Monday, March 30, 2015

Siapa yang Mau Aku Utus?


Pdt. Richard Hutabarat

Yesaya 6:1-10
1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
2  Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.
3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
4  Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.
5  Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
6  Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.
7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
8  Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"
9  Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan!
10 Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh."

Pendahuluan

                Pada Yes 6:8 ditulis Lalu aku mendengar suara  "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Suara ini sangat jelas, gamblang dan berlaku untuk setiap kita. Yesaya menjawab"Ini aku, utuslah aku!” Dari sekitar 16.680 seluruh suku bangsa di dunia, banyak yang belum terjangkau oleh Injil. Untuk itu gereja kami menetapkan target sampai tahun 2020 ada 50 orang misionari yang akan diutus. Sekarang baru 26 orang misionari yang telah diutus. Di negeri ini saja , ada 63 suku yang bukan saja belum dijangkau Injil tapi bahkan belum ada misionaris yang pergi ke sana. Dalam perumpamaan tentang penabur benih berarti belum ada firman Tuhan yang ditabur. Pada Yes 6:1-10, dikisahkan ada seorang bangsawan yang pandai dan aman secara keuangan. Saat itu dunia sedang mengalami krisis karena Raja Uzia meninggal setelah 52 tahun berkuasa. Dunia dilanda krisis ekonomi karena tergangtung pada raja tersebut. Lalu terjadi krisis spiritual sehingga terjadi perpecahan. Dengan terjadinya krisis, orang muda dan cerdas seperti Yesaya bisa saja mencari aman. Tapi ia tidak bisa memungkiri dirinya sendiri. Ada rasa muak dalam dirinya. Ia melihat dirinya hari demi hari begitu saja, penuh rutinitas. Sebagai bangsawan dan anak muda yang punya banyak mimpi, ia tidak mempunyai rasa aman. Ada kesunyian dalam dirinya. Dalam harian Chicago Tribune ada kisah anak keturunan orang kaya yang tiba-tiba merasa muak dengan kekayaannya. Fransiskus Assisi (1182-1226) merasa muak dengan pengejaran kekayaan. Rupanya  dibalik kekayaan, ada kesyunyian dalam dirinya. Jadi di luar penampilan dirinya yang luar biasa, di dalam dirinya ada kekosongan. Ada pertanyaan, “Apa tujuan ia hidup?” Yesaya menemukan tujuan yang agung itu sehingga ia mengalami perubahan yang menakjubkan. Dari menikmati hari-hari yang nyaman, berada di comfort-zone, berpikir untuk diri saja, kemudian ia berubah total. Setelah ia menghampiri dan menemukan Allah, tujuannya menjadi untuk menemukan jiwa-jiwa lain untuk memperoleh keselamatan. Temuilah Allah dengan baik agar bisa menemukan maksud Allah yang mulia! Sehingga seperti Yesaya saat mendengar pertanyaan “Siapa yang mau Kuutus?”, ia merespon dengan baik dan mendapatkan nilai yang mulia.

5 Kata Kunci untuk Dapat Mengerti Panggilan (Maksud) Allah

1.     Mengerti . Ada yang berkata,”Tak peduli apa yang dimengerti tapi yang penting adalah apa yang saya lakukan” atau “Apa doktrinnya tidak penting, yang penting apa yang saya perbuat”. Pernyataan ini tidak benar. Kita harus mengerti tentang Allah baru mengerti tentang diri kita. Yesaya 6:1-3. Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.  Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"  Tempat saat menghadapi krisis bukanlah di mal-mal dengan  men-cuci mata, karena setelah selesai melakukannya sesampainya di rumah tetap menghadapi krisis yang belum selesai dan masih menghela nafas. Menghadapi krisis juga bukan dengan jalan-jalan ke luar negeri atau ke mana pun karena setelah berjalan berhari-hari dan uang habis, sesampai di rumah tetap menghela nafas dan menunggu ‘mati’. Sedangkan Yesaya saat menghadapi krisis, ia ke Bait Allah , menjadi milik Tuhan dan berkata, “Kadosh,kadosh,kadosh (bahasa Ibrani)” artinya “Kudus,kudus,kudus. Seluruh bumi penuh kemuliaannya.” Kita harus mengerti siapa itu Allah sesungguhnya, baru kita mengerti panggilanNya seperti Yesaya mengerti dan menyadari siapa Allah. Kata “Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang” berarti satu-satunya pribadi yang berotoritas dan berdaulut penuh adalah Allah. Satu-satunya pribadi yang mulia dan agung adalah Allah! Dalam kata-kata “ujung jubahNya memenuhi Bait Suci”, Yesaya memperlihatkan betapa agung dan mulianya Tuhan, pribadi yang berdaulat penuh satu-satunya dengan para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya. Saat membaca kalimat ini, hati saya merasa gentar, “Siapakah saya? Tuhan, Engkau begitu mulia!” Sama seperti dua sayap Serafim yang menutupi muka dan dua sayap menutupi bagian depan (kaki) mereka yang menggambarkan menutupi ketidaklayakan. Kata “kudus”  diulang 3 kali maksudnya Allah  sungguh absolute kudus (sangat mutlak suci adanya). Habakuk 1:12 berkata, “Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman.” Sebelum Adam berbuat dosa Allah berkata, "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kej 2:16-17). Dosa Adam sepertinya tidak teramat berat. Ia ‘hanya’ makan buah pengetahuan yang baik dan jahat dan  itupun karena Hawa.  Namun kata mati itu fatal. Ketika makan buah itu, Allah begitu najis melihat dosa dan pemberontakan. Ketika Adam memakan buah itu, terjadi keterpisahan! Dosa itu begitu keji. Kalau makan buah itu, kau akan mati!  Ef 2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Pengertian mati di sini bukan mati suri yang setelah lewat beberapa waktu akan hidup kembali. Jadi kata mati sangat fatal. Ayat 2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Ayat 3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Pada Ef 2:1 kamu berdosa, kamu najis. Tanpa kebenaran dan kesucian manusia pasti binasa. Kita menganggap 1.000 km jauh sekali sedangkan 1 mm tidak ada apa-apanya. Dalam standard kesucian, 1 mm yang sepertinya kecil tapi telah melanggar kesucian sama dengan 1.000 km. Allah begitu suci (kudus). Sekarang ini menyedihkan sekali. Banyak orang Kristen yang main dan kompromi dengan dosa dan terikat kebiasaan buruknya sehingga bagaimana mungkin orang bisa menerima panggilan mulia untuk diutus Tuhan? Begitu banyak orang Kristen yang sudah lama menjadi orang Kristen  dan tidak bisa mengenali panggilan Allah yang mulia, karena ia kompromi dengan dosa! Termasuk dalam dosa adalah tindakan amoral. Contoh : mengakses internet untuk melihat hal-hal porno adalah keji di hadapan Tuhan. Dalam pengertian kata kadosh ada 2. Intinya kad (to cut) yang berarti memotong sehingga terpisah dari hal yang tidak suci menuju kepada kesucian. Itu bukan saja berkaitan dengan moral tapi juga gairah (meluap dengan Allah , intim dengan Allah). Pada Wahyu 2:1-5 dikatakan "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.  Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Pada jemaat Efesus tidak ditemukan dosa moral dan jemaatnya aktif melayani tetapi ditegur Tuhan karena telah kehilangan kasih mula-mula (kasih di mana hatimu dekat dengan Allah). Orang Kristen sekarang tidak merasa apa-apa kalau tidak merasa dekat dengan Allah dan tidak bergairah membaca Alkitab. Hati orang Kristen begitu keras (tidak lembut lagi). Allah itu begitu agung dan mulia sehingga para Serafim menutup muka, kaki dan berkata, “Kudus..kudus,kuduslah Tuhan semesta alam.” Harga ketidakkudusan mengerikan karena akan binasa selama-lamanya.  Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23) Roma 6:23  Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Dosa bukanlah hal yang main-main Ef 2:1-3  Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.  Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Waktu sekolah, menyontek dan titip absen sama-sama berdosa (sudah wisuda namun hasil menyontek). Harga ketidakkudusan begitu mahal yakni binasa selama-lamanya. Kej 6:6-7 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." Yer 2:19 Kejahatanmu akan menghajar engkau, dan kemurtadanmu akan menyiksa engkau! Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pedihnya engkau meninggalkan TUHAN, Allahmu; dan tidak gemetar terhadap Aku, demikianlah firman Tuhan ALLAH semesta alam. Harga kesucian terlalu mahal. Supaya manusia bisa disucikan, Yesus harus meninggalkan kemuliaanNya , menderita di kayu salib, dan berteriak “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” ( Markus 15:34 ). Hal ini karena dosa manusia ditimpakan seluruhnya kepadaNya.

2.     Menyadari diri sebagai orang berdosa. Begitu mengerti Allah yang sesungguhnya, Yesaya menyadari dosa yang dilakukannya dan reaksinya begitu spontan (tidak ditutup-tutupi lagi). Ayat 5 Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." Karena bangsaku pendosa maka  aku (Yesaya) juga pendosa. Setiap orang yang melihat cermin sesungguhnya Allah akan timbul kesadaran bahwa  saya adalah pendosa dan menjijikkan. Ketika Petrus tidak dapat hasil saat menangkap ikan (Lukas 5:1-11), Tuhan Yesus menghampirinya dan berkata, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Luk 5:4). Yesus meminta Petrus menebarkan jala, padahal hari sudah mulai siang. Yesus yang merupakan anak tukang kayu menyuruh anak nelayan dalam menangkap ikan. Bagaimana bisa? Tampilan nelayan dan anak tukang kayu berbeda. Setelah menebarkan jalanya, akhirnya Petrus mendapat banyak ikan sehingga jalanya mulai koyak. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (Luk 5:8). Petrus  menyadari bahwa ia adalah orang yang tidak layak. Bagaimana dengan kita? Siapakah saya? Demikian juga dengan Ayub yang terkenal saleh. Kesalehan Ayub ketika Tuhan perlihatkan diri sepenitas saja, Ayub yang terkenal saleh dan jujur (Ayub 1:1) berkata, Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5). Daud suatu kali berdosa dan meratap, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. (Maz.51:6-8). Bangsa Israel kena hukum, dan Daud kena teguran keras oleh Allah, Daud tersadar dan bertobat. Ia menyoyak jubah kerajaannya, melemparkan mahkotanya, dan masuk ke dalam debu, dengan hati yang hancur, meremas-remas debu tanah dan menaburi kepalanya dengan itu: “Ampuni aku Allahku... aku tidak tahu diri... aku pandir.. aku sombong... aku lupa bahwa aku ini hanyalah orang yang memperoleh belas kasihanMu... tanpa belas kasihanMu, aku ini tak lebih dari debu tanah..” Demikian pula dengan  Yohanes yang sangat mencintai Tuhan. Ketika Yohanes dihadapkan pada cermin Allah yang begitu mulia, Yohanes rebah seperti orang mati. Wahyu 4:8-11  Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." Dari apa yang kita lihat dan alami sampai sekarang, Kalau kita tidak punya pengalaman dengan Tuhan maka kita tidak akan menyadari dosa dan tidak membaca Alkitab. Saya sudah melayani selama 37 tahun dan Tuhan memberi rasa haus sehingga terus membaca Alkitab dan sekarang sudah selesai membaca dari awal sampai akhir sebanyak 187 kali. Kalau tidak mengerti Allah, maka kita akan lebih suka berada di mal dibanding membaca Alkitab. Banyak yang berkata, “Apa yang kita pikir dan katakan ,Tuhan akan ampuni!” Padahal dosa adalah kekejian dan ada pemberontakan di hadapan Tuhan sehingga Tuhan Yesus meninggalkan sorga untuk datang ke tempat yang terkutuk.

3.     Mengakui dosa. Setelah mengerti Tuhan Allah yang begitu mulia dan suci adanya, menyadari dosanya lalu Yesaya mengakui dosa.  Pada ayat 5 Yesaya berteriak spontan, tidak menutup-nutupi dan membuka keluar isi hatinya. "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." Yesaya mengakui terus terang akan dosanya dengan blak-blakkan dan jelas. Hal ini berbeda dengan kita yang suka mencoba menutupi-nutupi.  Daud seorang raja, tapi ia berlutut di depan orang dan mengambil debu tanah dan mengaku, “terhadap Tuhan nyata benar aku berdosa.” Maz 66:18 Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar. Ada niat jahat saja dalam hati kita tidak layak.  Banyak yang menganggap dosa itu manusiawi. Bila diibaratkan dosa benjolan atau bisul, berapa banyak benjolan dan bisul kita? Jangan meremehkan dosa! Amsal 28:13 Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. 1 Yoh 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Maz 32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Bila kita tidak mau mengakui dosa, kita melanggar Amanat Agung. Seorang anak rohani saya di Hainan berkata,”Kalau ada Amanat Agung berarti ada dosa agung.” Tetapi banyak yang merasa tidak bersalah bila melanggar Amanat Agung. Begitu dingin. Ketika Allah berkata “Pergi! Pergilah memberitakan Firman! Jangkau dan selamatkan mereka yang berdosa!” Responnya bukan”Utuslah aku” tetapi  “Utuslah mereka”. Hal itu ibarat saya punya 2 orang pembantu. Lalu saat saya minta, “Mbak tolong sapu!” lalu dijawab, “Bapa saja yang nyapu!” Bukan saja kita tidak melihat dan menyadari bahwa kita tidak mengakui dosa tetapi kita juga tidak menemukan nilai Tuhan yang mulia (hanya numpang lewat saja). Saya terkadang merasa tercekam karena dosa dan  merasa tidak pantas. Terkadang setelah menyampaikan khotbah lalu pulang mengemudi saya menghentikan mobil di pinggir jalan dan menangis. Mengapa saya ada perkataan sombong dan menambah-nambah? Tuhan mengapa saya kompromi terhadap dosa? Tuhan, ampuni saya karena rahmat Tuhan begitu sempurna! 1 Pet 1:15 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

4.     Mengalami penyucian. Ayat 6 Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Bagi Allah selalu ada jalan keluar untuk masalah dosa. Segala prestasi dan rencana baik kita tidak dapat menyucikan kita. Segala moralitas Yesaya, tidak bisa menyucikannya. Hanya Allah saja yang bisa menyucikan kita. Cara Allah menyucikan bukan dengan uang yang banyak supaya kita bisa beramal baik tetapi melalui Tuhan Yesus. Maz 9  cara apapun yang kita buat tidak memadai kecuali darah Yesus. Allah telah mengutus anakNya yang tunggal mati di kayu salib dan yang dijemur di bawah matahanri yang panas sebelum pk 12. Lalu dari pk 12 sampai pk 15 terjadi kegelapan dan  itu bukan gerhana matahari, karena gerhana hanya sebentar saja. Seakan alam tidak bisa melihat Sang Pencipta menderita. Mengapa Allah menderita untuk menebus dosa kita? Supaya kita disucikan dan dilayakkan! Dia tidak lahir dan tidak pernah berbuat dosa. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian (Mar 53:6). Kita disucikan oleh darah Kristus.


5.     Mengambil Tantangan. “Siapakah yang mau Kuutus?  Tuhan mengasihi semua orang, maka Ia berteriak “Siapa yang mau Kuutus?” Mengerti, menyadari, mengakui, mengalami penyucian dan mengambil tantangan. Itu merupakan respon yang  sungguh-sungguh akan kerinduan pada kekudusan Tuhan. Yesaya menghadapi tantangan ayat 8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" Mengapa Allah harus bertanya, “Siapa yang mau pergi untuk Aku?” Karena Allah mengasihi dunia dan Ia rindu dan menghendaki semua orang diselamatkan. Yoh 3:16  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Ketika bicara tentang kasih, Ia berbicara kasih kepada dunia, ia mengasihi setiap suku bangsa setiap harinya sehingga Yesus mati di Golgoga. Lalu Ia bertanya “Siapa yang mau Kuutus?” Kadang kita mudah memilah orang, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan Yesus. Matius 9:35-38. 35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 36  Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. 37  Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38  Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Yesus pergi dari desa ke desa dan dari kota ke kota. Pada ayat 36 Yesus melihat orang banyak yang lelah seperti domba tak bergembala. Pada ayat 37 dikatakan tuaian memang banyak namun persoalannya pekerja sedikit. Yesus pergi dari desa ke desa dan dari kota ke kota, di sana Ia menemukan macam-macan orang termasuk Yudaisme. Berbagai macam penganut agama dan orang-orang dengan sifat fanatik ada di sana. Setiap orang menjadi objek untuk pemberitaan Injil, objek potensial untuk diselamatkan. Allah rindu setiap orang diselamatkan. Bila dipilih, suku Batak mungkin tidak pantas diselamatkan. Hal ini pertama disebabkan orang Batak adalah orang yang sangat fanatik dan merasa unggul dengan budayanya. Kedua, orang Batak tukang makan orang.  2 misionaris (Samuel Munson dan Henry Lyman) pernah diutus dan dimakan. Orang batak walau sudah kenyang bisa makan orang, dengan cara apa yang sudah dimakan dimuntahin dulu. Kita seringkali memilih-milih orang  dan berprasangka, hal itu tidak bagus. Kami punya gereja rumah di Aceh, beranggota mantan GAM. Di Padang tidak bisa membangun gereja, sehingga dibangun 9 gereja rumah. Kami membangun gereja di paling ujung Papua ke orang paling barbar. Dari Serui ke Yapen naik perahu kecil dan penduduk di sana besar-besar. Badannya bau karena menggunakan minyak babi. Saat di sana kami disuguhkan makanan yang terbaik menurut mereka yakni babi yang sudah dibusukin dan di tanam lama, kalau menolak makanan tersebut atau muntah akan mati. Jadi saya berkata kepada istri, “Saat memakannya, bayangkan saja makan kuaci.” Kami juga membuka pelayanan di Pakistan, Myanmar , Turki, Laos, Kamboja. Ada 26 orang misionaris yang diutus. Karena manusia adalah objek belas kasihan Tuhan maka setiap orang harus tahu “Siapa Yesus”. Itu bukan kritenisasi tapi kasih Allah untuk setiap etnis. Sedikitnya 1.161 etnis yang belum mengenal Yesus, tapi orang Kristen bertopang tangan dan meminta orang lain diutus. Kenapa dikatakan, “siapa mau diutus?” karena Allah mengasihi dunia. 2 Pet 2 : 9 Allah ingin semua orang diselamatkan. Allah tidak ingin satu pun binasa.  Siapa yang mau pergi? Penyebab kedua karena berita Injil keselamatan (firman Allah) harus disampaikan. Ini bukan fanatik agama. Siapa mau pergi? Injil harus diberitakan! Roma 10:13-15 (Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?  Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!). Am 24;14 selamatkan mereka yang terhuyung-hyung menuju neraka pembantaia. Yud Rampas mereka  Mat 28:19-20 (Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman), Makrus 16:15 (Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk) , Luks 24:47 ( dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.) Yoh 20:21 (Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu). Dari awalnya ada 7 orang di kelompok kecil sekarang jemaat kami sudah 3.800 orang ,mayoritas dari muslim dan Konghucu. Dan setelah 3 tahun langsung mengutus misionaris ke Madeleine di Columbia tempat pusatnya narkoba. Lalu buka  di Malyasia, Pakistan, Thailand, Myanmar dengan total 14 negara. Injil harus diberitakan, siapa yang mau pergi dari kota ke kota dan dari desa ke desa, lintas propinsi dan bangsa. Kata pergi berarti “just to do” (lakukanlah), bukan hanya berdoa saja. Jangan takut untuk bermisi. Untuk misi di gereja kami tahun lalu dibutuhkan dana Rp 3,2 miliar dan setelah terkumpul dan digunakan ternyata masih tersisa Rp 600 juta sehingga dibagi ke gereja-gereja lain. Lalu tahun ini kita mulai lagi mengumpulkan dana misi Rp 3,9 miliar. Minggu lalu terkumpul dana misi sebesar Rp 1,9 miliar. Karena misi adalah segala-galanya, dan tidak pernah kekurangan! Bukan untuk dana misi saja tapi juga dibutuhkan dana untuk orang kelaparan Rp 720 juta. Bila jemaatnya 4.000 orang, kalau saja ada 1.500 orang memberikan perpuluhan minimal Rp 200.000 maka jumlahnya lumayan.  Maka sisihkanlah dana spesial untuk misi. Ada panggilan kudus dan mulia, “siapa mau pergi?” karena ada belas kasihan untuk seluruh dunia. Lihatlah sekelilingmu! Identifikasikan orang-orang dunia yang mati selamanya. Injil harus diberitakan! 

No comments:

Post a Comment