Tuesday, March 29, 2016

Stand Up For Jesus


Ev. Mathindas Wenas

1 Kor 15:3-11
3  Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci,
4  bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;
5  bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
6  Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.
7  Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.
8  Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
9  Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
10  Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
11  Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.
Fil 3:10-11
10  Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
11  supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Untuk Apa Kita Berdiri Teguh untuk Tuhan (Stand up for Jesus) ?

Di dunia ini ada satu  pasukan (tentara) elit yang sangat terkenal asal Amerika Serikat yakni Navy Seal. U.S. Navy SEAL (The United States Navy Sea, Air and Land) adalah pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat, yang disiapkan untuk melakukan operasi tempur non konvensional, mempertahanan negeri AS, melakukan serangan langsung, kontra terorisme, dan operasi khusus lainnya. Untuk menjadi anggotanya, orang harus mendaftar dan melakukan banyak latihan. Salah satunya adalah apa yang disebut ‘5 hari neraka’ di mana selama 5 hari mereka tidak tidur , tidak diberi makan, tidak boleh minum  dan dibiarkan kedinginan dan kelaparan. Dalam air dingin dan kondisi haus serta lapar tanpa makanan , mereka harus menyelam dan berlari. Setelah menjadi anggota pasukan ini , bila ada peperangan di suatu tempat untuk hal-hal sulit,  mereka diutus paling depan dan mereka siap untuk mati. Mereka mempersiapkan diri, berlatih sampai sedemikian rupa untuk diutus kalau perlu sampai mati! Setelah itu selesai.  Coba bayangkan, ada hal seperti ini di tengah-tengah dunia ini. Di  di Arlington County, Virginia, Amerika Serikat ada kuburan Arlington National Cemetary. Di komplek perkuburan yang luasnya 253 hektare itu , ada satu bagian kuburan yang menjadi tempat bagi prajurit AS yang mati di medan perang tapi namanya tidak diketahui. Untuk memberi penghargaan kepada mereka, ada sepasukan prajurit yang menjaga kuburan tersebut siang-malam baik hujan maupun panas. Mereka menjaga kuburan orang-orang mati. Mereka berjaga karena mereka diperintahkan untuk itu.  Mari kita melihat diri kita sendiri. Ada orang berjaga pada kuburan orang mati sedangkan kita punya Tuhan Yesus yang hidup dan kuburan tidak bisa menahanNya karena Dia sudah bangkit (kita punya Tuhan yang hidup), bagaimana kita berdiri teguh di hahapanNya? Apa yang kita lakukan? Kalau untuk orang mati mereka bisa begitu, bagaimana dengan kita untuk pribadi Yesus yang hidup bagi kita?

Merespon dan Berdiri Teguh Bagi Tuhan

Ada 3 hal yang perlu untuk kita memahami bagaimana seharusnya kita berespon dan bisa berdiri teguh di hadapan Tuhan, menjadi prajurit dan alat anugerahNya yang dipakai untuk menjadi berkat di tempat yang Tuhan percayakan (termasuk gereja ini) kepada kita :

1.        Percaya dan mengalami kuasa kebangkitan Tuhan Yesus. Fil 3:10 Rasul  Paulus berkata,” Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”. Kita percaya Tuhan Yesus  bangkit. Bertahun-tahun kita diajarkan Yesus bangkit. Namun yang penting bukan sekedar percaya Kristus bangkit tetapi kita mengalami kuasa kebangkitanNya tidak. Kuasa kebangkitanNya sangat besar karena ia memberi hidup dan menstransformasi hidup. Kalau kuasa dunia ini adalah kuasa yang menghancurkan, tetapi kuasa Yesus yang bangkit adalah kuasa  yang memberi dan mentransformasi hidup. Kuasa Kristus berkuasa menyelamatkan jiwa kita.
Waktu Yesus meninggal, semua murid terpencar. Mereka tinggal di tempat yang tertutup dan terkunci (sembunyi). Tetapi ketika mereka bertemu dengan Yesus yang bangkit, satu per satu mengalami perubahan (transformasi) yang luar biasa. Tadinya mereka takut kepada prajurit Romawi, imam-imam dan orang-orang Farisi, tetapi ketika bertemu Yesus yang bangkit mereka mengalami kuasa kebangkitan Yesus. Akhirnya mereka dipakai oleh Tuhan untuk berani bersaksi tentang Yesus. Murid-murid mati demi kepercayaan mereka. Semua rasul mengalami penganiayaan dan mati karena mereka bertemu Yesus yang bangkit dan mengalami kuasa Yesus secara pribadi dan tidak takut lagi. Ada saudara Yesus yakni Yakobus tidak mau mengaku Yesus. Orang Yahudi menganggap Yesus tidak benar karena berani mengatakan bahwa Ia adalah Allah. Seluruh keluarga Yesus ketakutan. Daripada dihakimi oleh para imam dan ahli Taurat maka mereka pun menolakNya. Tetapi di dalam tradisi Kristen , saudara Yesus yakni Yakobus menjadi percaya kepada Yesus dan menjadi pemimpin gereja di Yerusalaem dan akhirnya dirajam sampai mati karena percaya pada saudaranya. Waktu hidup Yesus membuat banyak mujizat dan mereka menolakNya tidak percaya, tapi setelah Yesus mati mereka percaya. Karena mereka melihat Yesus tidak hanya mati tetapi bangkit pada hari ketiga. Dan itu disaksikan begitu banyak murid sampai 500 orang dan yang masih hidup begitu banyak pada zaman itu. Orang yang tidak percaya seperti  Paulus yang memimpin penganiayaan orang percaya, tetapi begitu ketemu Kristus ia mengalami kuasa kebangkitanNya. Ia menjadi sangat berani, tidak takut apapun, dari penganiaya ia menjadi pemberita Injil. Ia mati karena kepercayaannya bagi Kristus yang mati dan kemudian bangkit.

Terjadi perubahan yagn luar biasa di Yerusalem. Orang banyak yang menolak Yesus, sebagian besar mereka berkata, “Salibkan Dia!”. Ketika Rasul Petrus berkotbah, 3000 orang percaya. Orang yang tidak percaya menjadi percaya. Waktu orang Yahudi percaya pada Yesus, maka ia harus berubah seluruh tatanan sosialnya. Ia mengalami penolakan dari para imam – ahli Taurat dan dikucilkan. Tetapi banyak pengikut Yesus bertambah banyak. Karena Yesus tidak hanya mati tapi juga bangkit. Semua murid Yesus mengalami kuasa itu. Kalau orang sekarang percaya Yesus tapi tidak mengalami secara pribadi kuasa kebangkitan Yesus maka kita tidak memberi perubahan kepada dunia. Tetapi murid-murid bukan hanya percaya, tetapi mereka mengalami kuasa kebangkitan dan mereka tidak takut. Mereka memberi kesaksian untuk Yesus dan mereka siap mati untuk itu.

2.       Rasul Paulus mengerti bahwa ia harus mengalami kuasa kebangkitan Yesus. Ia harus mengerti bahwa untuk menjadi orang yang dipakai Tuhan, ia harus memahami penderitaan Yesus. Sehingga di Filipi ia katakan,” Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”. Rasul Paulus rindu mengalami penderitaan di dalam Kristus. Maksudnya, Rasul Paulus ingin merasakan apa yang Yesus alami di atas kayu salib. Seseorang yang hanya mengerti penderitaan (orang itu melakukan sesuatu untuk orang lain dan menderita), hanya akan kagum akan perbuatan orang itu. Tetapi Paulus melihat apa yang dilakukan Yesus itu untuk diriNya. Ini yang digambarkan pada Yoh 21:16-19   Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."   Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku.". Waktu Yesus berkata kepada Simon untuk ketiga kalinya, Simon sedih sekali, “Tuhan engkau juga tahu bagaimana aku mengasihi engkau dan kasarnya ia ingin berkata, “Engkau juga tahu aku menyangkal engkau 3 kali”. Tetapi pertanyaan itu untuk membawa Petrus ke pergumulan yang lebih dalam bahwa ternyata Yesus memanggilnya untuk menderita bagi Kristus. Kita tidak akan pernah mengalami dan memahami penderitaan Yesus kalau kita tidak mengerti bahwa bagaimana Kristus mengasihi kita. Di atas kayu salib, Kristus mati. Orang-orang di luar Kristen juga tahu bahwa Kristus mati. Tetapi mengapa kita berbeda? Karena kita tahu Dia mati bagi kita, karena Dia mengasihi, maka Dia mati untuk kita. Sehingga pada Yoh 3:16 dikatakan,”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Apa maksud ‘mengaruniakan’? Mengaruniakan implikasinya membiarkan Yesus mati , menyerahkan Yesus untuk disalibkan di atas kayu salib.  Kasih yang besar itu dinyatakan melalui AnakNya yang menderita dan mati di atas kayu salib. Kita tidak mungkin mengerti arti penderitaan Yesus kalau tidak mengerti arti kasih Allah dalam hidup kita melalui kematian Yesus. Kalau kita mengatakan bahwa kita mengasihi seseorang dan kalau ia menolak kasih kita, maka rasanya sakit. Kita sakit karena ada sesuatu yang hilang dalam diri kita. Kita tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Mari kita memahami kasih Allah di dalam Yesus Kristus : Allah mengasihi kita. Ketika Allah mengasihi dan kita menolak kasih Allah maka Allah merasa sakit. Ia sakit karena kehilangan sesuatu? Allah adalah sempurna. Self-sufficient tidak ada kekurang apa pun. Ketika Dia mengasihi dan kita menolak kasihnya, maka Allah sedih dan sakit bukan karena Dia kehilangan sesuatu tetapi karena kita yang kehilangan sesuatu. Waktu Dia memberi sesuatu, kita tolak. Seharusnya orang itu yang kehilangan sesuatu. Dia ingin membuktikan, bukan karena ia butuh sesuatu dari kita. Di dalam diriNya tidak ada yag kurang. Allah sempurna. Allah tidak mengasihi kita supaya jadi sempurna. Ia mengasihi karena Allah adalah kasih dan kasih dinyatakan di atas kayu salib. Ketika Yesus disalib, Yesus tahu bahwa Dia mati bagi orang-orang yang nanti akan mengkhianati dia. Yesus tahu Dia mati untuk orang yang lebih memilih harta, uang,  kekayaan dan jabatan daripada diriNya. Yesus tahu orang-orang yang ketika berhasil, sukses , kaya dan menjadi terkenal akan berkata, itu karena usahaku, jerih lelahku, kepintaranku dan pengalamanku semata. Yesus tahu kita sering mencuri kemuliaanNya. Yesus tahu tetapi Dia mati karena Dia mengasihi kita, bukan karena ada sesuatu dalam diri kita. Itulah kematian Yesus di atas kayu salib. Penderitaan itulah yang Rasul Paulus mau , ia mengalami penderitaan Yesus di atas kayu salib dalam hidupnya supaya ia tidak bermegah dalam hidupnya. Segala sesuatu yang dialami karena datang dari Tuhan bukan karena kehebatan dirinya. Kalau kita tidak mengerti arti kasih Allah dalam hidup kita, penderitaan Yesus tidak akan berguna bagi kita. Kalau kita tidak mengerti arti kasih Kristus di atas Kalvary, kita tidak akan pernah kita mengerti tentang pengorbanan Dia di atas kayu salib. Hanya karena kalau kita mengerti kasih Allah, kita bisa mengerti penderitaan Yesus : sungguh Dia mati dalam penderitaanNya untuk kita.

3.        Kita harus memiliki pengharapan (hope) dalam Kristus. Harapan adalah poin penting bagi dunia dan kekristenan saat ini. Seorang Amerika bertanya kepada warga Irak tentang kondisi Irak ,”Bagaimana sebelum dan sesudah AS datang di Irak?” Bagaimana kondisi Irak sebelum AS datang dan bagaimana setelahnya? Yang dijawab, “Sebelum Amerika datang kami sangat menderita, dan setelah Amerika datang kami tetap menderita tapi kami punya pengharapan”. Itulah yang kita lihat saat ini mengapa A Hok didukung oleh bukan orang Kristen yang memberikan tenaga, pikiran dan uang karena apa? Mereka melihat perubahan apa yang telah dilakukan oleh guberner-gubernur sebelumnya dan apa yang dilakukan A Hok selama 2 tahun ini memberi perubahan yang besar. Mereka melihat ada pengharapan bagi Jakarta ketika A Hok nanti terpilih lagi akan ada Jakarta yang lebih baik lagi.  Dia tidak sempurna dan bisa menyenangkan semua orang tetapi ada pengharapan. Di sanalah yang penting. Kita membutuhkan pribadi yang memberikan harapan dan pengharapan kita satu-satunya dalam Kristus. Rasul Paulus berkata, “Kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah  kepercayaan kita.” Rasul Paulus melihat bahwa pengharapan adalah sesuatu yang sangat penting sekali. Ketika Yesus mati di kayu salib, Dia mati untuk memberikan kita hidup yang kekal dan itu dinyatakan melalui kebangkitanNya. Janji dari orang mati tidak bisa dipegang. Tetapi janji dari Kristus yang hidup. Ketika Ia hidup dan naik ke surga lalu mengutus Roh Kudus untuk memberikan kita kepastian dan jaminan akan hidup yang kekal. Ef 1:14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya. 2 Kor 1:21-22 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.

Allah di dalam Yesus Kristus mengutus Roh Kudus untuk memeteraikan kita menjadi milik Allah selama-lamanya sampai kita mendapatkan sepenuhnya ketika kita bertemu dengan Kristus. Yang menarik dikatakan bahwa Roh Kudus tinggal dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan. Hidup yang pasti diberikan kepada kita melalui jaminan di mana Roh Kudus tinggal dalam hati kita.

Mobil Bugatti Veyron harganya di atas Rp 40 miliar.
Koenigsegg CCXR Trevita harganya di atas Rp 50 miliar.
Lykan Hypersport harganya di atas Rp 60 miliar.
Lamborgini Veneno Roadster harganya di atas RP 70 miliar.
Maybach Exelero harganya di atas Rp 100 miliar.
De Beers Centenary, berlian 5 termahal harganya 100 juta $.
The Hope Diamond, diamond biru terbesar harganya 350 juta $.
The Cullinan , the star of Africa harganya 400 juta $
The Sancy Diamond harganya tidak bisa dinilai
The Koh-I-Noor harganya unestimated, harganya tidak bisa dinilai karena ada di atas mahkota Inggris yang diklaim oleh orang India untuk dikembalikan karena milik negara India. Memang didapatkan Inggris saat menjajah India.

Berapa harga kita? Firman Tuhan berkata Roh Kudus tinggal di dalam hatimu untuk menjamin keselamatan yang pasti. Berapa harga diri kita? Ini hanya sebagian kecil dari ciptaan Allah di dunia ini. Unestimated (tidak bisa dinilai). Hanya sebagian kecil. Tahukah kita bahwa kita membawa Roh Kudus tinggal di dalam hati kita ke manapun kita pergi, Pencipta Alam Semesta yang menciptakan barang yang unestimated itu tinggal di dalam hati kita. Seringkali kita tidak menyadari betapa berharganya kita ketika kita percaya kepada Yesus, maka Yesus rela mati bagi kita. Karena Dia mengasihi dan memberikan Roh Kudus untuk tinggal dalam diri kita. Ketika ada orang yang menghina dan merendahkan diri kita, kita tidak menjadi hina atau direndahkan karena perkataannya , karena apa yang ada dalam diri dan kita lebih dari segala sesuatu dalam dunia ini karena Yang Mencipta Dunia ini tinggal dalam hati kita. Itu luar biasa. Kita harus bersyukur.

Beberapa Aplikasi

1.       40 tahun lalu saat hari Minggu Paskah 1976, Ibu Bertha Adams (71 tahun) meninggal sendirian di West Palm Beach , Florida karena malnutrisi (kurang gizi). Untuk hidup sehari-hari, dia mengemis makanan dari tetangga. Pakaiannya adalah  sumbangan dari Bala Keselamatan. Melihat penampilannya, dia adalah janda miskin yang terlupakan. Setelah ia meninggal, saat membereskan rumahnya ditemukan 2 kunci SDB  (Safe Deposit Box). Saat SDB pertama dibuka ternyata berisi  100 sertifikat surat berharga (saham surat obligasi) dan setumpuk uang kontan dolar AS 200,000. SDB kedua berisi mata uang asing yang sneilai 600,000 dolar AS. Total harta wanita ini lebih dari 1  juta dolar AS (sekitar Rp 13 miliar). Ironisnya ia meninggal karena kurang gizi! Kita lihat dan refleksi dalam diri  kita. Ketika Roh Kudus ada dalam diri kita , hidup kita bernilai sekali. Tetapi waktu kita diminta terlibat pelayanan, seringkali kita bilang bahwa kita tidak bisa apa-apa. Padahal Roh Kudus bisa melakukannya. Jangan-jangan waktu kita mati kita seperti perempuan ini yang mati dengan harta Rp 13 miliar yang tidak ia pakai. Kita meninggalkan talenta yang tidak pernah digunakan. Artinya kita tidak mengalami kuasa kebangkitan Tuhan Yesus dan arti kasih Allah melalui penderitaanNya di atas kayu salib. Lalu apa arti hidup kita? Apa yang kita bisa lakukan untuk Tuhan? Stand up for Jesus!

2.       Di Jerman ada 1 desa terpencil di atas bukit. Di desa itu berdiri sebuah gereja yang memiliki pipe-organ yang sangat bagus yang dilindungi pemerintah sehingga untuk memainkannya harus mendapatkan ijin. Suatu waktu ada seorang pemain musik yang rindu memainkan pipe-organ ini. Ia  datang pada hari biasa dan mengetuk pintu dan dibukakan oleh penjaga gereja. Ia bertanya, “Apakah saya boleh masuk dan memainkan pipe-organ itu?” dan dijawab oleh penjaga tersebut, “Tidak boleh karena dilindungi pemerintah. Hanya orang tertentu yang punya ijin untuk memainkannya. Ia berkata, “Saya datang dari jauh dan saya ingin melihat pipe-organ dan memainkannya” dan tetap dijawab “tidak bisa”. Ia pun menawar,”Boleh saya lihat saja?” Karena kegigihannya sang penjaga menjawab,”Boleh, tapi jangan disentuh.” Pemain musik itu melangkah masuk dan melihat pipe-organ itu tangannya tidak tahan, “Masa ia sudah jauh datang tidak boleh memainkannya?”. Akhirnya ia meminta ijin untuk memainkan 10 menit saja. Setelah tawar menawar akhirnya ia diberi ijin 3 menit. Saat memainkannya, tanpa terasa 5 menit berlalu. 10 menit, 15 menit dan 30 menit berlalu. Ternyata sang pemusik bisa memainkan pipe-organ itu dengan luar biasa sampai penjaga lupa memberhentikannya. Ia bermain sampai 1 jam di mana ia sudah mengubah sebuah lagu. Selesai ia memainkannya, sang penjaga berkata kepadanya, “Pak , sepanjang saya menjaga puluhan tahun di gereja ini, saya belum pernah melihat ada tangan yang memainkan tuts pipe- organ ini dengan luar biasa dan memuliakan Tuhan. Baru kali ini saya melihat tangan yang tepat untuk memainkan pipe-organ ini. Penjaga itu kemudian bertanya, “Siapa kamu?” Pemusik itu menjawab, “Saya Felix Mendelssohn.” Ternyata ia adalah seorang komposer (penggubah lagu) yang luar biasa (1809-1847), pianis, organis dan konduktor periode Romatik awal. Tetapi ia berkata, “Saya bukan apa-apa.” Di dalam hidup kita sebagai orang percaya, setiap kita Tuhan percayakan untuk dapat memainkan tuts yang Tuhan ijinkan untuk dimainkan. Tuhan percayakan hidup yang luar biasa. Tuhan percayakan gereja ini kepada kita. Tuhan mempercayakan kepada kita untuk memainkan tuts-tuts tertentu untuk kita terlibat didalamnya untuk kemuliaan nama Tuhan. Kalau kita tidak pernah melihat dan memainkan tuts tertentu maka kita tidak pernah ikut ambil bagian dalam pelayanan di gereja. Sehingga tiap tahun kita memperingati kebangkitan Yesus tapi kita tidak pernah mengalami Kristus yang bangkit. Kita lupa Kristus yang bangkit itu memberi kita hidup yang pasti yang tidak pernah diambil dari kita dan dijamin oleh Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Itu harta terbesar yang kita miliki selama kita hidup. Biarlah hidup kita boleh menjadi hidup yang Tuhan mau dan berkenan bagiNya. Ketika kita meninggal dan bertemu denganNya, kita bisa katakan, “Tuts yang dipercayakan Tuhan kepada saya, sudah saya mainkan.” Amin.


No comments:

Post a Comment