Tuesday, March 17, 2015

Akibat Dosa : TIdak Tahu Membedakan Tangan Kanan dari Tangan Kiri (Belajar dari Kegagalan Niniwe)


Ev. William Andreas

Yunus 4:1-11
1   Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
2  Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.
3  Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup."
4  Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?"
5  Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.
6  Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.
7  Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.
8  Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehiNiningga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup."
9  Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."
10  Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
11 “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"

Pendahuluan

                Di dalam dunia ini terdapat pengajaran yang mengatakan bahwa “manusia pada dasarnya baik, lingkunganlah yang membuat manusia jatuh dalam dosa.” Hal ini sebenarnya kurang tepat. Sewaktu saya SMA dan akan menempuh ujian ulangan umum, saya diminta oleh guru untuk sepakat menyontek bersama agar nilainya bagus. Saya pulang dan memberitahukan hal ini mama saya, “Mama , saya disuruh guru untuk menyontek!” Mama saya yang melihat saya jarang belajar menanggapi, “Iya sudah menyontek saja!” Tapi saya memutuskan untuk tidak menyontek. Dari semua mata pelajaran yang diuji, terdapat 3 yang nilainya harus di atas 5 yaitu matematika, bahasa Ingris dan bahasa Indonesia. Untuk bahasa Inggris dan bahasa Indonesia saya tidak menemui kesulitan sedangkan untuk matematika , saya baru menjawabi 5 soal saat waktu yang tersisa tinggal ½ jam lagi! Saya berdoa, “Tuhan tolong saya!” Namun karena takut gagal, akhirnya  saya terpaksa menyontek. Apakah lingkungan membuat kita jatuh dalam dosa? Tidak! Saat menyontek saya menyadari apa yang saya sedang lakukan. Ravi Zacharias (seorang hamba Tuhan) bercerita. Di suatu negara ada seorang Bapak yang membawa anaknya ke negara tetangganya. Ia mengatakan kepada anaknya, “Tujuan hidupmu adalah membunuh orang-orang di negara sana!” Akhirnya ia diajari cara memegang dan menggunakan senjata dan cara merakit bom sehingga akhirnya sang anak menjadi teroris. Joseph Stalin (1879-1953, seorang diktator negeri Rusia) meminta prajuritnya membunuh 30 juta penduduknya sendiri. Apakah itu bukan tanggung jawab saya ketika saya melakukan tindakan dosa? Dalam Roma 3:23 dikatakan Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Agustinus (salah seorang Bapak Gereja) mengatakan Non Pose Non Peccare yang berarti semua manusia tidak bisa tidak berbuat dosa.
                 
Apa akibat dosa?

2 hal yang akan dibahas mengenai akibat dosa :

1.       Dosa membuat kita memberontak terhadap Tuhan. Memberontak bisa melalui tindakan dan pikiran.

a.       Memberontak secara tindakan. Nabi Yunus memberontak melalui tindakan. Yunus 1:1-3   Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian:  "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku." Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. Letak kota Niniwe (ibukota kerajaan Asyur, musuh Israel) jauh dari Tarsis. Yunus tidak konsisten karena jabatannya seorang nabi. Nabi seharusnya menjadi penyambung lidah Allah untuk menyampaikan firman Tuhan. Nama Yunus dalam bahasa Ibrani artinya merpati.  Orang dulu menganggap nama sebagai sesuatu yang sangat berarti.  Merpati merupakan sosok yang tulus, baik dan setia. Jadi Yunus tidak konsisten dalam menjalankan tugasnya.

Ada kisah tentang seseorang yang bernama Untung Jaya tapi hidupnya selalu tidak beruntung. Dia punya sebuah mobil. Saat pencuri mau membawa mobilnya kabur, ia mencoba menahan mobil tersebut dengan berdiri di depannya. Namun akhirnya ia ditabrak pencurinya sehingga meninggal. Jadi nasibnya berbeda dengan arti namanya. Zaman dulu arti nama sangat penting dan dharapkan orang ini seperti arti namanya.  Singkat ceritanya, Yunus masuk ke kapal , dilempar ke laut dan dimakan ikan besar.  Setiap orang memiliki rasa takut menghadapi cara kematian tertentu. Contohnya : saya takut mati terlelap air walau bisa berenang.  Saya pernah pelayanan  di kota Palu. Di sana saya suka melakukan snorkelling (kegiatan berenang atau menyelam dengan mengenakan peralatan berupa masker selam dan snorkel yakni  selang berbentuk huruf J dengan pelindung mulut di bagian ujung sebelah bawah).  Saat melakukan snorkelling, saya melihat batu karang yang indah sekali, sampai saya tidak menyadari berada di pkealung laut. Tiba-tiba kegelapan melanda saya dan selang snorkel  yang saya kenakan kemasukan air laut.  Saya kelabakan dan kemasukan air. Bersyukur, Tuhan menolong saya yang hampir meninggal. Saya beruntung ada batu karang yang sangat tinggi dan saya berdiri di sana sehingga selamat. Saat dilempar ke laut, Yunus pun sangat ketakutan, akhirnya ikan besar menelannya.  Tuhan tetap memaafkan dia. Ini adalah memberontak secara tindakan.

b.       Memberontak secara pikiran. Dalam Yun 4:2 dikatakan “Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Dia seakan ingin beragumen dengan Tuhan, karena ia tahu Tuhan pasti mengampuni Niniwe sehingga ia lari ke Tarsis. Ia ingin berargumen. Benar apa yang dikatakan Roma 1:21b Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.. Dalam bahasa teologia, dosa telah merasuki pikiran dan hati manusia sehingga manusia tidak dapat lagi tidak berbuat dosa. Jadi pikiran kita tidak bakal sampai dengan pikiran Tuhan , kita tidak mengerti maksud dan rencana Tuhan dalam hidup kita. Kita tidak melihat lagi Tuhan yang berotoritas.

Di kampus SAAT, mahasiswa tidak dibolehkan menggunakan laptop di kamar dan HP (ponsel) di luar asrama. Saya selaku salah seorang anggota senat mahasiswa, memperjuangkan agar laptop boleh dipakai di kamar dan HP boleh dibawa keluar asrama, namun  dosen tidak setuju.  Kemudian saya menceritakan kejadian yang menimpa saya. Setiap hari Sabtu perpustakaan kampus hanya dibuka sampai pk 13. Suatu kali saya sedang mengetik di perpustakaan. Karena sedang asyik mengetik saya lupa ketentuan tersebut dan berada di ruang perpustakaan sampai lebih dari pk 13. Ketika tersadar saya cepat-cepat berlari keluar tapi ternyata pintunya terkunci. Padahal petugas perpustakaan itu punya pelayanan pada hari Sabtu dan Minggu di luar kota seperti Surabaya.  Saya tidak berdaya karena tidak ada ponsel sehingga tidak bisa menghubungi ke luar. Dalam pikiran , bila saya tidak bisa keluar ruang perpustakaan saya akan minum dari air keran di toilet perpustakaan. Entah mengapa saya terus menunggu saja. Kebetulan sekali ada orang yang datang sehingga saya bisa keluar. Saya bersyukur atas pertolongan mereka. Sewaktu membebaskan saya, mereka sempat merekam. Akhirnya saya memberitahukan  dosen hal tersebut sehingga mereka menyetujui usulan saya. Dibuatlah keputusan bahwa dalam kondisi mendesak, para siswa diperbolehkan menghidupkan dan menggunakan ponsel.  Di sini kami bukan memberontak tapi berargumen. Dosen sebagai pemegang otoritas tertinggi akhirnya mengabulkan permintaan kami. Namun Nabi Yunus dan kita adalah manusia terbatas dan memiliki pikiran yang sia-sia sehingga bagaimana kita mau berargumen dengan Tuhan yang sempurna? Ketika ada masalah dan  pergumulan, kita bertanya mengapa rencana yang disusun tidak berhasil? Padahal menurut kita rencana yang disusun adalah rencana yang terbaik. Lalu kita mulai berargumen dengan Tuhan. Ini sebenarnya pemberontakan secara pikiran.

2.     Dosa membuat kita buta akan the beauty of God (keindahan/kemuliaan Tuhan). Dalam lirik lagu “Bila Kulihat Bintang Gemerlapan” (lagu Swedia Syair: O store Gud, Carl Gustaf Boberg, 1886. Diterjemahkan E. L. Pohan Shn, 1968) dikatakan,

Bila kulihat bintang gemerlapandan bunyi guruh riuh kudengar,
Ya Tuhanku, tak putus aku heranmelihat ciptaanMu yang besar.
Refrain: Maka jiwakupun memujiMu:“Sungguh besar Kau, Allahku!”
Maka jiwakupun memujiMu:“Sungguh besar Kau, Allahku!”

Ada juga lagu dari Sidney Mohede ,pemimpin pujian dan pengarang lagu, dalam lagunya yang berjudul Mengenalmu (album Giving My Best). Dalam liriknya berkata,

Bila ku buka mataku dan lihat wajahMu ku terkagum

Inilah wahyu umum. Di dalam keteraturan dunia ini, dia ingin menyatakan bahwa ada Tuhan yang menciptakannya, namun dosa membuat kita buta. Apa itu kemuliaan Tuhan? Yunus 4:2: Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Nabi Yunus mengetahui Allah itu mengasihi, Allah itu panjang sabar, berlimpah kasih setia, namun Yunus marah. Ketika tahu bahwa Allah itu pengasih, seharusnya kita kagum dan bangga kepadaNya.  Itulah dosa yang membuat kita buta akan keindahan Allah. Allah menjawab, "Layakkah engkau marah?"(Yunus 4:4)

Singkat cerita, Yunus ditegur Tuhan melalui pohon jarak yang tumbuh dan mati dalam waktu sehari. Melihat hal itu Yunus marah lagi dan minta mati. Tetapi Tuhan berkata"Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.“Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak? (Yunus 4:10-11). Ia lupa bahwa Tuhan tidak menginginkan kematian orang fasik tapi pertobatannya.


Ibarat secarik kertas yang digambar sebuah lingkaran dengan tulisan bahwa lingkaran itu adalah bola ping pong, lalu kertas tersebut diremas menjadi sampah. Secara substansi ia tetap kertas. Jadi walaupun di atasnya digambar apapun, ia tetap kertas! Walaupun diremas tetap ia merupakan kertas. Berbeda dengan bola ping pong yang sebenarnya. Jadi harus dibedakan kertas dengan bola ping pong. Terkadang kita melihat sesuatu bagian yang mencolok dan kita tidak lagi melihat secara utuh karena pikiran kita sudah dicemari dosa. Mungkin yang kita fokuskan adalah keberdosaan orang, kelemahan kita, atau masalah yang kita hadapi. Tetapi kita lupa Tuhan mengerjakan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kita bisa datang ke gereja, bisa berdoa, menyanyi-memuji Tuhan, mendengar khotbah, tetapi kita bisa bosan. Saat berdoa, kita berpikir,”anakku nanti makan apa?” dan kita bisa menjadi bosan saat berdoa. Itulah akibat dosa di mana suatu penyembahan dibuat oleh pikiran kita menjadi sesuatu yang tidak menarik. Hal ini perlu diwaspadai. Maka saya terus berusaha saat bernyanyi, saya menyanyikan dengan sungguh-sungguh. Tetapi anugerah Tuhan itu cukup untuk kita. Walaupun Niniwe merupakan bangsa pembunuh tetapi tetap mendapat anugerah Tuhan. Kiranya kita menyadari keberdosaan kita dan tidak lupa memohon ampun pada Allah yang telah mati di kayu salib menggantikan kita.  

No comments:

Post a Comment