Sunday, March 1, 2015

Harga Sebuah Jiwa

Ev. Susan Maqdalena

Matius 16:21-26
21  Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
22  Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
23  Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
24   Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
25  Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Lukas 15:1-4,7
1   Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
3  Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Kej 1:26-27
26  Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
27  Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.     

Pendahuluan

                Berapa harga sebuah jiwa (nyawa) manusia? Di mass media seperti televisi dan surat kabar kerapkali muncul berita terbunuhnya manusia. Seolah-olah tidak ada penghargaan atas nyawa manusia. Hanya demi uang sebanyak Rp 2.000, nyawa manusia bisa melayang. Bukan itu saja, nilai dari jiwa manusia dipandang rendah sehingga karena nafsu manusia bisa melakukan hal yang membuat kerusakan dan turunnya nilai dari jiwanya. Pada suatu malam, seorang hamba Tuhan ribut dengan istrinya dan kemudian pergi meninggalkan rumahnya. Saat melewati lokasi prostitusi, untuk melampiaskan rasa amarahnya ia masuk ke dalamnya. Walau ia dalam keadaan marah dengan istrinya, ia tidak tega bersetubuh dengan lawan jenis sehingga ia memilih   seorang pelacur pria dan berhubungan intim dengannya. Ia kemudian tertidur di sana. Saat pagi hari , ia terbangun dan terkejut saat menyadarinya. Ia menyesal namun sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur. Sekitar 2 tahun kemudian , ia menderita penyakit yang tidak diketahui jenisnya dan istrinya pun menyarankan agar ia memeriksa darah. Hasil lab-nya mengejutkan karena ternyata ia terkena HIV postif! 3 bulan kemudian ia memeriksa ulang dan hasilnya semakin menguatkan hasil lab yang pertama. Yang membuatnya menyesal adalah setelah peristitwa itu, setengah tahun kemudian istrinya mengandung sehingga ia meminta agar istri dan anak yang dikandungnya juga diperiksa. Saat melakukannya dulu, hamba Tuhan ini mungkin tidak berpikir lagi harga dari penebusan Kristus di kayu salib dan panggilannya sebagai hamba Tuhan. Semuanya dianggap tidak ada nilainya  sehingga ia melakukan tindakan yang akhirnya merugikan istri, anak, jemaat yang dipimpin dan orang-orang di sekelilingnya. Ada juga berita tentang akibat cemburu buta seorang suami menyiram wajah istri dengan air keras lalu mengambil pisau di dapur dan menggorok leher istrinya! Nyawa manusia sepertinya tidak berharga sama sekali!

Harga Jiwa

                Orang Kristen (orang percaya) seringkali menganggap harga nyawanya begitu “tinggi” sampai-sampai mengorbankan nyawa Tuhan Kristus dengan mengikuti hal-hal duniawi dan kenikmatan yang ditawarkan dunia. Ada juga orang Kristen yang demi kesuksesan karir melepaskan imannya dan pindah agama.  Hal itu sama dengan tidak menyadari arti sebuah jiwa yang bukan sekedar nafas kehidupan tetapi kehidupan yang dianugerahkan Kristus yang telah mati untuk menggantikan kita. Pada Matius 16 Yesus memberitahukan penderitaanNya untuk pertama kali kepada para muridNya. Alkitab mencatat pemberitahuan tentang penderitaan Yesus sebanyak 4 kali (Mat 16:21-23, Mat 17:22-23, Mat20:17-19, Mat 26:1-2). Yesus memberitahu bahwa Dia akan mengalami penderitaan, dibunuh dan dibangkitkan. Mendengar itu Petrus menarik Yesus ke samping dan menegorNya, "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." (Mat 16:22). Petrus berkata demikian karena belum memahami seutuhnya tujuan kehadiran (kedatangan) Gurunya di dunia. Apa yang dikatakan Petrus pada Mat 16:22 mengindikasikan bahwa ia tidak akan sanggup menghadapi penderitaan di taman Getsemani dan akhirnya menyangkal Yesus 3 kali. Ia mau kehidupan yang stabil, nyaman dan bisa menikmatinya.  Sebagai tanggapannya Yesus berpaling dan menegur Petrus dengan keras, walau tidak menyuruh Petrus “Diam!” atau “Tidak boleh ngomong begitu”. Tetapi pada ayat 23 dikatakan "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Itu teguran yang keras. Suatu ketidaksetujuan atas perkataan Petrus yang sama sekali tidak benar. Yesus sudah memberitahu ke murid-muridNya untuk apa Dia ada di dunia ini, namun Petrus dan murid-murid lainnya tidak bisa menerima bahwa Yesus datang menjadi “anak domba” yang akan digantung di kayu salib menggantikan dosa manusia.

                Mat 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Pikiran orang dunia untuk menikmati hidup dengan sebaik, seenak dan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, mengambil kenikmatan apa yang ditawarkan dunia sebanyak-banyaknya. Sehingga tawaran dunia dan apa yang ditawarkan Yesus merupakan 2 konsep yang bertabrakan. Pikiran Yesus berbeda dengan pikiran dunia sehingga Yesus berkata,”Kamu tidak sanggup berjalan dengan Aku”. Orang Kristen yang hidup untuk diri sendiri, tidak hidup lurus dan hanya mau enak saja, tidak siap dan sanggup menjalani hidup yang sulit bersama Yesus. Yesus memberikan komparasi, “Kalaupun kamu menyangkal Aku, supaya nyawamu bisa selamat, aku ingin katakan bahwa kamu akan kehilangan nyawamu selama-lamanya”.  Mat 16:25  Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Banyak orang menjual dan menyangkal imannya dengan menghalalkan cara demi bisa bertahan, sukses , menikmati hidup dan mendapatkan apa yang ditawarkan dunia ini.

                Dalam masa pra-Paskah ketika diingatkan tentang harga nyawa (jiwa) manusia, Yesus mengingatkan, “Apa gunanya kamu menikmati apa yang ditawarkan dunia ini, sehingga memejamkan mata di atas kasur yang enak tapi kehilangan keselamatan, keselamatan itu adalah hal yang penting dan tidak bisa ditukarkan apa pun  juga.” Yesus menegur Petrus dengan keras dan berkata, “Pergi kamu iblis!”. Kalau Tuhan menegur kita dengan kalimat seperti itu, bagaimana reaksi kita? Kalimat “kamu Iblis” artinya Tuhan tidak main-main, Tuhan tidak pernah main-main ketika bicara tentang keselamatan yang dimiliki karena penderitaan Yesus Kristus.

                Lukas 15 memberikan pemahaman lain lagi tentang harga sebuah jiwa. Yesus sedang memperbandingkan bagaimana Allah yang penuh kasih dan tidak pernah menyepelekan 1 jiwa manusia pun  yang ingin bertobat. Demi satu jiwa Allah rela mendatangkan anakNya ke tengah dunia. Lukas 15:1-7 menggambarkan peristiwa di mana pemunugut cukai dan orang berdosa makan dan minim, ngobrol bersama Yesus. Hal ini dipandang tidak baik oleh ahli Taurat, orang Farisi dan orang-orang yang belajar firman Tuhan. Artinya orang yang menganggap dirinya rohani atau baik secara moral, tidak membenarkan dan tidak suka Yesus bersahabat dengan orang-orang kelas bawah. Mereka tidak senang kalau Yesus makan, mengajar dan menawarkan keselamatan untuk orang yang hina dan tidak layak. Bukankah seharusnya orang yang belajar Alkitab dan  mendengarkan firman Tuhan memiliki hati yang lebih luas untuk menerima bahwa keselamatan ditawarkan dan diceritakan kepada orang-orang yang belum percaya? Itu sebabnya Yesus menegur orang-orang yang mengangap dirinya rohani. Petrus ditegur karena menganggap dirinya bijaksana, mengikuti pendapat umum dan seakan-akan ia berkata,”Tuhan, Guru janganlah berbeda agar tidak susah!”. Sedangkan yang kedua Yesus menegur sekelompok orang yang menganggap dirinya baik yaitu ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus memberikan teguran yang berbeda lewat perumpamaan  (cerita).

                Pernahkah kita belajar peka? Pernahkah kita merasa Tuhan sedang mengajarkan kita? Hidup kita terus-menerus dipenuhi keinginan dan kerinduan akan “kapankah Tuhan memperlancar hidup, memberi sukses, atau menyembuhkan saya”? Kalau bisa Tuhan jangan lama-lama dalam menyembuhkan saya. Minggu lalu saya berada dalam kondisi sakit karena saat buang air kecil berdarah sehingga malam-malam saya pergi ke dokter. Jadi waktu membesuk orang sakit, saya juga sedang bergumul dengan penyakit saya. Ada juga yang sedang ujian dan berharap lulus. Tetapi pernahkan kita bertanya, “Apakah hari ini Tuhan memarahi saya tidak? Tuhan mengajar saya tidak?” Kalau iya, Dia mengajar seperti mengajar Petrus dengan teguran yang sangat keras supaya saya sadar atau Tuhan menegur saya dengan sederhana lewat cerita dan pengalaman orang lain. Intinya apakah Tuhan sedang menegur saya dengan keras atau cukup menegur dengan halus (cara yang berliku) supaya saya sadar? Kadangkala Tuhan menegur kita dengan keras , tapi bisa juga Dia menegur cara yang berbeda, supaya kita memahami diri kita dan arti penebusan Kristus. Maka Dia menegur ahli Taurat dan orang Farisi dengan cerita. “Siapa di antaramu yang punya 100 domba lalu ada 1 yang hilang dan tidak mencarinya?” Yesus cukup berani menanyakan ini ke pendengarnya. Kalau ada pengusaha etnis Tionghoa mungkin ia akan mengambil kalkulator untuk menghitung untung ruginya. Misal : kalau domba tersebut jaraknya telah jauh maka akan menghabiskan banyak bahan bakar,  kemungkinan pecah ban, rasa capek, kalau hujan dan angin bisa sakit sehingga harus ke dokter. Jadi dihitung untung-ruginya. Akhirnya domba yang hilang dibiarkan saja. Karena hanya 1 yang hilang, masih ada 99 ekor lagi. Hati manusia seperti itu. Tuhan Yesus bukannya tidak tahu hati manusia dan ahli Taurat. Ia juga mengenal orang Yahudi yang pelit luar biasa dan sudah memperhitungkan segalanya. Yesus langsung mengatakan, “Gembala yang baik akan mencari yang 1 karena yang 99 sudah aman di kandang. Yang 1 ia tetap cari.” Artinya gembala yang baik tidak pernah menyepelekan harga 1 jiwa dan ia akan mencari dan menyelamatakan . Sukacita surga itu luar biasa, ketika 1 orang bertobat dibandingkan 99 orang “benar” yang tidak memerlukan pertobatan. Dalam perumpamaan ini tidak dimaksudkan untuk membandingkan 1 orang dengan 99 orang. Tetapi yang dibandingkan adalah 99 orang yang menganggap dirinya benar dan tidak perlu pertobatan yaitu orang Farisi dan ahli Taurat. Ritual yang dilakukan tidak membuat mereka bersuka. Tetapi akan ada sukacita surgawi saat 1 orang bertobat (Lukas 15:7) yaitu pemungut cukai . Yesus mati untuk saya. Apakah kita menyadari bahwa Kristus mati untuk saya ,domba yang hilang, itu? Ia begitu menghargai jiwa 1 orang dan mau berkorban untuk saya

Berharga di Mata Tuhan (Kej 1:26-27)

                Manusia adalah ciptaan Allah yang adalah gambar dan rupa Allah (Imago Dei, Kej 1:26). Harga inilah yang tidak bisa ditawar-tawar dan dianggap remeh. Allah membentuk dan menciptakan manusia dengan khsusus. Ia menjadikan manusia seperti diriNya sendiri. Ia tidak menjadikan hewan dan tumbuhan seperti diriNya. Kendatipun banyak kelebihan pada hewan dan ciptaan lain, tapi hanya manusia yang spesial karena serupa Allah. Manusia walau tidak sekuat kuda tapi Allah mengasihi manusia. Manusia tidak bisa mengalahkan kecepatan larinya kuda dan tingginya elang terbang tetapi Allah menghargai manusia lebih tinggi. Elang diciptakan dengan mata yang bisa melihat hal terkecil sampai puluhan kilometre sedangkan manusia terbatas (bahkan terkadang harus dibantu kacamata) tetapi Allah menghargai dan mengasihi kita lebih dari elang yang matanya begitu tajam. Elang bukan rupa dan gambar Allah, tetapi manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupaNya. Allah mengasihi manusia melebihi ciptaan yang indah seperti merak yang punya ‘jubah’ yang indah.  Namun manusia dikasihi dan dihargai Allah melebihi merak walaupun pakaian kita compang-camping, atau tidak cantik/tampan karena kita aadalah gambaran rupa Allah. Walaupun tidak banyak atribut yang luar bisa, tetapi Allah menghargai kita lebih dari burung merpati yang memiliki kepekaan yang luar biasa. Maka dikatakan hendaklah engkau tulus seperti merpati (Mat 10:16). Kadangkalah hati manusia lebih keras dari singa , tidak tulus seperti merpati dan kita menjadikan Allah “pembantu”, tetapi Allah mau mengasihi kita lebih dari ciptaan yang lain.

Penutup

                Mari kita belajar dari teguran Yesus kepada Petrus. Katakan TIDAK terhadap tawaran dunia dan segala bentuk kompromi demi kenikmatan yang ditawarkan dunia kepada kita. Cermati dan koreksi kompromi apa pun yang telah kita lakukan dengan alasan demi hidup, kesuksesan  dan demi apapun juga. Kadangkala pikiran saya dicela orang, tapi tetap saya pegang. Saya seringkali katakan kepada teman yang punya kedudukan tinggi di perusahaan, “Apa artinya ibadah hari Minggu untukmu? Sejauh mana ibadah hari Minggu bisa dikompromikan? Kalau kamu menganggapnya penting, maka segala bentuk pelatihan outbound jangan menggunakan hari Minggu karena itu pekerjaan kantor!” Perkataan saya ini menimbulkan perdebatan. Banyak pemikiran saya yang ditentang dan dicela atas hal-hal yang dikompromikan demi alasan yang sepertinya masuk akal. Akhirnya kembali kepada pertanyaan ,”Seperti apa kita memprioritaskan diri kita kepada Tuhan?” Adakah sukacita saat 1 orang yang bertobat, dibanding 99 orang yang mengaku Kristen tetapi tidak bertobat? Kita hidup dalam pembaharuan setiap hari. Allah tidak bersukacita dengan aktivitias rohani yang begitu banyak dan yang merasa dirinya sudah baik . Charles Haddon Spurgeon (1834-1892, pengkhotbah dari Inggris) mengakan ,”Moralitas yang baik menghindarkan anda dari penjara. Tetapi hanya darah Yesus yang mampu membebaskan anda dari neraka!” Moralitas itu penting , tetapi kepentingan moralitas itu untuk menunjukkan siapa kita sebenarnya di hadapan Tuhan. Terakhir. saya berharga seharga darah Kristus, jadi saya tidak boleh sembarangan. Orang lain berharga seharga darah kristus jadi tidak boleh memperlakukan orang lain secara sembarangan. Semua berharga di mata Kristus. Saya berharga dan orang lain juga berharga! 


No comments:

Post a Comment