Sunday, October 23, 2016

Pedang Bermata Dua


Pdt. Gideon Ang

Yakobus 1:19-27
19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
23 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.
24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.
25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Ibrani 4:12-13
12  Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
13  Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Pendahuluan

                Ada sebuah cuplikan kisah yang dikutip dari sebuah buku hasil karya Lutan (?, penulis riwayat hidup - biografer Yunani dan seorang filsul). Bukunya yang keempat (Morals) diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris di abad 17 oleh Robert Weekley. Di dalam  pembukaan dari buku tersebut ditanyakan, “Mengapa orang-orang  bijaksana berhenti (tidak lagi) memberikan jawaban?” Dalam buku ini orang dibagi menjadi 5 macam :
1.     Orang tidak bertanya lagi mengenai pertanyaan-pertanyaan  mendasar dalam kehidupan ini sehingga tidak ada lagi jawaban. Padahal saat merenungkan firman yang didengarnya atau mengikuti ceramah biasanya timbul pertanyaan. Francis Schaeffer , seorang penulis Kristen, mengatakan “Berikan jawaban yang jujur atas pertanyaan yang jujur.”  Jika ada pertanyaan sebaiknya dicatat dahulu dan pada saat yang tepat ajukanlah pertanyaan itu (misalnya setelah kebaktian selesai).
2.  Orang yang tidak sabar. Ada beberapa orang yang tidak sabar menunggu jawaban. Kadangkala menjawab pertanyaan tidak mudah. Saya suka menghadapi pertanyaan yang tidak bisa saya jawab, sehingga ada PR untuk mencari jawabannya.
3.   Orang yang tidak mau mendengarkan jawaban. Setelah dijawab, ternyata pertanyaannya tidak jujur (hanya pertanyaan coba-coba saja)
4.   Ada yang motifnya kacau.
5.   Orang yang punya pendapat yang salah. Sehingga di zaman itu ada tempat yang dikenal semacam ampiteater (tempat berkumpul orang-orang untuk  bertanya jawab). Karena sudah lama tidak ada yang bertanya jawab, sehingga tidak ada lagi orang yang berkumpul. Lama-lama berkembang suatu legenda bahwa di situ tempatnya seram dan ada naga yang tinggal.
Buku ini ingin mengatakan bahwa banyak kali kita tidak bisa mendapatkan sesuatu karena tidak pernah mengajukan pertanyaan yang jujur dan sewaktu mendapat jawaban yang jujur , kita tidak mendengarkannya baik-baik.

Bagaimana Mengalami Karya Pedang Bermata Dua (Firman Tuhan)

Firman Tuhan bisa begitu masuk ke dalam hati kita. Kita akan belajar dari kitab Yakobus (kitab tentang iman dan perbuatan). Kita seringkali tidak mau mendengar jawaban yang baik sehingga tidak ada lagi proses belajar yang baik sehingga yang dilegendakan singa atau naga yang ada di situ. Paul Hidayat mengatakan, “Jika kita mempelajari kebenaran dan kita tidak juga berubah maka hanya 2 kemungkinan yaitu yang pertama kita belum sungguh-sungguh belajar atau yang kedua yang kita pelajari bukan kebenaran.

Bagaimana kebenaran bisa membukakan hati kita? Ada 4 hal yang kita pelajari :

1.    Dengarlah firman Tuhan

Dengarlah ada firman Tuhan yang dapat mengubah engkau, menyelamatkan jiwamu dan  memerdekakanmu secara sempurna. Yak 1:19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; Yak 1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Yak 1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Maukah kita mengalami karya firman yang merupakan pedang yang bermata dua ini  untuk mengubah hidup kita? Yang petama : dengar dan ingatlah ada firman yang dapat mengubahkan dan menyelamatkan hidup kita. Firman yang merupakan hukum yang sempurna yang memerdekakan kita. Sudahkah jiwamu diselamatkan? Sudahkan anda mengalami hukum yang memerdekakan anda? Seorang yang bernama Emerton , suka menyelidiki gereja dari sudut pandang sosiology Kristen. Dia mengatakan bahwa ada 13 kualitas dari gereja yang bertumbuh. Dari ke-13 itu yang pertama adalah pengetahuan Alkitab. Yang kedua dan berikutnya :  kehidupan rohani pribadi, ibadah, bersaksi, pelayanan awam, misi, persembahan, persekutuan (fellowship, komunitas di sekitar), kelakuan hidup, sikap terhadap agama, pelayanan sosial, perbumbuhan kuantitaf anggota dan keadilan sosial. Dari 13 tolok ukur gereja yang bertumbuh kualitas yang pertama adalah firman Tuhan. Sudahkah kita mengalami firman yang menyelamatkan jiwa dan memerdekakan kita? Gereja injili ada 4 hal yang utama yaitu biblisystem (berpusatkan Alkitab), pertobatan (lahir baru), menjalankan firman Tuhan (activism) dan  berpusatkan kayu salib (crucifycenterism). Selalu Alkitab yang utama yang perlu dialami lalu ciri kedua : lahir baru. Firman  yang menyelamatkan jiwa dan memerdekakan engkau. Dalam istilah teologia ada istilah once saved, save forever (sekali selamat, selamat selama-lamanya). Saya lebih suka mengatakan ,”Once to be generated, save forever (sekali lahir baru selamat selama-lamanya)”. Kenapa hal ini penting? Karena ada teologia yang dikembangkan “sekali selamat dapat tiket ke sorga” ini tidak bisa. Sudah mengalami firman yang bermata dua, yang pertama harus melahirbarukan hidup kita. Hidup baru apa? Hidup baru yang diterima dari Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus melalui iman percaya karena pekerjaan Roh Kudus pada saat firman Tuhan diberitakan. Hidup baru disebut keselamatan, hidup kekal, benih ilahi, kodrat ilahi. Ini penting sekali. Ada lagu natal yang sangat saya berkesan yakni pada lirik lagu O Holy Night : fall on your knees (berlutut / bersujudlah) itu adalah kalimat Martin Luther (minggu depan pada tanggal 31 Oktober kita merayakan reformasi dan tahun depan kita akan merayakan 500 tahun reformasi yang berawal di tahun 1517). Martin Luther mengatakan, “Percaya kepada Allah adalah berlutut di depanNya, merendahkan hatimu dan dirimu. Sudahkah engkau mengalami firman yang membukakan kebenaran sehingga engkau berlutut, melihat dan mengenal Tuhan Yesus serta keindahan karya keselamatanNya? Yang indah dari lagu O Holy Night, lirik terakhirnya oh night oh night divine (O malam.. malam kudus). Kalau malam itu anda mendapat kodrat dan benih ilahi yang mengubahkan hidupmu seperti yang disaksikan oleh Stefanus (mahasiswa STT Iman asal Pos Pelayanan GKKK di Bekasi). Bagaimana untuk masuk Sekolah Alkitab? Orang harus sungguh-sungguh lahir baru dan panggilannya jelas, baru bicara biaya. STT Iman tidak ingin sekedar memperbanyak murid, walau rindu orang  menjadi hamba Tuhan. Sehingga waktu ditempa , harus siap menjadi orang yang mementingkan komitmen, karakter dan kompetensi. Seorang siswa teologi harus punya komitmen untuk dibentuk karakternya dan baru kemudian kompetensi (karena talenta setiap orang berbeda-beda. Ada yang 3 , ada yang 5 dan sebagainya). Tahun ini STT Iman bersyukur mendapat 21 orang siswa baru (16 siswa S1 dan 5 siswa S2). Di antara mereka ada 4 orang berlatar juara umum, peringkat 1 atau 2. Tapi itu bukan yang utama. Saya ingin mereka betul menjadi hamba Tuhan. Demikian juga dengan anggota paduan suara. Sewaktu mereka bernyanyi, seharusnya suara yang keluar dari hati, sehingga jemaat yang mendengar menjadi tersentuh.

2.    Terimalah firman Tuhan

Bila tidak menerima firman, maka kita tidak akan mengalami operasi dari pedang bermata dua (firman) Yak 1:21b terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Terimalah dengan lemah lembut  firman yang tertanam dalam hatimu. Apakah di hatimu ada firman Tuhan? Kalau tidak, maka kita bisa sering membaca firman, tapi firman tidak pernah mengubah hati kita dan mengalami pedang bermata dua yang mengubahkan hidup kita.

Berikut kesaksian dr. W McKay. Dia meninggalkan rumah lalu mengambil kuliah kedokteran pada usia 17 tahun di kota lain. Mamanya adalah seorang Kristen yang saleh (godly christian). Waktu McKay akan pergi, mamanya memerikan sebuah Alkitab dan menuliskan nama McKay di dalamnya. Mungkin mamanya berpesan untuk membacanya setiap hari, menulis 1 ayat Alkitab dan menulis dari mamanya yang mengasihnya. Sayangnya setelah itu McKay jatuh dalam pergaulan bebas. Ia tidak membaca Alkitab atau pun bila membaca, firman itu tidak tertanam di hatinya. Ia lulus dengan pujian dari universitas, karirnya kemudian sukses dan akhirnya ia menjadi kepala rumah sakit  di kota itu. Suatu kali rumah sakitnya kedatangan seorang pasien gawat darurat yang kondisinya kritis sehingga kepala rumah sakit (McKay) harus menanganinya sendiri. McKay pun menghampiri pemuda itu dan melihat wajah pemuda itu seperti memancarkan sinar sukacita dan  ada semacam kasih. Kondisi ini mengherankan hatinya karena pemuda ini tidak lama lagi akan meninggal (tinggal tunggu mati dalam waktu 3 jam).  McKay melihat kondisi pemuda tersebut tidak dapat diselamatkan. Yang menarik pemuda ini berkata,”Dokter, tolong baringkan saya di mana saja di rumah sakit ini”. Saat itu rumah sakit sedang penuh dengan pasien.  Dia berkata, “Saya siap. Saya tidak mati. Karena iman percaya saya pada Tuhan Yesus  dan darahNya yang mulia.” Dokter kemudian mendengar pasien ini meminta suatu permintaan khusus. Dokter Mc Kay kemudian mengutus seorang suster  untuk melakukannya. Ternyata pemuda itu meminta tolong untuk melakukan 2 hal. Yang pertama, ia memintanya agar suster mengambil uang yang ada di kantongnya dan membayarkan uang kos bulan itu yang belum dibayarnya ke induk semangnya. Yang kedua ia meminta agar dibawakan buku yang ada di kamarnya. McKay masih terbayang wajah sang pemuda yang memancarkan sukacita dan kasih. Ia gelisah kemudian memanggil suster yang diutusnya tadi dan bertanya, “Pemuda itu minta apa sih?”. Suster tersebut menjawab,”Pemuda itu minta agar uang kos-nya dibayarkan dan minta bukunya dibawakan.” Buku itu diletakkan di bawah kepalanya. McKay tertarik akan permintaan tersebut dan meminta agar buku tersebut dibawa kepadanya. Akhirnya buku tersebut dibawa dan ternyata sebuah Alkitab. Sewaktu membukanya, McKay terkejut. Di halaman depannya tertulis nama dia, W McKay. Itu adalah Alkitab yang diberikan mamanya untuk dia! Rupanya pemuda itu mahasiswa yang membeli Alkitab tersebut di tukang loak (tempat jual buku bekas), lalu membacanya. Melihat itu McKay gemetar dan berlutut. Ia teringat akan mamanya dan wajah pemuda ini dan senyumnya walaupun akan meninggal. Sang pemuda telah mengalami firman (pedang bermata dua) yang mengubahkan hidupnya dan tertanam dalam hatinya. Sehingga sewaktu menjelang ajal ia masih teringat untuk membayar uang kos (orang yang akan meninggal biasanya tidak ingat untuk membayar uang kos) dan minta diambilkan Alkitab! Kisah ini terkenal dengan judul dr. McKay, the doctor’s Bible.

3.    Lakukanlah firman Tuhan.

Yak 1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Lakukanlah firman Tuhan dan biarkan firman Tuhan mengoperasi hidup dan hati sehingga seluruh karakter kita semakin menyerupai Yesus Kristus.

4.     Berbahagialah karena firman Tuhan.

Yak 1:25c jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Berbahagialah karena Firman sehingga He will be belessed in what he does (mengalami berkat). Kalimat ini mirip dengan ayat Yoh 13:17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Kalimat yang diucapkan Yesus Kristus sewaktu mengadakan perjamuan terakhir di ruang atas (upper room). Apa yang dilakukan Sang Guru, ikutilah teladanNya. Kamu akan diberkati kalau melakukan firman Tuhan.

Penutup

Sudahkah engkau mengalami ‘operasi’ dan dilahirkan baru? Yang kedua, sudahkah engkau menerima firman Tuhan dalam hatimu? Ketiga apakah engkau sudah melakukannya? Bila sudah maka  engkau akan berbahagia. Firman Tuhan mengubahkan kita. Firman Tuhan adalah pedang bermata dua. Pedang bermata dua berupa pisau yang pendek (makaira). Di dapur pisau ini digunakan untuk memotong dengan tajam. Bagaimana merenungkan firman Tuhan?  Saya pernah membimbing seorang ibu , mama dari teman kuliah istri saya di Trisakti, September tahun lalu. Ibu ini pernah dioperasi kanker otak di Singapore dan saat itu saya sempat membesuknya. Usianya waktu itu sekitar 76. Supaya tidak pikun, ia mau belajar bermain piano dan saya membantu mencarikannya. Waktu itu saya berjanji untuk membawakan buku renungan “Our Daily Bread”. Karena sangat sibuk saya lupa akan janji ini sehingga ia bertanya pada anaknya, katanya saya berjanji untuk membawakannya. Saya pun merasa bersalah. Lalu saat mengunjunginya, saya membawakan 2 buah buku renungan. Yang satu berukuran besar dalam bahasa Indonesia dan yang satu lagi lebih kecil dalam bahasa Inggris. Sewaktu mengunjunginya, ia sedang latihan main piano. Saya memberikan buku renungannya dan bertanya,”Apakah Ibu tahu bagaimana cara membacanya?” Sang Ibu tidak tahu dan saya pun menjelaskan. Cara membaca buku renungan harus diawali dengan membaca ayat referensinya terlebih dulu. Jadi jangan langsung membaca renungannya karena tidak akan mendapat berkat. Bacalah ayat referensinya paling sedikit 3 kali (kalau bisa 5 kali). Untuk menyiapkan khotbah saya membacanya 11 kali. Sebelum membaca renungan berdoa minta pimpinan Tuhan dengan hati yang lembut untuk diubahkan Tuhan. Lalu ajukan pertanyaan “Apa yang kubaca tentang Tuhan, manusia, sesama, alam sekitar dan apa yang Tuhan larang dan ingin aku lakukan?” Lalu catat apa yang didapat. Hal ini saya lakukan sehingga saya punya buku catatan. Setelah itu baru kita renungkan lalu bandingkan dengan bahan bacaannya. Dengan melakukan hal itu barulah kita ketahui kenapa penulis renungan dapat berkata seperti yang ditulisnya. Jadi jangan langsung membaca renungan. Jadi bandingkan apa yang ditulis dengan hasil renungan kita. Setelah itu kita bertekad dan berdoa, “Tuhan tolong saya untuk melakukan apa yang didapat dari renungan”. Kalau bisa hafalkan ayat referensinya. Ayat firman Tuhan sangat penting. Ruth Graham pernah jatuh, mengalami geger otak  patah tulang din 5 tempat. Dia berdoa, “Tuhan, ambilah semua yang saya punya tapi kembalikan ingatan saya akan ayat-ayat Alkitab”. Menghafal ayat itu penting sekali. Kalau lupa , jangan malu untuk menghafal lagi. Terus-menerus membacanya sehingga kita dapat mengalami keindahan firman Tuhan.


Biarlah pedang bermata dua (firman Tuhan) dialami dengan sungguh-sungguh. Caranya MAP yaitu memorize, analysise, personalize yaitu mengingat (menghafalkan), menganilisa dan menjalankan (mengalami) firman Tuhan. Barulah firman Tuhan akan mengubah hidup kita.

No comments:

Post a Comment