Wednesday, March 30, 2016

Di Salib-Mu Kubertelut

Pdt. Hery Kwok

Mat 26 : 39  Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Fil 2:5-11
5  Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
10  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Pendahuluan

                Allah peduli membuat kita mampu bertelut di salibNya. Ungkapan agung yang Yesus katakan adalah “melainkan seperti yang Engkau kehendaki”. Tema Jumat Agung kita hari ini DisalibMu Kubertelut. Pertanyaan yang mengawali tema ini, “Apa yang kita pahami dalam arti bertelut?

Apa arti Bertelut?
Orang Islam menyembah Allah mereka dengan berlutut. Kaki mereka menyangga badan lalu mereka menunduk kepada Allah. Gerakan di mana tubuh mereka bertelut memberikan gambaran (simbolis).  

Kenapa harus Bertelut? Ini jawaban yang harus ditemukan dalam renungan Jumat Agung.

Ilustrasi : Waktu negara Tiongkok dalam bentuk kerajaan maka kita mengenal adanya seorang RAJA. Rakyat menyembah (sujud/bertelut) kepada Raja. Bila raja hadir, maka semua rakyat harus berlutut dan tidak boleh melihat wajah sang raja. Karena mereka mempunyai pemahaman bahwa raja adalah sosok yang disebut sebagai raja langit atau anak dewa. Maka status dari kerajaan itu membuat ia layak disembah oleh rakyatnya. Ia berhak menerima penyembahan rakyatnya. Seluruh rakyat wajib menyembah. Dalam dunia kita, orang-orang yang menjadi rakyat di kerajaan mempunyai pemahaman bahwa raja adalah pribadi yang layak disembah karena dia punya status dan keberadaan sebagai raja langit. Kalau manusia saja memberikan gambaran yang luar biasa kepada raja, maka sebagai orang percaya, kita harusnya melebihi orang dunia. Karena Allah merupakan Pencipta Langit dan Bumi, Ia menciptakan manusia yang tidak ada dengan sendirinya seperti proses evaluasi di ilmu pengetahuan yang digusung oleh Darwin. Karena Allah menciptakan manusia, maka manusia wajib untuk menyembah Allah. Tetapi Alkitab memberi penekanan bahwa nenek moyang kita memberontak dan tidak mau menyembah Allah . Mereka mau menjadi Tuhan atas hidup mereka sendiri. Maka perlu dipikirkan mengapa manusia sulit, gagal dan tidak mungkin bertelut kepada Allah?

Bagaimana manusia dapat bertelut kepada Allah dalam seluruh hidupnya?

Sebagai pekerja di kantor (karyawan), pedagang atau pelaku bisnis apakah seluruh pekerjaan dan usaha terkait dengan usaha kita untuk menyembah Allah? Sebagai orang tua, suami-istri, anak dan orang yang ada di rumah apakah kita sungguh-sungguh hidup menyembah Allah? Sebagai siswa baik remaja yang sekolah dan pemuda yang kuliah, apakah studi kita merupakan penyembahan dalam seluruh keberadaan hidup kita?

Dalam Fil 2:5 Rasul Paulus ingin menasehatkan kita ,”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” Rasul Paulus ingin agar kita mengikuti teladan , pikiran dan perasaan yang ada pada Kristus saat Ia mengatakan di Getsemani:  “Kehendak-Mu yang jadi”

Apa arti Kehendak-Mu?
1.       Di Getsemani : “KehendakMu yang jadi” Apa arti kehendakMu? Kalimat agung ini keluar. Secara pikiran, kehendak Allah seharusnya jadi dalam hidup kita. Kalau terjadi, apakah kita siap menerima dan bersyukur dan berkata, Engkau mulia, agung dan besar. Contoh : Ada seorang wanita Kristen yang baik dan saleh. Ia membaca Alkitab setiap hari, pagi hari bersaat teduh. Lalu Anna, wanita ini, menikah dengan Daniel yang juga orang percaya yang beribadah baik kepada Allah secara antusias. Tidak pernah bolos beribadah kepada Tuhan. Kalau tugas keluar kota, ia mencari Tuhan di hari perhentianNya. Anna kemudian dikaruniakan seorang bayi. Waktu mengandung , ia sangat bersuka cita dengan kehadiran buah hatinya. Namun kelahirannya bermasalah karena anaknya sung-sang. Ia tidak ingin anaknya dilahirkan secara Caesar. Dengan keyakinan imannya ia berdoa kepada Tuhan. Ia sangat berharap melahirkan normal. Dari keyakinannya dan Daniel yang hadir saat istri melahirkan untuk menguatkan Anna, Anna mendapat kekuatan dan bayinya lahir dengan baik secara normal. Ia sangat senang sekali. Mereka menjadi keluarga yang bahagia. Daniel berkata, “Saya merasa anak ini miliki kita. Anak ini bagian dari keluarga yang tidak boleh dipisahkan bahkan oleh Allah pun. Tetapi satu tahun sejak anaknya lahir, ia digendong Daniel berjalan di trotoar. Di pagi itu ada supir angkot yang menabrak mereka berdua. Hari itu juga keduanya meninggal. Anna sebagai istri dan ibu yang baru melahirkan, walau saat teduhnya yang baik, ibadahnya yang teratur, saat menerima kejadian ini imannya goyah. Imannya tidak bisa menerima. Tuhan kalau Engkau baik dan mengasihi saya, mengapa Engkau memberikan peristiwa ini?” Anna ingat akan dua orang yang dikasihi yang nyawanya direngut oleh supir yang ceroboh. Anna mengalami kesulitan iman , memahami Allah yang dikenal sebagai Allah yang baik yang menganugerahkan Daniel , suami yang bertanggung jawab , pendapingnya dan menguatkannya di kala susah. Hari yang dialami Anna adalah hari yang panjang. Ia berusaha beribadah tapi sulit memahami Allah, ia membaca Alkitab tapi tidak mampu mengenal Allah karena peristiwa kematian suami dan anaknya. Jadilah kehendakMu” berarti janganlah kita memikirkan pengalaman tentang peristiwa yang enak-enak saja. Saat Petrus berjalan bersama dengan Yesus dan Yesus bertanya , “Menurut kamu siapa Aku? Petrus menjawab, Engkaulah anak Allah, Mesias. Ia berbicara sedemikian lantang. Yesus berkata, “Bukan dari engkaulah perkataan itu tetapi dari Allah. Kemudian saat Yesus mengatakan bahwa Ia akan mati, Petrus mengatakan, “Sekali-kali hal itu tidak boleh terjadi. Jadi bicara tentang kehendakMu terjadi adalah hal yang memampukan kita bertelut kepada Allah, di situlah pengenalan kita kepada Allah terus berkembang. Saat Yesus memberi teladan di taman Getsemani, ikutlah pikiran dan perasaan Yesus. Karena ia mengikuti teladan Allah bukan kehendaknya yang terjadi. Waktu Yesus mengatakan demikian Ia memberikan kepada Allah seluas-luasnya hidupNya dan membiarkan Allah mengatur diriNya disitulah Yesus dapat bertelut dengan benar. Jangan kita berpikir kita sudah bertelut. Saat kita mengalami hal yang tidak bisa diterima, disitulah pergumulan yang sebenarnya terjadi. Bukan saat mengalami yang enak-enak. Saat mengalami kesulitan dalam dagang dan pekerjaan, keluarga yang kesulitan, perpecahan dan keributan, di situ kita bukan menjadi orang yang bertelut dan menyembah Allah, karena kita sulit menangkap Allah dalam pemahaman iman kita. Seringkali kita terbentur dan mengakui dan menerima seluruh yang Allah kerjakan. Waktu dikatakan kehendakMu yang terjadi, saat disalib, kita mengakui seluruh jalan Tuhan adil dan benar. Saat bertelut itu kita mengakui jalan yang adil dan benar. Mungkin hari ini kita mengalami tabrakan iman, tetapi kita mau belajar. Disitulah kita mengakui bahwa keagungan Allah ada dalam seluruh jalan dan peristiwa yang kita alami. Anna baru mengalami pemulihan setelah proses yang panjang. Tapi saat ia mengakui Tuhan sebagai Allah yang baik dan walaupun tidak bisa memahami, barulah disitulah ia memberikan kehidupan sebagai orang Kristen.  

2.       Di Salib : Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai Hak yang dipertahankan (ayat 6). Dikatakan, Dia tidak mempertahankan hakNya. Yesus Kristus adalah Allah sejati. Itulah Allah Tritunggal dan Allah yang Esa yang menyatakan diri dalam 3 pribadi. Ia memberikan hakNya untuk tidak dipertahankan saat bertanya, “Siapa yang mau melayani Aku?” Yesus mau. Pikiran dan perasaan Kristus yang nyata adalah kerendahan hati. Rendah hati tidak sombong. Itu pemahaman kita. Lawan rendah hati itu sombong. Apakah ramah itu tidak sombong? Ada orang yang ramah, supel luar biasa, senyum kiri dan kanan. Apakah itu rendah hati? Itu bukan kesimpulan yang benar. Ada yang tersenyum di luar tapi hatinya sombong (angkuh dalam hatinya). Defisini rendah hati adalah ingin kembali kepada Kristus. Ia mengambil rupa sebagai hamba dan taat sampai mati. Mati di kayu salib. Proses yang digambarkan oleh Rasul Paulus. FIl 2:7-8  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Allah mengaruniakan nama di atasnya supaya di bawah Yesus berlutut dan mengakui dia sebagai Allah yang rendah hati.

Kesimpulan

Di saliblah Kristus sudah melakukan dan menggenapi apa yang Tuhan mau melalui kerendahan hatiNya sehingga ia mengorbankan diriNya. Di salib, Kristus sudah melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia : hidup untuk Allah (Hidup yang berpusat kepada Allah, hidup yang bergantung pada Allah dan hidup yang bertelut / menyembah pada Allah). Karena itu hanya oleh salib maka kita dapat hidup untuk Allah oleh karena pengorbanan Kristus.
Karena sudah pernah melakukannya (hidup untuk Allah), kita bisa melakukannya lagi. Kita sulit melakukannya, karena kita sombong dan mementingkan diri sendiri. Salib yang membuat kita beribadah. Salib membuat kita giat melayani Tuhan karena di sanalah kita bertemu dengan Tuhan. Apa yang akan kamu ingin perbuat, perbuatlah sesuai kehendak Allah.
               



No comments:

Post a Comment