Sunday, October 23, 2016

Hancurkan Hati yang Keras

Pdt. Arthur Lim

1 Samuel 15:13-21
13  Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN."
14  Tetapi kata Samuel: "Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?"
15  Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas."
16  Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: "Sudahlah! Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku tadi malam." Kata Saul kepadanya: "Katakanlah."
17  Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?
18  TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.
19  Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"
20  Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
21  Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
22  Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
23  Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
24  Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.
25  Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN."
26  Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel."
27  Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak.
28  Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.
29  Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal."
30  Tetapi kata Saul: "Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu."
31  Sesudah itu kembalilah Samuel mengikuti Saul. Dan Saul sujud menyembah kepada TUHAN.

2 Samuel 12:1-14
1   TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin.
2  Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi;
3  si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya.
4  Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu."
5  Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
6  Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan."
7  Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul.
8  Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
9  Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
10  Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
11  Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.
12  Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan."
13  Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
14  Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati."

Pendahuluan

                Saat diundang menjadi pembicara, saya diinfomasikan kemudian bahwa tema yang diberikan kepada saya adalah “Hancurkan Hati yang Keras”. Setelah mengetahui temanya, saya jadi banyak berpikir dan merenung. Bagaimana caranya menghancurkan hati yang keras? Pakai apa menghancurkannya? Mengapa seseorang mempunya hati yang keras? Setiap ada waktu luang atau saat mengemudi, saya memikirkan hal-hal tersebut. Alkisah, bulan lalu saya berkesempatan membeli mesin pembuat roti. Awalnya ada seorang teman dalam KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) yang bercerita bahwa ia memiliki mesin pembuat roti. Cara membuatnya sederhana. Hanya perlu memasukkan saja bahan-bahannya, tekan tombol di mesin itu lalu biarkan saja mesinnya bekerja saat tidur dan paginya roti sudah jadi. Saya tertarik dan bertanya, “Berapa harganya?” Dia menyebutkan suatu angka. Setelah mengetahui harganya, saya mengatakan,”Tidak mau beli.” Dia berkata, “Kamu tahu tidak kalau pakai mesin ini tidak perlu pengental, pengawet, pemutih , dan ini-itu?” Mendengar hal tersebut, saya berkata dalam hati,”Wah perlu nih.” Saya pun mencarinya di internet. Akhirnya dapat juga barangnya dengan harga termurah yakni  sepertiga dari harga teman saya. Saya pun memesannya. Setelah mesinnya datang, saya dan istri bergegas ingin membuat roti. Kami pun memasukan tepung, gula dan bahan-bahan lainnya,  kemudian menutupnya dan menekan tombolnya lalu tidur. Keesokan pagi rotinya sudah jadi! Tapi teksturnya sangat keras seperti tongkat satpam (seperti french toast yang kerasnya seperti tongkat pemukul maling. Bedanya hanya bentuknya yang seperti roti). Saya berkata ke istri, “Segera datangi rumah teman KTB. Tanyakan bagaimana caranya membuat roti yang teksturnya lembut, tanpa pemanis. Mengapa roti yang kita buat keras seperti tongkat satpam?” Singkat cerita, istri saya belajar dari pembantu dari teman KTB. Sorenya, kami membuat roti lagi. Saya ingin melihat proses pembuatannya dan bermaksud tidak tidur. Namun istri saya berkata, “Tenang. Kali ini rotinya tidak seperti tongkat satpam. Karena tadi pagi saya sudah membuatnya di rumah teman kita dengan memakai bahan-bahannya sehingga saya tahu letak kesalahannya.” Lalu kami memasukan bahan-bahan ke mesin dan menekan tombol pemrosesnya lalu tidur. Keesokan paginya saya bangun lebih awal dan memeriksa hasilnya. Puji Tuhan teksturnya lembut. Saya pun bertanya ke istri saya, “Apa yang membuat roti yang kemarin keras dan sekarang bisa menjadi lembut seperti ini?” Istri saya menjawab, “Ada beberapa perbedaan. Yang pertama tergantung dari bahannya. Kedua : tergantung cara kita menaruh bahan-bahan tersebut. Ketiga : tergantung dari cara kita menyetel mesinnya. Kalau kita sudah melakukannya dengan benar, pasti berhasil.” Saya berkata dalam hati, “Kalau roti dari keras bisa menjadi lembut, bagaimana dengan hati yang keras?” Saya pun bertekad memakai metode yang sama dengan cara yang dipakai istri saya yakni dengan cara membandingkan dan melihat bagaimana perbedaan antara hati yang keras dan yang lembut. Untuk itu kita bisa membandingkan 2 bagian Alkitab. Mengapa yang satu keras sedangkan yang lain bisa lembut?

Saul dan Daud

                Tuhan menyuruh kaum Israel membasmi bangsa Amalek karena mereka pernah menghalangi bangsa Israel waktu mau memasuki tanah Kanaan dan ‘menyikat’ bangsa Israel dari belakang serta menghalangi bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Tuhan ingin membasmi orang Amalek dari yang paling besar sampai yang paling kecil, dari yang paling tua sampai yang yang paling muda, bahkan ternak pun dibasmi. Tetapi Saul tidak mendengarkan firman Tuhan. Saul memang membasmi semua orang Amalek tetapi dia menyisakan raja Agag (raja orang Amalek) yang dibiarkan  hidup dan semua kambing, domba dan lembu yang bagus dan besar disimpannya. Sehingga Tuhan marah dan menyuruh nabi Samuel untuk datang kepada Saul. Begitulah kisah nyata-nya pada  1 Samuel 15 (Saul) dan 2 Samuel 12:1-14 (Daud). Saya menyebut cerita-cerita  ini sebagai ‘roti yang keras’. Kita melihat baik Saul maupun Daud sama-sama raja Israel, sama-sama berdosa kepada Tuhan , sama-sama menista Tuhan dan sama-sama diangkat from nothing to someone. Kisah Daud terjadi setelah ia mengambil istri Uria, perwiranya sendiri (orang Het). Ia berzina dengan Batsyeba dan membunuh Uria dengan menempatkannya di medan peperangan paling depan hingga mati terbunuh kemudian mengambil Batsyeba sebagai istrinya. Ini menista Tuhan dan Tuhan pun memanggil nabinya untuk menegur Daud. Apa perbedaan hati yang keras dengan yang lembut? Daud dan Saul sama-sama raja dan awalnya tidak ada artinya. Tetapi kemudian diangkat Allah menjadi raja orang Israel. Keduanya sama-sama melakukan dosa yang menista Tuhan. 2 cerita yang hampir sama. Tetapi perbedaannya : yang satu (Saul) hatinya keras dan yang satu lagi (Daud) hatinya lembut dan bertobat.

                Pada 1 Samuel 15, kita melihat bagaimana cara Saul menjawab Samuel. Ayat 20-21 Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas. 21  Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal." 24  Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. Saul selalu berdalih. Banyak orang yang ketika ditawarkan keselamatan melalui  pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib sebenarnya mau menerima namun ada kata “tetapi” nya. Ketika kita ditegur oleh Tuhan lalu memberi respon, “Tuhan, saya mau bertobat tetapi... (akhirnya tidak jadi bertobat)”. Banyak yang mengatakan , “Tuhan itu Allah yang baik dan setia.” Tetapi Tuhan telah menebus dosa manusia, dimulai dari hati yang mau bertobat. Kita tidak bisa datang kepada Tuhan Yesus dengan mengatakan, “Tuhan hari ini saya telah berzina dan telah berdosa. Besok kalau saya berzina lagi, tolong ampuni saya lagi ya..” atau  “Hari ini saya sudah korupsi sekian ratus ribu. Besok kemungkinan akan korupsi sekian juta. Tolong ampuni saya ya”. Semua pengampunan dosa dimulai dari pertobatan yang sejati. Yaitu ketika dulu kita mengakui dosa lalu bertobat dan berbalik kepada Yesus Kristus. Banyak orang tidak menyadari bahwa ketika kita menerima anugerah Tuhan Yesus, kita pertama-tama sungguh-sungguh bertobat.

Hati yang Keras (Saul)

Tadi saya datang ke GKKK Mabes naik grab-bike dari Cengkareng. Namun saya terlambat pada kebaktian pertama karena keasyikan ngobrol dengan pengemudinya. Saya memang paling senang kalau mengabarkan Injil kepada tukang ojeg. Karena kalau mengabarkan Injil kepada tukang bajaj susah karena harus berteriak-teriak akibat mesinnya yang ribut. Kalau dengan tukang ojeg mudah karena telinganya di depan mulut saya. Jadi saya sampaikan,”Kita ini orang berdosa.” Setelah itu kita melakukan diskusi dalam perjalanan hingga ke topik dosa. Dia berkata,”Saya sebenarnya mau bertobat Pak. Tetapi saya seringnya  bertobat ‘sambal’. Maksudnya hari ini makan sambal sampai tidak tahan kepedasan dan kapok tidak mau lagi. Tetapi ternyata besoknya makan sambal lagi. Itulah pertobatan saya.” Saya menanggapi, “Di dunia ini banyak orang seperti bapak yang tidak mau bertobat sungguh-sungguh.” Kenapa bisa begini ? Karena hatinya keras dan tidak mau menerima anugerah Tuhan yang cuma-cuma. Hatinya tidak mau berbalik kepada Tuhan sehingga banyak mengajukan dalih dan alasan. “Saya mau bertobat, tetapi...” Banyak sekali orang seperti ini. Yang kedua membuat hati orang keras ada di ayat 25. Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN." Apakah ini sikap orang yang mau bertobat? Bukan! Ini orang yang mengajukan syarat (kalau mau A maka harus B). Banyak orang tidak mau bertobat karena kebanyakan syaratnya. Misalnya : kalau Tuhan mengubah dulu istri saya agar tidak cerewet lagi. Kalau istri saya tidak bawel, saya mau mengasuh dan merawat istri saya. Saya akan mengasihi istri saya. Saya akan mengasuh dan merawatnya seperti Kristus mengasuh dan merawat jemaat.” Banyak orang yang ingin bertobat namun masih dibumbui dengan perkataan “tetapi” (banyak syarat). Ini bukan hati orang yang mau bertobat. Banyak juga orang yang merasa bisa menutupi dosa dengan kegiatan keagamaan seperti Saul mengatakannya  pada ayat 15. 15  Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas." Banyak orang yang merasa kalau sudah masuk ke gereja berarti dosanya telah  diampuni tetapi tidak mau mengubah hatinya dan tidak mau menerima Tuhan dalam hatinya. Ayat 30. Tetapi kata Saul: "Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu." Hidupnya tidak memikirkan kerajaan Allah melainkan hidupnya sendiri dan keegoisannya. Maka orang berdosa seperti ini akan terus berdosa.

Secara umum sebuah dosa yang dilakukan  saat kita mengeraskan hati akan membimbing kita ke dosa yang lain. Dosa yang satu membimbing kita ke dosa yang lain. Contoh : korupsi. Kalau kita korupsi dan keraskan hati tidak mau ditegur, maka akan masuk ke dosa berbohong. Demikian juga dosa selingkuh. Selingkuh kalau tidak mau bertobat saat ditegur akan masuk dosa berbohong dan memimpin dosa yang lain untuk menutupi dosa ini. Misalnya istri bertanya ,”Papa di mana?” Sang suami menjawab,”Sedang di kantor”. “Kenapa sudah malam tidak pulang?” istrinya bertanya lagi. “Sedang rapat.” Jawab sang suami.  Istri yang penasaran kembali bertanya, “Sedang rapat dengan siapa?” Sang suami menjawab tanpa berpikir,”Dengan bos!” Istrinya bingung, “Bukannya kamu bos-nya?” Barulah sang suami menyadari,”Oh iya... saya bosnya!” Sebuah dosa bila kita tidak mau bertobat, maka kita dibimbing ke dosa lain. Sampai kita benar-benar bertobat dan menerima Tuhan Yesus, baru dosa itu bisa dipatahkan. Sehingga kita bisa mengatakan ‘no (tidak)’ pada dosa itu. Bapak gereja (Agustinus) mengatakan bahwa terdapat 4 kondisi (status) manusia yang disampaikannya dalam bahasa Itali yang terdiri dari 3 kata saja yaitu  pose (artinya bisa), peccare (berdosa) dan non (artinya tidak). Kondisi pertama waktu manusia diciptakan Allah (sebelum jatuh dalam dosa) : bisa berdosa (posse peccare), tidak dapat tidak berdosa (non posse non peccare). Manusia kemudian memilih untuk berdosa dan manusia masuk ke kondisi yang kedua yaitu non posse non peccare (tidak dapat tidak berdosa) sehingga semakin tidak mau berbohong nyatanya semakin banyak berbohong, semakin tidak mau korupsi/selingkuh malahan semakin korupsi /selingkuh. Manusia tidak bisa bebas dari dosanya, sampai manusia menerima Yesus Kristus dalam hati. Ketika Yesus masuk dalam hati kita maka kita punya kondisi yang ketiga : bisa berdosa (posse peccare) dan dapat tidak berdosa (posse non peccare). Kita  bisa mengatakan tidak pada yang berdosa dan yang jahat. Ada kondisi yang keempat saat kita diangkat Kristus selama-salamanya yaitu non posse peccare (tidak bisa berdosa). Sebelum bersama-sama Tuhan Yesus, kita masih bisa berdosa. Hanya saat memiliki hati Kristus, kita bisa mengatakan “no” kepada dosa. Bagaimana dengan orang yang keras hatinya? Dia akan selalu mengatakan dan punya alasan untuk tidak bertobat. Selalu ada kata “tetapi”. Orang yang keras hatinya berkata,”Sebenarnya saya begini, tetapi...” lalu ia menutupi dosanya dengan kegiatan keagamaan. Sayangnya tujuannya bukan untuk menyukakan hati Tuhan namun untuk memberangus hati nuraninya agar tidak terus bicara dan agar bisa hidup dalam dosa.

Hati yang Lembut (Daud)

2 Samuel 12:7  Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. 9  Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. 13  Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.   Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati."
Bagaiamana dengan Saul dan Daud? Bagaimana dengan hati yang keras dan lembut? Hati yang keras selalu berkata dengan kata “tetapi”. Sedangkan hati yang lembut mengatakan,”Aku telah berdosa kepada Tuhan”. Hanya sesingkat itu, tidak berdalih (bersyarat) dan tidak mau lagi hidup dalam dosa itu terus menerus. Itulah pertobatan sejati. Allah tidak pernah kompromi terhadap dosa. Tetapi Tuhan memberi akomodasi. Ketika Saul berdosa, Tuhan menghukum Saul . Ketika Daud berdosa, sekalipun Daud sudah bertobat , ia tetap menerima akibatnya. 2 Samuel 12:13b-14  Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.  Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati." Daud sungguh-sungguh puasa supaya anak yang akan dilahirkan dari perzinahan dengan Batsyeba tidak mati. Tetapi akhirnya anak itu tetap mati karena Allah tidak pernah kompromi terhadap dosa. Ia juga tidak memberi kesempatan kita untuk berdosa. Salib Kristus bukanlah kesempatan kita untuk hidup dalam dosa. Tetapi kesempatan untuk mengatakan “tidak “ pada dosa. Kita punya kekuatan dan kemampuan yang menyalibkan dosa. Allah tidak pernah kompromi pada dosa.

Yang Tuhan kehendaki bukan harta tetapi hati kita, bukan korban sembelihan atau korban bakaran tetapi hati kita. Semua harta kekayaan kita berasal dari Tuhan. Ada yang beranggapan kalau sudah ke gereja, sudah cukup untuk menghapus dosa kita. Saya katakan jika belum ada Yesus Kristus dalam hatiamu, maka belum ada keselamatan dan belum benar-benar betobat. Yang Tuhan kejar adalah hati manusia. Kalau hatinya sudah diberikan maka Tuhan akan memakainya. Ketika engkau memberikan hatimu maka engkau pasti akan memberikan hartamu, waktumu, gelarmu, familimu dan seluruh keberadaanmu untuk Tuhan pakai menjadi kemulaan bagi nama Tuhan. Hidup menjadi sangat berarti, kalau kita mempersembahkan hati kita. Kalau kita terus mengeraskan hati kita, maka yang terjadi seperti akhir cerita dari Saul.

Akhir hidup Saul dan Daud sama seperti roti yang keras dan lembut. 1 Samuel pasal terakhir (pasal 31) merupakan akhir cerita dari Saul. Saul mati di arena peperangan dengan panah di tubuhnya dan luka-luka yang parah. Tetapi ia belum mati. Akhirnya ia bunuh diri dengan menggunakan pedangnya sendiri. Pedang di taruh di bawah dan menjatuhkan dirinya sendiri di atas pedangnya. Kemudian kepalanya dipancung oleh musuhnya (orang-orang Filistin). Mayatnya dipakukan mereka di tembok kota Bet-Sean bersama dengan mayat anak-anaknya (termasuk Yonatan, Abinadab dan Malkisua). Tetapi orang Israel (penduduk Yabesh-Gilead) yang gagah perkasa mengambil mayat Saul yang sudah tidak berkepala , membawanya ke Israel dan membakar mayat-mayat mereka di Yabesh. Mereka mengambil tulang-tulangnya lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sedangkan kematian Daud dicatat pada 1 Raja-raja.  Bagaimana  matinya Daud? Dia memberikan pesan terakhir pada anaknya Salomo, anak hasil hubungannya dengan Batsyeba. Artinya Tuhan benar-benar mengasihi Daud. Saya ingin sekali meninggalkan pesan seperti itu. Daud mati dengan tenang sebagai raja yang besar dan dikenal namanya sampai sekarang.  Sampai sekarang orang masih menyebut Kota Daud yakni nama yang diberikan oleh orang Israel untuk daerah pemukiman tertua di Yerusalem. Pada Kisah Para Rasul 13:22 dikatakan: “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. Ibrani 11:32-33 Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa.

Penutup

                Saul menghina Tuhan dan ditegurNya. Tetapi ia mengeraskan hati dan tidak mau ditegur sehingga hidupnya sia-sia. Sedangkan Daud hidupnya dikenal sepanjang masa. Bagaimana dengan hidup kita? Apakah ada dosa yang disembunyikan dalam hidup kita? Apakah hari ini roh Allah diganti dengan allah lain? Saatnya hari ini untuk datang kepada Tuhan. Tidak dengan kata kalau saya mau hidup terus dalam dosa tetapi mau menerima anugerah Tuhan. Kita datang kembali seperti Daud saat berdosa. Kita beroda, “Tuhan, saya memang lemah tetapi engkau Tuhan akan menjadi Juruselamat dalam hidupku dan Engkau akan mengarahkan hidupku sehingga  ada anugerah Allah”.



No comments:

Post a Comment