Monday, February 23, 2015

Mitos vs Kebenaran Firman


Pdt. Paulus Daun

Mat 4:10b Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Yoh 4:24 24  Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Pendahuluan

                3 hari yang lalu pada  tanggal 19 Februari 2015 (Kamis) orang Tionghoa merayakan tahun baru Imlek. Biasanya orang Tionghoa saat hari raya Imlek bertemu dan mengucapkan恭喜发财(Gōng xǐ fā cái, selamat semoga rezekinya berlimpah) 万事如意 (wàn shì rú yì, semoga segala masalah akan sesuai dengan yang dikehendaki atau semoga beruntung). Sebagai orang Kristen Tionghoa, apakah boleh megucapkan kalimat ini? Sebenarnya bukan boleh atau tidak, tapi kurang tepat. Karena kalimat ‘gong xi fa cai’ menggambarkan seolah-olah uang di atas segalanya atau seolah-olah makna dan tujuan kita hanya untuk uang saja. Jadi nuansa keduniawiannya agak lekat sehingga sebagai orang Kristen Tionghoa,kurang tepat bila mengucapkan ‘gong xi fa cai’. Wan shi ru yi bukannya tidak boleh tetapi juga kurang tepat. Karena seolah-olah segala sesuatu yang dicapai dengan kehendak sendiri padahal seringkali kehendak kita salah sasaran karena adanya dosa. Seharusnya “bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi"(Lukas 22:42b). Oleh karena itu ucapan “gong xi fa cai” dan “wan shi ru yi” kurang tepat. Sebagai gantinya ucapan sederhana新年快乐 (xin nian kuai le, selamat tahun baru), 新年蒙恩! (Xin Nian Meng En, semoga mendapat berkat di tahun baru) lebih tepat.

                Timbul permasalahan sebagai orang Kristen Tionghoa apakah boleh mengikuti perayaan tahun baru Imlek ? (karena ada pendeta yang melarang jemaatnya merayakan tahun baru imlek). Sebenarnya bukan saja boleh malah harus merayakannya. Argumentasi : setiap suku bangsa di dunia ini masing-masing punya tahun baru demikian pula dengan orang Tionghoa yang punya tahun baru (Imlek). Sebagai orang Tionghoa bukan saja sekedar ikut merayakan malah harus merayakannya. Hanya ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perayaannya. Tahun baru Imlek tidak dirayakan hanya 1 hari tapi 3 minggu berturut-turut yakni 1 minggu sebelum Imlek dan 2 minggu sesudahnya dan puncaknya hari raya cap go me (元宵节Yuan Xiao Jie). Kata cap go me berasal dari dialek Hokkian dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Selama 3 minggu perayaan itu banyak sekali acara dan upacara . Di sinilah sebagai orang Kristen Tionghoa perlu memperhatikannya karena ada upacara yang boleh kita ikuti dan ada juga yang tidak!

Mitos Seputar Tahun Baru Imlek

Dari mitos-mitos seputar tahun baru Imlek yang ada berikut beberapa mitos di antaranya :

1.    Sembahyang dewa dapur

          Satu minggu sebelum tahun baru Imlek (tanggal 23 bulan 12 kalender Tionghoa) ada upacara yang dinamakan hari raya mengantar dewa dapur (灶神Zao Shen ) naik ke langit yakni upacara ‘menyogok’ dewa dapur sebelum naik ke langit. Dikatakan menyogok karena orang Tionghoa percaya, dewa dapur mendapat mandat dari dewa langit untuk tinggal di tengah keluarga dengan tugas untuk mengawasi setiap anggota keluarga.  Dari hari pertama sampai hari terakhir dalam setahun , apa saja yang mereka pikir-lihat- dengar-katakan-lakukan diawasi lalu secara cermat ditulis di bukunya. Satu tahun sekali dewa dapur naik ke langit dan melaporkan ke dewa langit segala sesuatu yang dilakukan di setiap anggota keluarga. Lalu dewa langit menurunkan hukuman atau memberikan keberuntungan (hoki) kepada anggota keluarga tersebut. Orang Tionghoa takut bila dewa dapur melaporkan hal-hal yang negatif, sehingga sebelum dewa dapur naik ke langit diadakan sembahyang dengan sesajian berupa penganan manis supaya dewa dapur mulutnya menjadi ‘manis’ sehingga yang disampaikan ke dewa langit juga manis (hal-hal yang baik). Kue keranjang (年糕Nian Gao) disajikan ke dewa dapur karena memiliki bahan perekat sehingga dengan memakannya dewa dapur akan sulit buka mulut dan laporannya menjadi kurang jelas.

          Saat mendengarkan kepercayaan ini kita merasa lucu, namun banyak orang yang mempercayai hal ini . Bukan saja penduduk kampung yang buta huruf bahkan penduduk kota yang pendidikannya tinggi sampai S3. Saat ditanya kenapa percaya hal ini, dijawab tidak tahu. Hal ini dilaksanakan karena orang tua melakukan demikian sehingga mereka mengikuti saja. Kebudayaan Tionghoa yang dijabarkan dalam bentuk tradisi kehidupan sehari-hari lebih didominasi oleh tahayul (mempercayai sesuatu yang tidak diketahui). Walaupun upacara menyogok dewa dapur itu tidak masuk akal , tetapi kepercayaan ini membuktikan apa yang dikatakan Alkitab yakni semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23) baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara sadar maupun tidak, betapa pun tingginya standard moral mereka, dalam setahun mereka mengakui pernah melakukan kesalahan. Mereka takut dilaporkan dewa dapur ke dewa langit. Ketakutan ini membuktikan :

1.     orang Tionghoa mengakui sepanjang tahun mereka pernah melakukan kesalahan. Ini membuktikan sekalian manusia sudah berdosa tidak terkecuali orang kaya-miskin, berpendidikan- tidak, apa pun status sosial di tengah masayarakat, mereka mengakui telah membuat kesalahan.
2.     Mereka juga mengakui upah dosa itu maut. Orang Tionghoa mengakui bahwa mereka membuat kesalahan dan kesalahan akan mendatangkan hukuman. Pada Ibrani 9:27 dikatakan manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi. Orang Tionghoa tahu bahwa dosa akan mendatangkan hukuman.
3.     Melalui cara mneyogok dewa dapur, menggambarkan kerinduan orang Tionghoa yang ingin mendapatkan kelepasan. Istilah teologisnya ingin mendapatkan keselamatan agar terhindar dari hukuman itu. Namun kesalahannya adalah menggunakan kepintaran sendiri untuk mendapat keselamatan. Karena orang Tionghoa mementingkan uang ,maka orang Tionghoa bekerja pagi, siang, sore  dan kalau perlu juga malam bekerja. Suami dan istri bekerja untuk uang. Karena uang bisa membuat setan melakukan segala hal. Hal ini membuat orang menjadi mata duitan dan ganas. (saudara juga bisa disikat habis karena uang). Dengan uang bisa melakukan segala sesuatu termasuk menyogok dewa dapur agar lepas dari hukuman!

          Kalau benar di dunia ini ada dewa dapur dan bisa ‘disogok’ oleh manusia berarti ia telah mengkhianati kepercayaan dewa langit yang telah memberi tugas kepadanya. Kalau dewa langit ada, masa ia baru tahu tentang kondisi manusia setelah diberi laporan oleh dewa dapur? Kalau dewa langit ada, masakan ia tidak tahu laporan yang disampaikan kepadanya itu benar atau salah. Yang dikatakan ALkitab tentang Allah tidak demikian. Pada Maz 139, Allah yang dikatakan dalam Alkitab bukan saja Maha Kuasa dan Maha Ada dan Dia juga adalah Allah yang Maha Tahu. Ada yang melaporkan atau tidak, Allah tahu karena Dia tidak hanya melihat bagian luar kita tapi juga sampai ke lubuk hati kita. Sehingga kita tidak bisa menyembunyikan apapun juga. Dia melihat segala sesuatu karena ia Allah Maha Tahu! Sehingga yang bersalah tidak luput dari hukuman. Yoh 3:16 16  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Bukan dengan cara menyogok manusia bisa melepaskan diri dari hukuman tetapi melalui Yesus Kritsus! Yesus Kristus datang lalu mati di atas kayu salib bukan karena kesalahanNya karena Dia orang kudus, tetapi Dia di salib untuk mengantikan kita supaya manusia tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Banyak orang Tionghoa ingin melepaskan diri dari dosa. Mereka tidak tahu bahwa keselamatan satu-satunya hanya ada di dalam Tuhan Yesus. Tugas kita memberitahu mereka khususnya keluarga kita yang belum percaya.

2.    Menyapu (Bebersih) saat Imlek

          Menjelang tahun baru Imlek, orang Tionghoa membersihkan rumah sebersih-bersihnya. Orang juga dibersihkan dari ujung rambut sampai kaki menjadi baru. Orang Tionghoa percaya kalau bawa barang lama maka tidak beruntung. Kebiasaan orang Tionghoa tidak suka membawa hutang ke tahun baru karena ‘bo hoki’ (tidak mendatangkan keberuntungan). Setelah melunasi hutang baru masuk tahun baru. Orang Kristen boleh berhutang tapi harus bayar hutang. Orang Tionghoa , selesaikan hutang sebelum memasuki tahun baru. Orang Tionghoa percaya, tidak boleh bersih-bersih dan sapu-menyapu selama Imlek. Rumah kotor tidak boleh disapu, karena kalau menyapu sampah ke luar berarti menyapu hoki keluar rumah (membuang keberuntungan). Sehingga menyapu sampah ke dalam agar hoki tidak keluar. Alkitab mengatakan, di dalam keluarga ada hoki atau tidak, bukan karena sapu menyapu tetapi adakah Tuhan di dalam rumah? Kalau di dalam rumah tidak ada Tuhan pasti tidak ada hoki.

          Kalau di dalam rumah ada Tuhan dan di dalam hati suami-isitri-anak  ada Tuhan, maka mereka tidak akan berani berbuat yang tidak-tidak. Tetapi sebaliknya bila di dalam hati suami-istri-anak tidak ada Tuhan maka kacau balaulah keluarga itu. Keluraga berantakan (termasuk kawin–cerai) karena suami bisa mendapatkan istri baru. Demikian juga dengan istri. Sepertinya kawin-cerai menjadi hal yang biasa. Mereka melupakan satu hal yaitu anak-anak mereka. Tidak ada anak yang suka dengan ayah atau ibu baru. Papa saya lebih tua dibanding ibu sehingga saat papa meninggal ibu menjadi seorang janda yang masih muda dan cantik. Setelah papa meninggal, banyak pria  mendekati ibu saya untuk menjadikannya istri. Saya baru berusia sekitar 7 tahun. Setiap kali ada pria yang mendekati ibu, saya menangis. Tidak ada anak yang mau papa baru. Menurut psikolog, anak dari keluarga broken-home tidak baik perkembangannya. Di tengah masyarakat terjadi tendensi perceraian, karena di dalam hati tidak ada Tuhan. Kalau ada Tuhan maka keluarga akan hidup harmonis. Diharapkan keluarga Kristen bisa menjadi contoh.

          Saya menikah tahun 1972 sekarang telah berlangsung 40 tahun lebih!  Kami dikaruniakan 3 orang  anak (2 laki-laki dan 1 perepuan). Satu per satu mereka berkeluarga dan meninggalkan kami sehingga di rumah hanya ada saya (72 tahun) dan istri (71 tahun). Secara manusiawi  makin sering melihat semakin bosan dan jelek. Namun karena ada Tuhan dalam keluarga dan hati kami, maka kami memegang komitmen yang disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia. Walau sudah jelek dan tua, kasih Tuhan terus melingkupi kami. Anak-anak kami sampai saat ini belum pernah melakukan hal yang memalukan papanya yang pendeta dan Tuhan. Yang hebat Tuhan mengawasi mereka. Cucu saya ada 2 orang (1 perempuan 10 tahun dan 1 laki-laki 5 tahun). Waktu cucu perempuan saya berusia 6 tahun, dia sudah bisa bicara empat bahasa (Inggris, Hokkian, Mandarin dan Indoneisa). Di sekolah sewaktu menghadapi ujian bahasa Mandarin ditanya apakah takut? Dijawabnya, “Saya takut setengah mati. Tapi saya datang ke Tuhan, lalu berdoa agar hanya pelajaran-pelajaran  yang saya pelajari yang keluar sedangkan yang tidak jangan keluar. Puji Tuhan, yang saya pelajari keluar semuanya, sehingga dapat 100. Lalu saya datang ke Tuhan Yesus mengucapkan terima kasih karena sudah mendengar doa saya.” Jawabannya lucu, tetapi itu merupakan jerih payah orang tua bagaimana mengajar anak untuk takut kepada Tuhan! Hatinya ada Tuhan dan saat mengikuti ujian ia tidak pernah nyontek. Sehingga hoki ada di rumah bukan karena sapu-menyapu. Banyak sanak saudara kita yang tidak tahu rahasia ini. Kewajiban kita memberitahu bahwa hoki sejati diperoleh hanya dalam Tuhan Yesus.

3.    Te-pai dalam acara kumpul keluarga

          Malam tahun baru ada acara kumpul dan makan keluarga. Semua anak bahkan dari luar kota dan luar negeri diusahakan kumpul dan makan yang biasanya didakan di restoran. Di dalamnya ada acara penting te-pai yakni anakdan cucu berlutut menyuguhkan teh lalu orang tua menerima dan minum. Upacara ini sangat penting artinya untuk membutuktikan bakti anak terhadap orang tua. Banyak keluarga Kristen tidak mengerti. Karena dilakukan dengan cara berlutut lalu ditolak, sehingga suasananya jadi kurang enak. Orang tua dalam hati merasa sakit, lalu menganggap anaknya yang Kristen tidak berbakti. Sehingga agama Kristen dianggap mengajar anak-anak jadi kurang ajar. Ini salah. Acara te-pai boleh bahkan harus diikuti. Dengan momen ini ingin dibuktikan bahwa walau telah menjadi Kristen tetap menjadi anak berbakti. Te-pai tidak ada hubungannya dengan penyembahan.

4.    Sembahyang arwah leluhur

          Biasanya pagi hari saat tahun baru imlek ada upacara sembahyang untuk arwah leluhur. Saat ini disediakan beraneka makanan seperti daging babi sam can, ikan bandeng, ayam, manisan, buah-buahan. Lalu anak, cucu dan  cicit berbaris di depan meja sembahyang , mengambil hio untuk sembahyang sebanyak 3 buah dan selanjutnya meminta kepada arwah orang tua, kakek atau buyutnya yang sudah meninggal. Acara ini tidak boleh diikuti karena berkaitan dengan penyembahan. Di kalangan orang Tionghoa banyak upacara yang bersifat tradisional. Upacara tradisional ini harus dipilah apakah termasuk kultural (kebudayaan) atau ritual keagamaan (penyembahan). Kalau tergolong kultural boleh dilakukan tetapi berkaitan dengan ritual tidak boleh dilakukan.

          Untuk membedakan apakah upacara itu bersifat ritual atau tidak, dapat dilihat  apakah yang disembah berbentuk roh atau tidak. Kalau berbentuk roh maka tidak boleh dilakukan, karena Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Allah, setan dan malaikat itu roh. Ritual yang terkait dengan roh tidak boleh dilakukan! Sembahyang ke arwah leluhur bersifat ritual sehingga tidak boleh dilakukan. Sedangkan pada acara te-pai, objeknya adalah orang tua atau dengan perkataan lain objeknya berbentuk bukan roh karena masih hidup. Acara ini bersifat kultural. Dengan pengetahuan ini, kita bisa menempatkan diri dengan baik sehingga kita jangan menjadi batu sandungan tapi berkat.

5.    拜年 ( Bai nian)

Anak muda suka ikut berkunjung ke tempat orang yang lebih tua karena senang mendapat ang pao (紅包 hóng bāo amplop merah). Sebagai orang Tionghoa boleh ikut dan harus bai nian (memberikan ucapan selamat Imlek). Itu baik. Kalau orang Kristen diberi ang pao boleh diterima. Waktu menerimanya,kita ucapkan terima kasih. Lalu sebagai balasnya, kita juga menghadiahkan barang seperti buku rohani, traktat atau CD rohani. Mungkin waktu bacaan tersebut diberikan belum dibaca, tapi nanti waktu dibaca , maka benih Injil masuk dan membuka hatinya untuk percaya. Saya menerima Injil bukan karena mengikuti KKR atau ada misionari yang memberikan traktat dan tidak ada yang membimbing, tetapi Injil membimbing saya menjadi orang Kristen bahkan menjadi pendeta. Penerima ang pao adalah orang yang belum menikah (yang menikah tidak menerima angpao). Saat memberikan ang pao, jangan pelit-pelit memberinya. Kalau kedatangan anak muda, kita beri ang-pao sambil katakan,”Ini angpao berkat Tuhan” lalu kasih pesan, “jangan lupa hari Minggu datang ke gereja”.

6.    Anak perempuan yang baru menikah tidak boleh pulang dahulu sewaktu imlek

          Anak perempuan yang baru menikah pada waktu tahun baru imlek tidak boleh pulang. Karena ada kepercayaan ini, anak perempuan Kristen yang menikah kalau orang tua nya punya kepercayaan seperti ini, jangan pulang untuk menghormatinya karena bila tetap pulang maka sepanjang tahun orang tuanya bisa tidak tenang apalagi kalau tahun itu ada malapetaka. Tapi saya tidak memiliki kepercayaan seperti itu, maka pada tahun baru imlek, semua anak harus pulang semua. 1 hari sebelum tahun baru imlek, anak perempuan harus pulang bersama  suami-anak dan boleh memberi ang-pao. Menantu Kritsten waktu pulang bukan saja bawa istri dan anak tapi juga memberi ang pao kepada mertua dalam jumlah yang cukup agar tidak dipandang rendah oleh mertua. Maksudnya bukan untuk menyogok, tetapi dengan memberi angpao yang lebih banyak menimbulkan hati yang lebih hormat (segan) dari mertua kepada kita. Sehingga suatu hari bila gereja mengadakan ibadah untuk menyambut tahun baru dan mengundangnya, maka mertua akan datang. Kalau kita pelit maka akan dilecehkan. Logikanya , mertua telah menginvestasikan uangnya pada  istri (9 bulan mengandung, kasih makanan sehat (吃补Chī bǔ atau cia po dalam dialek Hokkian), membayar uang untuk sekolah dan kuliah, semuanya  merupakan investasi mertua pada diri istri dalam jumlah besar. Sebagai suami bawa ang-pao besar, anggap saja seolah-olah membayar pajak kepada mertua, sehingga mertua mempunyai hati yang segan. Hal itu menjadi harga dari uang yang ada di dunia. Sehingga suatu kali sang mertua bertobat dan Alkitab berkata, “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (Lukas 15:10).

Penutup


                Setiap tahun kita merayakan Imlek dan saat merayakannya kita bertemu dengan mitos-mitos yang berkaitan dengannya. Namun setelah memahami kehendak Allah dalam Alkitab, Imlek dapat menjadi momen untuk membagikan berkat dan rencana Allah bagi umat manusia agar dapat memperoleh keselamatan sejati. 

No comments:

Post a Comment