Sunday, March 19, 2017

Biji Gandum Harus Mati Baru Banyak Berbuah


Biji Gandum Harus Mati Baru Banyak Berbuah
(Ada dalam konteks pemberitahuan ke tiga tentang penderitaan Yesus)

Pdt Hery Kwok

Yoh 12:20-26
20  Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani.
21  Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus."
22  Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.
23  Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
24  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
25  Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
26  Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Pendahuluan

                Apa yang dicatat Rasul Yohanes dalam pasal 12 menarik perhatian kita karena pada pasal-pasal selanjutnya (13-17) Yesus Kristus secara khusus melayani murid-muridNya untuk memberi pelajaran kepada mereka. Hal ini dimulai dengan Yesus membasuh kaki murid-muridNya. Sebelum memasuki pasal 13, Yesus memberitahukan kepada orang-orang yang menyertaiNya bahwa Ia akan mengikuti ketetapan Allah bahwa Ia harus mati di atas kayu salib! Pemberitahuan yang dicatat oleh Yohanes, muridNya ini,  sedikit berbeda dengan catatan ketiga kitab Injil lainnya. Yohanes mengangkat sesuatu yang secara khusus untuk meresponi apa yang akan Yesus perbuat untuk menebus dosa umatNya.
                Pada Yoh 12:20 dikatakan bahwa di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani.  Pada waktu itu orang-orang Israel dari seluruh penjuru dunia datang berkunjung ke Yerusalem karena mereka ingin beribadah  untuk memperingati hari raya Paskah. Hari raya ini adalah satu di antara 3 hari raya besar orang Yahudi. Pada hari raya-hari raya ini orang-orang percaya harus menghadirinya. Umat pilihan Tuhan khususnya laki-laki harus datang. Walaupun mereka berada di tempat jauh dari Yerusalem, mereka harus datang ke Kanaan. Jadi perayaan Paskah merupakan hari raya penting. Pada Paskah pertama kali, Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Saat itu orang Israel telah diperbudak secara fisik oleh bangsa Mesir selama 430 tahun. Perbudakan yang dialami oleh mereka adalah perbudakan yang sangat mengerikan dan kejam sehingga mereka menjerit kepada Tuhan karena mereka sudah tidak tahan lagi. Istilah yang digunakan pada kitab Keluaran  untuk menggambarkan penderitaan mereka adalah “mengerang” yang artinya mereka sudah tidak kuat lagi menderita atas perbudakan yang diterima dari orang Mesir. Sehingga mereka berseru dan berteriak kepada Tuhan sehingga Allah mengutus Musa untuk membawa mereka keluar orang Israel.
                Mereka berteriak kepada Tuhan untuk menolong mereka keluar dari perbudakan yang telah dialami selama 430 tahun. Dampak perbudakan yang dialami bukan saja secara fisik semata tetapi juga secara rohani di mana mereka sudah terbiasa menjadi penyembah berhala milik orang Mesir. Saat dibawa keluar ke padang gurun mereka masih menyembah berhala itu. Sehingga waktu Musa yang turun setelah menerima 10 perintah Allah menemukan mereka sedang menyembah anak lembu emas. Penyembahan berhala ala Mesir ini telah membentuk rohani mereka selama 430 tahun. Itulah sebabnya Musa menjadi tokoh yang dipakai Allah untuk membawa mereka keluar dari perbudakan fisik dan rohani. Sehingga perayaan Paskah menjadi kewajiban yang harus diulang setiap tahun, menjadi perayaan yang tidak boleh tidak, harus diikuti oleh orang Israel (menjadi ibadah yang harus dilakukan orang Israel).

Orang Kristen yang mencari Tuhan Yesus

                Rasul Yohanes mencatat bagaimana perayaan Paskah terjadi dan orang-orang yang menghadirinya. Pada ayat 20 diungkapkan bahwa dalam perayaan hari raya Paskah waktu itu terdapat beberapa orang Yunani. (Injil lain tidak mencatatnya). Ada orang Yunani yang menghadiri perayaan Paskah karena mereka percaya. Dalam catatan itu mereka ingin bertemu dengan Yesus Kristus. Saat menyiapkan khotbah ini, saya tertegun karena Yohanes memberitahukan respon orang-orang yang menerima pemberitahuan tentang kematian Yesus, orang Yunani mencari Yesus sedangkan orang Yahudi tidak. Alkitab yang diterbitkan LAI mencatat “Mengapa orang Yahudi tidak dapat percaya?” Jadi kontras.
Dalam menyikapi pemberitahuan tentang kematian Yesus ada 2 respon (kriteria) yang sangat kuat :
-        orang-orang Yunani mencari Yesus dan
-        orang-orang Yahudi (umat pilihan Allah) tidak mencari Yesus.
Hal ini menjadi bahan renungan kita karena bisa saja kita berada di antara keduanya. Mungkin saja , sikap kita seperti orang Israel. Mungkin sejak kecil kita sudah menjadi Kristen karena orang tua kita Kristen atau kita menjadi Kristen di tengah jalan perjalanan hidup kita karena motivasi tertentu. Pertanyaannya : apakah kita menjadi orang Kristen yang mencari Yesus atau tidak. Bila tidak mencari Yesus berarti sama seperti orang Yahudi dulu. Malah orang Yunani yang diibaratkan sebagai kayu yang digunakan agar api neraka menyala-nyala justru mereka mencari Yesus. Ada kehausan, kerinduan dan keinginan mereka untuk berjumpa dengan Yesus. Waktu merenungkan hal ini saya berpikir, “Apakah saya mencari Yesus dalam perjalanan saya menjadi orang Kristen? Apakah kita mencari Yesus atau tidak? Ataukah kita hanya berlabel Kristen tetapi hidup kita tidak haus mencari Kristus?” Ini hal yang berbeda. Ada yang menjadi orang Kristen tetapi tidak mencari Krsitus, padahal orang Yunani berkata ingin mencari Yesus.

Yesus harus mati agar orang percaya bisa hidup

                Yohanes memberi fakta yang memberi tamparan kepada kita yang mungkin sama seperti orang Yahudi. Kita menjadi orang Kristen yang dalam perjalanan kita tidak mencari Yesus alias kita  tidak fokus mencari Yesus. Dengan perkataan lain kesenangan dunialah yang kita cari dan lebih menggembirakan kita daripada Yesus. Yohanes membawa kita ke renungan dalam meresponi Paskah. Bagaimana respon kita terhadap Paskah? Apakah kita benar-benar menjadi orang percaya? Waktu Filipus dan Andreas mengatakan bahwa ada orang Yunani mencariNya, Yesus menanggapinya "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (Yoh 12:23-24).  Ilustrasi ini sangat dimengerti oleh orang-orang Yahudi saat itu. Yesus mengambil perumpamaan dari dunia yang akrab dengan mereka yaitu dunia pertanian. Kalau biji gandum mati maka ia akan bertumbuh dan menghasilkan banyak buah. Waktu biji gandum tidak mati di tanah, ia akan tetap satu biji gandum saja dan tidak menghasikan buah. Ini proses pertanian alamiah yang Tuhan ciptakan. Pohon akan berbuah setelah biji mati, bertumbuh dan menjadi berguna.
                Di rumah saya ada pohon mangga yang benihnya saya peroleh dari anak Tuhan sewaktu saya melayani di Gereja Kristus Ketapang. Ia tinggal di BPK Penabur di belakang Jl. Gajah Mada. Ia berkata, “Pak Hery di sini ada 2 buah tunas pohon mangga yang masih kecil. Saat dahulu jatuh ke tanah, ia mati, berproses dan sekarang tumbuh pucuknya. Saya berkata, “Saya mau sekali karena saya menyukai buah mangga”. Namun saya bingung memilih karena ada 2 tunas pohon mangga. Akhirnya yang satu saya ambil sedangkan yang lain saya tawari ke rekan guru di Sekolah Kristen Ketapang. Ternyata teman saya mendapat benih yang manis sehingga mendapat buah mangga yang manis. Saya mendapat benih yang asam sehingga buahnya juga asam. Pohon mangga saya berproses, ada buah yang jatuh ke tanah, mati lalu hidup  dan bertunas. Ilustrasi ini untuk menggambarkan bahwa Yesus Kristus harus mati. Itu  tidak bisa ditawar atau ditolak. Sehingga pada ayat 24 diungkapkan suatu kebenaran bahwa bila biji gandum tidak jatuh ke tanah , ia akan tetap satu biji saja, tetapi waktu sudah mati ia akan menghasilkan banyak buah. Artinya Yesus Kristus ditentukan Allah harus mati. Ini pernyataan yang Yesus sampaikan sebelum mengajar di pasal 13-18 dan seterusnya , Yohanes mencatat bagaimana Ia menghadapi proses kematian dengan cara begitu dinista dan disiksa oleh orang-orang yang jahat.
                Pada pasal 12 ini Yesus memberi pernyataan bahwa mau tidak mau Aku harus mati, karena dengan Aku mati maka engkau akan menjadi hidup. Itulah proses penebusan yang dilakukan oleh Yesus. Keharusan ini memang harus dijalani oleh Yesus. Oleh karena itulah kita diingatkan bahwa kita tidak akan memperoleh penebusan dosa , jika Yesus tidak mati di kayu salib. Proses ini dilakukan di dalam ketaatanNya untuk mengambil cawan yang mengerikan, cawan di mana saat berada di Taman Getsemani Ia berkata, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."(Mat 26:39). PenderitaanNya sangat luar bisa! Seharusnya penderitaan ini tidak diterimaNya tetapi dipikul oleh kita. Maka pada ayat 24 , Yesus berkata bahwa kalau Aku mati maka keselamatan untuk semua orang akan terjadi. Untuk orang-orang Yunani akan terjadi. Untuk orang-orang Yahudi yang hatinya keras akan terjadi. Terjadi untuk Yahudi atau Yunani, untuk orang pintar atau tidak pintar, rendah atau tidak rendah,  kalau Yesus mati maka Ia akan membuat orang-orang yang dahulu dihukum bisa memperoleh keselamatan.

Hidup orang Kristen harus keluar dari zona nyaman

                Sampai di sini kita bisa memahami karena kita bukan orang Kristen baru. Tapi pernyataan ini tidak berhenti dalam ayat 24. Tetapi harus diresponsi seperti yang tercatat pada ayat 25.   Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Dari pelajaran tentang pemberitaan tentang Yesus yang harus mati, orang percaya dituntut harus berani hidup untuk keluar dari zona nyamannya. Waktu kita memperoleh penebusan dari Yesus Kristsus, maka orang percaya harus berada hidup pada zona tidak nyaman. Waktu Matius menceritakan kisah tentang perjalanan Yesus ke Kaisarea, di situ Yesus bertanya kepada murid-muridNya, “Menurutmu Aku ini siapa? Ada yang bilang Elia, nabi-nabi yang lain tetapi menurut kamu Aku ini siapa?” Petrus mewakili murid-murid yang lain mengatakan “Engkau Mesias”. Yesus berkata “Berbahagialah engkau. Itu bukan engkau sendiri yang katakan tetapi Roh Kudus.” Baru saja Yesus berkata begitu tidak lama kemudian Petrus berkata, “Engkau tidak akan mati.” Yesus berkata, “Enyahlah engkau Iblis. Karena engkau memikirkan apa yang dipikirkan manusia.” Mengapa iblis tidak memikirkan apa yang dipikirkannya sendiri tetapi pikiran manusia? Sebelum manusia jatuh dalam dosa, Iblis menggoda manusia dengan cara berpikir manusia sendiri agar manusia tertarik. Pohon itu kalau dimakan menarik  dan kamu tidak akan mati. Itulah keinginan manusia. Iblis tahu pikiran manusia yang sangat kuat dalam diri orang berdosa. Pikiran untuk hidup dalam zona aman (hidup dalam konteks tidak menderita). Padahal konteksnya pada saat itu adalah orang percaya harus menderita (pada Kisah Para Rasul pasal 7 dan 8, kita menemukan bahwa orang-orang percaya yang hidup saat itu mengalami penganiayaan). Melalui pernyataanNya pada ayat 25, Tuhan Yesus mempersiapkan orang percaya saat itu agar harus berani meninggalkan zona kenyamanan  karena mereka akan mengalami penderitaan fisik karena namaNya (mereka harus meresponi dalam hidup untuk siap sengsara). Saat ini mungkin kita tidak didera secara fisik atau kalau pun ada berupa ketidaktegasan pemerintah lokal sehingga ada yang mengalami penganiayaan. Namun penganiayaan fisik secara menyeluruh tidak kita alami di Indonesia. Tidak ada satpam yang mencegah kita ke gereja. Bahkan waktu datang , kita ditanya orang-orang di sekeliling kita, “Mau kemana?” Lalu kalau dijawab,”Saya mau ke gereja.” Mereka akan menjawab lagi, “Oh selamat ya.” Kalau saya pergi ke pasar, tukang bensin tanya, “Pak mau ke mana?” Saya jawab ,”Mau ke pasar.” “Oh iya selamat ke pasar.” Kalau ke pasar melewati rumah Teguh, saya bertemu tukang bubur. Kalau lewat rumah Bahri akan ketemu dengan tukang singkong. Saya dikasih selamat ke pasar saat melewati mereka. Kita dikasih selamat waktu mau ke gereja, tidak disuruh untuk pulang lagi atau diancam,”Kalau ke gereja akan dibakar.”
                Namun hal ini membuat kita terlena sehingga hidup dalan zona nyaman. Apa yang disampaikan Yesus pada ayat 25 mengingatkan kita, “Kalau engkau Aku tebus, merdekakan, selamatkan maka engkau harus pikirkan baik-baik hidupmu. Waktu engkau mencintai nyawamu dan tidak berani menderita, maka engkau akan kehilangan nyawamu. Sekarang ini ada yang “menderita” bila dilihat dari suatu sudut. Terkadang saya bertanya ke jemaat yang biasa ikut kebaktian pagi alasan mereka tidak ikut ibadah. Ada yang tidak datang karena tidak bisa bangun pagi. Jadi waktu disarankan untuk pindah ke pk 10 juga tidak datang karena alasan yang sama. Itu baru penderitaan bangun pagi dan seharusnya untuk melawannya sudah sekali. Kalau hal itu saja tidak bisa, bagaimana nanti bila melawan penderitaan fisik? Ada juga, .yang tidak ke gereja karena tuntutan pekerjaan, dagang (bisnis) atau menyiapkan rumah tangga. Kalau seperti itu kondisinya akan makin susah. Ada yang karena alasan keluarga tidak datang ke gereja karena sayurnya belum matang atau tidak bisa ikut persekutuan doa di sore hari karena kecapaian. Ini yang saya dengar dari jemaat yang tidak ke gereja. Padahal penderitaan kita tidak setajam penderitaan orang abad awal, tetapi tetap ada yang tidak bisa datang. Ayat 25 menjadi peringatan bagi kita. Maka Tuhan berkata,”Kalau hidupmu ditebus oleh Tuhan maka hidupmu harus siap menderita.” Pada 2 Tim 3:12 dikatakan Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya. Kata “akan menderita” disampaikan Rasul Paulus untuk orang percaya yang mau hidup beribadah  dan hidupnya sungguh-sungguh kepada Tuhan.

Orang Kristen dituntut melayani Yesus ke mana pun Ia berada

Pasal 12:26  Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Penebusan Yesus bukan tanpa arah. Kita ditebus untuk melayani Dia. Kita menjadi orang Kristen yang percaya bahwa orang Kristen dituntut untuk melayani Dia seperti pada ayat 26. Yang dimaksud dengan “barang siapa melayani aku” adalah orang- orang yang telah mengalami ayat 24 yaitu Aku mati untuk kamu dan Aku telah menebus kamu. Dan tebusan yang Aku kerjakan untuk kamu adalah tebusan yang membawa orang percaya untuk melayani Tuhan. Jadi pelayanan kepadaNya bukan pilihan. Soal ujian ada yang berupa pilihan , tetapi kalau hidup yang telah ditebus oleh Yesus, maka kita harus melayani. Jadi jangan katakan saya mau melayani kalau kita sudah bisa dan punya waktu. Itu konsep yang kacau dan keliru. Itu membuat kita tidak bertumbuh dalam iman percaya kita kepada Tuhan. Konsep itu diikuti oleh banyak orang Kristen dan konsep ini berbahaya karena membuat kita menjauhi pelayanan. Kadang saya terharu dengan orang-orang yang melayani di daerah pedalaman yang seringkali menjumpai banyak kesulitan. Mereka jauh lebih susah daripada kita. Mereka harus berjalan (kaki) dengan menempuh jarak yang jauh. Di daerah NTT yang akan kita layani tahun depan dalam misi penginjilan, saya sudah bertanya tentang kondisi mereka. Mereka berada di daerah pedalaman yang daerahnya dingin. Dari kota mereka harus jalan kaki ke tempat yang akan kita layani nanti. Saya pikir jalannya sebentar. Ternyata sampai hari minggu ini ia juga belum kirim gambar yang saya minta sehingga saya tidak bisa menayangkannya sekarang. Hal ini karena mereka harus menempuh perjalanan jauh dari pedalaman. Kita di sini enak-enakan, fasilitas apa yang tidak ada? Tetapi mengapa tidak kita gunakan untuk melayaniNya? Kita diberikan talenta tapi tidak digunakan dengan baik. Hidup percaya kita harus menjadi hidup yang benar-benar dan dikoreksi terhadap penderitaan Yesus.
                Maka Yesus mengatakan bahwa kriteria orang yang melayaniNya adalah orang yang dimana Aku pergi, ke sana ia ikut Aku. Yesus ke Galilea, murid-muridNya ke Galilea. Yesus turun ke Yudea, mereka turun ke Yudea. Yesus melintasi Samaria, mereka ikut melintasi. Artinya kemana Aku ada, di situ pelayanKu harus ada. Kemana Aku pergi, di situ pelayanku harus menyertai. Prinsip pelayanan adalah prinsip di mana kita benar-benar memberikan buat Tuhan, ke mana Tuhan minta dan kasih , di situ kita harus ambil bagian. Kalau ini tidak dipegang teguh, maka penderitaan tentang Yesus yang hebat tidak menjadi pemberitaan yang hidup dalam kita. Itulah sebabnya kita menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja (bukan militan, bukan orang Kristen yang berdampak, bukan orang Kristen yang mempengaruhi orang sekeliling kita) karena kita tidak memahami .mengapa kita harus melayaniNya. Karena itu tuntutan yang Dia berikan kepada kita karena Ia telah menebus kita.

Penutup


                Mari kita memikirkan hidup percaya kita . Lagu Bawalah Aku Dekat ke Salib (Jesus Keep Me Near the Cross oleh William H. Doane dan syair oleh Fanny J. Crosby) merupakan lagu yang sangat menerpa saya. Bawalah aku Yesus, dekat ke salibMu. Air hidup dan darahMu, sucikan hatiku. Reff: Salibnya, salibnya, selama mulia, Dosaku disucikan,oleh darah Yesus; Imanku yang terkecil, Tuhan tak tinggalkan. Sinarilah hatiku,dengan Roh KudusMu; Salibmu sandaranku, kurindu kasihMu. Selama aku hidup,'ku mau taat padaMu. Saya bisa menjadi orang yang tidak dekat salibMu, bisa saja pelayanan saya menjadi luntur dan tidak bersemangat atau tidak fokus. Saya berbicara kepada diri saya sendiri bahwa saya bisa jadi seperti itu. Saya tertegur oleh Tuhan. Apakah engkau sangat dekat denganKu, Hery Kwok? Mari pikirkan dalam pra Paskah yang ketiga ini, perjalanan iman percaya kita kepada Tuhan. 

No comments:

Post a Comment