Friday, August 19, 2016

Gereja yang Berubah


Pdt. Jonathan Lo

2 Tim 2:1-2
1   Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.
2  Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.

Pendahuluan

                Sewaktu saya menerima undangan khotbah dengan tema “Gereja yang Berubah”, banyak hal yang berputar dalam benak saya. Mengapa gereja perlu berubah? Apa artinya? Kalau gereja berubah, bisa berarti apa yang dikerjakan gereja sudah benar namun gereja perlu berubah agar bisa berbuah. Atau dalam pengertian yang kedua, apa yang telah dilakukan gereja salah sehingga perlu diubah.  Apa yang dilakukan gereja agar jemaat berubah? Pada dasarnya sulit bagi manusia untuk berubah. Contoh : ada mahasiswa yang selalu duduk di tempat yang sama dan tidak mau pindah. Manusia sulit berubah karena perubahan adalah hal yang tidak nyaman. Dengan berubah berarti manusia mengakui bahwa apa yang telah dikerjakannya belum memadai. Mengapa gereja harus berubah? Apa yang perlu diubah dari gereja? Apakah yang sudah dikerjakan perlu diubah? Perubahan yang dilakukan bersifat  luar (eksternal) atau yang berubah merupakan sesuatu yang bersifat mendasar? Bagaimana gereja berubah? Perubahan gereja tidak semudah yang dipikirkan karena mencakup perubahan hidup dan kemampuan (skill) yang dimiliki.

Beberapa sikap manusia dalam menghadapi perubahan

1.     Anti terhadap perubahan.
Manusia tahu bahwa apa yang diperbuatnya salah, tetapi ia sulit mengakuinya. Itu jenis orang yang menyukai status quo (tidak mau berubah) karena perubahan akan membuatnya malu, merasa tidak nyaman dan merupakan pengakuan bahwa apa yang pernah dikerjakannya tidak memadai.
2.     Tidak tahu apa yang mau diubah.
Bila ada orang tua yang mendidik dan membesarkan anaknya selama sekian tahun tapi ternyata anaknya tidak bertumbuh, hal ini  berarti ada keliru. Ibu dan bapaknya tidak tahu alasan anaknya tidak bertumbuh dengan baik. Hal ini juga merupakan masalah. Jika tidak tahu apa yang harus diubah, bagaimana kita mungkin mengalami perubahan ke arah yang lebih baik?
3.     Berubah Luarnya Saja.
Orang yang mau berubah tetapi yang diubah hanya ‘jubah’-nya saja, bukan berubah dari dalam. Manusia menyadari ada hal yang tidak benar dan mau berubah, tetapi perubahannya hanya dilakukan di luar saja. Perubahannya tidak mencakup sesuatu yang mendasar (fundamental). Misal : yang berubah di gereja hanya gedungnya saja. Walau mungkin baik,  tetapi hal ini bukan perubahan yang penting (esensial).
4.     Berubah karakternya.
Manusia berubah bukan luarnya saja tapi juga bagian dalamnya (karakter). Orang dan gereja yang mau berubah harus mengetahui apa yang harus berubah dan bagaimana berubahnya? Dari tahun ke tahun perubahan semakin nyata (matang) dan persiapannya semakin baik. Perubahan akan menimbulkan air mata, tantangan dan kesulitan karena tetap ada yang anti terhadap perubahan. Perubahan bisa mendatangkan kebaikan dan juga berbahaya.

Apa yang Perlu Berubah dalam Gereja?

1.    Pemuridan yang  Diawali dengan Kasih.

Gereja harus memuridkan jemaat . Pada 2 Tim 2:1 dikatakan  Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Rasul Paulus mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan gereja saat ini dan itu perlu diubah. Timotius adalah seorang pemimpin gereja. Dia tidak tahu bagaimana untuk membesuk padahal kegiatan membesuk itu penting. Maka ia diajar oleh Rasul Paulus untuk memuridkan jemaat. Rasul Paulus sudah memberikan contoh bagaimana menjadi pemimpin gereja. Seorang pemimpin adalah orang yang memperlengkapi jemaat dan memperhatikan kerohanian mereka. Jadi bukan sekedar melakukan aktivitas gereja atau kegiatan administrasi, tetapi yang penting (koridor) dari gereja adalah melakukan kegiatan pemuridan. Bagaimana hal ini bisa terjadi ? Lihat ayat 1 di atas. Apa hubungan pemuridan  dengan kuat di dalam kasih karunia? Dasar untuk melakukan pemuridan adalah kasih. Orang yang telah menerima kasih Tuhan baru bisa memahami tentang arti pemuridan. Setelah mengalami kasih Allah, ia baru bisa membantu orang lain untuk bertumbuh. Bila orang tidak pernah dibantu untuk bertumbuh maka ia juga tidak akan punya kerinduan membantu orang lain untuk bertumbuh. Seorang bapak yang sudah memiliki pengalaman rohani bersama Tuhan baru bisa memperhatikan kerohanian anaknya. Mengapa sekarang pendeta jarang berkhotbah tentang pertobatan? Karena ia perlu mengalami kasih Tuhan dan pernah mengalami pertobatan sehingga ia bisa mengkhotbahkan tentang pertobatan dengan hidupnya di mana kasih karunia yang diterima dibagikan ke orang lain. Transformasi terjadi karena kasih . Pemuridan bukan berarti gereja tidak perlu membuat program kegiatan. Hal ini menjadi persoalan dalam gereja. Pelayanan gereja banyak bersifat aktivitas gereja tetapi tidak menyentuh kerohanian seseorang.

Suatu kali saya diundang berkhotbah di sebuah gereja. Di gereja itu saya bertemu dan bercakap-cakap dengan seorang yang ibu. Ia sudah melayani selama 20 tahun di gereja itu. Ibu itu berkata, “Pelayanan apa pun yang saya bisa, akan saya lakukan. Ibu ini memang sangat giat melayani. Saya bertanya kepadanya, “Pernahkah Ibu berasksi tentang kasih karunia Tuhan?” Ibu itu pun menjawab,”Tidak. Saya tidak tahu apa yang akan saya saksikan.” Jadi selama 20 tahun, ia  tidak pernah bersaksi. Saya bertanya lagi, “Pernahkah  ada orang yang membantunya bertumbuh melalui kesaksian orang itu?” Dijawabnya,”Tidak pernah”. Saya beralih ke pertanyaan lain,”Pernahkah Ibu diajarkan untuk berdoa dan membaca Alkitab, menjadi orang saleh dalam hidup?” Lagi-lagi  dijawabnya,”Tidak pernah.” Dari jawabannya ini terlihat bahwa gereja kurang memperhatikan kehidupan rohani dan kasih yang telah mengubah hidup seseorang, sehingga gereja perlu diubah.

2.    Kesaksian Hidup Mengikut Kristus sebagai Sarana Pemuridan

          Karena saya telah dibentuk Tuhan maka saya akan memiliki kerinduan untuk mengubah orang lain. Karena saya telah diubah oleh Tuhan maka saya dipakai oleh Tuhan untuk menjadi berkat oleh orang lain. Rasul Paulus menjelaskan bahwa kasih karunia Tuhan harus berada dalam kehidupan kita. Jadi gereja menghasilkan orang menjadi murid Tuhan dan pemipin gereja seperti Timotius. Itu dikerjakan Rasul Paulus di tengah begitu banyak kesibukan pelayanannya, tetapi ia tetap menyiapkan Timotius secara intensional. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi (2 Tim 2:2a). Rasul Paulus memuridkan (mempersiapkan) Timotius secara rinci. Ternyata Timotius bertemu Rasul Paulus di Listra. Waktu itu ia masih muda. Lalu ia diajak Rasul Paulus ke manapun Sang Rasul pergi. Rasul Paulus menggunakan waktu 15 tahun (sampai waktu ia menuliskan surat ke Timotius). Rasul Paulus memuridkan Timotius bukan dengan kata-kata tetapi melalui hidup Rasul Paulus dalam kebenaran. Itu berarti 2 Tim 3:10. Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Rasul Paulus memberikan kebenaran melalui hidupnya sehingga menjadi contoh. Timotius belajar dari Rasul Paulus. Setiap gereja membutuhkan pemimpin gereja yang hidup dalam Tuhan yang berani berkata, “Ikutilah langkah hidupku karena aku telah mengikuti Yesus”. Itulah pemuridan. Orang yang masih asing mengenal Yesus dibantu untuk mengenal Yesus.

          Di sebuah gereja ada seorang pemuda memberi kesaksian. Ia menerima Yesus sebagai Juruselamat sewaktu SMP 3. Namun ia tidak tahu cara membaca Akitab, berdoa dan tentang kekristenan. Sampai dibaptis pun ia tidak tahu. Lalu ada seorang majelis yang datang menghampirinya dan berkata, “Mau tidak sama-sama belajar menjadi murid Tuhan Yesus?” Lalu terjadilah pertemuan di antara mereka secara rutin dan konsiten. Majelis ini usianya masih muda dan hubungannya dengan remaja tersebut murni dalam Tuhan. Ia mengajarkan bagaimana orang muda menghindari hidup yang tidak benar. Anak muda ini mencintai hidup dalam Tuhan. Selulus SMA ia kuliah. Lalu ia masuk sekolah Alkitab. Setelah lulus, ia kembali ke gereja nya dan bersaksi, “Saya kembali ke gereja ini melayani pemuda remja ,karena dulu waktu muda saya dilayani majelis selama belasan tahun. Saya bersyukur. Saya sekarang menjadi murid dan pemimpin gereja. Saya belajar mengikuti Tuhan melalui majelis ini. Saya akan melakukan hal yang sama kepada para pemuda remaja Begitu sabarnya majelis mengajar muridnya, sehingga orang ini mengajar oang lain di gereja. “Apa yang saya alami saya bagikan ke anak-anak remaja. Saya akan memuridkan pemuda remaja.” Kata sang murid. Rasul Paulus melayani dan mengajar Timotius dan Timotius kemudian mengajar orang lain.

          Siapa Timotius di gereja ini yang telah menjadi murid dan kemudian menjadi pemimpin? Timotius yang sama dan menjadi berkat bagi orang lain dan memuridkan orang lain. Di gereja, kita dipengaruhi konsep ‘dengan jumlah (angka)’. Itu bukan tidak baik, tetapi pikiran tidak boleh berhenti di situ. Adayang mengatakan bahwa gereja bertumbuh dikatakan sebagai gereja yang sehat dilihat dari berapa banyak jemaat yang datang dan memberi persembahan. Itu menyesatkan. Kalau 1.000 orang yang hadir beribadah tetapi mencari 10 orang saja susah atau mencari pemimpin saja susah maka gereja itu tidak sehat. Kalau gereja diputar hanya 11 orang, dan bukan pemimpin rohani yang dipersiapkan dan menjadi masalah, gereja tidak bertumbuh karena tidak menghasilkan Timotius di gereja. Tetapi kalau gereja memuridkan dan Tuhan memberikan angka yang sedikit, kerjakanlah pemuridan. Gereja yang besar bukan jumlah tetapi menghasilkan murid dengan menjadi pemimpin gereja. Begitu banyak pemimpin yang saleh dan takut akan Tuhan dan hidup sesuai Firman Tuhan , tidak mencari kepentingan sendiri tetapi kepentingan jemaat.

          Timotius dihasilkan Rasul Paulus melalui intentional discipleship. Gereja tidak hanya memperhatikan komisi. Komisi sering menghambat pertumbuhan gereja. Pelayanan komisi diuji melalui berapa banyak pemimpin yang dihasilkan? Hanya sedikit bahkan tidak ada pemimpin yang dihasilkan. Orang yang banyak aktivitas dan memanipulasi diri , sehingga  gereja tradisional sulit membina jemaat. Jemaat beranggapan,”Kalau saya sudah berapa kali ke gereja saya sudah merasa cukup.” Yang penting malah tidak diperhatikan.

3.    Saksi Kebenaran Firman Tuhan

Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi (2 Tim 2:2a). Seorang saksi berkaitan dengan kebenaran. Saksi yang tidak memiliki kebenaran adalah saksi palsu. Hubungan antara ‘aku dan engkau’ bukanlah pribadi belaka, tetapi saya sebagai bapa rohani dan kamu anak rohani di dalam kebenaran Tuhan. Aku memberikan kebenaran dalam memberitakan ke mana pun aku pergi. Sehingga kebenaran Kristus diberitakan dan orang mengalami transformasi hidup. Rasul Paulus mau agar Timotius menjadikan kebenaran sebagai dasar dari hidupnya.

          Gereja berubah menjunjung kebenaran Firman Tuhan dan mencari kebenaran Firman Tuhan. Hati jemaat diisi Firman Tuhan dan gereja rindu belajar Firman Tuhan. Dalam kitab Ezra dikatakan jemaat ingin kitab suci dibacakan karena perkataan Firman Tuhan menusuk hati mereka. Pada waktu Rasul Petrus berkhotbah dan menusuk hati mereka sehingga mereka bertanya, “Apa yang harus kami perbuat?” Jemaat bertekun mempelajari Firman Tuhan. Dari situ membawa jemaat bertumbuh dalam kerohanian. Pertumbuhan rohani adalah pertumbuhan Firman Tuhan. Pertumbuhan gereja adalah pertumbuhan Firman Tuhan. Itulah esensi pertumbuhan gereja. Jemaat Tiberias adalah gereja yang dikehendaki Tuhan. Mereka percaya Firman Tuhan saat diberitakan. Setiap hari mereka membaca dan menyelidiki Alkitab siang malam. Setiap selesai melakukan pekerjaan rumah tangga, mereka menyediakan waktu untuk belajar Firman Tuhan. Ada hati yang haus dan mencintai Firman Tuhan dan hati yang diubah oleh Firman Tuhan. Itulah gereja yang harus diubah. Kita tidak perlu terlalu banyak acara dan program. Tetapi lebih banyak fokus seperti Maria yang mendengarkan Firman Tuhan dan hidupnya diisi oleh Firman Tuhan dan bertumbuh dalam Kristus. Pembinaan gereja sudah tidak disukai jemaat. Jemaat lebih suka hal-hal yang bukan rohani. Ada gereja yang jemaatnya bertumbuh menjadi 1.000 orang lebih, waktu diadakan kelas pembinaan hanya ada 20 orang yang hadir. Apakah gereja itu bertumbuh? Seberapa jauh gereja mencintai Firman Tuhan? Seberapa jauh jemaat sharing Firman Tuhan? Pola kehidupan jemaat yang diharapkan adalah  jemaat yang sehat, hidup , bertumbuh dan belajar menjadi murid Yesus Kristus.

4.    Mempersiapkan Pemimpin

Rasul Paulus mengatakan, “percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” (2 Tim 2:2b). Timotius mempersiapkan pemimpin sehingga muncul orang-orang yang siap dan cakap melayani serta menjadi contoh. Orang yang sungguh-sungguh belajar Firman Tuhan akan mengubah hidup mereka dan mereka akan terjun ke jemaat melayani. Saat mengunjungi seorang rekan hamba Tuhan di luar negeri saya menemukan hal yang luar biasa di gerejanya. Yang mengajar di sekolah Minggu adalah jemaat yang benar-benar dipersiapkan untuk mengajar, punya hidup dan doktrin yang baik serta memiliki hati yang melayani. Mereka saling mengajar satu dengan lain. Itulah pekerjaan seorang hamba Tuhan. Memperlengkapi orang untuk melayani. Seorang hamba Tuhan bukan sekedar  melakukan segala sesuatu sesuai kebutuhan dan tuntutan jemaat semata. Kebutuhan jemaat yang fundamental adalah kehadiran Kristus dalam hidup mereka. Kuncinya mempersiapkan orang . Kalau perlu mengadakan modifikasi dan gereja harus berubah : bukan gereja yang fokus pada program dan kegiatan tetapi manusia. Berarti fokus pada kualitas bukan kuantitas. Berubah mencapai apa yang Tuhan kehendaki. Itu menimbukan kesulitan , membutuhkan perjuangan rohani dan air mata kalau mau melakukan perubahan-perubahan dalam gereja. Tanpa rencana untuk mengadakan perubahan ke arah yang tepat maka dalam setahun tidak menghasilkan apa-apa. Orang yang kita persiapkan dengan  susah payah itu akan menjadi yang inti dan tiang di gereja. Gereja harus berdoa untuk pemuridan (menjadikan jemaat murid yang kemudian akan memuridkan kembali. Setelah belajar dari Kristus lalu diubah baru mengerti arti pemuridan. Kalau tidak pemuridan hanya akan menjadi slogan dan kembali dikerjakan dari minggu ke minggu dan tidak menghasilkan hal yang berkemenangan dalam kerajaan sorga. Gereja harus berubah, tetapi perubahan dari jemaat biasa  menjadi murid Tuhan dan menjadi pemipin yang setia dan hidup bagi Tuhan. 

No comments:

Post a Comment