Monday, July 8, 2019

Perumpamaan tentang Talenta

Pdt. Karyanto Gunawan

14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
15  Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
16  Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
17  Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
18  Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
19  Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
20  Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
21  Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
22  Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
23  Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
24  Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25  Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
26  Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
27  Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
28  Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
29  Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
30  Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Pendahuluan

Ada sebuah video di Youtube berjudul “Winner of China's Got Talent Final 2010 - Armless Pianist Liu Wei Performed ‘You Are Beautiful’”. Liu Wei adalah pianis tak berlengan dan hanya menggunakan jari-jari kakinya memenangi final China's Got Talent di Stadion Shanghai saat berusia 23 tahun. Pertama kali memperlihatkan video ini ke anak saya yang saat itu masih SD, ia berkata, “Ini pasti masih bohong.” Waktu itu dia tahu betapa tidak mudahnya bermain piano dengan jari tangan. Jadi saya suruh coba untuk memainkan piano dengan jari kelingking kakinya. Ternyata semua jari ikut turun.
Ia seperti Nick Vujicic (lahir 4 Desember 1982 di Melbourne, Australia) yang tidak punya lengan dan kaki. Untuk menyisir rambutnya, Nick menancapkan sisir di dinding lalu kepalanya yang digoyang-goyang. Hidup Nick sudah menjadi berkat bagi banyak orang. Kita pun sebagai orang normal  mungkin tidak bisa berbuat apa yang diperbuat Nick. Di Korea Selatan ada seorang anak Mongoloid, Hee Ah Lee (lahir 9 Juli 1985 di Seoul, Korea Selatan), yang dikenal sebagai anak yang memainkan piano dengan 4 jari (the four-finger-pianist). Bukan saja ia mengalami cacat fisik tapi juga  cacat mental. IQ-nya rendah sekali. Tapi ia bisa bermain piano sampai ke Gedung putih. Dan pernah datang ke Indonesia beberapa kali untuk menghimpun dana untuk Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC). Banyak orang yang lahir dengan kondisi tidak sebaik kita, namun mereka memberi sumbangsih pada orang-orang di sekitarnya.
              Liu Wei lahir pada tangal 7 Oktober 1987 di Beijing. Pada usia 10 tahun, ia bermain petak umpet bersama teman-temannya. Tanpa disadari, ia bersembunyi di suatu tempat yang ada kabel listrik bertegangan tinggi. Waktu tersentuh, ia terpental dan tak sadarkan diri. Ia baru sadar setelah 45 hari berada dalam kondisi kritis di rumah sakit. Saat sadar, ia sudah tidak punya lengan.  Ia menangis sedih. Jangankan mengejar mimpi menjadi musisi profesional dan produser musik ternama, makan saja ia bingung bagaimana caranya! Orangtua adalah pihak pertama yang menyadarkannya. Mereka bilang, Liu harus segera bangkit dan melanjutkan hidup. Saat itu, mereka bisa membantu semua keperluan Liu. Namun bagaimana nasib Liu jika mereka sudah tiada? "Kamu enggak berbeda dengan orang lain," kata ibunya berulang kali. "Kamu hanya menggunakan kakimu sebagai pengganti lengan." Sang ibu juga mengatakan, ia tidak muluk-muluk mengharapkan Liu menjadi orang sukses. Ia hanya ingin putra tersayangnya itu hidup bahagia dan sehat lahir batin. Meski "hancur", pikiran Liu segera terbuka. Di rumah sakit itulah ia bertemu pelukis yang melukis dengan mulutnya. Dari pelukis itulah ia mendapat inspirasi.  Dia kemudian belajar bagaimana melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, berpakaian dan menyikat giginya. Dia merasa dirinya jauh lebih beruntung dari orang-orang yang tidak cukup makan. Dia memenangkan dua medali emas dan satu medali perak pada pertandingan renang nasional di Tiongkok untuk kaum disabilitas pada tahun 2002.
              Liu Wei kemudian menjadi seorang musikus. Dia mulai bermain piano di usia 18 tahun untuk mengejar mimpi masa kecilnya menjadi seorang musikus. Guru piano pertamanya mengundurkan diri karena  menganggap tidak mungkin untuk bermain piano dengan menggunakan jari-jari kaki. Namun Liu yang mempelajari teori musik menekuni dirinya untuk berlatih memainkan piano secara sembunyi-sembunyi meskipun  kakinya mengalami kejang dan luka. Dia bahkan sering berlatih tujuh hari seminggu.
               Liu Wei berkata, “Saya tahu, jika saya ingin melakukan sesuatu lebih baik dari orang lain, saya harus lebih berusaha (berjuang) dibanding orang lain”. Ini kalimat penting yang perlu disampaikan orang tua ke anak-anaknya. Kalau kita orang biasa, maka kita harus berjuang lebih dari orang lain yang bertalenta. Banyak orang berfokus pada kekurangan (apa yang tidak ia miliki), tetapi Liu Wei memfokuskan diri pada apa yang dimiliki dan ia berkata,”Paling tidak ia punya sepasang kaki yang sempurna (Walk on, at least I have a pair of perfect legs)”.

Metode Pengajaran Tuhan Yesus

Di dalam 4 kitab Injil, Tuhan Yesus (Guru Agung) mengajar murid-muridNya dengan berbagai metode. Di antaranya dengan menggunakan :
1.    Alam di sekitarnya.
Misalnya : Tuhan Yesus menggunakan domba, serigala, kuburan, bunga, burung di udara. Pengajaran itu begitu aplikatif dan dimengerti oleh pendengarNya.
2.    Perumpamaan.
Ada banyak perumpamaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Markus mencatat bahwa “Yesus mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka." (Markus 4:2). Archibald Hunter mengklaim bahwa 35 persen dari ajaran Yesus dalam keempat kitab Injil berbentuk perumpamaan. Pagi ini kita akan belajar dari perumpamaan pada Matius 25:14-30.
3.    Pertanyaan.
Robert Stein, dalam bukunya yang berjudul "The Method and Message of Jesus Teaching", mengatakan bahwa: "Dia menggunakan pertanyaan dalam berbagai variasi dan situasi. Di Kaisarea, Filipi Yesus menanyai murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!"  Ini adalah metode bertanya.
               
Talenta

              Judul perikop Matius 25:14-30 adalah “Perumpamaan tentang Talenta”. Pada kamus yang terdapat di bagian belakang Alkitab ditulis bahwa 1 talenta =3 syikal (1 syikal = 34 kg). Tetapi dalam perumpamaan tentang talenta, yang dimaksud dengan 1 talenta adalah uang yang nilainya sebesar  6.000 dinar. Dinar adalah mata uang Romawi. Waktu Yesus lahir di tanah Palestina, tanah Palestina sedang dijajah oleh Romawi. 1 dinar = upah pekerja harian dalam satu hari (Mat 20:2). Diceritakan ada seorang tuan, yang ingin berpegergian dan memanggil hamba-hamba-Nya. Ada hamba yang diberi 5 talenta (5 x 6.000 dinar = 30.000 dinar = upah 30.000 hari). Ada juga yang diberi 2 talenta dan 1 talenta.

Hal-hal yang bisa dipelajari dari perumpamaan tentang talenta

1.    Setiap hamba menerima talenta

         Setiap hamba menerima talenta walau ada yang hanya menerima 1 talenta. Dari berbagai video yang saya miliki, berdasarkan perumpamaan ini, tidak ada manusia yang Tuhan ijinkan lahir di bumi, yang kepadanya Tuhan tidak berikan kepadanya bekal yang cukup apapun keadaannya untuk menjadi berkat bagi orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat banyak hal ajaib dari orang-orang yang kondisinya lebih buruk dari kita. Tidak ada satu orangpun yang Tuhan ijinkan lahir di tengah bumi ini, dari keluarga manapun, suku bangsa dan ras apapun, yang kepadanya Tuhan tidak berikan bekal yang cukup untuk dia boleh menjalani hidupnya dengan bermartabat dan menjadi berkat bagi orang.
         Berapa talenta yang kita miliki? Saya harus dengan jujur mengakui saya bukan orang yang bertalenta banyak. Saya tidak bisa memainkan alat musik apa pun. Kalau menyanyi solo suara saya tidak merdu. Saya bukan orang yang berbakat sebagai atlit (olahragawan). Ketika kuliah, ada anak orang kaya, bisa bermain biola-gitar, IPK-nya juga bagus. Setelah lulus, ia kerja lalu pergi kuliah ke Australia mengambil kelas master. Setiap kali ada kegiatan kerohanian mahasiswa (persekutuan  mahasiswa), ia yang membuat poster. Ia bisa macam-macam dan rendah hati. Yang lain bisa macam-macam namun saya tidak bisa apa-apa. Orang lain bisa main musik, saya hanya penikmat musik. Tapi saya tidak mau iri dengan orang lain. Saya tidak pernah berkata ke Tuhan, “Mengapa saya tidak sama seperti teman saya? Dia punya 5 talenta, sedangkan saya hanya 1”. Banyak orang yang hidupnya seperti itu. Dia tidak melihat berapa yang dia miliki, ia hanya melihat orang lain. Itu bukan sedikit, namun Tuhan memberikan kepada kita modal yang cukup. Apa yang Tuhan yang ajarkan ke kita? Bukan berapa banyak talenta yag penting. Mau punya 5, 2 atau 1 talenta, bukan itu yang penting. Tetapi bagaimana kita bersikap terhadap talenta yang diberikan Tuhan kepada kita, itu jauh lebih penting dan yang Tuhan perhatikan dalam hidup kita.
         Apakah gunanya kita menjadi orang yang lahir ke dunia ini penuh dengan talenta dan banyak kemampuan, tetapi kita tidak menjadi berkat bagi orang lain dan tidak memuliakan Tuhan? Bukan berapa banyak talenta yang penting. Tetapi bagaimana kita menjalani hidup kita, itulah yang penting bagi kita. Abraham Kuyper (1837-1920 , teolog awam walaupun tidak pernah sekolah teologia tetapi tulisannya dipelajari di sekolah teologia, pernah menjadi Perdana Menteri Belanda) berkata,”Tidak ada satu inci pun dalam kehidupan kita sebagai manusia, di mana Kristus tidak bertahta dan Dia berhak berkata bahwa itu adalah milikNya”
Terkadang saya berkesempatan berbicara di hadapan pemuda-remaja dan saya bertanya,”Dik, apa kelebihanmu?” Ada seorang anak yang berkata, “Lao-shi saya jago main piano. Walau masih muda, saya sudah grade-7 dan sekarang jadi guru piano”. Saya berkata dengan menggunakan perkataan Abraham Kuyper,”Kemampuanmu main piano berasal dari Tuhan. Dan Tuhan Yesus berhak berkata kepadamu bahwa kemampuan (talenta)-mu bermain piano adalah milikKu’.” Dalam kesempatan lain dalam sebuah retreat, saya bertanya kepada seorang peserta,”Kamu suka pelajaran apa?” Dijawab, “Matematika,lao-shi”. Saya bertanya lagi,”Berapa nilai matematikamu?” yang  dijawab,”Jarang sekali dapat 8, selalu di atas  8”. Lalu saya katakan dengan menggunakan kalimat dari Abraham Kuyper,”Kemampaunmu dalam bidang matematika adalah milik Kristus!” Entah berapa talenta yang kita masing-masing miliki, tetapi firman Tuhan mengajarkan kita,”Bukan berapa banyak talenta yang penting yang harus kita persoalkan tetapi bagaimana kita menjalani hidup kita, menggunakan setiap anugerah karunia pemberian Tuhan, itulah yang lebih penting yang harus kita perhatikan.

Ada orang cacat dan ada juga orang normal. Terkadang saya melihat orang yang cacat fisik, tetapi dia lebih bersemangat dari orang normal sehingga hati saya merasa malu. Hal ini banyak terjadi di masyarakat. Yang seharusnya lebih banyak memberi adalah orang yang normal. Tetapi yang terjadi sebaliknya. Kalau melihat orang yang berjuang dengan segala kecacatan fisiknya untuk mencari nafkah dan mandiri, hati saya sangat terharu dan apa yang dilakukannya menjadi inspirasi.  Mari kita mulai memikirkan panggilan hidup kita. Berapapun talenta yang Tuhan percayakan kepada kita, itulah yang harus kita kembangkan. Bagi yang bisa bermain musik, bermain musiklah dengan sungguh-sungguh bagi Tuhan untuk kemuliaan nama Tuhan. Yang Tuhan anugerahkan sebagai orang-orang yang punya pemikiran yang tajam (sebagai seorang ilmuwan, peneliti), lalukanlah tugas panggilan itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Tidak semua orang mempunyai karunia seperti itu.

2.    Setiap hamba memiliki kesempatan yang sama

         Dalam perumpamaan tentang talenta, ‘tuan’ yang bepergian ke luar negeri tidak memberitahu kapan ia akan kembali. Jadi setiap hamba tidak tahu kapan ia akan kembali. Jadi hamba yang menerima 5,2 atau 1 talenta sama. Setiap hamba memiliki kesempatan yang sama. Kita juga tidak tahu kapan kita dipanggil Tuhan. Jangan pikir saya sehat, hasil lab tidak ada angka merah, sehingga berpikir usia saya lebih panjang dari orang yang hasil lab-nya banyak merah. Orang sakit-sakitan belum tentu usianya lebih pendek dari orang yang sehat. Setiap kita tidak tahu kapan Tuhan panggil kita. Kesempatan kita sama. 1 hari =24 jam. Kalau saat ini Tuhan beri kesempatan untuk kita bangun pagi hari, maka itulah kesempatan kita. Bila kita diberi umur 80 tahun, puji Tuhan! Kalau diberi usia 70 tahun atau 60 tahun puji Tuhan juga. Sekarang usia saya 57 tahun, kalau Tuhan beri  usia 60 tahun puji Tuhan! Bukan berapa panjang usia kita yang penting. Mau 30, 50 , 70 atau 90 tahun, bukan itu yang penting. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hidup kita di hadapan Tuhan dan sesama kita. Untuk apa usia panjang tetapi tidak pernah jadi berkat untuk orang lain? Untuk apa usia panjang, kalau tidak memuliakan Tuhan?  
Setiap hamba Tuhan memiliki kesempatan yang sama. 1 minggu = 7 hari, 1 hari = 24 jam. Persoalannya tidak semua kita menggunakan kesempatan yang Tuhan berikan sama baiknya. Ada pepatah yang mulai ditinggalkan yaitu “Time is Money”. Sekarang orang bisa berpikir baik, sehingga menyimpulkan ungkapan itu salah. Waktu lebih berharga daripada uang. Kalau saya kehilangan uang sekian ratus juta, saya bisa mencari lagi, bahkan bisa mengumpulkan lebih banyak. Tetapi kalau kehilangan waktu, saya tidak mungkin bisa mendapatkannya kembali.
         Orang-orang angkatan tua banyak yang suka dengan cerita bersambung karangan Asmaraman Kho Ping Ho (1926-1994). Saya pecandu berat Kho Ping Ho. Beberapa tahun lalu, sesama pencandu Kho Ping Ho mempublikasikan bahwa di Solo ada pameran lukisan-lukisan Kho Ping Ho yang bagus sekali. Hampir saya beli tiket pergi ke Solo. Untung tidak jadi. Saat bangun pagi dengan memasang weker, seduh teh sendiri lalu saya baca supaya nanti di sekolah saya bisa cerita. Saya pikir berapa jam yang saya buang dengan membacanya. Andaikata saya belajar bahasa Jerman setiap pagi, barangkali saya tidak ketemu saudara-saudari sekalian.
Anak-anak sekarang setiap hari main handphone. Berapa banyak waktu yang dilewati dan dibuang? Setiap kita diberikan kesempatan yang sama. Untuk tukang beca setiap hari 24 jam. Seorang ceo perusahaan ternama 1 hari = 24 jam. Ini keunikan yang banyak orang tidak sadari. Seorang guru 1 hari = 24 jam. Seorang presiden 1 hari = 24 jam.  Kita semua satu hari 24 jam. Tetapi tidak semua kita menggunakan hari dengan sama baiknya. Banyak ibu-ibu menonton telenovela 3-4 jam. Mereka hapal telenovela tetapi kitab sucinya tidak satupun yang dihapal. Bacalah Alkitab! Hapalkan!
Suatu kali di sebuah gereja saya bertemu dengan seseorang yang mengantar anaknya ikut Sekolah Minggu. Pendetanya berkata,”Bapak ini setiap setiap Minggu mengantar anaknya ikut Sekolah Minggu tetapi ia tidak mau masuk ke gereja” Waktu saya lewat dekat dia dan menyapanya, bapak itu berdiri dan mengajak bicara sebentar lalu berkata,”Mengapa (anaknya) harus hapal Alkitab setiap Minggu?” (semoga Sekolah Minggu kita masih ada hapal ayat Alkitab, jangan sampai tidak ada). Lalu saya berpikir sebentar dan menjawab“ Kalau Bapak menghapal nama gubernur, nama menteri itu kan berganti-ganti (zaman lalu kita hapal nama menteri karena jarang diganti dan seringkali ujian PPKN keluar, sekarang sering reshuffle sehingga jarang orang hapal nama menteri). Tetapi kalau Bapak hapal Alkitab, sampai Tuhan Yesus datang tidak pernah berganti dan jadi berkat untuk kita” Sebenarnya pada zaman ini, kita punya Alkitab di kantong kita (smartphone) seharusnya ayat hapalan kita lebih banyak daripada orang zaman dulu. Dimana-mana kita bisa membuka ayat Alkitab dan mulai menghapal. Tetapi kenyataannya malah sebaliknya.
         Setiap hamba mempunyai kesempatan yang sama. Tetapi tidak  semua hamba menggunakan kesempatan itu dengan sama baiknya. Hamba pertama yang menerima 5 talenta langsung bekerja, hamba kedua yang menerima dua talenta langsung bekerja. Tetapi hamba ketiga yang menerima 1 talenta mulai berpikir-pikir macam-macam alasan dan berkata,”Tuhan tidak adil. Mengapa saya tidak sama dengan mereka?” Dia mulai sembunyikan talentanya.

3.    Setiap hamba Tuhan harus memberi pertanggungan kepada tuannya.

Dalam perumpamaan talenta ini , pada waktu tuan itu kembali maka semua hamba itu harus memberikan pertanggungjawaban kepada tuannya. Saya sering berkata kepada anak-anak saya,”Papa tidak bisa meminta kalian menggantikan papa untuk memberikan pertanggungjawaban di hadapan Tuhan. Kalian tidak juga bisa minta mama untuk menggantikan kalian memberikan pertanggungjawaban di hadapan Tuhan. Kita masing-masing akan berhadapan dengan Tuhan kita untuk memberikan pertanggungjawaban pada Tuhan” Kalau ada orang yang diberkati Tuhan harta bendanya sampai bernilai miliaran atau triliunan Rupiah, sedangkan saya hanya sekian Rupiah, saya tidak perlu berpikir harus sama dengan dia. Nanti di hadapan Tuhan berbeda ukurannya. Seorang anak Sekolah Minggu pernah datang kepada saya dan berkata,”Lao-shi, Tuhan tidak adil ya. Mengapa ada yang dikasih 5, 2 dan 1?” Saya menjawab,“Siapa bilang tidak adil? Coba baca yang teliti. Yang dapat 5 talenta memperoleh laba 5 talenta, lalu Tuhan puji dia. Yang peroleh 2 talenta, labanya 2 talenta. Tuhan bilang apa? Apakah : ‘bodoh kamu’? Mengapa tidak sama dengan dia yang dapat 5? Tidak begitu! Pujian yang diberikan kepada yang menerima 2 talenta persis sama dengan orang yang menerima 5 talenta dan labanya 5 talenta. Ini menunjukkan bahwa Tuhan itu adil. Berapa yang Dia berikan, Dia hanya menuntut kita dari apa yang diberikan kepada kita. Dia tidak pernah menuntut dari apa yang Dia tidak pernah berikan kepada kita!” Jadi tidak perlu iri kepada orang lain. Pikirkanlah diri, apa yang sudah pernah kita lakukan. Jangan sampai yang diberkati berlimpah, namun yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di bawah orang-orang yang diberikan lebih kecil dari kita.
         Pdt. Stephen Tong suka mengutip satu ayat yang mendorong dia untuk terus bergiat. Ayat itu berbunyi,”Yang kepadanya banyak diberi, maka orang itu banyak dituntut.”  Itu prinsip Alkitab. Setiap hamba harus memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan. Profesi berbeda-beda. Ada pedagang, ada dokter. Ada insinyur. Ada hamba Tuhan. Tetapi setiap kita mempunyai kerinduan yang sama. Pada waktu kita bertemu Tuhan kita, kita akan mendengar Tuhan berkata kepada kita dengan lembut,”Baik sekali, hai hambaKu yang setia. Kamu telah setia dalam perkara yang kecil. Aku akan memberikan tanggung jawab dalam perkara yang besar. Mari masuklah dalam perjamuan Tuhan!” Betul tidak? Setiap orang Kristen yang mempunyai pengertian yang benar terhadap perjalanan kehidupan rohaninya, targetnya hanya satu . Mau apapun yang dia kerjakan selama dia hidup, targetnya hanya satu yaitu ketika bertemu dengan Tuhan kita. Sebagai hamba-hamba, kita mendengar Tuhan kita memuji kita, memberikan apresiasi kepada kita. Bukan Tuhan kita berkata,”Hai kamu hamba yang jahat!”

Penutup

Mari kita sama-sama mengevaluasi diri.
1.    Bukan berapa banyak talenta yang kita miliki yang penting. Tetapi apa yang sudah kita kerjakan dengan talenta yang Tuhan percayakan pada setiap kita itulah yang penting.
2.    Bukan berapa panjang umur kita yang penting. Tetapi bagaimana kita menjalani hidup kita, itu yang jauh lebih penting.
3.    Sadarilah, bahwa setiap kita suatu saat harus memberikan pertangungjawabannya di hadapan Tuhan kita.


No comments:

Post a Comment