Tuesday, November 8, 2016

Kembali ke Alkitab (Back to Bible)


Pdt. Jonathan Lo

Mat 13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Lukas 8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."
Kolose 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

Pendahuluan

                Besok (31 Oktober) kita akan memperingati pembaruan (reformasi) yang dilakukan oleh Tuhan pada abad 16  (tahun 1517). Gerakan Reformasi ini dimulai di Jerman dan diprakarsai oleh Martin Luther (1483-1546). Pengalaman Martin Luther diharapkan menjadi pengalaman hidup kita juga.
Khotbah ini diawali dengan pertanyaan sederhana yang seringkali saya tanyakan kepada diri sendiri,”Mengapa kita ke gereja?” Mungkin sebagain orang menjawab, “Saya ke gereja untuk menyembah Tuhan.” Jawaban ini tidak salah. Tetapi apakah setelah kita ke gereja, hidup kita telah mengalami perubahan? Apakah setelah ke gereja , membuat hidup kita lebih baik, lebih mengenal dan mencintai Tuhan? Faktanya, banyak orang yang telah bertahun-tahun ke gereja tetapi hidupnya tidak mengalami perubahan. Saya pernah menghadiri sebuah ibadah kedukaan di mana orang tuanya belum percaya kepada Tuhan Yesus dan saya baru tahu saat itu dan kemudian saya bertanya ke teman yang berada di samping saya. Saya tahu orang yang meninggal ini anaknya sudah lama percaya kepada Tuhan Yesus dan bahkan sudah memberitakan firman Tuhan. Mengapa orang tuanya tidak percaya Tuhan? Memang percaya Tuhan adalah kedaulatan Tuhan. Tetapi mengapa anaknya bertahun-tahun hidup bersama orang tuanya namun orang tuanya tidak percaya? Teman itu menjawab, Begitulah. Bahkan mamanya pernah berkata, ‘Jikalau Tuhan Yesus adalah Tuhanmu maka seumur hidup saya tidak akan percaya kepada Tuhan!’” Mengapa mamanya berkata begitu? Hidup anaknya tidak mencerminkan hidup Yesus dalam hatinya. Mamanya melanjutkan, “Jikalau Tuhan Yesus tidak mampu mengubah hatimu, buat apa percaya kepada Tuhan?” Seminggu lalu, saya berdialog dengan seorang yang telah bertahun-tahun ke gereja dan mampu memberitakan firman Tuhan. Ia berkata, “Saya punya kebencian terhadap orang ini. Dan sekarang saya bertemu dengan orang yang mirip orang itu lagi. Dan orang itu melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh orang yang saya benci itu. Maka saya membenci orang itu” Saya berkata, “Doakan dia.” Dia menjawab,”Tidak bisa Pak! Masih sulit sekali” Saya berkata, “Jikalau hatimu membenci orang lain bagaimana engkau bisa melayani orang lain?” Itu realita. Seringkali kita ke gereja, tetapi tidak mengalami perubahan dalam hidup kita.  Seringkali apa yang kita tahu hanya berada dalam wilayah otak saja, tetapi tidak menyentuh ke dalam hati kita. Kalau kita sudah lama ke gereja, banyak hal yang sudah kita ketahui. Tetapi yang menjadi persoalan, apakah benih firman Tuhan itu jatuh ke tanah yang subur, kemudian berbuah dan menghasilkan berlipat-lipat. Itulah perumpamaan Tuhan Yesus terhadap orang banyak yang mendengarkan firman Tuhan. Belum tentu hidupnya diubahkan oleh firman Tuhan, kecuali firman yang jatuh di tanah yang subur. Dari perumpamaan Tuhan Yesus, ada beberapa hal yang sama, tetapi ada juga yang berbeda dan hasilnya pun berbeda.

Firman yang Mengubah Hidup

                Tuhan Yesus mengatakan ada penabur yang menaburkan benih yang jatuh di tempat yang berbeda-beda. Ada yang jatuh di pinggir jalan, di semak dan ada yang jatuh di tanah yang subur. Pada perumpamaan ini hal yang pertama diketahui adalah benihnya memiliki kualitas yang baik. Penabur tidak memilih-milih benih. Karena kualitas benih hanya dipercayakan ke penabur. Benih itu adalah firman. Tuhan mengajarkan firman dan itulah benih yang baik dan berasal  dari Tuhan yang nantinya menghasilkan yang baik. Penaburnya juga sama. Penabur yang sama, benih yang baik tetapi menghasilkan buah yang berbeda. Yang menjadi persoalan ialah tanah yang berbeda. Ada bebatuan, ada tanah yang subur dan ada yang tidak punya tanah. Tanah adalah diri kita dan Matius menjelaskan ada orang yang mendengar dan mengerti firman. Lukas mengatakan mereka yang mendengar dan menerima (menyambut) firman Tuhan. Itulah tanah yang subur yaitu orang yang punya kerendahan hati, dan hati yang terbuka untuk mendengar firman Tuhan sehingga firman itu masuk ke dalam hidupnya dan menyatu dengan dia. Hasilnya ada buah yang sesuai benihnya. Apa yang ditabur, itulah hasilnya. Tidak mungkin menabur apel tumbuhnya pepaya atau nanas. Apa yang ditabur, kualitas hasilnya sesuai dengan   benih yang ditaburkan. Hasilnya adalah dari benih itu hanya bentuknya berbeda. Baik Matius, Markus maupun Lukas mencatat, “Kalau hidup ada firman, maka firman akan mengubah kita dan menghasilkan buah yang hidup sesuai dengan firman. Bukan buah kita tetapi buah firman. Apa yang dari benih sudah menyatu dari firman maka otomatis hidup kita akan keluar dari benih firman itu. Itu yang mengubah hidup seseorang.
                Jemaat Berea adalah suatu jemaat yang masih baru pada waktu Rasul Paulus memberitakan Injil kepada mereka. Alkitab mengatakan bahwa mereka percaya pada firman Tuhan. Pengertiannya sama dengan yang dicatat oleh Lukas. Mereka percaya. Percaya artinya menyambut dan menerima. Setelah percaya, mereka pulang ke rumah, meyelidiki firman dan hidup buat di dalam firman. Saat ada penganiayaan mereka tidak pernah takut karena firman meneguhkan hati mereka. Jemaat Tesalonika juga seperti itu. Rasul Paulus 3 minggu berturut-turut berkhotbah pada mereka. Mereka menyambut firman Tuhan dengan sukacita. I Tes 2:13  Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi  —  dan memang sungguh-sungguh demikian  —  sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya. Apa yang terjadi? Di tengah jemaat Tesalonika, setelah 3 minggu mereka menerima firman Tuhan dan belum dibaptis, belum menjadi pengurus gereja dan menjadi pemberita firman.  tetapi hidup mereka berdiri teguh dengan firman Tuhan walau ada penganiayaan. Rasul Paulus mengatakan bahwa firman dikerjakan oleh Roh Kudus di tengah-tengah penindasan yang kamu alami. Yang membuat orang tahan uji, karena kehadiran Roh Kudus  dan firman dalam hati kita. Membuat hidup kita bukan lagi si aku yang hidup tetapi Kristus yang telah berkuasa dalam hidup saya. Itulah hidup yang diubahkan oleh firman Tuhan.
                Kolose 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Rasul Paulus mengatakan,”Perkatan Kristus adalah rhema. Banyak orang Kristen salah mengerti tentang rhema. Rhema adalah firman yang tertulis dan dihidupi oleh Roh Kudus dan firman itu menjadi milikku. Banyak orang yang berdoa dan bermimpi lalu Tuhan berbicara kepadanya dan itu dikatakan sebagai rhema. Itu bis amenyesatkan. Mimpi itu sesuatu yang bersifat subjektif yang tidak bertanggung jawab terhadap keyakinan mereka bahwa Tuhan berbicara kepada mereka. Rhema kuasa firman yang bekerja menghidupkan firman yang tertulis dan firman itu bukan firman yang di memimpin dan luar hidup saya tetapi bergabung dan menyatu dengan hidup saya. Pada waktu orang memiliki firman , orang tersebut memiliki iman. Waktu orang memiliki firman maka orang itu memiliki sukacita dan harapan yang ada di dalam Kristus. Firman merupakan segalanya dalam hidup kita. Oleh karena itu Rasul Paulus mengatakan firman itu berdiam dan  berdiam itu bukan pasif tetapi menguasai kita. Berdiam itu bukan sesuatu yang hanya menduduki suatu tempat tetapi tidak punya pengaruh. Berdiam berarti firman berotoritas dan tertuang dalam hidup kita sehingga hidup kita berubah. Seringkal kita menjadikan Tuhan Yesus sebagai hamba dan bukan tuan. Kita menghendaki Tuhan Yesus melakukan sesuatu (apa) yang kita mau , jadi Tuhan Yesus itu seorang hamba. “Tuhan Yesus aku mau ujian besok tetapi tidak mempersiapkan dengan baik, Tuhan Yesus tolongalah.” Kalau tidak mau tolong lalu ngambek. “Tuhan saya mau usaha. Tuhan Yesus tolong buat aku berhasil.” Tuhan Yesus menjadi hamba untuk memenuhi apa yang kita kehendaki. Kita tidak boleh memerintah Tuhan Yesus, karena firmanitu  berdiam dalam hati, Firman mengambil tempat dan menguasai hati. Firman itu mengembalikan segala kemuliaan kepada Tuhan. Dengan kehadiran firman itu maka hidup kita bukan lagi sebagai tuan melainkan firmanTuhan. Kehadiran firman membuat kita menyangkal diri dan memikul salib. Yang mengendalikan saya adalah firman Tuhan yang  mengubah saya.

Kesukaanku adalah Firman Tuhan

Pada dasarnya hati kita tidak suka pada firman. Pada dasarnya human nature kita tidak pernah mau mencintai firman Tuhan. Apa yang dikehendaki oleh Tuhan selalu berlawanan dengan apa yang kita kehendaki  dan apa yang dipikirkan Tuhan berlawanan dengan apa yang kita pikirkan, kita tidak pernah mencintai Tuhan kecuali Roh Kudus bekerja dalam hati kita. Pemazmur pada Maz 1 berkata, “Kesukaanku adalah firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam”. Itu adalah manusia baru. Hidup manusia baru yang sudah memiliki firman , maka hidupnya dipimpin firman Tuhan. Yang menciptakan kerinduan hati  dan pikiran yang dikuasai oleh firman Tuhan. Itu baru manusia baru. Manusia lama menghendaki hidup kita menurut daging, menurut manusia dan tidak pernah suka pada firman Tuhan. Untuk mengevaluasi jemaat bertumbah di dalam firman Tuhan atau tidak, yaitu sampai seberapa jauh mereka merindukan, mencintai dan hidup dalam firman Tuhan. Setiap pagi bangun , yang dipikirkan seberapa banyak untung yang didapat. Itu pikiran masih duniawi, walau kita memang perlu uang untuk hidup. Saat bangun pagi kita sibuk dengan HP dan SMS dsbnya dan tidak pernah ingat bahwa hidup kita setiap hari membutuhkan firman Tuhan. Kita mengutamakan HP dalam hidup kita atau yang lainnya dan bukan firman Tuhan. Kalau firman di dalam hati, firman itu akan mendorong kita mencintai Tuhan
                Lihat perumpamaan Tuhan Yesus kepada dua anak yang dipanggil papanya untuk berkeja. Anak yang pertama, “Anakku ke mari. Pergi kerja di ladangku” yang dijawab, “Iya Papa” tapi ia tidak pergi. Ia tahu secara rasional apa yang diperintahkan oleh papanya. Secara fenomena , di luarnya saja dia taat tetapi dalam kehendaknya dia menolak apa yang diperintahkan papanya. Artinya perkataan papanya hanya berhenti di otak tetapi tidak turun ke hatinya sehingga ia tidak pergi  sesuai perkataan papanya tetapi sesuai kehendaknya sendiri. Absennya firman Tuhan dalam hidup kita menyebabkan manusia hidup menurut apa yang kita kehendaki , bukan apa yang Tuhan hendaki. Banyak orang yang hanya mengerti firman di dalam wilayah otak bukan di wilayah hidup. Ada majelis yang terpilih  bertahan-tahun. Ia aktif di pelayanan misi. Kalau mendengar dia bicara tentang misi dan pekerjaan misi pendeta pun kalah. Ia begitu rohani. Suatu saat, saya baru tahu. Sebagai pemborong, cara ia mendirikan rumah sangat duniawi. Apa yang dijanjikan tidak pernah dipenuhi. Apa yang dituntut tidak mau. Yang dicari adalah uang. Yang dilakukan tidak beres. Orang bilang, “Urusan dengan orang ini sekali untuk selama-lamanya.” Berbicara dengan orang ini seperti bicara dengan patung. Tetapi pikiran terhadap misi luar biasa, kebenaran firman Tuhan tidak masuk ke dalam hidupnya. Ini anak yang pertama. Anak yang kedua. Di luar sepertinya kurang ajar tetapi di dalam terjadi perubahan. Papanya kasih perintah, “Anakku pergi ke ladangku.” Di luar ia menolak dan tidak mau. Pikirannya tahu apa yang diberikan papanya, tapi ia tidak mau dan tinggalkan papanya. Sesuai dengan apa yang ia mau juga seperti anak pertama. Tetapi di tengah jalan anak itu menyesal dan pergi sesuai dengan perintah papanya. Saya yakin anak yang kedua ini  menerima papanya menolak dan kemudian perintah papanya terbawa terus dalam hidupnya. Waktu ia meninggalkan papanya, ia bergumul dan suatu saat ia mengatakan bahwa ia keliru, perintah papanya benar, ia menaklukan dirinya tidak lagi mengikuti kehendaknya tetapi mengikut kehendak papanya, ia menyesal dan pergi. Terjadi suatu proses yaitu perkataan papanya masuk dalam pikirannya, digumulkan dan dihidupi terus menerus lalu masuk ke dalam kehendaknya dan mengubah kehendak itu. Artinya orang yang menerima firman itu, menyambut firman itu dan hidupnya diubah oleh firman Tuhan. Seringkali kita menganggap bahwa firman Tuhan perintah yang sulit sekali dihidupi. Sulit kalau firman itu diluar diri kita. Gampang bila firman itu dalam hati kita. Musa berkata, “Jangan kau pikir firman itu di gunung sehingga engkau mencapainya,jangan pikir firman itu di laut dalam sehingga engkau coba untuk menyelaminya. Tidak! Firman Tuhan bukan sesuatu standar yang telarlu tinggi sehingga kita harus memanjatnya dengan kekuatan kita. Firman Tuhan itu dekat di mulutmu dan hatimu, artinya firman itu bergabung dengan dirimu. Jika firman bersatu dengan hidup saya akan menghasilkan buah walau di tengah pergumulan yang berat.
                Ada sepasang pemuda-pemudi yang sedang jatuh cinta. Sang pemuda berkata ingin mengunjungi sang pemudi setiap hari. Mengirim pesan untuk mengingatkan pasangannya untuk melakukan sesuatu yang positif. Walaupun tinggalnya jauh sekali di Jakarta Selatan, ia naik motor ke tempatnya walau hujan besar sekalipun. Yang penting bisa bertemu. Mengapa? Karena dalam hati ada cinta. Kalau hati ada cinta jarak tidak jadi masalah. Tetapi kalau dalam hati tidak ada cinta maka tetangga pun tidak dikunjungi. Jangankan ada banjir, walaupun cuaca yang baikpun tidak dikunjungi. Karena tidak ada cinta dalam hati. Kalau cinta ada dalam diri kita, maka kita akan hidupi. Orang yang jatuh cinta tidak sulit memberikan sesuatu pada orang yang dicintainya. Tidak terlalu sulit untuk menyenangkan orang yang dicintai dan berkorban untuk memberikan ke orang yang dicintainya. Karena cinta hidupnya berubah. Demikain juga firman Tuhan , firman itu dekat dengan kita. Seberapa dekat? Karena firman menyatu dan hidup dalam diri kita.
Dalam suatu group bible study saya sharing. Minggu itu saya juga berkhotbah di gereja itu dan hari Rabunya ada beberapa orang  berkata, “Pak Jonathan, minggu itu khotbahnya luar biasa baiknya tetapi sulit pak melakukannya. Hidup kita masih jauh. Apa yang Pak Jonathan katakan bagus sekali tetapi tidak bisa saya melakukannya.” Persoalannya dimana?” Di dalam  hati. Memang ada tuntutan firman Tuhan yang belum sampai dalam hidup kita. Tetapi kita terus bergumul yaitu bagaimana kita menundukkan hati kita di bawah otoritas firman dan kita belajar hidup dikuasai oleh Firman Tuhan. Waktu sebagai dosen di STTA, pagi hari saya sampai kantor , seorang siswi datang dan menangis, “Pak , saya hari ini saat teduh tentang mengasihi sesama. Baru selesai saat teduh, saya ke dapur , makan, cuci piring, lalu berantem dengan teman. Dia berkata saya benar dia yang salah dan sebaliknya. Dia dan saya saling menyalahkan. Pikirannya ingat firman Tuhan untuk  saling mengasihi. Tetapi baru baca firman Tuhan, saya sudah berantem dengan teman saya. Saya berdosa dan salah. Saya harus bagaimana Pak?” Saya tahu orang ini sudah berubah. Saya berkata, “Kamu tahu apa yang harus kamu perbuat.” Saya bertanya balik, “Kira-kira kamu mau berbuat apa?” Dia berkata, “Nanti saya akan pergi untuk meminta maaf kepadanya. Tanpa mempercakapkan siapa yang salah.” Saya berkata,”Lalukan!” Siangnya dia balik dan berkata,”Saat istirahat saya bertemu teman saya. Saya hampiri dia sendirian. Dia takut, dia pikir saya mau pukul dia. Saya minta maaf dan dia pun minta maaf lalu kami pelukan dan baikan kembali dan kami menjadi teman kembali. Itulah sukacita yang ada di dalam hati saya.” Itulah kita belajar firman Tuhan, kita mengasihi tidak pernah sempurna, tetapi melalui ketidaksempurnaan kita belajar mencapai kesempurnaan kasi itu . Untuk melakukan dan hidup dalam firman Tuhan perlu pergumulan , perjuangan dan meletakkan ego kita dan meletakkan otoritas firman Tuhan di atas segalanya walaupun itu sulit.

Penutup


                Biasanya bapak pernah bertengkar dengan istrinya. Hari ini bertengkar dan keesokan harinya baik kembali. Pendeta yang paling rohani pun pernah bertengkar dengan istrinya. Kecuali ia menjadi malaikat yang tidak berkeluarga. Siapapun pernah bermasalah dengan itu tetapi tidak terus bermasalah. Tetapi saat bermasalah kita selesaikan dengan baik. Suatu saat di kebaktian doa, istri saya duduk di samping saya. Di tengah kebaktian doa, saya ambil catatan saya dan mencatatnya. Dia tidak tahu saya mencatat apa dan merasa tidak enak terhadap saya.  Saya tidak tahu istri saya tidak enak terhadap saya. Malamnya, ia berkata, Kamu tadi pagi kamu mencatat-catat. Itu menganggu hati saya dan kamu sebagai pendeta mengganggu orang lain semuanya.” Saya menjawab,”Sebagai pendeta saya hanya duduk tenang mendengarkan, tidak boleh catat sesuatu ? Saya mencatat firman Tuhan. Waktu teringat sesuatu saya mencatatnya karena saya takut lupa setelah bertemu banyak orang. Sesuatu yang nanti saya pelajari lagi. Saya tidak mencatat yang lain. Apa yang dikhotbahkan boleh saya catat. Bahkan mungkin lebih jauh ,mencatat apa yang saya pikirkan lebih jauh lagi. Saya tidak merasa bersalah walaupun mereka melihat saya mencatat.  Tidak apa-apa. Tuhan yang tahu hati saya kan?” Istri berkata,”Kamu tidak boleh begitu. Kamu salah.” Saya membalas,”Tidak.” “Kamu yang salah” kata istri saya. Saya membalas,”Ya tidak. Pokoknya tidak. Kamu yang salah. Hati nuranimu menjadi lemah untuk hal seperti itu hatimu menjadi tersandung.” Usai argumentasi saya naik ke loteng dan tidur. Sebenarnya mau doa bersama tetapi tidak jadi. Saya tidur di atas. Istri saya tidur di bawah. Karena anak tidur di bawah jadi saya tidak bangunkan lagi. Dengan hati yang tenang dan sombong saya naik ke atas loteng. Lalu saya berlutut dan berdoa. Dalam hati saya mulai ajukan pertanyaan dalam hati,”Mengapa kamu merasa dirimu benar? Kamu benar dan istrimu salah? Ya. Mungkin dia tidak mengerti. Argumentasi terus.” Dalam hati saya mengatakan, “Seandainya kamu benar, kamu melukai hati istrimu. Itu pun sudah tidak benar” Saya menangis. Saya ingat Matius 6. Bila kamu merasa bersalah pada seseorang maka datanglah kepadanya untuk damai. Waktu itu saya sangat susah sekali karena telah melukai hati istri saya. Saya turun ke bawah selesai doa ternyata istri saya sudah tidur. Besok pagi , saya turun dan pertama kali minta maaf dan istri saya juga minta maaf, tidak bicara lagi siapa yang salah atau benar. Tidak bicara bahwa saya sebagai kepala keluarga, ego saya lebih tinggi  dan istri saya harus minta maaf. Tidak Saya belajar mengasihi dan dia pun juga. Kami pelukan dan baikan kembali. Lain kali  melihat istri, kalau di gereja saya tidak mau membuat catatan lagi. Saat dia ada di samping saya, kalau terpaksa mau catat saya bilang ke dia, “Saya mau mencatat ya?” Ia pun menjawab,”Oh iya silahkan”. Belajar mengasihi karena fiman Tuhan. Kalau ego saya tinggi sekali di dalam hati saya, saya benar dan istri salah, maka saya akan menunggu istri saya untuk minta maaf. Itu namanya saya jadi raja. Saya selalu benar dan kamu salah kan? Saya selalu benar dan kamu selalu salah. Pengetahuan saya begitu banyak dan kamu kurang. Hidup seperti ini bukan cinta kasih dari Tuhan.  Melalui firman Tuhan menguasai hidup seseorang. Jikalau hati kita ada firman Tuhan maka kita akan kembali hidup oleh firman Tuhan. Back to the Bible. Jika hati kita ada firman, kita belajar hidup menghasilkan buah firman bukan aku, tetapi buah yang mendatangkan kesukaan bagi Tuhan. Karena kuasa firman Tuhan bekerja. Apakah selama ini ke gereja, ada firman Tuhan yang telah mengubah hidup kita? Atau firman Tuhan ada di otak saja? Apakah firman yang kita dengar itu dihimpit oleh berbagai hal tipu daya, kekayaan dan segala sesuatu dari dunia ini sehingga kita mengabaikan keutamaan firman dalam hidup kita. Apakah kita menyambut firman Tuhan itu hanya di luar saja? Sehingga firman tidak berakar. Sehingga saat kesusahan datang kita cepat meninggalkan gereja dan persekutuan orang kudus. Terkadang lihat di gereja jemaat pendiriannya cepat berubah. Kalau pendeta tidak membesuknya, marah-marah dan tidak ke gereja. Pendeta lupa menyalaminya lalu ia mengambek. Itu belum dianiaya. Kalau di gereja , orang ngomong sesuatu lalu hatinya tersinggung, sakit hatinya 10 tahun. Orang yang membuat sakit hati tersinggung pun tidak tahu. Persoalan bukan orang lain tapi diri kita. Memang ada orang yang sengaja membuat orang lain hidupnya susah tetapi hatinya tetap baik kepada orang yang membuatnya susah. Karena hatinya yang menentukan kualitas hidupnya. Jikalau ada firman , firman itu berotoritas, berkuasa dan kita hidup oleh firman, ke gereja baru indah karena kuasa firman mengubahkan hidup kita. Amin.

No comments:

Post a Comment