Monday, August 1, 2016

Makin Dipangkas Makin Berbuah


Pdt. Arganita Saragih

Yoh 15:1-8
1   "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
2  Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
3  Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
4  Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
5  Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
6  Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
7  Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
8  Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Pendahuluan

                Perikop tentang pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-9) diberikan oleh Tuhan Yesus pada perjamuan makan malam terakhir di ruang atas, di mana esoknya Ia ditangkap dan disalibkan. Saat itu Ia sebagai Guru Agung yang akan meninggalkan para murid memberi pesan yang bermakna dan berdampak kepada para muridNya. Ranting yang tidak berbuah akan dipangkas dan dipotong, dan hanya ranting yang berbuah saja akan dibersihkan. Tuhan Yesus sudah tahu bahwa pasca kenaikanNya ke surga, para murid harus berjuang dalam imannya (selama ini para murid didampingi Sang Guru dalam menghadapi permasalahan). Permasalahan yang dihadapi para murid kemudian bukanlah perkara yang mudah karena sampai para murid menyerahkan nyawa untuk mempertahankan iman mereka. Memang untuk menjadi murid Yesus tidak mudah, karena yang harus dipertaruhkan sampai pada nyawa. Jadi kalau kita belum sampai menyerahkan nyawa atau disesah sampai mati berarti kita belum benar-benar menderita. Martin Luther berkata, “Tidak ada penderitaan yang sampai puncaknya sebelum menghadapi kematian.” Sebagai orang yang telah ditebus dari dosa kita harus mengerjakan iman selama hidup di dunia ini. Menjadi orang Kristen berarti memperjuangkan iman seumur hidup.

                Tantangan kita adalah ‘isme-isme’ yang lahir dari filsafat dunia seperti  individualisme, utilitarianisme, pantheisme, liberalisme telah masuk dalam hidup orang percaya dan tanpa disadari telah memegang dan menjadikannya pedoman hidup sehingga orang Kristen sekarang menjadi tidak berbuah. Berdasarkan buahnya, orang Kristen terbagi menjadi :
1.       Orang Kristen yang tidak berbuah
2.       Orang Kristen yang berbuah sedikit
3.       Orang Kristen yang berbuah banyak
Jadi berbuah saja tidak cukup. Ayat 2 dikatakan orang yang tidak berbuah akan dipotong (dipangkas). Orang yang berbuah akan dibersihkan. Kata dipotong dalam bahasa Yunani airo yang artinya diangkat (to raise up, to lift) sedangkan dibersihkan dalam bahasa Yunai kathairo (to cleanse). Jadi ada kesamaan akar kata (airo) di antara keduanya. Keduanya sama-sama ‘dibersihkan’. Bedanya yang satu orang pilihan yang lain bukan. Pada zaman Musa, orang Israel memasuki tanah Kanaan setelah 40 tahun bukannya 40 hari yang seharusnya diperlukan untuk membersihkan orang Israel dan mendapatkan orang-orang pilihan. Selama 40 tahun bangsa Israel diperlihatkan siapa Tuhan dengan menghadapkannya pada masalah hidup. Sehingga mana orang Israel yang murni , bangsa pilihan dan mana yang bangsa campuran. Bangsa Israel menghadapi hujan badai, panas, tidak ada air, ular beludak, orang Enak (orang raksasa) dan akhirnya orang Israel yang masuk tanah Kanaan bukanlah orang yang dari pernikahan campur tetapi orang pilihan. Orang Kristen sekarang banyak yang mengutip ayat Alkitab dan mengirimkannya melalui pesan elektronik padahal bukan ayat Alkitab semata tapi tingkah lakunya harus sesuai dengan ayat tersebut. Bukannya tingkah laku harus diubahkan kalau tidak akan menjadi batu sandungan? Urusan memangkas dan membersihkan ‘ranting’ adalah urusan Tuhan.

Progressive Santification

Bagaimana Tuhan menolong kita menghadapi airo dan kathaio. Bukan dipangkas tapi dibersihkan. Bagian yang layak dipotong pelan-pelan. Apa yang dipotong? Perubahan hidup manusia lama menjadi manusia baru, tidak otomatis secara otomatis saat orang menjadi percaya. Istilah yang digunakan progresssive sanctification (pengudusan terus menerus). Rasul Paulus mengatakan untuk dibersihkan harus minta tiap hari kepada Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya berhati-hati dengan ilah zaman ini dan nabi-nabi palsu . Namun bukan berarti orang yang sudah diselamatkan jadi tidak diselamatkan. Tetapi ini berlaku agar kita menghargai pilihan Tuhan bagi kita. Menghadapi kehidupan yang sulit, kepedihan, kekecewaan yang dirasakan merupakan proses pembersihan dari Tuhan,  pemberantasan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan firman Tuhan agar orang kembali lagi kepada Tuhan.

                Beberapa hari lalu saya menulis artikel dengan tema ‘Melepaskan Jangkar’. Setelah jangkar dilepas, maka kapal akan diarahkan ke tempat tujuan. Ketika dalam menjalani hidup kita menghadapi banyak topan-badai yang menghantam, maka hal itu  kita dipakai Tuhan membawa kita untuk mengikuti dan berfokus pada tujuan hidup kita. Saat hidup kita dihantam lalu kita menderita stres, depressi  dan kecewa maka terdapat 2 hal yang bisa dilakukan : be still dan silent. Still adalah tindakan kita berdiam diri, sedangkan  silent mulut kita terkatup diam , tidak berbicara apapun  serta merenungkan diri di hadapan Tuhan : apa yang harus diperbaiki dan diikuti dalam hidup kita. Setelah angin badai mereda, ambil kompas. Lalu fokuskan dan lanjutkan kembali hidup kita. Ini terkadang sulit dilakukan. Hari ini orang-orang  post-modern dalam menghadapi kesulitan hidup tidak duduk diam di hadapan Tuhan dan mencari penyelesaian. Bagi orang percaya , tidak ada penyelesaian lain di luar Tuhan. Segala sesuatu yang tidak berfokus pada Tuhan (pokok anggur) akan mati. Jadi kalau ada maslaah carilah pertolongan kepada Tuhan  karena tidak ada yang sanggup lagi menolong. Masalah yang sedikit akan bertambah banyak kalau kita berada di luar Tuhan. Kalau Tuhan ijinkan badai terjadi dalam kehidupan kita, Dia mau menolong kita agar kerohanian kita semua naik ‘kelas’. Oleh karena itu jangan pernah lepas dari pokok anggur (keluar dari Tuhan). Keluarga, teman, pekerjaan, pasangan , anak bisa mengecewakan. Tetapi Tuhan tidak. Jangan pernah meninggalkan Tuhan.

                Sutu kali ada seorang ibu datang kepada saya. Ia marah dan kecewa pada Tuhan karena ia terus dipukuli oleh suaminya. Saya menanggapi, “Yang punya masalah adalah suaminya bukan Tuhan. Mengapa kecewa pada Tuhan?” Seringkali iblis membuat kita kehilangan pandangan yang benar. Marah dengan seseorang tetapi kecewanya kepada Tuhan. Itulah pengaruh orang-orang dari zaman post-modern. Saat orang menjadi marah, kecewa dan meninggalkan Tuhan, maka dalam hal ini bukan Tuhan yang rugi. Pak Ahok berkata,”Kalau jakarta tidak memilih saya, Jakarta yang rugi.” Saya sangat setuju dengan ucapannya. Ia punya kualitas, kredibiitas, integristas, leadership dan mental yang bagus untuk menghadapi Jakarta yang keras. Jadi Jakarta yang rugi kalau Ahok tidak terpilih. Demikian pula kalau kita tinggalkan Tuhan, maka kita yang rugi, karena apa lagi yang akan pegangan kita? Semuanya semu di dunia ini. Apa yang mau dipegang? Suami (pasangan), pendnta, pekerjaan, kekayaan, kesehatan semua akan pergi. Oleh karena itu peganglah Tuhan! Bersama Tuhan, ketika proses pembersihan itu terjadi, kita akan kuat bertahan. Kita tetap kembali fokus pada Tuhan. Kalau kita berfokus pada diri kita maka Tuhan akan ijinkan badai kehidupan terjadi. Kalau berfokus pada keluarga (anak), harta, aktualisasi diri kita, maka tunggu saja akan terjadi ‘begini-begitu’. Jadi seharusnya Ia yang menjadi sumber kita.

                Sekarang ini orang yang mempunyai banyak masalah malahan berfokus pada masalah. Yang dipikirkan adalah sakit hati, kerugian dan penderitaannya. Maka tidak heran, jasa psikolog dan psikiater semakin laku karena orang sekarang semakin banyak yang stres dan depresi. Saat stres kita kembali kepada siapa? Tuhan! Pada Filipi 1, saat membangun gereja dan pelayanan Rasul Paulus mengalami kesulitan. Teman-temannya lalu membantunya. Setelah gereja Filipi menjadi besar, Rasul Paulus difitnah oleh temannya sehingga ia dipenjarakan. Padahal sama-sama melayani tapi temannya menginginkan posisi. Filipi 1 ditujukan untuk orang-orang yang menderita. Rasul Paulus berkata,”Kalau aku boleh memilih, rasanya aku ingin cepat pulang ke rumah Bapa di sorga. Karena orang-orang yang bersamaku melayani menusuk dan memfitnah aku karena iri.” Secara psikologi, keinginan untuk mati menunjukkan penderitaan yang dalam sehingga Rasul Paulus sampai tertekan dan ingin ke rumah Bapa di surga. Tapi Rasul Paulus menyadari bahwa,”Aku diberikan waktu oleh Tuhan untuk memberitakan Injil di dunia. Jadi biarkan aku menderita, sakit di penjara, asal orang yang memfitnahku tetap memberitakan firman Tuhan dan injil tersebar.” Biarkan kita menderita karena fokus kita adalah Tuhan. Asalkan Injil Tuhan terberitakan maka penderitaan terasa kecil. Rasul Paulus luar biasa. Biarkan aku menderita, asal Injil tetap diberitakan. Fokusnya bukan penderitaannya di penjara tetapi Tuhan. Ini proses pembersihan yang dialami Rasul Paulus. Ia terus dibersihkan Tuhan sampai Tuhan memandang dia layak.

Berdampak Banyak bagi Orang Lain dan  Berani Menderita

                Saya tidak mengecilkan aliran air mata dalam menghadapi badai hidup, namun kita harus berfokus pada Tuhan dan kemuliaanNya. Buang semua yang membuat fokus menjauh dari Tuhan. Kecewa dan fitnah adalah hal yang biasa. Sedangkan orang post-mo dan pengajaran ‘isme-isme’ menjadikannya tidak biasa. Semua ingin tenang dan nyaman dan  itu membuat kita ‘mati’. Seperti Eutikhus yang duduk terkantuk-kantuk di lantai 3 waktu mendengar khotbah Paulus yang lama lalu tertidur lelap dan jatuh mati (Kis 20:9). Tuhan tidak mau kita dibuang karena tidak berguna. Seberapa jauh hidup kita bermakna bagi orang lain? Jangan berfokus pada fitnah, kekcewaan, sakit atau luka hati karena itu mudah dibalut oleh Tuhan, tetapi yang terutama fokus pada apa yang Tuhan mau bersihkan dalam hidup kita.

                Tidak mudah bagi saya melewati satu demi satu pelayanan. Badai terakhir yang datang berupa perkataan yang tidak benar tentang diri saya. Dalam menghadapi gelombang kehidupan, don’t be offensive and defencive (Jangan menyerang dan membela diri alias berdiam saja). Dan itu terjadi dalam hidup saya. Satu hal yang saya belajar dari masalah itu adalah ketaatan. Melihat hidup saya ke belakang, betapa luar biasa karya Tuhan! Saat membersihkan , Tuhan mau membawa saya. Seumur hidup kita akan terus menghadapi progressive sanctification. Tahun lalu, saya tidak jadi bergabung di sebuah universitas terkenal di Indonesia karena pimpinan Tuhan jelas sekali. Lalu saya menyerahkan karya tulis ke UNS Singapore (NUS) untuk jadi fellow researcher. Kami tergabung dalam menulis di Facebook untuk mencerdaskan bangsa. Tuhan pimpin pelayanan saya tidak berada dalam lingkungan kecil. Walau kemampuan saya terbatas tetapi saya ikut pimpinan Tuhan saja. Perlawanan terhadap pelayanan tulisan itu semakin berat dan mendapat perlawanan dari cendekiawan agama lainnya. Kemudian saya juga masuk ke lembaga pendidikan Kristen yang bertugas untuk mendampingi sekolah Kristen di seluruh Indonesia. Tetapi sebelum masuk ke sana pembersihan nya berat. Saya dihancurkan dan terus bertahan (terus maju dan berjalan, Life must goes on) sampai di ujung nanti, Tuhan melihat kita baik dan cukup. Kami ingin mendampingi sekolah krsiten di seluruh Indonesia, dengan syarat mau berubah. Hal ini karena ada sekolah Kristen yang keluar dari filsafat Kristen. Saya merekrut trainer Kristen karena dukungan dana sudah datang dari luar ngeri. Apa yang kita lakukan harus besar dan berdampak dalam kehidupan kita. Saat itu mungkin dampaknya kecil dan menyakitkan. Jeleknya lagi, ini akan dipangkas dan dibuang. Menurut psikologi modern : aktualisi orang tercapai dari karya yang menghasilkan uang yang banyak. Sedangkan Alkitab datang dari self image (konsep diri) dan seberapa bermakna bagi orang lain. Kalau tidak, tidak akan mengalami aktualiasi diri.

                Berdampak banyak bagi orang dan berani menderita, orang seperti ini akan memberikan kesaksian hidup dan bersama-sama dengan Tuhan yang akan mengubah dan menghiburkan orang lain membuat orang lain bangkit. Tulisan di Facebook messenger akan penuh. Follower baru masuk. Saya pilih kasus yang harus saya tangani. Ada yang kritis dan krusial yang perlu dibantu. Orang tidak fokus lagi pada Tuhan tapi masalah. Firman Tuhan mengingatkan kita kembali pada pokok anggur yang benar. Bersatu dalam Yesus, bersatu dalam sesuatu yang tidak tergoyahkan agar airo kita mengalami kita kuat, tidak lagi lihat kekuatiran, kenayaman diri kita tapi hany a berfokus pada Tuhan. Selamat dibersihkan. Bersyukurlah kita diberishkan, sakit hati, ketika kita bersih. Agar hidup kita berdampai bagi orang lain. Pikirkanlah bagiamana hidup kita berdampak di kantor, tempat kuliah, lingkungan , gereja dan Indonesia serta dunia. Jadilah orang yang punya visi besar dan terus dibersihkan dan dipangkas. Berbuah banyak dan dinikmati oleh orang-orang tanpa pusingkan orang yang jahat, mau menghancurkan kita. Karena fokus kita hanya pada pokok anggur yang benar, jangan sampai tidak berubah, karena akan dipotong. Atau berbuah sedikit saja. Mungkin hidup saya 20 tahun lagi,  kalau tidak pian sui, banyak orang yang hancur-hancuran, saya akan mati. 20 tahun lagi tidak terasa. Kita mau apa ? menangsi pembersihan dan penderitaan. Suatu kali nanti kita akan kembali pada Tuhan. Buku kita akan dibuka untuk menentukan mahkota yang akan kita pegang. Rasa malu yang tinggi, di pengadilan , kesalahan kita dibacakan di hadapan Tuhan. Siapkah kita dibacakan ? Berapa tahun lagi kita hidup? Kembalilah pada Tuhan dan berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan





No comments:

Post a Comment