Monday, July 15, 2019

Perumpamaan tentang Harta Terpendam & Mutiara yang Berharga





Oleh Pdt. Benny Tjen

Matius 13:44-46
44 "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
45  Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
46  Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Pendahuluan

              Orang yang sadar sebelum kejadian disebut orang apa? Orang bijaksana / pintar. Contoh : bila sebentar lagi akan hujan maka kalau bepergian ia akan membawa payung. Orang yang sadar ketika peristiwa  sedang terjadi disebut orang apa? Orang biasa. Orang yang sadar setelah kejadian disebut  orang apa? Orang bebal (bodoh). Orang yang tidak sadar-sadar disebut sebagai orang apa? Orang mati! Kita termasuk orang yang mana? Saya berharap kita semua menjadi orang bijaksana / pintar di mana sebelum kejadian kita sudah mengantisipasi, mencegah atau mempersiapkan diri.

Apa kesadaran kita (bapak - ibu - remaja – pemuda)  tentang kehidupan ini?
             
              Apakah mencari pekerjaan bertambah susah? Apakah berdagang tambah susah? Ada yang bila ditanya ,”Apa kesadaran tentang hidup ini?” menjawab,”Walau hidup susah, lebih baik happy-happy saja! Saya mau menuruti dan melakukan apa yang saya inginkan. Terserah nantinya bagaimana? Hidup ini mengalir saja.” Boleh tidak begitu berpandangan seperti itu? Pengkhotbah 11:9 Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! Ada orang tua yang berkata, “Ini kan firman Tuhan buat anak muda. Jadi tidak berlaku untuk saya yang sudah berumur”. Bisakah kita mengganti kata “hai pemuda” menjadi “hai om-om”? Bagi saya frase tersebut boleh diganti. Karena poin-nya adalah hati dan keinginan yang semena-mena yang diumbar sepuas-puasnya, berapa pun usianya (entah kecil, dewasa atau lanjut), kalau hidup sebebas-bebasnya maka berhati-hatilah! Apa yang kita lakukan membawa kita kepada pengadilan Tuhan!

              Saya tinggal di daerah Pinangsia yakni sekitar 10 menit dari GKKK Mangga Besar. Saya tinggal di pastori lantai 2. Pemandangan dari pastori adalah tempat parkiran Glodok Plaza (sekarang saya pindah ke depan). Seperti diketahui, dari pagi sampai sore,  Glodok Plaza adalah daerah bisnis sedangkan dari sore sampai dinihari menjadi klub malam. Waktu saya tinggal di sana, usia anak saya baru sekitar 1-2 tahun. Hampir setiap malam sampai dinihari ada keributan, terlebih lagi hari Sabtu dan Minggu (hari libur). Awalnya saat ada keributan anak saya terbangun dan kemudian menangis. Waktunya sekitar pk 2-3 pagi, ia menangis karena terganggu tidurnya. Awalnya saya tidak merasa apa-apa. Namun kemudian saya membuka gorden dan mulai memperhatikan. Hasilnya membuat saya terkejut. Semakin lama hati saya merasa tertohok  dan pemandangannya menusuk hati saya. Saat diperhatikan, yang keluar dari klub malam itu mayoritas ada 2 jenis orang. Yang pertama adalah om-om. Ciri-cirinya : perlente, bawa handphone di kiri-kanan tangannya, berpakaian modis, banyak uang tetapi dihabiskan di klub malam dan kebanyakan bermata sipit! Jenis yang kedua adalah para perempuan muda. Hati saya miris karena yang keluar kebanyakan bermata sipit juga!

              Jadi apa kesadaran kita tentang kehidupan ini? Bila ada  yang mengatakan,”Mengalir saja, saya mau bebas. Apa yang saya mau dan apa yang saya pikirkan itulah yang saya lakukan (kerjakan)”, boleh tidak? Apakah firman Tuhan mengatakan boleh? Tidak boleh! Firman Tuhan mengatakan dengan tegas bahwa hal itu tidak boleh! Apa yang dikerjakan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Apakah yang dimaksud : sadar apa kita tentang Tuhan?

              Kehidupan kita hanya sekali. Saat sedang berjalan, kita menuju kepada siapa? Kita menuju kemana? Kita berjalan meninggalkan apa? Ini menyatakan kita sadar atau tidak. Kita sedang berjalan menuju ke mana? Ada pepatah yang mengatakan “sheng lao ping shi” (lahir, tua, sakit, mati). Kita sedang menuju ke mana? Kita sedang menuju ke satu titik, yang belum kita hadapi. Sesudah lahir beranjak dewasa, mengalami kesulitan (menderita sakit) sebelum akhirnya menghadapi kematian dan kita harus menghadap kepada Tuhan. Sadar atau tidak kita menuju ke sana! Apa arti : sadar apa tentang Tuhan? Artinya kita tahu tidak apa yang Tuhan mau dalam kehidupan kita? Tahu tidak apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita? Dekat dengan Tuhan dan taat kepadaNya! Tuhan mau kita melakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan.
              Dalam sebuah video terekam ada orang-orang yang tiba-tiba meninggal saat melakukan sesuatu. Ada seorang pembawa berita yang saat membaca berita meninggal. Ada seorang wanita yang mau bermain ski dan sedang berbincang-bincang lalu tiba-tiba tidak sadarkan diri, jatuh dan meninggal. Ada beberapa wanita dan pria yang saat sedang diwawancara dalam siaran TV tiba-tiba kehilangan kesadaran, jatuh dan meninggal.  Ada yang sedang menerbangkan pesawat tiba-tiba meninggal. Melihat video tersebut membuat kita takut. Kita harus sadar bahwa suatu kali kita akan menghadapi semua itu. Sebagai suami-istri-anak apakah kita siap menghadapi kejadian seperti itu? Siap tidak bila pasangan kita pergi dahulu? Siap tidak bila anak-anak yang kita kasihi terlebih dahulu pergi mendahului kita? Harus siap! Kapan siapnya? Sekarang waktunya! Jangan bermain-main dengan kehidupanmu. Sadar atau tidak , kita harus menghadapi kejadian yang begitu menyakitkan. Karena itu pikirkanlah apa yang Tuhan mau kita lakukan (kerjakan). Langkah yang terpenting adalah percaya kepada Tuhan Yesus! Tidak boleh percaya pada yang lain. Hanya satu-satunya Yesus sebagai Juruselamat. Percaya Tuhan Yesus akan mendapatkan kehidupan yang kekal. Jangan tunda! Jangan menganggap remeh! Jangan mentertawakan! Ini penting sekali. Percaya kepada Tuhan Yesus bahwa kita akan mendapatkan hidup yang kekal. Itu menjadi harga mati yang harus ada dalam hidup kita. Tidak boleh ada tuhan lain selain Tuhan Yesus.

Matius 13:44-46 (Perumpamaan tentang Harta Terpendam & Mutiara yang Berharga)

              Apa artinya perikop ini? Ada seorang yang menemukan harta terpendam di ladang dan kemudian ia memendamnya lagi. Karena sukacita, ia menjual seluruh miliknya dan membeli ladang itu. Mana yang lebih berharga? Harta terpendam atau seluruh miliknya? Ia bertemu harta terpendam lalu ia pendam lagi dan ia jual seluruh miliknya. Ia pendam lagi karena mungkin ladang tersebut milik orang lain, jadi dia harus membelinya dahulu. Ada juga seorang pedagang mendapat mutiara bagus walau hanya satu. Lalu ia membeli mutiara tersebut setelah menjual miliknya dulu. Setelah ditemukan harta yang berharga, ia menjual semua miliknya dan membeli mutiara itu. Mana yang lebih berharga mutiara atau seluruh miliknya? Mutiara seperti harta terpendam di atas lebih berharga dari seluruh miliknya. Apa artinya perumpamaan ini? Orang tersebut berani mengutamakan yang lebih penting, bahkan membela mati-matian. Ia berani membayar harga untuk sesuatu yang jauh lebih penting. Ia menjual semua miliknya untuk membeli harta terpendam atau mutiara. Dia sudah jual seluruh harta miliknya. Setelah dapat harta terpendam atau mutiara, lalu ia akan makan apa (karena semua miliknya sudah dijual)? Arti perumpamaan ini : ketika kita berani mengutamakan (mementingkan) Tuhan maka Tuhan mencukupkan dan memelihara setelah kita menjual semuanya.
              Kalau bertemu dengan orang di luar, seringkali mereka berkata,”Yang penting adalah sehat”. Bertemu orang-orang tua dikatakan,”Yang penting sehat!”. Pertanyaannya,”Bisa tidak sehat selamanya? Bisa tidak sehat seterusnya?” Tidak bisa! Pendeta dan dokter saja mati gara-gara sakit. Jadi mana yang lebih penting : kesehatan atau keselamatan?  Mau sehat tapi tidak selamat atau sakit tapi selamat? Saya lebih pilih “sakit tetapi selamat”  Kalau ditanya : bagaimana kehidupanmu? Dijawab,”Puji Tuhan, saya selamat!”. Pasti orang yang mendengarnya terkejut,”Kok bisa selamat?” dan dijawab,”Karena saya sudah percaya Tuhan Yesus”. Ini menjadi kesaksian yang luar biasa! Kalau ditanya,”Antara keluarga dengan Tuhan, mana yang lebih penting?” Saya senang sekali dengan tema GKKK Mangga Besar tahun 2019 : “menjadi keluarga yang sehat”. Apa artinya menjadi keluarga yang sehat di mata Tuhan (bukan di mata manusia)? Kehidupan berkeluarga susah atau mudah? Kehidupan pernikahan susah atau mudah? Susah! Kenapa susah? Pemikiran dasarnya : istri-suami, laki-perempuan, tidak ada yang sempurna. Yang tidak sempurna menikah dengan yang tidak sempurna, jadinya tambah tidak sempurna. Keluarga itu harus hati-hati karena banyak kesulitan dan masalah. Mengapa? Karena laki-wanita yang tidak sempurna, dijadikan satu (dinikahkan), jadi tidak sempurnanya bertambah-tambah. Tetapi firman Tuhan sungguh indah Kejadian 2 : 18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.". Jadi manusia itu tidak sempurna sehingga harus saling tolong. Bukan saling menjajah atau menguasai, tetapi saling tolong sehingga di dalam keluarga, satu prinsip yang harus ditanamkan yakni: saya perlu ditolong! Suami jangan sombong, istri jangan kuper, anak-anak pun demikian. Tuhan memberikan kita keluarga walaupun kita tidak sempurna tapi  kita perlu ditolong dan merendahkan hati.

Keluarga Sehat di Mata Tuhan

3 tahapan menjadi keluarga sehat di mata Tuhan :

1.     Jangan merusak keluarga kami.
Pasangan muda begitu banyak, tantangan yang mengalami kesulitan, angin dan gelombang. Suami-istri harus punya pegangan (semboyan) : “apa pun yang terjadi, jangan merusak keluarga kami!” Saya titip pesan kepada mertua dan besan. Jangan katakan ,”Suami lu begitu ya” atau “Istri lu begitu ya”. Bagi mertua (besan), ketika keluarga anak sedang ribut, apa pun yang terjadi usahakan tetap bersatu (jangan rusak pernikahan mereka).

2.     Menikmati dan bertumbuh di dalam keluarga.
Bagi istri-suami-anak, hargailah waktu kebersamaan dan bertumbuhlah. Bersyukurlah punya suami / istri /anak seperti itu. Jangan mengeluh sepanjang hidupmu! Seringkali kali kita berhenti seperti ini. Bisa jadi pasangan keluarga berada di level pertama. Bisa jadi sepanjang hidup suami-istri bertengkar dan bermasalah terus. Bisa jadi begitu, tetapi seharusnya mengupayakan naik ke level kedua, suami-istri-anak harus bersukacita dan bertumbuh dalam pengajaran, integritas, kedewasaan rohani , pertumbuhan yang baik karena ada papa-mama yang membantu saya. Jangan sampai kita menikmati level ini selamanya karena Tuhan ingin kita maju ke step ketiga.

3.     Keluarga yang melakukan kehendak Tuhan.
Contohnya : seluruh keluarga di dalam Alkitab melakukan kehendak Tuhan, Suami-istri seperti Abraham-Sara melakukan kehendak Tuhan. Maria-Yusuf, Akwila-Priskila, Rasul Paulus melakukan kehendak Tuhan. Suami-istri harus concern untuk melakukan terhadap apa yang Tuhan titipkan dan harus dikerjakan dalam hidup kita. Berbahaya sekali  untuk kita semua yang punya pandangan : “yang penting anak”. Ada bagian anak. Tetapi jangan sampai seumur hidup kita direpotkan. Jangan sampai seumur hidup kita  anak menjadi nomor satu dan direpotkan. Seharusnya Tuhan-lah nomor satu! Apa yang terjadi saat bertemu Tuhan : Tuhan bertanya, “Apa yang telah engkau kerjakan untuk Aku? Taat atau tidak?”. Saya berharap di tempat ini keluarga berani maju ke level ketiga yaitu keluarga yang melakukan kehendak Tuhan . Kalau keluarga melakukannya saya yakin gereja di sini kuat.

Apa yang kita dapat ketika berani melakukan kehendak Tuhan? Tuhan pasti pelihara! Khotbah saya sebelumnya di tempat ini saya kutip dari Roma 10 Barang siapa yang percaya kepada Dia (Yesus Kristus) tidak akan dipermalukan. Apa yang kita dapat ketika kita berani mengutamakan Tuhan? 1 Korintus 2:9   Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.". Ini janji firman Tuhan. Ketika berani mengasihi Tuhan lebih dari yang lain, maka banyak hal yang tidak kita pikirkan, kita lihat/dengar, itu yang Tuhan sediakan. Tuhan berkuasa dan hidup, Dia sanggup memelihara, menolong dan memberkati kita. Jangan takut “urusan perut” karena  itu urusan kecil. Tuhan pasti pelihara. Urusan kesehatan adalah hal kecil dibandingkan keselamatan yang lebih mulia.

Penutup

Kesaksian saya :
              Kami bergumul karena melayani gereja Tionghoa. Saya dan istri tidak bisa bahasa Tionghoa. Saya mau bergumul karena passion saya pribadi untuk kalangan orang Tionghoa, harus bisa berbahasa Mandarin. Ketika saya ajukan untuk kuliah biaya sendiri dan memohon ”Tolong toleransi dengan jam pastoral”, dikatakan, “Kami kekurangan hamba Tuhan”. Anak kami masih kecil. Usia kami tidak muda, 45 tahun ke atas. Tapi ada passion dan beban untuk bekerja lebih untuk melayani Tuhan. Saya rayu istri saya, sudah kepala 4, belajar lagi bahasa Mandarin. Hal ini susah. Setiap semester dari semester pertama, istri saya pulang dengan marah-marah berkata,”Sudah sampai di sini saja, tidak mau lagi. Stop berhenti. Stop sampai di sini saja! Tidak mau lagi” Saya rayu , kita berdoa dan maju lagi mengambil semester 2. Semester 2 juga begitu. Setelah ujian akhir semester 2 , terulang kembali kejadian yang sama. Setelah ujian akhir, maka ia kapok lagi dan berkata,”Tidak mau lagi. Ini yang terakhir!” Tetapi maju lagi. Tiga tahun di sini lalu setahun di Fuzou. Tuhan pelihara dan akhirnya lulus. Dapat apa? Kita dapat cerita, pengalaman yang sungguh menguatkan : Tuhan pelihara saya! Saya sudah tua, tetapi Tuhan memelihara saya. Teman-temannya anak muda. Suatu kali saya membesuk teman sekolahnya, ternyata mama dari teman sekolahnya adalah satu umur dengan kita dan istri saya dipanggil oleh teman-temannya dengan sebutan “ayi”. Itu kehendak Tuhan yang Tuhan titipkan. Belum lagi soal anak. Seringkali banyak orang berkata, “Kenapa anak masih kecil ditinggal?” Saya berpikiran, saya bisa menjaga mereka. Istri saya bisa kuliah dan mengerjakan kehendak Tuhan. Jadi saya pun bisa menjaga anak kami. Mengapa tidak?

Pertanyaan terakhir : kembali ke pertanyaan awal, “Kita termasuk orang yang mana?” Mari kita menjadi orang yang bijaksana / pintar dengan mengutamakan Tuhan, mementingkan Tuhan, melakukan apa yang Tuhan mau. Dekat dengan Tuhan dan taat dengan Tuhan. Tuhan akan memberkati kehidupan kita. Amin.
             


No comments:

Post a Comment