Wednesday, July 3, 2019

Mahkota Kebenaran (Kesaksian Saifuddin Ibrahim)








Mahkota Kebenaran
II Tim 4:6-8, 2 Korintus 4:7-11

Kesaksian

              Nama saya Saifuddin Ibrahim. Saya orang Bima, daerah di mana semua penduduknya Muslim. Saya dibesarkan dalam suasana religius, tumbuh di tengah keluarga muslim yang ketat (taat). Ayah saya seorang guru agama. Saya belajar ngaji dari ibu dan nenek. Ibu saya adalah seorang guru dan di rumah ia galak sekali. Saya harus mengaji setiap hari, tidak boleh main-main. Anak dareah Bima seperti saya tidak boleh bertingkah macam-macam tapi harus hafal luar kepala Juz Amma (bab ke 30 dari Al-Quran). Jus ini kalau dilantunkan baru selesai 2,5 jam. Kalau saya salah, mama akan gebrak meja dan berkata,”Buka lagi (juz-nya)!” . Kalau selesai dan lancar maka dia akan memeluk dan mencium saya. Ia berbahagia sekali.
Waktu kelas 6 SD saya membaca Injil. Karena ada ayat-ayat yang menggugah perasaan saya, maka saya membacanya dengan keras. Mama saya tahu dan berkata“Ini kitab suci nya orang Kristen, nanti kamu masuk Kristen” kata mama saya”. Saya menjawab,”Saya tidak mungkin menjadi orang Kristen dan saya akan menjadi pembela Islam paling berani!”. Seiring berjalannya waktu, saat bersekolah di SMA, saya mendapat beasiswa dari Muhammadiyah lalu kuliah di Solo ambil jurusan perbandingan agama. Semua agama saya pelajari (Yahudi, Kristen, Islam, Hindu dan Budha). Saya aktif bahasa Arab, setelah bahasa Indonesia. Sewaktu kuliah saya membuat 15 orang Kristen masuk Islam. Terakhir seorang pendeta berdebat dengan saya dan akhirnya masuk Islam. Sebulan kemudian dia mengundang orang-orang sekampung untuk syukuran. Setahun kemudian pendeta ini meninggal dunia. Coba kalau dia tahu, orang yang membuat dia masuk Islam, sekarang sudah menjadi orang Kristen. Inilah pendeta sesat yang disesatkan orang sesat dan orang sesat itu telah menerima kebenaran dalam Yesus Kristus.
              Kalau saya boleh menjadi orang Kristen, itu berkat kemurahan Tuhan. Saya tidak pernah membayangkan suatu saat saya menjadi orang Kristen. Setelah tamat dari Universitas Muhamadiyah Solo, saya langsung mengajar di Jepara dan langsung diangkat menjadi Kepala Sekolah SMA. Saat itu saya masih bujangan dan karir saya naik dengan cepat. Siang saya mengajar dan malamnya berdakwah. Suatu malam saat saya dakwah di suatu kampung , lewat di depan mata saya seorang gadis memakai baju merah. Saya bertanya kepada orang yang menjemput,”Pak, itu masih gadis ya?” “Betul”. “Bisa diatur tidak?” “Bisa!” Tiga hari kemudian, saya melamarnya.
              Kemudian lahirlah 3 orang anak, laki-laki semuanya. Saya memberi nama Fikri Khomeini, Saddam Husain dan Muamar Kadhafi. Saya memberi nama seperti itu karena saya tidak suka dengan orang Kristen. Orang Kristen tiap tahun bertambah terus, sedangkan orang Islam menyusut (tambah sedikit). Saya mau jadikan 3 anak ini sebagai teroris besar, supaya membunuh semua orang Kristen. Tetapi Tuhan ajaib! Tuhan luar biasa! Yesaya 42:6 "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,  
Jadi saya adalah manusia pilihan Tuhan. Kita semua manusia pilihan Tuhan sehingga kita harus mengucapkan kata-kata terpilih, makan dan minum yang terpilih dan melakukan perbuatan-perbuatan terpilih. Yoh 5:39-40. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,  namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Saya membaca Al-Quran dan saya sudah hafal. Saya guru besar Al-Quran. Saya baca hadits semuanya dan saya mengerti semuanya tentang kitab itu. Akhirnya saya menemukan betapa Injil membawa (menolong) saya untuk datang kepada Yesus. Kitab Al-Quran hanya mengatakan,”Yesus ada tetapi tidak perlu percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat!” maka kehidupan dan kebencian kepada Kristen itu muncul terus seperti apa yang saya pikirkan dahulu sebelum saya mengerti Firman Tuhan.
              Terakhir saya mengajar di sebuah pesantren terbesar di Indonesia dengan luas lahan 1.200 ha, murid 11.000 orang, karyawan 3.000 orang dan guru 800 orang. Di pesantren ini, setiap hari masak beras 5 ton, sayur 5 ton, buah-buahan 5 ton, tempe 2 ton, ikan 2 ton. Di antara 800 guru, saya adalah kepada humas dengan tugas mencari dana dari orang kaya. Dana yang masuk ke pesantren sebesar Rp 3,5 triliun. Saya propaganda terus agar mereka mengeluarkan uang. Kalau orang hanya menyumbang Rp 100.000 akan malu. Saya mengundang menteri-menteri waktu itu. 14 tahun lalu, saya menerima 1.400 Alkitab yang diserahkan ke saya oleh orang yang kemudian saya panggil ayah. Ia seorang Tionghoa Cirebon. Di rumahnya saya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Anggota The Gideon menjadi saksinya. Sewaktu saya menerima Alkitab ini, logonya mirip dengan Alkitab yang saya baca waktu SD.

Percaya Kristus dan Dibaptis

Waktu itu ada orang muslim  yang jahat sehingga gereja dibakar. Saat kerusuhan Mei 1998 saya melihat dengan mata kepala sendiri, mereka meneriakkan nama Tuhan untuk membakar, membunuh dan memperkosa. Peristiwa bom Bali menghancurkan cinta saya kepada Islam, apalagi saya guru besar Al-Quran. Mereka berkata,”Bunuhlah mereka di mana saja engkau jumpai mereka!”. Tapi Yesus berkata, Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:44) Dan hal ini langsung mengubah seluruh pikiran saya. Bangunan cinta saya kepada Islam berubah total. Saya menelpon ayah ini dan berkata,”Saya mau masuk Kristen. Tetapi secara diam-diam dan jangan sampai ketahuan orang karena malu.” Saya datang ke Cirebon hari Sabtu, saya berharap hanya dia yang menjumpai saya. Namun begitu buka pintu ada 18 orang hamba Tuhan disiapkan! Dulu pertama kali ditanya,”Apa agama yang membuat selamat sehingga harus dibela?” saya tidak bisa menjawabnya.  
Akhirnya seorang hamba Tuhan dari Semarang memimpin doa. Begitu selesai dan berkata,”Amin” mereka meneteskan air mata. Mereka bertanya lagi kepada saya, “Bagaimana perasaan anda setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat?” Saya katakan, “ Kalau ada satu hal yang membuat anda bahagia seumur hidup anda, ini adalah kebahagian saya yang luar biasa!” Hari itu saya menerima Yesus. Besoknya langsung saya masuk gereja di Cirebon pada sore hari. Saya kejar Pdt. Gilbert Lumoindong yang akan berkhotbah di gereja. Saya senang sekali karena saya senang dengar khotbah dia waktu muslim. Saya diajak salaman dengan dia, saya menolak salaman karena takut disombongi. Saya paling tidak suka disombongi orang. Namun ternyata Pdt. Gilbert orangnya rendah hati.
              Berikutnya ketika saya berada dalam penjara. Istri yang sekarang adalah istri “lanjutan” karena yang sebelumnya sudah meninggal dunia. Sebelum meninggal, dia sudah menerima Yesus tetapi 3 anak saya belum dan masih berkeras hati. Karena memang anak-anak ini dididik dan dilatih di pesantren itu. Itu yang membuat air mata saya terus mengalir setiap menyanyikan puji-pujian cinta Yesus, saya kebanyakan menangis sebelum menyampaikan khotbah. Dari istri lanjutan saya dikaruniai seorang putri yang saya namai Goldameir (nama perdana Menteri Israel yang ditakuti Arab). Ia lahir waktu saya berada dalam penjara. Dalam keadaan susah luar biasa, sebagai hamba Tuhan dari muslim yang dimusuhi oleh bahkan seluruh Indonesia, tetapi saya tetap bertahan. Apapun kata orang, saya tidak pernah mundur sedikit pun untuk memberitakan Injil bagi Kristus.
              Istri lanjutan saya orang Bangka. Dulu saya pernah berkata, “Saya tidak mau menikah lagi. Biar seperti Rasul Paulus” Tetapi Tuhan mengirimkan jodoh tetapi dengan syarat-syarat tertentu bahwa saya pendeta dari muslim, seorang pendeta yang radikal. Saya berkata kepada calon istri saya,”Mungkin kamu akan kesusahan kalau menikah dengan saya, kamu pikir-pikir dulu!” Tetapi ia tetap nekad melanjutkan pernikahan dengan saya.
              Saya ajak kakak saya terbang ke Bangka untuk melamar calon istri saya karena ia baru tamat SMA. Setamat SMA saya langsung lamar melamarnya. Saya berharap ditolak karena beda umurnya jauh sekali. Tetapi sampai di Bangka diterima! Saya sudah mau menghindar. Saya hanya menyenangkan hatinya untuk melamar, tetapi bapaknya merestui. Tuhan ajaib karena ia akan bersaksi mendampingi seorang hamba Tuhan aneh seperti saya. Karena saya bicara jujur, tidak pernah saya sembunyikan. Saya tidak pernah takut sedikitpun untuk memberitakan Injil Keselamatan karena  ini kekuatan Allah yang menyelamatkan termasuk bangsa Indonesia. Pada awal saya menerima Yesus, semua orang tidak berani menerima saya. Tetapi ayah rohani saya berani menerima saya di rumahnya. Saya bersyukur sekali punya ayah rohani seperti itu. Dia sudah meninggal 5 tahun lalu, sekarang saya sudah 14 tahun menjadi orang Kristen. Tanpa tedeng aling-aling berbicara di Youtube. Akhirnya saya ditangkap dan masuk penjara!

Menulis Buku untuk Penginjilan

Suatu saat saya akan di penjara dan menulis buku mengapa saya memilih Kristus. Banyak Muslim terima Yesus gara-gara buku ini. Buku yang kedua saya menulis dialog Sadam Husein, 40 macam kekacauan ajaran dari Arab itu yang tidak bisa dijawab oleh kiai manapun. Ini buku yang ketiga,yang membuat MUI marah besar adalah dialog Kristen-Islam Syaifuddin Ibrahim dengan Insan Mokoginta. Buku fenomenal karena diiklankan kiai bahwa buku ini sangat berbahaya.
Saya tidak ada urusan dengan manusia manapun. Saya mempersembahkan seluruh hidup saya kepada Yesus Kristus. Ketika 4 Maret 2006 saya menulis di dalam buku di atas materai saya sanggup berkorban dengan jiwa, raga , bahkan nyawa saya serta apa pun bagi memuliakan Tuhan Yesus Kristus.” Berikutnya buku yang keempat”Hai anak-anakku bertobatlah!” Saya mengajak  mereka (3 anak saya) yang masih keras hati dan melawan saya. Mereka diundang kemana-mana untuk ceramah tentang bapaknya yang sesat. Buku keempat menjadi saksi di pengadilan. Buku kelima, “Dalam sejarah Alkitab, tidak ada nabi dari Arab”semua nabi dari Israel. Saya bisa buktikan itu semua.
              Ada lagi buku lain yang ditulis istri “lanjutan” saya yaitu “Hatiku Terpikat Mendampingi Pengikut Kristus”. Buku kedua yang dia tulis “Miracle of Hijrah”, bagaimana suka-dukanya mendampingi seorang penginjil seperti saya. Saya menginjil di pasar dan di mana-mana. Sampai tahun kedua, saya sering bertengkar gara-gara menginjil. Orang yang saya injili kalau dalam dua jam tidak terima Yesus, saya pegang kerahnya dan saya pukuli, ternyata hal ini salah. Saya baru tahu. Saya menginjili supir taksi online. Saya ditangkap. 5 hari setelah keluar penjara, saya menginjili supir taksi lagi. Pokoknya Injil harus diberitakan. Rasul Paulus berkata, “Celakalah aku kalau tidak memberitakan Injil”. Jadi daripada saya celaka saya harus tetap memberitakan Injil, suka tidak suka, baik atau tidak baik waktunya.
              Saya kalau ke Nias, banyak Muslim yang terima Yesus. Orang yang dari Kristen masuk Islam saat ketemu saya minta dibaptis menjadi Kristen kembali. Karena saya selalu berkata, “Terkutuklah Kristen masuk Islam karena dikutuk Al-Quran. Mereka ngeri. KKR di mana-mana. Selamat datang Pdt. Saifunddin Ibrahim. Di Nias banyak orang Islam yang dari Kristen kembali lagi kepada Kristen. Saya sebutkan ayat, “Hendaklah pengikut Injil memutus perkara berdasarkan Injil. Barang siapa yang tidak memutuskan perkara berdasarkan Injil mereka adalah orang-orang fasik.  Orang Kristen yang masuk Islam akan dikutuk karena Al-Quran sendiri yang mengatakan dan mengutuk.
              Hamba Tuhan harus membawa kematian Yesus di dalam pelayanannya. Jangan menjadi hamba Tuhan, gembala upahan yang dalam kesusahan lari meninggalkan dombanya. Banyak pelayan-pelayan yang mencari keselamatan sendiri. Semua yang melayani Tuhan dan berani di atas mezbah ini, dia membawa kematian Kristus dalam tubuhnya. Mati hanya sekali ,mengapa takut? Supaya tulus seperti merpati, cerdik seperti ular.
              Apa kurang tulusnya Rasul Paulus dalam memberikan hidupnya? Rasul Paulus diingatkan untuk jangan masuk Yerusalem, tapi ia tetap masuk dan ditangkap karena Yesus juga masuk Yerusalem untuk ditangkap dan menyerahkan hidupNya. Jangan sampai kita tidak mengakui Kristus dalam tubuh dan kehidupan kita. Jangan ada jemaat yang mengatakan,”Itu hamba Tuhan yang naik Grab, Gojek, motor butut dikatakan itu hamba Tuhan terikat kemiskinan, tidak diberkati hidupnya.” Hati-hati mulutmu.  Melayani bukan karena kekayaan dan miskin, susah, baik atau tidak baik waktunya. Melayani adalah memberikan seluruh hidup kita, memuliakan Dia semata. Kita minta supaya kita disembunyikan di balik salibNya. Saya ingin berkata, “Sekaya apapun hamba Tuhan tetapi sombong dengan kekayaannya , maka dia jahat di mata Tuhan. Semiskin apapun hamba Tuhan, tetapi dia iri hati karena kemiskinannya, maka dia jahat di mata Tuhan”. Bagaimana Rasul Paulus di penjara bawah tanah? Ia sakit-sakitan. Surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus, enaknya dibaca saat berada di penjara. Karena ia menulis surat-suratnya lebih banyak dalam penjara.
              Saya masih enak. 6 Des 2017 saya dibuatkan BAP (Berita Acara Pemeriksaan). Sehari sebelumnya saya ditangkap dan ditanya macam-macam. Semua saya menjawab semau saya, tidak bisa diatur orang. Akhirnya saya ditahan. Siang tengah harinya, datang seorang jenderal polisi dari Bima. Intinya, ia mengajak saya masuk islam dan mengucapkan syahadat lagi karena bupati Bima mau bertemu saya. Saya berkata, “Saya tidak bisa jadi orang Islam lagi. Saya hanya bisa jadi orang Kristen. Yesus hidup dalam saya, saya di dalam Kristus. Yang membawa saya masuk Kristen adalah Pencipta Langit dan Bumi, bukan keinginan saya. Dia putus asa. Dia merayu macam-macam. Di pesantren, saya tinggalkan 3 tanah yang sudah saya beli, jabatan kehormatan saya, saya tinggalkan iman saya untuk ikut Yesus. Mengikut Yesus keputusanku! Putus asa dia. Pk 19 dia datang lagi dan minta saya mengucapkan syahadat. Di sana saya marah. Saya berkata, “Jenderal tidak ada di Alkitab seorang nabi yang menyuruh pengikutnya untuk mutar-mutar batu hitam sebanyak 7 kali dengan membayar Rp 50 juta.” Merah mukanya. “Pak Jendral tidak ada di dalam Alkitab, nabi yang menuruh pengikutnya untuk melempar Setan dengan batu. Setan tidak bisa dilempar dengan batu. Setan hanya bisa dilempar dalam nama Yesus! Saya yang mencinta Yesus ditangkap. Yang menangkap saya setan juga. Saya mengajak orang jadi benar. Dari merokok jadi tidak merokok, dari yang jahat menjadi tidak jahat. Apa salah saya? Nabi Yeremia berkata kepada Raja Zedekia, ‘Apa salah saya kepada engkau raja , pegawai-pegawaimu dan kepada bangsa ini sehingga engkau memasukkan aku ke dalam penjara?’”
              Jendral itu tidak bisa merayu saya. Kenikmatan dunia sudah cukup. Saya makan apa saja yang dikasih Tuhan. Di penjara saya makan nasi kucing. Saya ditahan hari itu. Dimasukan di sel yang berkapasitas 12 orang, tidur seperti ikan pepes. Mereka semua rajin, ibadahnya rajin,  sholatnya berjemaat. Hanya saya yang sendirian orang Kristen. Saya di-bully habis, diejek, dan dihina. “Terima kasih! Tuhan saya pernah diejek seperti ini. Dari kecil saya tidak pernah bayar SPP. Saya tidak pernah cari kerja, saya tidak pernah membuat lamaran kerja, hidup saya enak. Tetapi malam hari ini saya dihina mereka. Terima kasih. Terimalah itu tubuhku dan jiwaku, dihina oleh mereka. Saya disuruh tidur di pintu kamar mandi karena tidak muat. Mereka masuk sambil melewati saya dan tendang saya lalu berkata, “Maaf ketendang!”. Tapi saya tahu mereka sengaja. Kemudian ada yang berkata,“Ini Maman yang sudah membunuh 3 orang dan kamu yang keempat!” Jadi saya mau dibunuh mereka. Saya berkata, “Tubuhku kalau mau mati matilah”.
Istriku sedang hamil besar. Tetapi Tuhan pilihkan dia. Dia tetap datang walau saya berada dalam tahanan. Hari keempat ada jemaat mereka dalam sel itu sakit , langsung saya diagnosa,”Oh sakit ya?” Saya pegang seperti dokter. Saya berkata, “Boleh saya doa?” “Boleh”, Saya doa dan sembuh. Saya kasih obat dan uang untuk beli obat. Hari ke7 dia datang dan berkata, “Pak saya mau ngaji”. Saya ajari Al-Quran, saya kira dia mau mengaji Al-Quran. Tetapi ia berkata,”Bukan ngaji ini Pak. Saya mau mengaji seperti Bapak mengaji.” Saya senang. Setelah orang itu menjadi percaya, 2 hari kemudian 2 orang datang lagi ke kamar saya, akhirnya 18 orang menerima Yesus.
              Saya dimasukan ke penjara di Tangerang. Saya ditelanjangi sehingga hanya pakai celana dalam saja. Jalannya dengan merangkak. Saya dijemur di matahari selama 4 jam sehingga kepanasan, keringatan dan menanggung malu. Kemudian saya digunduli, kepala saya ditarik dan dipukul dengan dengkulnya. “Kamu yang menghina nabi saya?” “Tidak!” Dalam hati saya berkata,”Saya hanya menulis kebenaran saja kok”. Siapa yang berani menantang buku saya? Saya dimasukkan ke sel tikus. Saya ditaruh dan tidur di lantai berdebu. Nyamuk dan kecoa berjalan-jalan di muka saya. Tidak ada satu sel pun yang mau menerima saya, penista agama. Kamar untuk 12 orang  diisi oleh 35 orang.
Ngeri di penjara itu. Saya tetap dibuli dan dihina. Senior penjara pada datang menghina dan mengejek. “Kamu yang menghina nabi saya? Kalau keluar saya bunuh kamu!”. Singkat cerita saya dibesuk banyak orang. Saya dapat berkat dari hamba-hamba Tuhan bahkan dari luar negeri datang ribuan surat. Saya tetap beritakan injil dalam penjara. Saya beli Indomi. Tiap minggu sampai  4 dus. Napi yang kelaparan datang minta Indomie,”Pak Pendeta minta Indomie”. Saya kasih. Lalu datang lagi dan saya kasih lagi. Terkenallah penista agama ini sebagai orang baik. Lebih baik pendeta penista agama dari imam masjid. Nama saya harum. Yesus berkata,”Hendaklah kebaikanmu dilihat semua orang. Kota yang ada di atas gunung tidak bisa disembunyikan. Orang menyalakan pelita bukan ditaruh di bawah meja tetapi ditaruh di atas kaki dian. Supaya orang Kristen terlihat baik. Akhirnya 60 muslim menerima Yesus.
              Cukup dengan memperlihatkan kebaikan kita. Mereka datang kepada saya,”Pak Pendeta, bisa tidak membimbing saya masuk gereja?” Saya berkata,”Boleh!” Saya melatih dan memilih mentor yang akan membimbing bagaimana berdoa, bagaimana membaca Injil, bagaimana sikap seorang Kristen, tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan. Di penjara penuh dengan kejahatan. “Kalian semua yang jadi mentor di dalam gereja tidak boleh merokok!” Karena orang-orang di  penjara merokok bahkan nyabu sehingga bisa gila. Di penjara banyak yang gila atau mati. Ada yang ditinggal istri yang kawin lagi dan membawa harta kekayaannya.
              Saya disidak oleh para anggota FPI yang datang secara penuh. Saya juga diancam dalam penjara. Saya mau dipindahkan ke Nusa Kambangan karena tetap menginjil. Saya tidak gentar karena lagunya “Maju tak gentar” , saya tidak takut sedikit pun. Kalau tidak memberitakan Injil maka saya akan celaka.
Saat istri saya melahirkan, saya tidak bisa melihat bagaimana dan betapa susahnya dia melahirkan. Saya membayangkan betapa susahnya. Tuhan kasih istri yang muda supaya kuat. Saya divonis 4 tahun penjara. Hukuman ini terlalu berat untuk penistaan agama. Tapi Tuhan tetap memberikan penghiburan di dalam hidup saya. Hamba-hamba Tuhan datang menghibur. Pdt. Gilbert juga datang membesuk. Ketika dia baru masuk, dalam jarak 20 meter sudah terdengar,”Haleluyah”. Waktu bertemu dia bertanya,”Bagaimana kabarnya?” Saya berkata, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberiku kekuatan”. Kekuatan yang berlimpah ini dari Kristus. Saya tidak pernah sedikit pun melarikan dari tanggung jawab memberitakan Injil Yesus Kristus. Sekali lagi Tuhan menolong dengan seorang istri yang berani.
Sungguh saya bangga dengan istri saya dan saya tidak mungkin pindah ke lain hati. Di penjara saya mau dibawa ke Nusa Kambangan. Tuhan menyertai hidup saya, saya dipindahkan ke penjara kelas satu. Disitu saya memuridkan banyak orang. Ada 50 orang percaya dan waktu keluar sudah 120 orang menerima Yesus. Saya memuridkan banyak orang. Saya tidak pernah gentar sedikit pun. Saya tetap ingat istri di penjara. Saya takut istri dibawa orang karena cantik dan masih muda. Ada yang menawarkan, “Kalau ia masuk islam lagi, akan dicarikan ustad muda”. Ia berkata, “Jangankan ustad muda, walaupun pendeta muda saja , saya tetap Syaifuddin Ibrahim!”.  Kebahagiaan itu sebuah rasa, rasa saling percaya!

              Pdt. Saifudin Ibrahim


No comments:

Post a Comment