Sunday, November 4, 2012

Buah Perkataan

Pdt. Liem Ie Liong
Ibrani 13:15; Ef 4:29: Mat 5:6

Ibr 13:15 Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.
Ef 4:29  Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
Mat 5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga , Dia memberi Amanat Agung kepada murid-muridNya untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid Kristus (bukan untuk menjadi orang Kristen). Menjadi murid Kristus berarti Tuhan Yesus bukan hanya selama-lamanya menjadi Juruselamat tapi juga Guru Agung kita, agar hidup kita terus diperbarui sehingga semakin serupa dengan Tuhan Yesus. Setelah saya percaya, kehidupan saya ditransformasi. Hidup saya bukan untuk diri sendiri. Yesus sebagai pusat , bukan lagi saya. Dalam hidup, kita harus senantiasa ditransformasi, khususnya dalam perkataan dan karakter.

Pohon dikenal dari buahnya. Pohon mangga pasti berbuah mangga dan kalau sudah masak ada yang asam dan manis. Sedangkan karakter kehidupan kita tercermin dalam tutur kata. Sebagai murid , hidup kita harus menyerupai Kristus (hidup kita memiliki karakter Kristus). Dietrich Bonhoeffer mengatakan, kekristenan tanpa pemuridan adalah kekristenan tanpa Kristus. Perkataan ini perlu direnungkan. Murid harus mau menjadi sama seperti guru. Kalau kita murid Kristus, kita mau serupa Kristus termasuk dalam perkataan kita. Dengan mengikuti firman Tuhan akan terjadi transformasi iman sehingga ada buah perkataan. Buah ini berasal dari iman karena ada transformasi iman. Rom 12:2 mengatakan :  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Hidup yang memiliki buah perkataan
1.       Ibr 13:15 (perkataan ucapan syukur). Melalui bibir , kita mengucap syukur kepada Tuhan (memuliakan Tuhan dengan mengucap syukur). Baik senang-susah kita mengucap syukur (1 Tes 5:18). Itulah kehidupan kita yang harus berubah dari yang dulu ke yang sekarang. Kalau dulu sering mengeluh, sekarang mengucap syukur selalu. Waktu masih kecil saya pergi ke sekolah minggu yang jaraknya cukup jauh yakni sekitar 15-20 menit berjalan kaki dari rumah. Suatu kali dalam perjalanan saya melihat ada seorang ibu berumur 60 tahun yang tersandung hampir jatuh, namun dengan spontan ia berkata ,”Puji Tuhan”. Dulu saya tidak mengerti mengapa tersandung tapi mengucapkan “Puji Tuhan”. Di samping itu, ada juga seorang ibu yang pergi ke pasar. Ia tidak melihat besi di pinggir jalan sehingga tersandung dan terluka. Ibu ini kemudian memaki-maki! Dua hal yang berbeda. Sebagai orang Kristen, kalau ingin memuliakan Tuhan, ucapkanlah selalu syukur. Pdt Peter Law memberikan kesaksian tentang sepasang muda-mudi yang sebentar lagi akan menikah. Sang pemuda mengalami kecelakaan sehingga lumpuh total dan sulit bicara (karena gangguan otak) tapi 4 tahun kemudian sang pemudi tetap menikahi pemuda ini. Pernikahannya dirayakan dengan penuh sukacita di gereja dan diberkati pendeta. Setiap hari sang pemudi harus memberikan obat dan menyuapi makan suaminya. Ada satu hal yang dilakukan sang pemudi setelah ia menjadi istri. Setiap hari ia menulis di atas kertas yang berisikan ucapan syukur yang kemudian ditempel di papan tulis yang besar. Begitulah ia menjalani kehidupannya. Ia merasa bahagia, karena selalu ada ucapan syukur.

2.       Perkataan kita harus membangun. Jangan menggunakan perkataan yang kotor. Pada Ef 4:29 dikatakan,” Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Perkataan yang baik membangun artinya memberi semangat kepada orang lain. Bukan sebaliknya melemahkan orang lain. Sebagai murid Kristus, dalam komunitas gerejawi kita harus menggunakan perkataan yang saling membangun, menguatkan, mendorong dan memberikan semangat. Kita datang ke gereja dengan sukacita dan penuh semangat karena ketemu dengan orang yang saling membangun. Pernah suatu kali ada sebuah masalah yang saya sampaikan melalui telepon kepada seseorang, namun karena perkataan saya disalahmengerti timbuh masalah baru dan ia menjadi marah. Jika perkataan kita tidak saling mendukung, maka bukannya  menciptakan damai sejahtera melainkan perselisihan. Dalam Ef 6:19, Rasul Paulus meminta agar didoakan supaya mulutnya mempunyai perkataan-perkataan benar. Rasul Paulus berperan memberitakan Injil sehingga perkataannya tidak boleh salah. Demikian juga sebagai hamba Tuhan saya juga ingin menyampaikan perkataan yang benar sesuai firman Tuhan agar bisa membangun dan memberikan damai sejahtera. Saya menyadari kita bisa mengucapkan perkataan yang salah. Tapi kita belajar untuk memiliki perkataan yang membangun bukannya melemahkan dan memberikan damai bukan perselisihan karena ada buah perkataan.

3.       Buah perkataan firman Tuhan. Lawannya perkataan dari si jahat yang seringkali menipu kita dengan tipu muslihat iblis sehingga perkataan kita tidak baik. Perkataan kita bukan firman Tuhan. Yosua waktu memimpin bangsa Israel menuju tanah Kanaan yang dijanjikan (Yos 1:8), berpesan, “Jangan melupakan Taurat Tuhan. Tetapi renungkanlah siang dan malam supaya engkau bertindak hati-hati sehingga perjalananmu berhasil dan engkau beruntung.” Agar buah perkataan ada firman Tuhan, kita membaca dan merenungkan firman Tuhan. Kalau ingin memperkatakan firman Tuhan dan tidak melupakannya, maka kita harus membaca dan merenungkannya setiap hari. Setelah dibaptis perlu membaca firman Tuhan setiap hari agar menjadi makanan rohani sehingga boleh bertumbuh dalam iman. Kalau kita hanya ke gereja seminggu sekali, bagaimana perkataan kita bisa mencerminkan firman Tuhan? Setelah berpuasa 40 hari 40 malam, datanglah iblis mencobai Yesus yang sedang lapar, “Jika Engkau Anak Allah, ubahlah batu menjadi roti.” Yesus menjawab, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Kata “ada tertulis” artinya ada firman Allah yang dicatat dalam Perjanjian Lama. Tuhan Yesus membaca dan menerima firman TUhan. Ketika dicobai, Tuhan Yesus memakai firman itu. Manusia hidup dari setiap firman yang keluar dari Allah. Ini membuktikan, hidup kita tidak hanya membutuhkan makanan saja, tetapi kita membutuhkan firman Tuhan.  Biarlah kita merenungkan firman itu. Maz 1:2 kesukaanku adalah Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam. Orang yang merenungkan firman Tuhan siang dan malam, suka firman Tuhan, ia seperti pohon yang tumbuh di tepi aliran sungai. Daunnya begitu lebat dan berbuah pada musimnya. Apa saja yang diperbuatnya berhasil. Waktu membaca firman Tuhan, maka hidup kita akan berhasil. Yosua juga mengatakan kepada bangsa Israel , jangan lupa memperkatakan firman Tuhan maka perjalananmu akan berhasil, engkau akan beruntung. Tuhan Yesus mengatakan berbahagialah orang yang haus dan lapar akan firman Tuhan karena akan dipuaskan. Agar kita menjadi berkat bagi orang lain, menjadi murid Kristus yang serupa Kristus. Kita bisa mengatakan buah perkataan bukan hanya hamba Tuhan, tetapi kita juga bisa kalau kita selalu membaca dan merenungkan firman Tuhan. Kita dapat memuliakan Tuhan dengan perkataan kita yang mengucap syukur, membangun dan menjadi berkat bagi yang lain.

Biarlah kita belajar memiliki buah perkataan dalam keluarga, gereja dan di manapun berada. Ada perkataan yang memuliakan Tuhan sehingga orang lain mempunyai kasih karunia , menjadi berkat dan orang lain menerima kasih karunia Allah. Kita boleh bersyukur menerima kasih karunia Tuhan. Yang sudah dibaptis dapat menyatakan imannya dan bersaksi memuliakan Tuhan, bukan saja bertobat tapi menjadi murid Yesus.

No comments:

Post a Comment