Thursday, March 31, 2016

Kesaksian : Tetap Setia


Acara kesaksian pada Persekutuan Doa (PD) Rabu 30 Maret 2016 secara khusus mengundang Ibu Hetty, salah seorang jemaat Gereja Kristen Ketapang Kelapa Gadang tempat di mana Ev. Susan Maqdalena sebelumnya melayani sebagai gembala. Ibu Hetty bukan jemaat biasa tetapi seorang aktifis yang sungguh-sungguh mau melayani. Walaupun dalam kondisi yang sakit, ia tetap ingin menyelesaikan tugasnya sebagai seorang BP (badan pengurus). Saya tidak tahu apakah BP ini levelnya sama dengan majelis atau BP komisi (sebagai sekretaris).

Ibu Hetty datang ke PD dengan suaminya (Pak Santo) dan dua orang rekan aktifisnya yakni Ibu Lily (seorang yang giat mendukung Ibu Hetty dalam sakit-penyakitnya) dan Ibu Siu Muk (? Tidak tahu benar tidak namanya). Sewaktu melihat mereka bersama Pdt. Hery Kwok saya sudah menduga salah satu dari mereka adalah tamu yang diundang untuk memberi kesaksian. Namun karena ada 3 orang perempuan, saya harus menebak mana orang yang akan memberi kesaksian. Karena kedua rekan Ibu Hetty orangnya kurus-kurus, saya awalnya agak sulit menentukan mana yang sakit (maaf bukan mau bilang orang kurus penyakitan ya...). Akhirnya waktu dikenalkan baru saya tahu bahwa ibu yang agak kecil badannya yang akan memberikan kesaksian. Saya sempat berbincang-bincang sebentar dengan Ibu Hetty sebelum acara PD dimulai.

Ibu Hetty memberikan kesaksian dengan suara yang tidak begitu jelas. Hal ini pasti karena sakitnya. Saya jadi ingat waktu papa saya menderita kanker  dan dirawat di RS, ia bahkan sudah bisa bicara lagi. Puji Tuhan, Ibu Hetty masih bisa bersuara dengan cukup baik. Dulu waktu papa tidak bisa bicara padahal ia ingin bicara, maka kami hanya dapat memberi kata-kata yang dimaksudkan untuk menghibur saja. Namun pastilah sedih bagi orang yang kehilangan suaranya. Jadi berbahagialah orang yang masih bisa bertutur kata dengan jelas.

Berikut penuturan dari Ibu Hetty yang sempat saya tangkap. Kalau ada hal-hal yang salah dan tidak jelas, kemungkinan saya salah dengar atau tidak mencatatnya dengan jelas. Juga sebagian saya tidak tangkap konteksnya mungkin karena yang diceritakan sudah sangat familiar dengannya tapi bagi saya hanya menduga-duga saja. Moga-moga tidak salah. Sebenarnya mau konfirmasi ke Ibu Hetty , tapi karena Ibu Hetty tidak punya alamat email, maka kalau pakai pesan WA bakal repot karena panjang. Kata-katanya tidak persis sama karena sewaktu mencatatnya ada sebagian yang tidak keburu dicatat.

Saya ingin memberikan kesaksian bahwa Tuhan benar-benar setia.
Pada tahun 1998 saya divonis terkena kanker *1) payudara stadium 2A. *2)
 Ada 3 sel yang tidak normal di payudara dan yang satunya gawat. Dari pemeriksaan mamogram *3) terlihat bahwa ada scar (jaringan parut) di payudara sehingga harus diangkat semunya.
Saya pasrah dan berkata, “Apapun yang terjadi, saya serahkan keputusannya sesuai dengan yang terbaik menurut dokter.”.
Maka saya pun kemudian menjalani operasi pengangkatan payudara saya.
Saya mengira setelah operasi semuanya sudah selesai.
Namun ternyata setelah 3 minggu operasi harus disinar sebanyak 25 kali! Setelah itu harus kemoterapi. Saya sama sekali tidak mengerti.
Katanya hanya diinfus, ternyata sakit sekali.
Saat itu (Mei 1998, red) sedang terjadi kerusuhan.
Suami saya sedang asyik menonton “bakar-bakaran”, sementara saya sedang menghadapi rasa sakit saya.
Ranjang sampai bergoyang dan saya tidak bisa ngomong dan berdoa. Dalam hati saya hanya berkata,”Tuhan tolong!’.
Suster yang masuk ke kamar, memeluk tapi saya masih gemetaran.
Tiba-tiba suami saya datang dan berkata, “Seru, mobil-mobil sedang dibakari.”
Saya tidak bisa membalas.
Suster yang melihatnya berkata, “Bapak... ! Istri bapak sedang gemetaran.”
Barulah suami saya sadar. Setelah itu ia selalu menemani saya..
Walau suami saya cuek, ternyata waktu saya sakit baru terlihat kasih suami kepada saya. *4)

Setelah menjalani kemo saya diberi obat.
Waktu itu saya masih kerja karena masih berumur 40 tahun.
Namun untuk kemo saya sering bolos sehingga rapot saya jelek dan terpaksa dirumahkan.
Karena pengobatan kemo mahal, maka uang pun menipis.
Beruntung saya mempunyai teman yang sangat baik, Lily.
Saya berkata kepadanya, “Li saya sudah tidak punya uang untuk beli obat.”
Sahabat ini judes tapi terus support saya.
Ia yang memberi nasehat dengan meminta saya mengatakan,”Tuhan saya mau minum obat ini, tapi setelah itu sembuh.” Setelah itu, rasanya badan saya menjadi enak.
Karena merasa sudah enak maka saya tidak lagi kontrol penyakit saya.
Selama 12 tahun saya tidak cek.
Setelah itu di CT-scan , mamogram dan keluar hasilnya : saya  bebas kanker!
Tuhan begitu baik, saya bebas kanker!.
Lalu karena keenakan, saya lupa lagi berdoa.
Juga pekerjaan, kalau mau baru saya kerjakan.

Tahun 2013 saya ditugaskan dalam pelayanan secara penuh.
Saya giat melayani dan akhirnya batuk-batuk.
Kata teman saya, .”Het ke dokter, Het. Takut kamu kena TBC.”
Saya menjawab, “Tanggung. Setelah  natal dan tahun baru, baru ke dokter”

Ternyata di awal 2014, saya kena typus. Karena batuk-batuk saya dironsen.
Ternyata hasil ronsen, tidak keluar-keluar.
Saya tanya,”Dokter, memang tidak ada hasilnya?”.
Dokter menjawab, “Nanti suami ibu yang saya kasih tahu.”
Saya berkata, “Dok, saya kan yang sakit. Bukan suami saya.”
Akhirnya dokter berkata, “Paru-paru ibu tidak bagus. Dalam paru-paru kanan ibu ada benjolan di kelenjar getah bening berukuran 5x6, sedangkan di paru-paru kiri juga ada tapi kecil-kecil. Mungkin ini metastases dari kanker payudara.”
Saya mulai galau dan menangis. Pikiran saya jadi jelek.
Saya menyediakan foto dan berpesan ke tukang foto untuk nanti diletakkan di atas peti mati. Tukang foto bingung.
Saya berpesan, “Buat yang bagus karena nanti taruh di atas peti saya.”
Saya juga buat baju baru  untuk menghadap Tuhan.
Memang saya ditertawai tapi tak peduli.
Saya siapkan semua agar tidak merepotkan suami dan anak.
Saya berkata ke suami, “Pi, kalau saya berangkat sudah saya siapkan semua di bawah ranjang.”
Suami saya berkata,”Jangan begitu.”
Ternyata saya jahat di hadapan Tuhan, sok pintar, mendahului rencana Tuhan.
Saya periksa lab, hasilnya ternyata tidak seperti yang saya takuti.
Hasilnya bagus
Yang tadinya bertana minus jadi plus dan sebaliknya
Dokter bilang, “Ini hasilnya bagus.Ibu tidak perlu kemo cukup makan obat saja.”
Tadi di lab itu saya bedoa, “Tuhan saya terima kalaupun vonis nya jelek. Hanya kalau boleh jangan dikemo karena mahal dan bukan bertambah baik.”
Tuhan menjawab dan saya tidak dikemo dan hanya perlu makan obat.
Dagingnya di paru mengecil sedikit

Juli 2015, saya jatuh lagi.
Panas saya tinggi. Kalau pagi tidak panas.
Pagi hari saya seperti orang hamil, muntah-muntah. Kalau tidak muntah tidak puas.
Jadi suami suruh ke dokter.
Saat ada saudara mau kawin suami bilang “Jangan datang.” Tapi saya tetap datang ke rumah cici.
Di sana saya muntah-muntah Jadi merepotkan saja.
Akhirnya saya dibawa ke rumah sakit. Setelah di infus kondisinya jadi bagus.
Namun setelah pulang muntah lagi. Dokter bilang ,”Itu vertigo.”
Lalu saya dijemput anak masuk ke RS Gading Pluit.
Setelah di MRI  *5), ternyata virus masuk ke otak saya. Jadi rambut saya rontok.
Rambut baru yang saya pakai ini baru 6 bulan.
Dokter bertanya,”Ibu sering jatuh?”
Saya menjawab, “Seingat saya begitu.”
Ternyata di atas otak kecil ada cairan sehingga harus dioperasi.
Malam-malam datang dokter bedah.
Pk 1 malam pikiran saya jelek. Saya melihat dokter seperti jagal babi.
Padahal dokter sedang pakai sarung tangan dan saya melihatnya seperti sedang mengasah pisau jagal.
Saya pun berteriak tidak mau. Kalau mau bedah biar Tuhan langsung yang bedah.
Suami saya bilang, “Kalau tidak bedah akan begini terus.”
Jadi selama 3 bulan saya tidur miring ke kiri. Tidak bisa bergerak. Saya tidak suka sinar.
Kalau suami menyalakan lampu maka terjadi perang.

Selama 3 bulan  saya merasa pasti tidak ada harapan.
Terakhir sahabat saya datang. Mereka datang.
Saya bertanya ke suami,”Teman-teman yang lain datang, kenapa Lily tidak pernah datang?”
Ternyata kemudian ia datang membawa sahabatnya dari Australia.
Di situ saya dihajar habis-habisan
Teman saya berkata, “Minum obat dan vitamin tidak mau. Maunya apa?”
Saya menjawab, “Maunya pulang. Malam sakit badannya.”
Dia berkata, “Kalau mau pulang, kamu mau melewati jembatan? Masih ada 1 jembatan. Kalau mau jembatan, elu mesti nekat.”
Malamnya saya bermimpi.Mimpinya senang tapi tidak enak.
Saya bilang ke suami, “Saya mau dibedah.”
3 rumah sakit dicari tapi semuanya mentok.
Di RSCM  bilangnya dokter-dokter meeting dulu.
Anak saya bilang, “Mami tidak bisa begitu”
Ia pergi ke RS Siloam Karawaci untuk ke Prof Eka.
Dokter itu bagus tapi mahal, duitnya darimana? Untuk sekali konsulatsi saja Rp 700.000, bagaimana caranya operasi?
Namun anak-anak akan usahakan.
3 hari sebelum operasi, saya minpi, “Ada orang yang tidak ada muka. Saya dikasih kudanya. Buntutnya bagus. Kuda itu melihat saya saja”.
Pendeta saya (Novi, red) datang, lalu ia doakan saya.
Saya bertanya, “Ibu Novi saya dikasih kuda oleh teman saya.”
Ia berkata , itu bukan kuda tapi keledai.
Saya melihat dia dan sebaliknya. Akhirnya saya ambil.
Selesai saya dioperasi, ada ilusi.
Karena tidak mendusin, suster membangunkan saya.
Di dalam keadaan dibius saya bermimpi.
Biasanya keledai di belakang saya, dia ikut kemana pun saya tuntun. Sekarang ia di depan saya. Ia berkata, “uber saya.”
Begitu mendusin, nafas saya Senin-Kamis.
Suster bertanya, “Bu, bangun! Ibu lari ya?”
Saya menjawab, “Iya” dan saya bertanya mana keledai saya.
Saya cerita ke Cahyadi (?).
Ia menjelaskan, “Itu adalah keledai Tuhan Yesus yang mau ke Yerusalem. Kamu dikasih pinjam.”
Sebelum operasi ada hamba Tuhan (Ev. Newton)  yang datang ke rumah. Dia berkata, “Ci Hetty harus kuat dan senang.”
Saya bilang, “Bapak tidak sakit jadi tidak tahu. Jadi bapak bisa bilang harus sabar dan  harus gini gitu.”
Ia bilang, “Saya memang tidak mengalami. Tetapi firman bilang...”
Saya berkata,”Saya tidak percaya firman!”.
Setelah ia pergi, saya minta suami bacakan firman.
Saya minta maaf, sama Tuhan karena saya jahat.
Setelah itu saya berserah.

Saat menghadapi operasi tidak ada ketakutan.
Suami bertanya, “dalam agama kristen kalau mati boleh dibakar?”
Mungkin dia pikir saya akan mati. Tapi saya tidak ada rasa takut.
Ipar saya berkata,”Jangan so, nanti dikubur saja.”
Saya bilang, “Tidak ah... dibakar. Saja, kalau dikubur 3 tahun harus diperpanjang ijinnya.”
Suami sudah lega setelah bertanya melalui adiknya.
Saya pikir, “Kenapa suami ngomong begitu?”
Saya berdoa, “Tuhan tolong beri saya kesempatan 3 tahun. Saya baru dilantik, bagaimana pertanggungjawaban saya jadi BP? Kalau saya lihat, Tuhan itu benar-benar baik. Tuhan itu baik. Ia hidup.”
Saat menyaksikan saya sakit, semua teman bilang, “Hetty kamu ajaib.”
Saya bilang, “Tuhan yang ajaib”
Teman baik saya berkata, “Kamu diberikan kesempatan dan bertugas serta bersaksi.”
Itu yang saya pegang terus. Dia memberikan saya kekuatan. Dia mendukung iman saya untuk bangun.
Ia ikut perjamuan kudus.
“Elu mesti sembuh,” kata Lily.
Saya mau bangkit dan bersandar pada Tuhan.
Kalau saya sembuh, walau pun hasil paru-paru belum baik, tetapi saya mengucap syukur karna Tuhan memberikan saya kesempatan mengalami cintaNya.
Intinya saya berpesan, kalau kita dikasih kesempatan menerima musibah, jangan menyesali. Pasti Tuhan ada maksud. Tuhan mau kita bersandar padaNya. Amin.



Pengantar Pdt Hery Kwok : Pdt Novi dan Ev. Newton (Cahyadi?) adalah hamba Tuhan di GKK Kelapa Gading. Saya pernah ditelepon oleh Ev. Newton, “Boksu siap-siap ya nanti ibadah kedukaan.Ada permintaan khusus dari Mpok Hetty. Ev. Susan yang pimpin pujian, boksu yang khotbah. Jadi requestnya jadi pembicara  untuk orang mati.”. Saya dan Susan pernah melayani di sana. Hetty dalam pengurusan BP baik dan tidak pernah melalaikan tanggung ajwab. Tidak pernah kendor pelayanan. Dia terlibat dalam pelayanan. Sampai hari ini tetap melayani. Ada saatnya, orang kasih dia firman dan ia sudah capai mendengarnya. Perjalanan hidup memang kadang turun ke bawah dan kemudian naik lagi. Arrtinya hidup rohani  kita perlu dijaga. Bagaimana relasi kita dengan Tuhan dan setia kepada Tuhan. Kadang saya bandingkan dengan hamba Tuhan di Reform seperti tidak ada apa-apanya. Mereka sangat militan. Walau keluarga sakit, mereka tetap melayani.Waktu kita dengan Tuhan punya hubungan yang baik dan kuat, sebenarnya Dia akan membakar hati dan semangat kita. Tapi tidak gampang. Kebanyakan hanya teori yang diungkapkan. Tetapi
Ibu Hetty menjalananinya dengan Tuhan. Kalau kita sehat tapi tidak mau melayani maka perlu pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Kesaksian Hetty meberi kekuatan.

Pengantar dari Ev. Susan Kwok : Suarana Ibu Hety saat memberi kesaksian tidak jelas. Dulu suaranya lantang, garing, dan jelas namun sekarang sudah berbeda. Ia anggota lenong gereja karena di GKK Kelapa Gading, logat bicaranya Betawi banget. Jadi kita membuat lenong betawi di gereja. Jadi kisah Alkitab dibuat gaya lenong, menarik juga. Ada gaya Betawi ditambah logat encim-encim zaman dulu. Cukup diterima untuk kalangan kita waktu itu. Tetapi pelayanan lenong sudah distopnya saat ini , namun ia masuk pelayanan lain seperti lewat pemikiran, tulisan masih bisa. Ia sekretaris yang baik. Suka mendekor. Handuk sepotong bisa jadi macam-macam gambarnya. Melihat kertas bisa diubah jadi pernak-pernik yang menarik yang ditunggu-tunggu. Mungkin sakit kita tidak beupa sakit fisik melainkan juga pikiran kita dan kita perlu damai. Seperti yang lirik lagu “Kala kucari damai, hanya kudapat dalam Yesus”.


1.       Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2  juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Lebih dari 30% dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan, yaitu: (1) Indeks massa tubuh tinggi, (2) Kurang konsumsi buah dan sayur, (3) Kurang aktivitas fisik, (4) Penggunaan rokok, dan (5) Konsumsi alkohol berlebihan. Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari dan Hari Kanker Anak diperingati setiap tanggal 15 Februari. Untuk memperingati Hari Kanker Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer Control (UICC) mengangkat tema “Not Beyond Us” yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan terhadap penyakit kanker. Orang-orang dekat saya sendiri cukup banyak yang terkena kanker yakni papa saya terkena kanker hati dan prostat, mama saya kanker pankreas, mama mertua terkena kanker getah bening, paman saya terkena kanker hati. Kanker ini telah merengut nyawa mereka berempat. Doi juga terkena kanker rahim (endometrium). Siswa doi , Michelle, juga terkena kanker tulang dan paru yang juga merengut nyawanya.
2.       Beberapa jenis kanker memang memiliki stadium tertentu yang berbeda dengan yang lain. Namun secara umum, dokter biasanya menggunakan dasar sistem TNM dalam menentukan stadium pada kanker. TNM (tumor formation, lymph node involvement, dan metastasis) mempermudah dokter dalam mendiagnosis stadium kanker pada pasien. Penderita kanker payudara stadium 2a kondisinya : diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limph nodes ), diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary limph nodes ) dan tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
3.     Mammogram merupakan salah satu jenis pemeriksaan pada payudara dengan menggunakan sinar X dalam dosis rendah untuk mendeteksi adanya sel kanker yang sedang berkembang. Selama mammogram berlangsung, payudara akan ditekan diantara dua buah benda permukaan sebuah alat periksa untuk melihat jaringan payudara. Sinar X yang dipancarkan akan menangkap kelainan sel yang ada pada payudara jika seseorang positif menderita kanker.
4.     Wanita memang lebih perasa (sensitif) dibanding pria. Wanita membutuhkan pendamping yang kuat untuk menemani saat menghadapi penyakit apalagi yang berat. Kalau pria cenderung mengabaikan penyakit jadi malas pergi ke dokter.
5.       Pencitraan resonansi magnetik (bahasa Inggris: Magnetic Resonance Imaging, MRI) ialah gambaran pencitraan bagian badan yang diambil dengan menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut. Berbeda dengan "CT scan", MRI tidak menggunakan radiasi Sinar-X dan cocok untuk mendeteksi Jaringan Lunak, misalnya Kista ataupun Tumor yang masih sedikit, tetapi pencitraan dengan MRI lebih mahal daripada menggunakan CT scan. Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menghasilkan gambar organ dalam pada organisme hidup dan juga untuk menemukan jumlah kandungan air dalam struktur geologi. Biasa digunakan untuk menggambarkan secara patologi atau perubahan fisiologi otot hidup dan juga memperkirakan ketelusan batu kepada hidrokarbon.


No comments:

Post a Comment