran negatif terhadap orang, ketergantungan pada uang (bila tidak ada duit hati tidak nyaman sehingga duit menjadi raja). Kalau tidak ada pertobatan itu dalam relasi, maka kita tidak akan mengerti arti beribadah kepada Tuhan. Murid-murid lain berkata kepada Tomas bahwa mereka telah bertemu dengan Tuhan namun Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." (Yoh 20:25b). Delapan hari kemudian Tuhan Yesus muncul kembali dan berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yoh 20:27). Tomas pun menjadi percaya dan Tuhan Yesus pun berkata, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu harus ada dalam rasio, sehingga kalau tidak masuk akal tidak percaya. Itulah dosa yang mengerikan dan di sana relasi Zakheus dipulihkan oleh Tuhan Yesus. Pada ujung kitab Yohanes dikatakan Petrus kembali menjadi nelayan. Tuhan Yesus datang ke Petrus di Danau Tiberias. Setelah Tuhan Yesus melakukan keajaiban yang membuat para murid memperoleh 153 ikan, Tuhan Yesus bertanya 3 kali kepada Petrus. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku (lebih dari pada mereka ini)?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Maka sedihlah hati Petrus. Petrus menangis karena Tuhan Yesus membuat Petrus bertobat dari kesombongan rohani. Kita perlu pemulihan relasi dengan Allah. Banyak sekali relasi yang perlu dipulihkan. Caranya melalui pemuridan. Kebaktian, kelas Tiranus, persekutuan pasutri, KTB merupakan pemuridan untuk memulihkan karakter yang tidak benar.

2.    Mengembangkan mereka kepada kedewasaan penuh di dalam Kristus.

Yoh 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Aku di dalam Engkau dan Engkau di dalam aku , itu adalah dewasa penuh. Bila Ia ada di dalam kita, maka seluruh pikiran kita dikuasai oleh Tuhan Yesus. Itu yang harusnya terjadi pada orang percaya termasuk rohaniwan. Waktu terjadi suatu peristiwa , apa langkah yang akan dijalani? Ingat apa ayat Tuhan berkata atas suatu peristiwa untuk meresponinya? Dewasa penuh berarti segala hal yang dilakukan dikuasai oleh firman, bukan lagi diri sendiri. Dalam kitab Kisah para Rasul, para rasul melayani Tuhan termasuk Petrus. Petrus datang ke orang bukan Yahudi untuk memberitakan Injil. Petrus diberikan makanan yang non halal, ia tidak mau. Tetapi Tuhan berkata, "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." (Kis 10:14). Di situ ia belum mengerti. Ternyata Tuhan memintanya datang ke suatu keluarga (rumah) Kornelius yang hendak ditobatkan. Setelah itu, ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia.  mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka."? (Kis 11:2-3). Petrus berkata, Aku ingat peristiwa Pentakosta. Aku ingat firman Tuhan” Firman Tuhan yang teringat dan itu dewasa penuh. Itu yang seharusnya terjadi dalam hidup kita. Kita juga mengalami pergumulan rohani yang terjadi di dalam rumah, pekerjaan dan lain-lain, namun dalam menghadapi pergumulan tersebut kita mendasarkannya pada firman Tuhan sehingga firman Tuhan tidak terpisah dalam kehidupan kita sehari-hari. Seperti itulah yang Tuhan mau.

3.    Melalui strategi pertumbuhan yang terus menerus.

Dalam pemuridan, strategi pertumbuhan yang terus menerus yang terjadi. Kalau ke gereja hanya karena butuh itu celaka. Dalam kelompok kecil perlu komitmen untuk bertumbuh. Sosok tubuh saya paling pendek di rumah sehingga saat berjalan dengan adik-adik dikira saya yang menjadi adik. Bila sosok tubuh kita tinggi, maka saat berjalan tidak merasa malu. Pertumbuhan fisik seringkali kita perhatikan, namun mengapa kita tidak memperhatikan pertumbuhan rohani? Karena hal itu membutuhkan komitmen dan prosesnya terus menerus. Dalam suatu sharing ada yang berkata, “Mengapa ya Bapak itu datang ke gereja hanya di saat-saat tertentu seperti saat ada bazar, natalan?” Kalau tidak secara konsisten dan terus-menerus membangun diri kita maka tidak akan terjadi pertumbuhan relasi yang baik dengan Tuhan.

4.    Pada akhirnya mereka harus bisa menularkan proses yang sama pada orang lain.

Itulah Amanat Agung dari Kristus. Gereja kita belajar untuk memuridkan melalui kelompok kecil yang dibangun sehingga terjadi kedewasaan penuh.

Penutup

Hidup bergereja seperti yang disampaikan oleh Ev. Harlevy adalah hidup di mana kita mengenal Allah dengan baik (kehendakNya, tujuanNya dalam hidup kita) dan  menikmati Allah dalam perjalanan orang percaya. Tuhan menyelamatkan kita karena ada tujuan yaitu mengenal apa yang Dia mau. Namun seringkali kita tidak mengenal Dia yang telah mati bagi kita. Kita melaksanakan perjamuan kudus untuk mengingatkan kita karyaNya di kayu salib.


Lirik lagu karangan Pdt. Stephen Tong, “Kumau cinta apa yang Dia cinta.” Betul tidak? Dia cinta jiwa-jiwa. Apakah kita cinta jiwa-jiwa? Kita lebih memikirkan diri kita dan lebih pusat keluarga. Kita sudah kehilangan orientasi dan ini berbahaya. Dalam hidup bergereja kita menikmati Allah dalam perjalanan. Allah tidak sekedar ingin kita mengenalNya tetapi kita menikmatNya kasihNya , kuasaNya dan kehadiranNya. Semua itu membuat hidup kita menjadi bergairah, dinamis dan merasakan rahmat Tuhan baru setiap hari. Kalau hidup bergereja seperti itu, maka kita akan antusias datang beribadah kepada Tuhan. Kita akan memberi prioritas hidup untuk beribadah kepada Tuhan. Kiranya firman Tuhan memampukan kita untuk menjadi orang-orang tebusanNya yang bertumbuh iman kerohanian dalam hidup. 

No comments:

Post a Comment