Wednesday, July 3, 2019

Kesaksian Sara Ayu Ibrahim






Nama saya Sara Ayu Ibrahim, latar belakang dari keluarga muslim. Tetapi saya dan Pdt. Syaifuddin Ibrahim berjodoh. Kata Alkitab,”Cinta itu harus seiman walau tidak harus seumuran. Jadi buat anak muda di sini harus cari jodoh yang seiman. Karena terang dan gelap tidak mungkin bersatu.” Banyak orang sekarang ini yang menikah pindah agama karena pasangannya. Pernikahan yang diberkati Tuhan adalah pernikahan yang diberkati oleh pendeta bukan dari tetangga sebelah. Banyak yang berkata,”Menikah menemukan kebenaran. Padahal kebenaran itu hanya ada di dalam Yesus” karena Tuhan Yesus berkata,”Akulah jalan, dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun datang kepada Dia kalau tidak melalui Yesus”.
              Mengapa saya bisa mengenal Yesus? Saya asli dari Bangka Belitung. Ada seorang Menado yang melakukan penginjilan ke saya. Dia bercerita tentang Yesus ke saya, namun tidak kena. Orang ini akalnya tidak putus dan berkata,”Ada seorang ustad yang menjadi pendeta”. Saya penasaran karena saya tinggal di lingkungan Melayu, hal ini langka sekali. Saya berkata,”Saya ingin ketemu”. Tiba-tiba hati saya berkata ingin bertemu. Orang ini berkata, “Bisa ketemu tapi ia berada di Jakarta”. Saya akhirnya terbang ke Jakarta, awalnya penasaran karena ingin bertemu ustad yang menjadi pendeta. Saya terbang dari Bangka ke Jakarta dan teman Menado ini mendampingi saya bertemu di Mangga Dua Square. Di sana  datanglah ustad yang menjadi pendeta dan setelah itu saya baru tahu namanya Saifuddin Ibrahim. Saya langsung diinjili beliau. Karena bila dia bertemu dengan orang Muslim maka langsung diinjili. Langsung dibuka Al-Quran dan Alkitab. Saya baru tahu keselamatan datangnya dari bangsa Yuhadi bukan dari bangsa Arab. Hal yang membuat tergugah hati lagi adalah kalau menjadi Islam (muslimah yang taat), saya harus siap dipoligami. Sedang di Kristen, satu untuk selamanya artinya pengajaran Kristus ini mengangkat derajat wanita. Sedangkan pengajaran agama lama saya, wanita dianggap rendah sehingga boleh dimadu. Hal ini membuat saya mantap dan akhirnya saya dibaptis. Saya dibaptis oleh teman Pdt. Saifuddin Ibrahim. Ia hanya menuntun saya menerima Yesus.
Karena begitu senangnya dibaptis (sukacita itu berbeda) akhirnya saya tulis status di facebook. Akhirnya berita ini terdengarlah sampai orang tua saya sehingga mama saya telpon dan bertanya, “Apa benar kamu sudah pindah agama?” Saya jawab, “Iya”. Saya membenarkan karena saya baca di kitab Matius kita harus mengaku (iman jangan disembunyikan). Kalau kita tidak mengaku maka Bapa di sorga juga tidak mengakui kita. Hal itu yang melatarbelakangi saya untuk mengaku bahwa saya sudah pindah keyakinan. Mama saya tidak percaya dan dia datang ke Jakarta. Dia minta saya jemput dan dibawa ke rumah tante di Bekasi. Di sana sudah berkumpul keluarga besar saya. Di antara anggota keluarga ada seorang om saya yang menjadi ustad, sudah naik haji dan berdakwah. Jadi dia yang dipercaya untuk bertanya kepada saya.
Saya ditanya apakah saya masuk Kristen karena dikasih uang. Saya menjawab, ”Tidak!” karena murni dari hati saya. Justru saya yang kasih uang ke pendeta. Waktu saya dibaptis saya kasih persembahan ke pendeta saya karena saya tidak mau dianggap masuk Kristen karena dikasih uang.” Saya baca, “Seharusnya murtad yang benar itu harus kasih persembahan di rumah Tuhan. Saya baca di Yesaya 61:12 orang Kedar itu harus mempersembahkan hartanya di rumah Tuhan. Itu murtad yang benar. Yang salah itu yang menyusahkan gereja, karena sedikit-sedikit mengeluh. Om saya terkejut karena baru kali ini ia mendengar ada seorang muslim yang kasih uang kepada pendeta. Saya berkata,”Ini orang murtad yang benar”. Bagi orang muslim bila di antara keluarga ada yang murtad (membuat malu keluarga), kalau tidak mau kembali harus dimatikan.
Om saya mengambil jalan halus. Saya dikasih minuman yang dijampi-jampi di depan saya dan saya dipaksa harus minum. Saya baru bertobat, dan hanya bisa berdoa saja dalam nama Yesus di dalam hati. Esok paginya pk 10 saya mendapat kabar bahwa om saya itu meninggal. 6 tahun lalu om saya masih muda. Jadi saya terkenal di keluarga saya bahwa ilmu orang Kristen itu hebat, padahal memang Tuhan Yesus itu hebat! Alkitab sudah memberi tahu bahwa Roh di dalam diri kita lebih besar dari roh yang ada di dalam dunia asalkan kita sungguh-sungguh mengikut Tuhan Kristus. Akhirnya saya dibuang keluarga saya, tidak diakui anak. Itu saya anggap respon yang wajar sehingga saya tidak terlalu baper karena orang tua membesarkan saya dan saya tiba-tiba murtad. Saya anggap 1.000 orang menghina kita tidak mengubah nasib kita tetapi satu orang yang mengajak kita menjadi percaya itu yang bisa mengubah nasib kita. Itu yang saya rasakan. Dulu siapa saya? Saya hanya tamatan SMA , tetapi saya dimampukan untuk menulis buku.
              Setelah saya dibuang keluarga saya , saya tetap dimuridkan Pastor Saifuddin Ibraham, lalu kami menikah 26 Juni 2014. 3 tahun pergumulan kami belum dikaruniai anak. Lalu Tuhan memberi kami anak, namun saat saya hamil saya harus menghadapi kenyataan suami ditangkap dalam keadaan saya hamil 8 bulan. Tetapi saya yakin percobaan ini tidak melampaui batas. Alkitab sudah kasih kita pedoman. Asalkan kita sungguh-sungguh membaca Alkitab dan percaya , maka semua masalah dapat dilalui. Akhirnya saya melahirkan dan mendampingi beliau. Setiap sidang selalu diramaikan FPI, tetapi saya tidak pernah takut. Mata boleh sipit tapi iman kita jangan sampai sipit karena Tuhan sudah berjanji memberikan kepada kita roh keberanian bukan roh ketakutan. Vonisnya 4 tahun tetapi saya tetap tidak kecewa. Saya tetap melekat pada Tuhan. Saya berdoa terus sampai saya mendapat jawaban untuk naik banding. Kami naik banding di PT tetapi tetap vonisnya 4 tahun. Lalu saya naik kasasi, hasilnya hukuman turun menjadi 2 tahun. Akhirnya setelah menjalani hukuman di penjara selama 1 tahun 4 bulan, 2 bulan lalu sudah bebas bersyarat, itu karena kemurahan Tuhan bukan karena hebatnya kami. Semua saya percaya, apapun permasalahan kita harus andalkan Tuhan. Pesan saya,”Jangan sekali-kali mengambil jalan pintas”. Jalan pintas itu terlihatnya enak tapi meunju kehancuran. Tetapi ketaatan kita hari ini membawa berkat di kemudiaan hari. Sampailah semua perjalanan hidup saya selama 1 tahun 4 bulan, tidak mungkin saya menjadi beban orang Kristen di gereja. Saya berdoa, “Tuhan memampukan saya walaupun saya tamat SMA, baru menjadi orang percaya dan menulis buku. Ternyata respon atas buku yang saya tulis ini  luar biasa. 3 bulan setelah buku itu launching , saya diundang ke Amerika selama 1 bulan. Jadi pada bulan Desember 2017, waktu Pdt. Saifuddin di penjara,  saya pelayanan di Amerika dan memberi kesaksian. Setelah pulang dari Amerika, saya mendapat berkat luar biasa karena dapat pergi ke Israel gratis. Rumusnya, apapun persoalannya tetaplah percaya dan rumusnya, cari dahulu kerajaan Allah dan yang lainnya akan Tuhan tambahkan. Yer 17:7.Apa yang sudah dipersatukan Tuhan, tidak boleh dipisahkan manusia.


No comments:

Post a Comment