Monday, March 6, 2017

Penderitaan yang Tidak Terhindarkan (Pemberitahuan Pertama tentang Penderitaan Yesus)


Ev. Susan Kwok

Mat 16:21-24
21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Pendahuluan

                Ada satu orang yang sebenarnya tidak perlu menderita namun nyatanya Ia menderita. Saat membaca tema “Penderitaan yang Tidak terhindarkan (Pemberitahuan Pertama tentang Penderitaan Yesus)” kita harus mengingat bahwa bukannya Yesus tidak mampu menghindari penderitaan. Ia pasti mampu karena Ia adalah Allah, Ia adalah Penguasa. Itu sebabnya lagu “Di taman Getsemani Tuhan Yesus berdoa... Dia diangkat dan dibawa... Bukankah Dia dapat memanggil  ribuan malaikat lepaskan Dia?” artinya Yesus mempunyai kemampuan untuk menghindari penderitaan, tetapi ia tidak mau melakukannya. Ia sadar secara mutlak untuk melakukanNya di kayu salib sehingga mengalami penderitaan karena itu cara yang ditentukan Allah untuk menyelamatkan manusia.
                Mat 16:21-24. Dikatakan, sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem, menanggung penderitaan, akan dibunuh, mati dan bangkit pada hari ketiga. Itu pemberitaan pertama tentang Yesus harus mati. Ada 4 kali Yesus menyampaikan hal itu kepada murid-muridNya. Sejak Petrus dipakai oleh Allah untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias dalam perikop sebelumnya, maka sejak itu Yesus melarang murid-muridNya untuk memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias. Karena belum genap waktunya, masih ada  hal yang harus dilakukan Yesus. Tetapi sejak Petrus mengatakan “Yesus , Engkau adalah Mesias, anak Allah yang hidup (Matius 16:16)”, maka sejak itulah Yesus melihat sudah waktunya menyampaikan misi kedatangan Yesus ke dunia. Yesus menyampaikan berita tentang kematiannya sampai 4 kali, bukan sekedar agar murid-muridNya tidak sedih , terkejut, bingung tetapi Yesus ingin murid-muridNya paham (mengerti) untuk apa Yesus datang ke dunia (Yesus akan melalui jalan salib tetapi itu bukan akhir dari segala-galanya). Tetapi kematian Yesus bukanlah kegagalan. KematianNya itu tidak sia-sia, karena setelah kematianNya ada harapan karena Yesus akan bangkit pada hari ketiga. Yesus memberitahukan bahwa kematian yang harus dialamiNya itu bukan kesuraman, kegelapan, kesia-siaan, sesuatu yang tidak ada nilainya. Ia mau murid-muridNya paham kedatangan Yesus untuk apa, matinya bagaimana, nantinya matinya seperti apa. Murid-muridNya menjadi saksi yang berkuasa untuk mengabarkan tentang kasih Allah. Tetapi Yesus tidak berhenti di situ.
                Injil Matius mencatat bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem. Karena pada saat itu sudah akan mulai diadakan pesta Paskah orang Yahudi. Semua orang Israel yang tercerai berai (diaspora) karena dibuang oleh Allah berusaha pulang ke Palestina. Setiap perayaan hari raya penting mereka berusaha untuk berkumpul di Yerusalem. Pada waktu semua orang mulai ramai di kota, itu akan menjadi saksi hidup akan penderitaan Yesus di kayu salib. Maka Yesus harus pergi ke Yerusalem. Dalam bahasa Yunani digunakan kata Exodos.

Exodos

Di dalam kata “Exodos” (bahasa Yunani untuk Keluaran) ada unsur :

1.     Kerelaan di satu sisi tetapi ada unsur kemutlakan di sisi lainnya. Mutlak, wajib, harus, tidak ada cara lain, hanya itu satu-satunya cara. Yesus pergi ke Yerusalem dengan satu kesadaran (tanpa terpaksa atau dipaksa). Yesus menyongsong sesuatu yang membahayakan hidupNya tanpa terpaka atau dipaksa. Ia sadar itu cara yang mutlak yang harus dilakukan.

2.     Kata Exodos dipakai waktu orang Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Kata ini menunjuk pada malam waktu mereka akan pergi, Allah melakukan suatu cara yang membuat mereka akhirnya harus pergi yaitu anak domba harus disembelih. Darahnya harus dioleskan di tiang pintu. Bagi yang tidak memoleskannya maka anak sulungnya akan mati. Hal ini termasuk anak sulung Firaun yang kemudian mati. Peristiwa keluarnya Orang Israel dari Mesir melalui ungkapan Exodos ini menunjukkan ada darah yang tercurah, ada anak domba yang disembelih. Istilah teologi ini menjadi prototipe (gambaran) dari apa yang akan dilakukan Yesus. Yesus adalah anak domba yang tak bercacat yang disembelih dan darahnya tercurah di atas kayu salib yang membuat orang percaya tidak binasa. Anak domba Allah, Yesus Kristus, harus pergi menyongsong kematianNya sendiri. Dan Ia melakukanNya dengan rela hati dengan kesadaran bahwa itu harus dilakukanNya.

Penderitaan Yesus yang Tidak Dimengerti

                Apa yang dilakukan Yesus tidak dipahami para muridNya. Buktinya pada ayat 22-23 ada dialog. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."  Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Mendengar pernyataan Yesus, Petrus langsung mengatakan, “Bukan begitu! Walau Engkau masuk ke Yerusalem , Allah tidak akan melakukannya.” Seakan-akan apa yang dilakukan Yesus adalah sesuatu yang tidak harus terjadi. Karena Petrus tidak paham. Sehingga Yesus mengatakan, “Enyahlah Iblis!” Murid Yesus yang paling berani ini malah disamakan atau dipanggil dengan sebutan Iblis. Apa yang disampaikan Petrus, pemikirannya sudah dibayang-bayangi dan dirasuki oleh Iblis yang tidak senang dan tidak mau karya penyelamatan Yesus terjadi. Bukankah Iblis selalu merecoki sejak awal penciptaan Allah. Ia ingin menggagalkan rencana Allah, termasuk nasehat Petrus yang sepertinya rohani. Nasehat Petrus yang sepertinya baik dan masuk akal (logis), bukanlah perkataan yang betul. Karena ia memikirkan apa yang dipikirkan manusia pada umumnya. Tetapi Yesus rindu murid-muridNya memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah. Yesus ingin murid-muridNya termasuk kita hari ini, bisa belajar apa yang Allah mau. Bukan yang seolah-olah Allah mau tetapi sebenarnya tidak.
                Waktu Petrus di taman Getsemani ia menyangkal Yesus 3 kali. Ia mengelak ketiga kalinya dengan berkata, “Sumpah, saya tidak mengenal orang ini.” Kata “sumpah” dalam Perjanjian Lama artinya “demi Allah”. Dengan kata ini  sepertinya orang yang mengucapkannya tahu benar pikiran dan isi hati Allah atau dalam arti yang lebih tegas  sumpah berarti Allah setuju dengan apa yang saya ucapkan. Jadi dalam pengertian “sumpah”, Allah ikut menyetujui apa yang saya katakan. Ia akan mengkonfirmasi apa yang saya katakan. Maka kita dihimbau untuk tidak dengan mudah mengatakan “Sumpah” karena itu melibatkan Allah. Kelihatan benar, tetapi motivasi, pikiran dan isi hatinya tidak benar. Waktu ia berbicara begitu, kemudian ayam berkokok 3 kali. Seolah-olah tahu apa yang ia buat itu baik, tetapi sebenarnya semuanya salah. Bukankah Petrus sebelumnya mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias? Hal itu tidak berarti ia tidak jatuh ke dalam rintangan, godaan, kejatuhan atau percobaan . Itu bukan akhir segala-galanya. Bagaimana pengakuanmu nyata dalam kelakuanmu? Bukankah hanya Petrus yang berkata, “Yesus adalah anak Allah yang hidup” dan Yesus mengatakan ,”Bukan kamu yang mengatakan tetapi Allah!”. Jadi tidak menjamin bahwa Petrus akan beres-beres saja. Hidup ini perlu perjuangan sehingga hidup perlu ikatan yang benar dan relasi yang intim secara pribadi dengan Tuhan. Hari ini kita benar, besok belum tentu karena jangan-jangan kita menjadi batu sandungan. Seperti yang Yesus katakan kepada Petrus, “Engkau menjadi batu sandungan bagiKu.” Kemarin ia memuji, tetapi sekarang ia menegur, “Engkau batu sandungan!”

Menyangkal Diri untuk Mengikut Tuhan

                Saat sidang raya sinode di Papua, Pdt Heri mendengar cerita dari jemaat di Papua. Katanya , orang Papua adalah orang Kristen tradisional yang kuat dan bernyanyi dengan baik. Pulang dari gereja , mereka ada yang berjudi dan mabok tidak bisa meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Sehingga antara pengakuan (apa yang diucapkan) – iman dengan kelakuan ada jurang (tidak sama). Gereja ya gereja, setelah selesai gereja, lihat saja. Yesus tidak mau seperti itu, ia tahu kita akan jatuh bangun karena kita adalah manusia biasa, tetapi Ia mau tidak seperti itu. Ayat 24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.  Mengapa Yesus berkata begitu? Ia tahu dalam hati Petrus, Petrus tidak siap mati. Ia tidak siap menghadapi rintangan ketika harus memperlihatakn identitas dirinya yang sebenarnya. Dalam ayat-ayat selanjutnya, Yesus mengingatkan diri Petrus, agar ia ingat dan sadar (hati-hati). Kelemahan Petrus ialah ingin mempertahankan apa yang menjadi miliknya. Harta, keluarga, karir adalah milikkku (semuanya milikku). Tetapi semua itu adalah milik Tuhan. Kalau Tuhan mau mengambilnya mudah sekali. Maka kita diajar utuk sadar bahwa hari ini kita sehat, besok tidak tahu. Jangan sampai selagi sehat tidak ingat Tuhan.
Ada seorang ekseskutif muda yang mungkin memenuhi semua kriteria sebagai idaman yang diinginkan para wanita. Tampan, tinggi, kekar, banyak uang dan karirnya menanjak. Dia adalah seorang anak Tuhan dalam pengertian ia adalah salah satu anggota jemaat gereja. Suatu hari, tidak ada angin tidak ada hujan (tanpa tanda-tanda terlebih dahulu) karena ia sangat menjaga kesehatannya, saat bangun dari tidur, ia tidak bisa menggerakkan lehernya. Biasanya hal itu dikatakan sebagai salah bantal padahal dalam hal ini bukan. Langsung saja ia dibawa ke rumah sakit dan diperiksa dokter yang bagus. Katanya ada sedikit saraf terjepit sehingga ia diberi suntikan. Tetapi perawatan dan suntikan yang diberikan kepadanya oleh dokter tidak membuatnya sembuh. Bukan saja leher, tetapi kemudian kepala, muka, tangan dan badannya tidak bisa bergerak (gerak motoriknya sukar) dalam waktu sebulan. Tidak diketahui ia terkena penyakit apa. Dokter berkata, “Dalam waktu singkat, otaknya akan menyusut sehingga ia akan kehilangan banyak memori dan tidak lagi bisa bekerja”. Kalau menjadi dia, kita bisa takut atau kuatir (kita mau berbuat apa). Benar saja. Dalam waktu 3 bulan, tubuhnya yang atletis menjadi kurus. Banyak memori yang hilang sehingga ia tidak bisa mengambil keputusan dalam perusahaan seperti sebelumnya. Kemudian hanya dalam waktu 1 tahun ia meninggal. Kadangkala kita bertanya, “Mengapa Tuhan ijinkan hal itu terjadi?” Kalau sampai di surga kita bisa menanyakan hal ini pada Tuhan. Kalau Tuhan memberi kita kesehatan, kekuatan dan karir, jangan lupa itu semua bukan total milik saya, tetapi milik Tuhan. Itu sebabnya Yesus mengingatkan Petrus, “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya (Mat 10:39)”. Petrus ingin menyelamatkan nyawanya sehingga ia telah menyangkal Yesus tiga kali. Itu proses, dan di dalam prosesnya Petrus bertumbuh sehingga di kemudian hari ia tidak takut mati lagi dan saat tidak takut mati maka ia siap mati dengan cara yang sangat menakutkan. Ia mampu bertahan dalam proses itu.
Hai ini minggu pra paskah pertama dan  Jumat Agung adalah pra Paskah yang ke-7. Pra paskah mengingatkan  kita bahwa kita bukan siapa-siapa. Kita bisa jatuh bangun dalam kegagalan. Tetapi di dalam jatuh dan bangun itu, mari kita terus meningkat di dalam Tuhan. Tuhan tahu kita jatuh bangun, tetapi di dalam proses nya ada kemajauan (peningkatan, pertumbuhan). Maka kita harus cek, sampai di mana pertumbuhan rohani kita. Cara mengeceknya dari yang paling gampang sampai yang paling susah. Apa kita senang mengeluarkan kata-kata kotor, gosip atau mengeluarkan kata –kata yang menjadi berkat, lebih senang kata dusta atau benar? Bagaimana bacaan Alkitab setiap hari? Dengan jujur kita bisa mengecek diri sendiri. Orang lain tidak bisa tahu, namun kita dan Tuhan mengetahuinya. Sejak 2 tahun lalu ditulis bacaan Alkitab setahun di dalam warta. Diri sendiri yang periksa. Apakah kita memandang warta itu tidak berguna? Itu kembali kepada masing-masing, kita akan lihat pertumbuhannya.
Kata “sangkal diri” berarti hidupku bukan untuk aku saja. Hidup dan nyawaku dari Tuhan. Siapa yang bisa menambah umur 1 hari saja? Obat apa yang dimakan untuk menambah umur sebanyak 10 tahun? Bila ada, maka orang kaya akan berlomba untuk membelinya. Bisa? Tidak bisa! Sangkal diri , pikul salib. Salib siapa? Bukan salib kebodohan kita. Kalau kebodohan kita, itu bukan salib.  Itu konsekuensi kebodohan dan kebandelan. Tetapi salib Kristus yaitu apa yang difirmankan oleh Tuhan dalam Alkitab. Apa yang dibicarakan oleh Tuhan akan diperiksa  apakah terjadi dan dilakukan dalam diri kita. Bukan karena suka atau tidak suka kita melakukan firman Tuhan. Bicara tentang firman Tuhan tidak bisa kita mengatakan suka atau tidak suka melakukannya. Tidak bisa. Perkataan Yesus adalah salib Kristus untuk kita. Selagi muda dan mencari pasangan hidup yakni mencari teman hidup yang sepadan adalah pengalaman yang paling berat. Misal : calon teman hidup di gereja sendiri kurang sehingga  perlu dicari dari gereja lain.  Bisa di GKKK , GKY, GKI dll yang penting gereja yang benar. Kita harus punya pemahaman iman yang benar walau Itu hal yang tidak suka kita lakukan. Dalam hidup berkeluarga, apa salib Kristus? Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,  karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat (Efesus 5:22-23). Mungkin ada istri yang berkata, “Sudah bagus saya layani, sudah bagus saya menyiapkan makanan setiap hari. Suami saya berbeda dengan suami teman saya dll.” Kalau ada anak Tuhan seperti itu maka harus dicuci-otaknya. Atau bagi para suami, Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Ef 5:25). Sewaktu suami pulang bekerja ada yang berkata ke istrinya yang sipit, “Matamu di mana sih? Saya sebal melihatmu. Cepat pergi ke Korea supaya jadi belo.” Bandingkan dengan firman yang meminta suami agar mengasihi istri. Itu sebuah contoh. Kita benar-benar bisa mencari contoh yang tepat untuk diri kita.

Penutup

Ada satu cerita berdasarkan pengalaman seseorang. Di suatu tempat di Amerika ada satu patung anak domba didirikan. Suatu hari waktu di tempat tersebut sedang didirikan sebuah bangunan megah dan tinggi, salah seorang tukang bangunan terjatuh dari lantai yang tinggi. Temannya berpikir tubuhnya hancur karena jatuh dari tempat yang tinggi, maka temannya pun buru-buru turun. Ternyata orang yang terjatuh tersebut tidak mati. Tetapi ada darah yang terlihat di bawah tubuhnya. Rupanya ia jatuh tepat di atas seekor anak domba yang masih kecil dan sedang bermain-main di situ. Karena tertimpa pekerja, maka anak domba itu pun mati dan Sang Pekerja itu selamat. Itu kejadian nyata. Saya kaitkan dalam hal ini, seharusnya yang harus mati itu adalah kita. Karena kita yang berbuat dosa. Tetapi ternyata yang mati menggantikan kita adalah anak domba Allah. Yang masuk dengan rela ke kota Yerusalem.

O ... Yerusalem kota mulia. Hatiku rindu ke sana. Oh Yerusalem kota mulia. Hatiku rindu ke sana. Tak lama lagi Tuhanku datanglah. Bawa saya masuk ke sana.


No comments:

Post a Comment