Sunday, January 15, 2017

JAMINAN SEJATI MASA DEPAN


Pdt. Amos Winarto

Mazmur 138
1 Dari Daud. Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu.
2  Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.
3  Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.
4  Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu;
5  mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan TUHAN, sebab besar kemuliaan TUHAN.
6 TUHAN itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh.
7 Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku.
8 TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!

Pendahuluan

                Siapa yang tidak mencari dan senang dengan diskon atau potongan harga? Biasanya menjelang hari raya-hari raya, pusat-pusat perbelanjaan menawarkan berbagai bentuk promosi yang menarik. Mungkin bagi yang suka nasi goreng, restoran A menawarkan promosi makan di tempat dengan mendapat gratis nasi goreng bila menggunakan kartu kredit  X atau bila makan di restoran B diberikan diskon atau buy 1 get 1 free. Tidak masalah dengan diskon-nya,  namun bila tidak berhati-hati dan lupa membaca penawarannya dengan teliti, kita bisa kecewa atau membeli barang-barang yang tidak diperlukan untuk mendapat diskonya. Biasanya promosinya tertulis dalam brosur, spanduk  atau standing banner dengan mencantumkan tanda bintang kecil (*) yang berarti ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi terlebih dahulu baru promosinya berlaku. Misalnya ditawarkan telepon pintar Samsung S7 dengan harga Rp 3 juta lalu diberi tanda bintang kecil. Setelah dibaca dengan teliti barulah diketahui bahwa hal itu hanya berlaku bila kita membeli dalam jumlah besar.

Bukan Soal Tidak Bisa Senang, Melainkan Terlalu Mudah Dibuat Senang

                Yang menjadi masalah dalam kehidupan orang percaya adalah bukannya orang percaya tidak boleh senang, melainkan jangan sampai terlalu mudah dibuat senang. Di sisi lain ada orang Kristen yang mukanya hanya merengut saja (tidak ada senyum dan suka cita). Sebagai orang Kristen, kita  boleh merasa senang. Kekristenan tidak pernah mengajarkan paham Asketisme (yakni paham atau pengajaran tentang penyangkalan diri dari segala yang bersifat kemewahan). Dalam paham ini kalau benar-benar percaya Tuhan, kesenangan didapat dari menyiksa diri. Di daratan Tiongkok ada beragam jenis teh. Ada teh khusus diklaim bisa memberi kekuatan. Di sana, ada yang menganut kebiasaan bila ingin datang ke tempat sembahyang, saat ke luar rumah menuju tempat sembahyang maka setiap berjalan 5 langkah mereka harus berlutut dan bersyukur menghadap ke arah tempat sembahyang. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka ada petugas tempat sembahyang yang menolak mereka masuk. Bagaimana bila hal ini dilakukan di sini? Misalnya saat  memasuki tahun baru, majelis GKKK Mabes mengeluarkan kebijakan yang berbunyi : bila ingin datang beribadah pada hari minggu di awal tahun, setiap jemaat harus berlutut dan tersungkur menghadap gedung gereja GKKK Mabes setiap 50 langkah. Apakah ada yang datang? Rasanya tidak ada dan akan pindah ke gereja yang lain! Kekristenan memang tidak mengajarkan untuk menyiksa diri melainkan kita harus bisa menikmati dan bersyukur atas apa pun yang diberikan Tuhan. Yang menjadi masalah  dalam kehidupan : kita terlalu mudah dibuat senang. Jadi kita senang pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Apa saja yang bisa membuat kita senang walau tidak ada artinya, ada yang mungkin rela kehilangan sesuatu yang berharga.

                Ada sebuah kebiasaan di sebuah suku di Afrika. Setiap 7 tahun mereka mengadakan pemilihan raja. Semua orang boleh mencalonkan diri tanpa perlu bergabung dalam sebuah partai politik. Cara menentukan pemenang dari calon-calon yang sudah mengajukan diri menjadi raja adalah melalui undian di depan suku. Tidak ada debat di depan publik, namun hanya melalui undian saja. Yang menang undian terpilih menjadi raja. Jadi semua orang bisa menjadi raja. Kalau terpilih sebagai raja selama 7 tahun, semuanya bisa didapatkan (semua keinginan akan terpenuhi). Namun seperti juga penawaran dikson di atas dan semua yang terlihat ‘enak’ pasti ada syarat dan ketentuannya. Dalam hal ini pada akhir tahun ke-7 (akhir masa jabatan), Sang Raja harus turun tahta dan kepalanya akan dipenggal. Bukan hanya raja tetapi juga semua keluarganya turut dibunuh karena bila tidak demikian dikhawatirkan mereka bisa memberontak (terjadi makar, misalnya : anaknya ingin menjadi raja seperti ayahnya juga). Pertanyaannya : semua syarat dan ketentuan untuk menjadi raja sudah diberitahukan sejak awal, apakah ada orang yang mau mencalonkan diri menjadi raja? Ternyata banyak! Bagi mereka yang penting bersenang-senang selama 7 tahun, sesudah itu tidak pedui kalau harus mati. Manusia mudah dibuat senang, walau pun kesenangan ini berakhir maut. Begitulah manusia. Kita mudah dibuat senang walau bisa mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup.

Tiga Alasan bahwa Tuhan Adalah Jaminan Sejati Masa Depan

                Kalau kita berbicara tentang  masa depan maka jaminannya adalah Tuhan. Mengapa Tuhan menjadi jaminan masa depan? Kita sudah mengetahui hal ini. Namun setelah keluar dari gereja lalu berhadapan dengan  dunia yang menawarkan sesuatu yang membuat senang, maka Tuhan pun ditinggal. Namun perlu dipahami mengapa Tuhan adalah jaminan sejati masa depan.

Ada 3 alasan mengapa Tuhan merupakan jaminan masa depan.

1.     Tuhan adalah Tuhan dari segala allah (ayat 1-3)

Daud mengatakan pada Maz 138:1 Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Tuhan adalah di atas segala allah. Para “allah” lain pasti akan mengecewakan. Hanya Tuhan yang tidak akan pernah mengecewakan kita. Misalnya sebelum hari imlek , ada orang yang tiba-tiba dengan tulus mentransfer uang sejumlah Rp 100 juta. Hal ini membuat kita senang. Namun pertanyaannya : sampai kapan kita merasa senang? Sampai uangnya habis! Setelah mendapat uang, kita langsung mentraktir sana-sini sampai uangnya habis. Setelah itu kesenangannya pun lenyap. Apa yang ditawarkan dunia ini pasti mengecewakan kita. Hanya Tuhan yang tidak pernah mengecewakan kita di mana :
-          Tuhan sendiri menyatakan. Maz 138:2 Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Tuhan yang membuat nama dan janjiNya melebihi segala sesuatu.
-          Tuhan sendiri melakukan. Dia tidak hanya berbicara saja tetapi juga bekerja. Tuhan kita bukan hanya berkhayal, berpuisi tetapi Tuhan yang bekerja. Maz 138:3 Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.
Apakah kita lebih memilih kesenangan sesaat yang ditawarkan dunia ini atau dibuat senang selamanya dan tiada akhirnya oleh Tuhan kita?

2.    Tuhan adalah Tuhan dari segala orang (ayat 4-6)

Orang-orang di dunia ini seringkali pilih kasih. Orang yang baik malah mau dijebloskan penjara. Orang yang tidak baik malah mau dijadikan yang nomor satu dan didukung-dukung. Dunia ini seringkali tidak adil dan pilih kasih. Ada yang sudah bekerja dengan keras, jujur dan berusaha sebaik-baiknya dan punya rekan kerja yang sering terlambat dan malas bekerja, namun ternyata rekannya ini yang gaji atau pangkatnya yang dinaikan. Sedangkan orang yang sudah bekerja rajin puluhan tahun mungkin malah dipecat. Dunia jadi kacau balau. Tidak ada keadilan, yang ada pilih kasih. Kalau mengandalkan dunia, maka kita akan tenggelam dalam tekanan batin dan iri. Misalnya ada yang berpikiran : anaknya bisa menjadi dokter, tetapi anak saya hanya jadi tukang sapu jalanan sehingga iri dan berkata mengapa Tuhan tidak adil. Mengapa anak saya yang baik terkena down syndrome , di mana Tuhan?. Itulah kondisi dunia. Kalau melihat dan berharap akan dunia ini, kita akan kecewa.

Tuhan kita tidak akan pilih kasih. Kita tidak harus menjadi pintar dulu (sampai bertitel S3), memiliki uang yang banyak  sampai triuliuner atau punya rumah banyak baru Tuhan akan mengasihi kita. Karena kasihNya tanpa syarat. Dunia memberikan kasihnya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Kalau kamu orangnya ‘begini’, maka saya baru bisa mengasihi kamu. Kalau kamu sudah mencapai suatu kedudukan, baru saya mengasihi. Itu keliru! Malah Tuhan mengasihi kita dan Ia datang sendiri ke dunia untuk menyatakan kasihNya kepada kita. Tuhan tidak pernah pilih kasih karena baik raja maupun bukan raja adalah milik TUHAN, bahkan orang yang hina dan sombongpun tetap di bawah kedaulatan TUHAN.  Maz 138:4-6  Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu;  mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan TUHAN, sebab besar kemuliaan TUHAN. TUHAN itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh.

Manusia dunia mencari jaminan padahal Jaminan itu sendiri sudah datang mencari kita. Manusia mencari jaminan. Dunia memperlakukan manusia dengan tidak adil sehingga manusia selalu mencari jaminan. Tidak bisa jaminannya berupa diri sendiri. Kalau mau melakukan sesuatu maka harus ada jaminan (harus minta jaminan). Tidak bisa tidak. Inilah kondisi dunia. Dalam mengikuti Tuhan, kita tidak perlu jaminan dari Tuhan, malah Tuhan yang menjadi jaminan terlebih dahulu untuk kita. Ini luar biasa sekali. Kita tidak perlu mencari jaminan tetapi malah Tuhan yang memberikan jaminan. Dalam Ef 1:13-14, Di dalam Dia kamu juga  —  karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu  —  di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya. Kita tidak perlu mencari dan meminta, karena kita sudah diberi oleh Tuhan. Tetapi kita sering mudah dibuat senang oleh dunia ini. Kita cenderung merasa cukup walau dengan jaminan dunia membuat kita senang dan merasa tidak perlu dibuat senang oleh Tuhan. Kita lupa dan akan menutup mata bahwa dunia itu pilih kasih dan tidak adil (ada syarat dan ketentuan dalam memberikan jaminan). Semua kita dikasihi Tuhan dan Tuhan mau memberikan diriNya kepada kita. Pertanyaannya : maukah kita menerimanya atau sebaliknya malah kita memilih tawaran dunia yang akhirnya mengecewakan?

3.    Tuhan adalah Tuhan Segala Pertolongan (ayat 7-8)

Jika kita berada dalam kesesakan , Tuhan akan menolong dan membereskannya bagiku. Bila ada musuh yang mau menghancurkan  , Tuhan akan turun tangan. Tuhan maha kuasa dan tidak terbatas dalam memberikan pertolongan. Dunia terbatas dalam kemampuannya  menolong kita. Saat kita memiliki banyak uang, maka banyak hal dalam hidup kita bisa tertolong. Saat sakit kita bisa mencari pengobatan yang paling mahal. Saat lapar bisa  mencari makanan yang paling mewah. Tetapi itu semua terbatas. Dengan uang kita tidak bisa membeli kesehatan. Uang tidak bisa dimakan untuk menjadi obat. Mungkin kita bisa membeli kasur yang paling empuk di dunia ini yang lebarnya mungkin sampai 10 m (sangat luas sehingga saat tidur kita tidak akan jatuh), tapi kita tidak bisa membeli tidur yang nyenyak. Walau dikasih obat belum tentu kita bisa tidur nyenyak. Walau tidur beralaskan bantal yang berisi uang ratusan juta rupiah, apakah kita bisa tidur? Coba saja tanya ke orang yang sakit imsomnia yang walaupun diminta tidur di bantal yang berisi uang, tetap saja mereka tidak bisa tidur. Demikian juga dengan orang yang memiliki banyak gelar. Dengan gelar, ia bisa mendapat banyak hal. Ia dihormati dan diundang ke sana ke mari  dan sering diminta masukan dan pendapatnya. Namun suatu kali bila terjadi Perang Dunia III dan di Indonesia terjadi kelaparan karena tidak ada lagi makanan, maka sertifikat  yang menunjukkan gelar tersebut tidak bisa dimakan untuk membuat kenyang. Apa yang diberikan dunia memang bisa menolong tetapi terbatas. Hanya Tuhan yang tidak terbatas.

Orang percaya tidak akan pernah bisa mengatakan bahwa ia sudah tidak lagi memiliki apa pun (ia tidak punya apa-apa lagi). Orang yang sungguh mempercayakan hidupnya kepada Tuhan, jaminan sejatinya adalah  Tuhan maka ia akan mengatakan ,”Saya masih punya Tuhan!” Misalnya : kita punya pabrik besar, rumah mewah, deposito di Swiss Rp 1 triliun , ternyata yang terpilih menjadi guberner adalah orang yang tidak peduli dengan kota Jakarta, sehingga terjadi banjir yang dibiarkan saja lalu terjadi tsunami dan mengakibatkan Jakarta tenggelam. Rumah yang mewah dan pabrik musnah. Kejadian itu akan membuat kita jadi sedih karena rumah dan pabrik yang dibangun dari awal (bukan dari keturunan orang tua), hasil keringat sendiri hilang. Tetapi apakah hal itu bisa membuat kita stress dan menjadi gila? Tidak! Kalau Jakarta habis, kita masih ada deposito di Swiss. Namun misalnya gara-gara Donald Trump terpilih menjadi presiden AS dan adanya provokasi yang tidak diterima oleh  Rusia sehingga terjadi PD III. Swiss menjadi rebutan AS dan Rusia. Lalu Swiss dibom hancur lebur, sehingga uangnya habis (hangus). Hal ini membuat kita sedih, tetapi apakah membuat kita gila? Kalau orang yang mengalaminya tidak mengenal Tuhan mungkin ia akan menjadi gila. Bisnis  dan uangnya habis, bagaimana bisa hidup? Tetapi kalau punya jaminan masa depan (Tuhan), ia tidak akan gila karena kita masih punya Tuhan yang menyediakan harta yang tidak karat dimakan ngengat dan tidak bisa dihancurkan oleh bom nuklir. Ialah Tuhan yang tidak terbatas. Berbeda dengan harta, kepandaian, kesehatan kita saat ini yang terbatas dan pasti akan berakhir. Pasti ada sesuatu yang tidak bisa diselesaikan. Hanya Tuhan yang tidak bisa dibatasi apapun dan Ia sanggup menolong kita.

Kesimpulan

-        Tuhan adalah jaminan sejati masa depan karena Ia adalah TUHAN segala allah, TUHAN segala orang, dan TUHAN segala pertolongan.
-        Yang menjadi masalah bukan informasi, melainkan transformasi. Kita semua mungkin sudah tahu hal ini. Dulu lupa sekarang ingat kembali, Ini semua informasi. Yang menjadi masalah bukan informasinya tetapi transformasi.
-        Transformasi terjadi jika kita tidak gampang dibuat senang oleh dunia ini melainkan belajar beriman yaitu mempercayakan diri kepada Tuhan. Masa depan (jaminan sejati) kita adalah Tuhan bukan uang, kepandaian, kekayaan, kekuasaan atau apa pun yang diberikan dunia. Kita meyakini, kita tidak mudah dibuat senang oleh dunia ini tetapi kita dibuat senang oleh Tuhan.

                Ada seorang penjual koran yang sudah setengah tua. Suatu kali di pagi hari saat berjualan, turun hujan deras sehingga ia tidak bisa berjualan dan ia pun mencari tempat untuk berteduh. Kemudian dia melihat ada sebuah toko yang sudah buka lalu ia pun berteduh di depan emperen toko tersebut bersama beberapa orang lain. Menunggu cuaca membaik, sang penjual koran pun membaca sebuah buku. Ternyata ada seorang pemuda yang tertarik dengan tingkah lakunya yang membaca buku dan bukan korannya. Lalu ia pun mendekati Sang Penjual Koran dan mengintip apa yang sedang dibacanya. Ternyata Si Bapak tua penjual koran ini sedang membaca Alkitab! Kepergok sedang memperhatikannya membaca, Pemuda ini bertanya ke Sang penjual Koran,”Oh Bapak baca Alkitab ya?” Sang Penjual berkata,”Iya saya membacanya.” Sang Penjual Koran pun mengutip nats Alkitab yang dibacanya, “Mengucap syukurlah dalam segala hal.” (I Tesalonika 5 : 18). Sang pemuda bertanya,”Oh bapak belajar mengucap syukur ya? Tetapi kalau hujan begini bagaimana?” Si Penjual menjawab,“Iya tidak apa. Saya bersyukur karena saya masih bisa membaca firman Tuhan.” “Tetapi bagaimana kalau hujan tidak berhenti-henti sehingga Bapak tidak bisa menjual koran , tidak mendapat uang dan tidak bisa makan. Apa Bapak mau makan Alkitab?” Si Pemuda bertanya lagi penasaran. Si Penjual menjawab,”Ya, tidak! Namun hal ini berarti saya akan pulang dan mungkin disuruh puasa oleh Tuhan, membaca firman Tuhan dan kalau ngantuk lalu tidur. Saya pernah mengalami hal ini (tidak laku, lalu pulang , baca Alkitab dan tidur). Tetapi ada juga karena tidak bisa menjual, saya pulang ke rumah. Ternyata di desa saya, ada yang sedang mengadakan kenduri dan saya diberi makan juga.“ Karena punya Tuhan, Bapak setengah tua ini bisa bersikap berbeda. Ia tidak menyalahkan Tuhan karena tidak bisa berjualan. Ia tidak mengatakan Tuhan jahat dan tidak peduli dengan wong cilik seperti dirinya. Ia bukan tipe pejabat. Ia tidak menyalahkan bagian diakonia gereja yang tidak memberi bantuan penuh sehingga sebelum akhir minggu bantuannya habis. Orang yang sungguh-sungguh percaya pada Tuhan, jaminannya yang sungguh berasal dari Tuhan. Orang yang sudah mengalami transformasi hidup, sungguh-sungguh belajar. Ia adalah Allah segala allah, semua orang dan  segala pertolongan. Carilah Tuhan, jadikan Dia sebagai jaminan hidup supaya hidup kita berbahagia dan bukan hidup yang akhirnya kecewa. 

No comments:

Post a Comment