Sunday, July 28, 2019

Perumpamaan Tentang Pukat





Ev. Susana Heng

Matius 13:47-50
47  "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.
48  Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.
49  Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar,
50  lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Pendahuluan

              Perumpamaan merupakan satu jenis peribahasa yang berisi perbandingan yang menggunakan kata seperti bagai, bak, laksana dll sehingga orang bisa mengerti. Sewaktu Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan ini, murid-muridNya langsung mengerti karena banyak murid-murid Tuhan Yesus yang menjadi nelayan, sebelum Tuhan Yesus memanggil mereka. Tuhan Yesus memanggil mereka, dan mereka meninggalkan perahunya, dan menjadi penjala manusia.  Sehingga saat bertanya tentang hal yang terkait dengan kehidupan nelayan seperti pukat mereka pasti mengerti. Mungkin di antara kita pernah mendengar tentang pukat harimau.  Pukat adalah jala yang besar yang di atasnya diberi pelampung-pelampung. Lalu pukat ini ditebarkan di laut. Pukat harimau berukaran besar. Dengan melihat pelampung-pelampung yang banyak berderet, kita jadi tahu jala-nya ada di mana. Di mana pelampung itu kelihatan di bawahnya ada jala. Setelah ikan-ikan masuk, jala akan ditarik ke daratan. Perumpamaan ini menjadi perumpamaan terakhir di dalam Matius 13 (perumpaan tentang pukat). Perumpamaan ini berbicara tentang akhir zaman.

Arti perumpamaan ini (bagaimanakah keadaan pada akhir zaman?)

Matius 13:47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Pukat itu biasanya dilepaskan oleh nelayan di laut, dan setelah itu mereka kembali (tidak menunggu pukat). Setelah jangka waktu tertentu mereka akan pergi menarik pukatnya dan kembali ke daratan. Waktu ditarik ke darat, apakah semua ikan yang ada di pukat diinginkan nelayan? Tidak! Ada macam-macam isi pukat. Ada udang, ikan dan segala macam dan kemungkinan pada zaman sekarang ada banyak sampah plastik. Sehingga waktu pukat itu dikumpulkan, nelayan itu akan memisah-misahkan mana ikan yang ia mau , sedangkan ikan yang kekecilan akan dibuang kembali. Kalau terjaring sampah akan dibuang. Dengan memberi perumpamaan ini, pasti ada maksud Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengajar dengan apa yang ia lihat. Misalnya : lihatlah burung-burung di udara yang tidak menabur dan menanam, tetapi Tuhan cukupkan. Sehingga waktu Tuhan Yesus mengajar itu adalah realita yang murid-muridNya bisa lihat . Sewaktu Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang pukat, banyak murid dan orang di sana yang merupakan nelayan. Setelah pukat ditebar, dibiarkan selama satu waktu dahulu sampai terkumpul ikan-ikan , nelayan akan mengumpulkan kembali. Dan ia akan mendapat ikan-ikan yang ia mau. Yang tidak mau, akan dilempar kembali dan sampah-sampah akan  dibuang. Semua nelayan di tempat itu mengerti perumpamaan ini.
Ayat 48  Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.Tuhan Yesus memberikan perumpamaan ini, Tuhan Yesus ingin menjelaskan bagaimana keadaan pada akhir zaman. Ayat 49-50 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar,  lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Pemisahan antara orang benar dan orang jahat

Maksud dari perumpamaan ini, Tuhan Yesus hendak menjelaskan akhir zaman di mana ada orang yang akan masuk ke dalam kerajaan Surga dan yang akan dibuang. Tuhan Yesus ingin menjelaskan seperti nelayan yang mengumpulkan tangkapan dari dalam pukat, demikianlah pada akhir zaman. Nelayan yang memasang pukat di laut untuk menangkap ikan. Lalu setelah memasang, nelayan memasang tanda, pelampung, kemudian dia tinggalkan. Ketika tiba waktunya nelayan akan kembali dan mengeluarkan semua tangkapannya. Pada waktu itulah akan dipisahkan, ikan yang baik dan tidak baik. Rupanya maksud dari perumpamaan ini, Tuhan Yesus hendak menjelaskan tentang akhir (kesudahan) zaman, di mana akan terjadi pemisahan antara orang-orang benar dan orang-orang fasik/jahat (yang masuk sorga dan dibuang).

Selagi Ada Kesempatan

Bila tiba hari kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, tidak ada lagi kesempatan bagi orang jahat untuk menyesali keadaannya, karena semuanya sudah terlambat. Ini menjadi peringatan yang keras bagi kita bahwa kesempatan untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan sangat terbatas waktunya. Ketika tiba waktunya, maka para malaikat Tuhan akan mengumpulkan semua orang benar dan membuang semua orang jahat.
Saya pernah mengajak papa saya ke gereja dan menginjili dia. Adik saya bahkan menangis agar papa mau percaya. Adik saya berkata,”Kalau papa tidak percaya, suatu hari papa tidak akan bertemu kami kembali”. Adik saya berkata dengan begitu emosinya sehingga menangis. Papa menjawab, “Orang mati setelah meninggal jadi debu, tidak ada apa-apa lagi”. Itu tidak benar. Alkitab mengajarkan bahwa kita tidak seperti itu karena manusia memiliki roh. Tubuh jasmani dari debu tanah dan akan kembali ke debu tanah tetapi roh kita akan kembali kepada Tuhan. Kita tidak seperti binantang yang saat mati, dikubur , tidak ada lagi. Di sini Tuhan Yesus mengajarkan akan ada waktunya (akhir zaman) di mana Tuhan Yesus datang kembali, pada saat itu seperti nelayan yang mengumpulkan pukat itu, menarik jala yang besar itu dan kemudian ia memisahkan antara yang jahat dan baik. Kemudian yang jahat itu akan dilemparkan ke dalam dapur api, dalam kertakan gigi dan ratapan. Namun yang baik akan kembali kepada Tuhan dan di dalam kerajaan sorga. Sehinga di sini kita melihat pada saat itu datang akan terjadi pemisahan antara yang benar dan yang jahat.

Hidup yang Memperkenankan Tuhan

              Kadang kita melihat dan berpikir, ada orang-orang lain yang hidup seenaknya, berbuat kejahatan seenaknya. Ini-itu seenaknya, tetapi kenapa hidupnya baik-baik saja? Kita gemas dengan orang yang menipu kita. Dia berjanji akan melakukan kerja sama dalam usaha dan kita sudah memberikan uangnya untuk diinvestasikan lalu ia menipu kita padahal itu bukan uang kecil. Kita kesal dengan orang yang menipu kita. Walau sudah dibantu berinvestasi namun kalau ia sudah menipu kita, maka karena kesalnya akhirnya kita lapor ke polisi. Ternyata di pengadilan ia memenangkan perkaranya dan hidupnya baik-baik saja sehingga kita merasa kesal sekali. Mengapa orangnya jahat tapi hidupnya baik-baik? Sepertinya Tuhan tidak peduli : ini orangnya jahat sampai ke tulang-tulang, tetapi hidupnya baik-baik. Terkadang kita jadi kesal, mengapa orang jahat seperti itu hidupnya baik-baik. Saya ingin beritahu bahwa ia tidak hidup baik-baik! Suatu hari akan ada hari penghakiman. Ia harus mempertanggungjawabkannya. Jangan  kita melihat, “Dia orang jahat. Sepertinya tidak apa-apa kalau ia menipu sedikit yang penting uangnya banyak. Hidupnya baik-baik saja, Tuhan juga membiarkan saja”, jadi kita ikut-ikutan. Untuk apa saya terus hidup jujur seperti ini dan tetap susah dan miskin sedangkan orang lain melakukan hal itu. Semua orang lain seperti itu? Untuk apa saya tidak seperti itu? Biarkan saja.
              Alkitab dalam bagian ini sangat jelas. Ada waktunya! Jangan berpikir orang itu baik-baik saja, karena waktu itu pukat belum ditarik kembali. Waktu ditarik maka akan dipisahkan sehingga apa yang kita lakukan dalam hidup kita akan kita pertanggungjawabkan. Kita akan masuk ke dalam Kerajaan Surga bersama dengan Allah. Kalau menginjak masuk ke wilayah Indonesia, maka kita berada di bawah hukum Indonesia. Sehingga kalau kita naik pesawat, pramurgari akan mengumumkan “Kita akan masuk wilayah hukum Indonesia, tidak boleh bawa narkoba karena hukumannya berat”. Kita tidak bisa mengatakan hal seperti di Belanda (Amsterdam), karena narkoba tidak apa-apa di sana. Kita tidak bisa pakai hukum sana untuk diterapkan di sini. Demikian pula kalau kita hidup dalam kerajaan Sorga. Kita mengatakan bahwa kita adalah anak terang, anak Tuhan berarti kita hidup di bawah hukum Tuhan. Kita harus taat kepada firman Tuhan dan melakukan itu agar bisa masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kalau kita mengatakan bahwa kita mau Kerajaan Sorga, berarti yang menjadi raja dalam hidup dan hati kita adalah siapa? Kita tidak mau masuk ke dapur api, kertakan gigi dan ratapan. Kalau kita warga kerajaan Sorga. Siapa yang menjadi raja di hati kita? Tuhan, Allah kita! Tuhan Yesus. Kalau Tuhan Yesus menjadi raja di dalam hati dan hidup kita, peraturan mana yang kita hidupi? Aturan dari firman Tuhan. Berarti kita taat kepada firman Tuhan kalau kita mengatakan bahwa kita adalah anak terang. Mengapa suatu hari pukat akan ditarik kembali dan akan dipisahkan yang baik dan yang jahat. Jangan berpikir bahwa kamu melakukan apa saja terserah (tidak apa-apa) karena Tuhan juga akan mengampuni saya atau Tuhan tidak melihat karena saya lihat banyak orang yang berbuat kejahatan , hidupnya baik-baik saja. Dia menipu hidupnya lebih baik, sedangkan saya yang jujur hidupnya susah! Tidak! Karena suatu hari Tuhan akan tarik pukat dan akan memisahkan orang-orang. Sewaktu pukat itu sudah ditarik dan dipisahkan antara orang yang baik dan orang yang jahat, kita sudah tidak punya kesempatan lagi. Kita sudah dipisahkan, dibuang dan tidak ada harapan. Tetapi selama pukat belum ditarik, kita masih punya kesempatan.

              Saya mendengar sebuah kesaksian dari suami-istri yang adalah hamba Tuhan. Kesaksian mereka menggerakan hati saya. Suaminya bersaksi. Sekarang hidup mereka sangat baik dan Tuhan memberkati mereka. Dia mengatakan, “Jangan lihat saya saat ini baik-baik saja. Tetapi saya mengalami banyak proses di mana saya dibentuk oleh Tuhan”. Dalam kesaksiannya, dia mengatakan,”Setelah 2 tahan dia menikah dengan istrinya, mereka tinggal di Singapore. Waktu itu ia sering sakit kepala dan sepertinya mau muntuh. Terkadang bisa mimisan , keluar darah. Kemudian ia pergi ke dokter. Ternyata ada tumor di otaknya dan itu melekat di syaraf. Kemudian dokternya mengatakan, “Ini adalah kasus yang langka. Baru satu kasus di Singapore dan di Amerika yang begitu besar saja baru ada 50 kasus. Karena kasusnya sedikit, maka orang tentunya tidak mau menginvestasikan uangnya untuk meneliti obat untuk kanker ini. Seperti diketahui  biaya untuk penelitian sampai menghasilkan obat begitu besar. Sehingga perusahaan obat tidak mau investasi pada hal-hal yang terlalu sedikit keuntungannya. Jadi dokter mengatakan,”Ini tidak ada obat-nya”. Yang paling bisa dilakukan, operasi sebisanya. Saat itu ia menjalani operasi dan kemudian dokternya mengatakan, ada bagian yang dia tidak bisa keluarkan tumornya karena itu menempel pada syaraf untuk makan, telan dan berbicara. Karena bila diambil dan mengenai syaraf itu, maka ia tidak bisa bicara dan menelan lagi (minum pun harus lewat infus). Kemudian dokter juga diberitahu bahwa ia adalah seorang hamba Tuhan. Dokternya mengatakan bahwa hidupnya hanya 6 bulan lagi. “Kalau bisa lewat 6 bulan, kamu datang lagi”. Setelah berpikir akhirnya suami berkata kepada istrinya, “Kalau bisa bisa keluar dari Rumah Sakit saya mau melayani.”
Dan kemudian benar ia bisa keluar dari Rumah Sakit. Tapi ia berpikir, “Kalau mau menyampaikan firman, apa yang mau saya sampaikan?”. Bukankah kalau kita sampaikan mujizat terjadi dan saya sembuh , itu akan lebih banyak orang menjadi lebih semangat mendengarnya. Tetapi saat ini saya mau bicara apa?” Tetapi Tuhan memberikan ia hikmat. Ia mengatakan dan Tuhan menolong dia. Dia mengatakan bahwa ia menderita penyakit kanker otak dan tidak sembuh. Ia mengatakan, “Kalau sembuh , saya mengatakan haleluya. Kalau tidak sembuh juga, saya akan tetap katakan Haleluya! Karena saya sudah memilih Yesus dan saya akan tetap mengikut Yesus!” Selama 6 bulan dia pelayanan. Lewat 6 bulan , ia masih hidup. Istrinya memberi kesaksian pelayanan mereka berdua semakin besar, dia pelayanan di misi. Dia buka foodcourt dan dapat uang , ia mendukung misi untuk yatim piatu di Singkawang dan Manila, di tempat yang sangat miskin di mana mereka suka kumpulkan ayam-ayam goreng. Dari restoran mereka ambil dan dimasak kembali di daerah itu. Di tempat anak-anak itu , mereka mengirim beras. Anak-anak yatim piatu di berbagai tempat tersebut jumlahnya bertambah dari 600 anak menjadi 1.200 anak. Pelayanan mereka bertambah besar. Anak-anak yatim piatu bertambah di berbagai tempat. Tetapi tumormya itu bertambah besar juga. Sekarang besarnya sebesar biji telor. Setiap pelayanan, ia tidak meninggal tapi   sangat susah. Semakin besar pelayanan mereka, tumornya tidak mengecil (hilang) malah ada 2 butir. Sebutir di dalam otak dan sebutir lagi di luar. Ia sangat susah. Istrinya berkata, “Waktu suaminya kesakitan, ia minum Panadol. Dari 2 butir menjadi 4 butir lalu menjadi 6 butir dan 8 butir. Akhirnya tidak mempan lagi sehingga minum ponstan. Setelah tidak mempan lagi, ia diberi morfin untuk menahan sakit. Istrinya berkata, setiap kali sakit. Ia mencari satu sudut ruangan dan berdoa. Ia berdoa, “Tuhan, saya bersyukur kepadamu. Saya berterima kasih”. Terkadang dia mendengar suara suaminya bergetar saking sakit-nya. Tetapi ajaib, setiap kali ia bersyukur pada Tuhan, sakitnya hilang atau kalau tidak hilang suaminya tertidur di sudut. Ia biasa menemukan darah di sana sini. Mereka menjalankan hal itu terus dan ia  tetap melayani Tuhan dan tidak pernah menyerah melayani Tuhan. Ia tetap taat kepada Tuhan.
Istrinya berkata saat memberi kesaksian, “Orang bertanya bagaimana saya menghadapinya? Hanya satu hal yaitu taat kepada firman Tuhan! Melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan.” Sebagai warga negara surga, taat kepada firman Tuhan. Suaminya suatu kali berdoa , ia mendengar Tuhan mengatakan bahwa Tuhan akan menolongnya. Dia tidak lagi meminta dan hanya bersyukur kepada Tuhan saja untuk hidup dan apa yang Tuhan minta ia lakukan. Ia telpon dokter minta obat. Setelah menelpon itu ia pingsan. Istrinya membawanya ke dokter. Dokter itu kemudian berkata, “Harus operasi!” dan dokter itu mencari 1-2 dokter Kristen lainnya untuk membantu operasi itu. Dokter tahu, ia hamba Tuhan dan perlu bicara. Ia tidak akan membersihkan seluruhnya. Ia tidak bisa menelan dan bicara. Akhirnya dokternya mengoperasi dan membuang kankernya. Dokternya berpesan untuk bersiap-siap saja. Di hari kedua, ia merasa sangat susah dan sakit. Istrinya berdiri di sebelahnya. Suami berkata, “Kamu harus merelakan saya untuk pulang ke rumah Bapa”. Ia sudah siap pulang. Waktu istrinya melihatnya  suaminya sangat kesakitan berkata,”Ya, saya siap”. Suaminya melanjutkan,”Kamu harus terus melanjutkan pelayanan kita. Tidak boleh  berhenti melayani Tuhan. Kamu tidak boleh marah kepada Tuhan apapun yang terjadi”. Istrinya dalam keadaan sedih berkata, “Saya tidak akan marah pada Tuhan, saya akan tetap melayaniNya”. Malam itu ia tidur, dikasih obat. Istrinya menjaganya.
Tengah malam itu, suaminya sudah siap pulang ke rumah Tuhan. Istri sudah menyiapkan baju yang akan dipakai. Karena dokter sudah berpesan begitu dan suaminya sudah siap. Tetapi di tengah malam itu , suaminya merasakan suatu sinar yang terang sekali, ia merasakan Tuhan menjamahnya. Tiba-tiba ia bangun dan setelah itu ia tidak merasa apa-apa lagi. Ia cabut semuanya setelah operasi kanker otak yang begitu langka. Ia mencabut semua! Sesudah  itu ia mencoba, apakah ia bisa berdiri. Ternyata ia bisa berdiri! Ia coba berjalan dan berhasil! Ia merasa badannya panas dan kemudian masuk ke kamar mandi. Ia mandi pelan-pelan agar tidak terkena perban. Suster masuk ke kamar pasien  dan suster berkata, “Pasien hilang!”. Lalu suster membangunkan istrinya. Istrinya terkejut dan bangun,”Di mana suami saya?”. Mereka pencet bel dan mencari pasien hilang di seluruh rumah sakit. Ia berkata waktu selesai mandi, ia bingung mengapa di luar begitu ribut. Suaminya buka kamar mandi dan keluar. Istri dan perawatnya yang melihatnya berkata, “Mengapa kamu bangun? Kamu tidak semestinya bangun.” Lalu ia ditidurkan lagi. Ia berkata,”Saya tidak-apa-apa!”.”Lho kamu kok cabut sendiri?” kemudian panggil dokter datang. Dokternya Kristen. Waktu dokter datang dan berkata, “Tidak pernah terjadi dalam sejarah ia mengoperasi begitu banyak, orang yang dioperasi otaknya bangun di hari ketiga. Itu adalah mujizat”.
Ia sudah kena penyakit kanker itu selama 10 tahun. Ia berkata,”Kanker itu masih ada, tapi tidak sakit. Hanya sesekali sakit” Itu tidak datang begitu saja, 10 tahun ia sakit dan setiap hari di dalam sakitnya ia tetap melayani Tuhan. Suami-istri tetap taat kepada firman Tuhan dan tetap melakukan firman Tuhan. Taat itu bukan hal yang gampang. Terkadang anak kita batuk makai a tidak boleh makan krupuk, goreng-gorengan. Namun bagi yang suka sate, sambel pete, udang, kalau sedang batuk dan tidak ada suara , begitu melihat sambel petai dan udang, banyak yang lupa . Saya juga terkadang termasuk orang yang tidak taat. Saya pikir sate dan udang, makan dulu karena tidak khotbah nanti baru urusan. Hal kecil saja kita tidak taat. Bagaimana seringkali percaya kepada Tuhan? Jadi ikut Tuhan adalah taat sepenuhnya kepada Tuhan. Percaya dan pasrah sepenuhnya kepada Tuhan. Suami-istri ini melakukan dengan ketaatan mereka kepada Tuhan. Itulah orang-orang benar. Mereka memakai kesempatan hidup mereka. Bagi suaminya itu benar-benar kesempatan hidup. Dokter berkata ia hanya punya waktu 6 bulan. Jadi ia memakai kesempatan selagi hidup melayani Tuhan.

Hidup Merperkenankan Hati Tuhan

              Hidup taat kepada firman Tuhan , tidak mudah. Tetapi di dalam semuanya kita akan melihat mujizat Tuhan yang luar biasa. Bukan itu saja, pada saat pukat ditarik dan malaikat-malaikat memisahkan, kita akan mendengar suara Tuhan berkata,”Masuklah hambaku!”. Itulah yang akan kita terima. Kita tidak perlu iri dengan orang yang tidak taat pada Tuhan dan hidupnya baik.  Kalau kita pakai motor dan orang lain pakai mobil bagus, jangan iri. Waktu pukat ditarik, maka tidak ada kesempatan lagi. Waktu itu kita berharap Tuhan Yesus mengatakan, “Masuklah hambaku yang setia”. Bukankah itu yang kita rindu mendengarkannya? Kalau rindu mendengar Tuhan berkata maka taatlah kepada firman Tuhan!  Lakukanlah firman Tuhan! Karena iman tanpa perbuatan adalah mati. Jangan hanya mendengar tetapi lakukanlah firman Tuhan! Melakukannya firman Tuhan tidak mudah. Biarkan Tuhan yang memerintah dalam hidup kita.
              Tadi pagi, saya duduk dan merenung. Tuhan, saya merasa banyak gagal. Saya minta ampun kepada Tuhan. Tiap kali mau khotbah saya minta ampun kepada Tuhan. Saya tahu bahwa saya orang berdosa. Saya mudah jatuh dan tidak taat. Itu sebabnya, saya selalu mau taat firman Tuhan. Tapi kita minta kekuatan dari Tuhan agar bisa taat. Kita bisa taat karena Tuhan Yesus sudah menang. Bukankah kita rindu agar suatu kali pukat itu ditarik pada akhir zaman itu, kita melihat wajah Tuhan kita dan dengan tersenyum berkata kita, “Masuklah hambaKu yang setia!”. Kalau kita punya kerinduan itu waktu pukat ditarik, waktu zaman akhir itu,  kita orang benar yang dipilih Tuhan.  Kita adalah orang benar yang Tuhan katakan,”Masuklah!” Marilah kita hidup seturut firman Tuhan dan menjadi warga negara surga. Kita belum menerima penggenapannya, kelak saat Tuhan Yesus datang kembali kita akan melihat penggenapannya. Kita adalah warga negara surga. Amin



No comments:

Post a Comment