Sunday, September 27, 2015

Allah Sanggup Pulihkan Keluargaku


Pdt. Yakub Susabda

Maz 127
1   Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
2  Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah — sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.
3  Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.
4  Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.
5  Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.

Pendahuluan

                Maz 127:1 Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Tema hari ini “Allah Sanggup Pulihkan Keluargaku”, lalu keluarga akan dipulihkan seperti apa? Kalau pengertian keluarga dipulihkan hanya agar suami-istri bisa saling mencintai, maka tidak ada keunikan iman Kristen. Kalau kita berpikir mengenai Tuhan, tidak semua keluarga yang baik dan saling mencintai adalah keluarga yang dibangun oleh Allah.

Allah hanya mencipta 2 macam lembaga yaitu

1.     Gereja. Mat 16:15-19 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"   Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"  Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.  Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.  Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Segala sesuatu yang mengasihi Allah tidak pernah muncul dari hati manusia. Kalau pikiran dan  hati manusia yang membuat manusia menjadi percaya kepada Tuhan, itu bukan keselamatan! Karena keselamatan adalah anugerah semata. Sehingga dalam hal keselamatan, kita harus percaya sesuatu yang sepertinya tidak masuk akal yakni Allah membangun gereja!
2.     Keluarga. Kej 1:26-28 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."  Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  Allah berinisiatif menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya lalu memberkati mereka. Allah kemudian menyatukan laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan dan memberikan mandat untuk beranak cucu , menaklukkan bumi dan kerjakan!

Tujuan Allah Menciptakan Keluarga

               Di dalam keluarga, manusia dilahirkan dan dipersiapkan supaya menjadi mitra dan rekan kerja Allah. Bila dalam keluarga ada 3 anak, maka untuk ketiganya Allah punya rencana berbeda. Mungkin ada yang jadi dokter, guru TK atau  businessman. Anak bukan milik orang tua tetapi titipan Allah. Orang tua agar mempersiapkan anak-anak yang dititipkan. Jangan sampai anak-anaknya digerakkan insting untuk hanya hidup dan kaya, karena bila demikian bisa menjadi musuh Allah. Maz 127:4 Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Anak-anak harus seperti panah di tangan pahlawan, supaya ditargetkan mencapai sasaran yang Tuhan mau. Kalau anak mau menjadi guru TK, maka orang tua harus mendukungnya. Tugas orang tua untuk melengkapi dan menyiapkannya. Nantinya pada masa remaja, anak itu akan mengenal talentanya, menyukainya dan mempunyai beban menjadi seorang guru TK. Seperti Allah kehendaki manusia untuk menaklukkan bumi dan mengerjakannya (Kejadian 1).  Roma 8:31  Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Roma 8 Allah membebaskan manusia dari jerat dosa. Tujuan mendirikan keluarga bukan sekedar untuk hidup bahagia. Keluarga dipulihkan maksudnya juga bukan sekedar yang tadinya bertengkar jadi rukun, tapi itu bukan tujuan utama. Biografi mantan Presiden (1998-1999) Habibie (79) dituangkan dalam film Habibie dan Ainun (2012). Film ini menggambarkan cinta Habibie kepada istrinya, Ainun, yang terkena kanker dan akhirnya meninggal dunia di usia 70 tahun (22 Mei 2010). Habibie selama beberapa waktu menderita depresi. Ia sedih sekali. Setiap hari ia pergi ke makam Ainun dan menangis. Kakak Ainun mencarinya dan berkata, “Kamu kan mantan presiden, mengapa kamu seperti itu? Kalau Ainun tahu, ia akan menyesal sekali punya suami yang baik tapi depresi seperti ini. Bangun! Indonesia masih membutuhkan kamu!” Mendengar nama Ainun disebut, Habibie lalu bangun , mandi dan mulai bekerja. Ia pun berpikir bagaimana hidupnya agar berguna. Suatu kali ia menulis buku”Habibie dan Ainun”. Salah satu tema di bukunya “Dimana Ainun?”. Pada bagian ini ,  ia meminta beberapa tokoh agama Islam, Budha , Kristen, Katholik dan Hindu, “Tolong jelaskan di mana Ainun?” Bukunya menggambarkan betapa Habibie dan Ainun saling mencintai. Jadi kalau tujuan pernikahan hanya untuk memulihkan dan saling mencintai, lalu keunikan Tuhan Yesus dimana? Cinta memang penting, tapi berapa pun besarnya cinta manusia, kasih Allah berbeda. Rasul Paulus mengatakan, “Bila kamu saling mencintai seseorang sampai rela mati dibakar untuk orang itu, tetapi kamu tidak mempunyai kasih Allah dalam Kristus, cintamu yang luar biasa itu  sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Cinta seperti itu hanya membuat manusia kagum tapi tidak mempunyai nilai kekal. Jadi kalau Allah membangun rumah dan memulihkan rumah tangga, bukan sekedar supaya keluarga itu bahagia, saling mencintai dan bisa dinikmati. Bukan!

                Maka saat membicarakan mengenai keluarga Kristen, kita perlu mengetahui syarat pernikahan Kristen :
a.     Seiman (orang Kristen harus menikah dengan orang yang seiman). 2 Kor 6:14a  Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Karena tujuan pernikahan bukan sekedar hidup bahagia. Kalau tujuannya hidup bahagia, semua orang yang punya pribadi yang sehat dan matang (seperti Habibie) bisa.
b.     Sepadan. Untuk menikah selain seiman,  pasangan juga harus sepadan. Kalau pasangan sama-sama dari GKKK sudah seiman tapi belum tentu sepadan. Seiman tapi tidak sepadan tidak bisa.

Tingkatan Hubungan antara manusia
1.     Best-friend. Hubungan dengan orang yang baik dan kita sukai, bisa seperti best-friend (sahabat karib) Ini hubungan yang terbaik.
2.     Close friend. Hubungan antara manusia yang saling percaya dan menghormati. Di antara hubungan  suami-istri yang saling mencintai tidak ada rahasia (semua terbuka dan jujur). Saya ingin membahagiakan kamu. Misal : suami tugas ke luar kota selama 2-3 hari sudah rindu dan ingin menceritakan dan membagikan kisah kepada istrinya dan membuat sang istri tersenyum. Kalau istri sakit suami ikut merasa sakit dan sebaliknya. itu close friend. Itu juga jarang.
Untuk menjadi suami-istri minimal hubungannya close friend. Itu seperti konteks kehadiran Allah di dalam hidup kita. Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Matius 18:20). Kalau suami-istri tidak terikat dalam kasih Kristus maka gereja tidak ada Kristus. Jadi kehadiran Allah dalam hidup manusia dalam konteks 2-3 orang terikat dalam kasih (untuk pernikahan hubungan manusia harus close firend).
3.   casual friend (teman biasa). Hubungan teman biasa  tidak bisa membangun rumah tangga. Seperti dua orang bekerja di pabrik yang sama dan berteman. Setiap makan siang sama-sama ke food court dan terkadang nonton bersama karena merasa cocok. Tetapi tidak punya kewajiban bercerita. Tidak ada ikatan batin di antaranya. Dua orang bisa menjadi suami istri tetapi kalau hubungannya casual friend, tidak bisa membangun keluarga Kristen. Ada suami-istri yang hampir 20 tahun tidak pernah bertengkar tapi itu tidak cukup. Mereka bersama untuk melayani keluarga demi sang anak. Sebagai orang Kristen, dimana kehadiran Roh Kudus dalam keluarga seperti itu? Seharusnya semakin lama pernikahan pasangan Kristen, mereka akan menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana secara rohani serta peranan sebagai suami-istri lebih berkenan kepada Tuhan. Kalau tidak demikian, maka mereka bukanlah keluarga Kristen! Keluarga Kristen harus mengalami pertumbuhan. Kalau keluarga hanya sekedar untuk bahagia, tidak berzina dan tidak bertengkar, itu bukan Christian family. Dan Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya (Maz 127:1b). Membangun hidup hanya berdasarkan insting seorang survivor (pencari selamat), ini dilakukan semua orang. Tetapi seharusnya tidak begitu, pasangan Kristen harus seiman dan sepadan. Kalau casual friend, hanya kenal saja malah merasa asing (saya tidak kenal) bahkan musuhan. Kalau casual friend saja hubungannya, suami-istri tidak mungkin mencapai apa yang Tuhan mau. Seharusnya ikut yang Tuhan mau. Setelah seiman, sepadan baru mengalami pertumbuhan dan Tuhan membangun segalanya.

Ada sebuah buku yang ditulis oleh Tom Eishen berjudul “Temptation Man Lives” (?) yakni tentang godaan yang dialami oleh laki-laki. Menurutnya hampir semua laki-laki selalu menyediakan waktu, energy dan pikirannya yang terbaik untuk pekerjaan (workplace) dan bukan untuk keluarga. Seorang laki-laki memang harus bekerja dengan sungguh-sungguh tapi manusia ciptaan Tuhan diciptakan dengan peran ganda. Tanggung jawab seorang laki-laki bukan hanya dalam pekerjaannya. Peran laki-laki sebagai seorang suami harus menjadi kepala dan iman dalam rumah tangganya. Ia tidak bisa cuci tangan dan berkata, “Saya sudah bekerja 10 jam / hari dan masa masih dibebankan urusan pernak-pernik rumah tangga?” Sebagai seorang suami Kristen harus memahami bahwa hidup ini bukan hanya sediakakan waktu, energi, pikiran terbaik untuk pekerjaan lalu karena sudah lelah tidak mau dibebankan urusan rumah tangga (termasuk PR anak-anak dll) dan hanya mau menonton televisi. Tom Eishen mengatakan,”Hampir semua laki-laki selalu memandang remeh hal-hal rohani. Sedikit sekali ayah yang mengajarkan anak-anaknya membaca Alkitab. Sedikit ayah yang dilihat anak-anaknya saat berlurut dan berdoa (melakukan hal yang menyenangkan hati Tuhan). Walau pun ada Alkitab, ia lebih suka membaca surat kabar. Kalau laki-laki tidak punya selera rohani, mau dibawa kemana keluarganya?. Tom Eishen juga mengatakan,”Begitu banyak laki-laki yang kelihatannya baik tetapi ia masih menikmati hidup seperti seorang bujangan. Ia ingin menikmati hak seperti seorang lajang seperti pergi ke klub dengan teman-teman, pijat, mengobrol, setelah kerja lalu kumpul-kumpul untuk karaoke. Dia lupa bahwa hidup ada tahapannya. Ada yang mengatakan,”Memang aku tidak boleh punya teman?” Ia masih ingin seperti anak muda. Berpikir dan hidup seperti dulu saat di SMA. Punya pakaian trendi dan lain-lain. Tidak salah tetapi di belakangnya punya jiwa yang belum menikah. Banyak laki-laki hidupnya seperti itu. Begitu menikah sebagai manusia yang sehat jiwanya, harus siap berpisah dengan hidup masa mudanya. Ia masuk ke dalam hidup dengan tanggugng jawab yang berbeda. Ia  harus menjadi model dan contoh.

Untuk menjadi suami-istri harus memenuhi hukum :
-        kewajaran hidup. Bila tidak maka ia tidak bisa menjadi suami/istri atau ibu/ayah yang  wajar. Ada laki-laki yang sudah menikah dan punya anak, lalu kebetulan di-PHK, tetapi 3 tahun kemudian ia malah menikmati hidup tanpa pekerjaan karena istrinya yang bekerja dengan hasil yang bagus. Akhirnya kerjanya hanya santai dan main catur. Ini tidak wajar. Walaupun istri tidak keberatan, hidup tidak wajar pasti bermasalah. Ada laki-laki yang  sudah punya istri-anak tetapi masih SMS dengan bekas pacarnya. Ini tidak boleh! Karena itu mendatangkan percobaan. Jangan bilang tidak apa-apa. Mengapa masih menghidupkan perasaan yang harusnya kamu matikan? Hidup tidak wajar pasti bermasalah. Ada juga istri yang hidup tidak wajar . Tuhan menciptakan rahim dan tubuh yang elastis untuk melahirkan. Kalau tidak bisa lahir normal baru caesar untuk selamatkan nyawa. Sekarang wanita tidak mau sakit. Baginya bila melahirkan secara alamiah maka tubuhnya menjadi rusak. Padahal dengan proses kelahiran alamiah, baru membangkitkan jiwa keibuannya. Saat sedang sekarat melahirkan, ibu  dan anak disatukan Allah. Dengan keringatan dan kesakitan ibu menggendong bayinya itu. Cinta kasihnya dipersatukan Allah. Kesempatan yang hilang, sulit didapatkan kembali. Hal ini harus diwaspadai. Ada ibu yang punya 3 anak dengan 3 baby-sitter karena ia tidak mau mengurus anak (hanya mau bekerja). Seorang ibu tidak masalah bekerja. Tapi motivasinya bukan karena tidak suka anak kecil dan mengurus rumah tangga. Kalau demikian mengapa menikah? Sang Ibu hanya mau gampangnya saja, Anak-anak hanya menjadi mainan saja. Selebihnya pakai baby-sitter supaya sang Ibu bisa kipas-kipas dan menonton TV. Ia tidak pernah minta pertolongan Tuhan. Lalu apa yang harus saya ajarkan pada anak?
-        hukum hati nurani. Kalau tidak punya hati nurani maka  tidak bisa menjadi ayah dan ibu. Sepasang suami-istri punya 3 anak. Hidup mereka diberkati dengan berlimpah. Punya 3 rumah mewah  dan mobil-mobil mewah seperti Bentley-Jaguar dll yang harganya Rp 4-5 miliar. Kebetulan istrinya punya adik yang anaknya baru lulus SMA dan tidak punya biaya untuk kuliah. Dia diam saja, pura-pura tidak tahu. Punya hati nurani tidak? Bagaimana dipakai Tuhan ,kalau hati nuraninya tidak hidup?
Hukum kalau mau diteruskan banyak sekali. Ada 8-9 poin menurut Tom Eishen. Seringkali manusia tidak menyadari. Kalau engkau berikan yang bobrok itu, dalam hidup kita akan banyak masalah. Hidup harus sesuai dengan pengajaran Alkitab.
 
Arti Tuhan Memulihkan

a.     Tuhan memulihkan semua pernikahan supaya pernikahan menuju rencana Tuhan. Orang yang dipulihkan berarti sadar diri. Mau memperbaiki, ingin belajar danmencoba. 2 buah kasus untuk menjelaskannya :

-        ada keluarga yang suaminya dari latar belakang yang tidak biasa. Suaminya berprofesi sebagai dokter dan memiliki pendidikan tinggi (doctor – S3). Tapi keluarganya aneh. Saat sang suami praktek sebagai dokter, orang tuanya tunggu di kamar sebelah. Setiap kali pasiennya membayar, orang tuanya masuk untuk mengambilnya. Orang tuanya berprinsip sekolah sang anak dibiayai mereka maka setelah anaknya lulus, sang anak harus membayarnya kembali. Orang tua ini tidak peduli atas keluhan menantunya yang ingin punya rumah sendiri. Selama 10 tahuni keluarga anaknya terus menyewa rumah. Saat anaknya mengeluh dan meminta agar penghasilannya diambil separuhnya saja. Papanya kemudian marah dan berkata, “Kamu cari perempuan lain saja!” Istri yang malang ini saat konseling berkata, “Saya anak Tuhan dan saya mau mertua saya percaya Tuhan. Tapi bagaimana?” Saya menjawab,”Biar bagaimana pun, kamu harus mulai dengan percaya! Saya tidak tahu, kebijaksanaan macam apa yang akan Tuhan kasih” Pada Lukas  5, Petrus dan murid-murid lain semalaman mencari ikan tetapi tidak mendapat apa-apa. Lalu Yesus meminjam kapal mereka setelah selesai mengajar di depan orang banyak. Padahal tidak ada nelayan yang mencari ikan pada siang hari. Lalu Yesus berkata kepada Petrus, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Petrus menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Perintah Yesus sepertinya tidak masuk akal tapi Petrus mencoba. Begitu banyak ikan yang didapat, sehingga Simon Petrus tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."  Petrus berkata begitu karena ia memakai pikirannya sendiri dan tidak tidak mengerti siapa Yesus sebenarnya! Maka kalau kita mau dipulihkan, mulailah dengan percaya! Tuhan akan memberikan kepadamu sehingga kamu menurut. Saya tidak bisa melakukan konseling terhadap mertuanya karena mereka bukan orang Kristen. Cara saya berpikir tidak bisa menyambung dengan cara pikiran mereka. Namun Dia sanggup melakukannya melalui kita yang percaya!

-        Ada seorang suami yang terus berzina. Sang Suami bercerita bahwa sebelum ia menikah, hidupnya sudah seperti itu. Bahkan sejak SMA, ia sudah biasa melacur! Setelah menikah ia ingin mengetahui cara untuk hidup benar. Saya berkata, “Kamu sudah mau dibaptis, apa yang seharusnya kamu lakukan?” Ia menjawab, “Saya ingin bertobat tapi tidak mengerti caranya!” Saya bertanya lagi,”Apa yang telah kamu lakukan?” Ia menjawab lagi, “Saya berdoa. Mungkin sudah hampir 2 tahun, tidak ada hasilnya. Teman-teman  saya membujuk untuk kembali berzina sehingga saya jatuh lagi. Saya menikmatinya.” Saya terus bertanya,”Kamu sudah berdoa 2 tahun , apa isi doamu?” Ia kembali menjawab,”Supaya nafsu perzinahan saya dicabut!” Saya terus mengejarnya, “Kamu serius agar Tuhan mencabut akar zina? Apa kamu puasa?” Dia menjawab,”Pokoknya saya sudah minta!”. Matius 18:21-23  Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"  Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.  Murid-muridNya mulai berpikirr, “Mana mungkin ada manusia yang bisa melakukannya?” Ini pernyataan yang tidak masuk akal. Murid-murid mungkin berkata, “Kalau begitu tambahkan dong imanku!’ Dengan kata lain, “Imanku kecil, Aku tidak sanggup melakukan hal yang tidak masuk akal itu.” Yesus menjawab, Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Mat 18:20)  Yesus tahu pikiran murid-muridNya. “Tuhan imanku kecil kalau tidak bisa turut perintahMu, maka tambahkan iman supaya sebesar biji semangka”. Yesus seakan menjawab,” Kamu pikir imanmu kecil seperti biji sesawi? Tapi kalau itu iman, walaupun kecil kamu pasti bisa!” Sedangkan murid-muridNya berkata, “Imanku besar dan aku sudah minta. Aku sudah berdoa dan minta tidak berzina. Kalau saya berzina lagi maka itu salahMu! Bukan salah aku!” Itu pikiran orang Kristen. Ia minta agar Tuhan membereskan kehidupannya namun ternyata ia hanya memanipulasi Tuhan. Banyak orang berdoa sebagai prasyarat. “Kalau aku sudah berdoa 2 tahun lalu jatuh lagi, itu bukan salah aku. Karena engkau tidak mengabulkan doaku, itu berarti salahMu Tuhan!” Bagaimana Tuhan memulihkan kita?” Kita tetap harus waspada karena Tuhan tidak ingin mengambil alih tanggung jawab kita sehingga  ia ingin kita ikut bertanggung jawab. Kita boleh menangis dan mencari dan Tuhan hanya menolong repson kita. Seperti orang berzina’”Kamu tidak bersungguh-sungguh. Kamu tidak membiarkan Tuhan menolong kamu. Oleh karena hidupmu mau gampangnya!”


b.     Kita percaya Tuhan itu sanggup. Corrie ten Boom (1892-1983) adalah seorang penginjil asal Belanda. Corrie Ten Boom dan keluarganya mengalami kekejaman selama tahun-tahun terakhir perang dunia II. Ia dan keluarganya dikirim oleh Nazi ke kamp pembantaian di Ravensbruck, Jerman. Akhirnya, hanya Corrie yang selamat. Dalam bukunya “Tramp for the lord” (1974), ia bercerita tentang keluarganya yang hidup di Jerman. Suatu saat di waktu musim dingin, cuacanya  dingin sekali. Di tengah malam ada orang yang mengetuk pintu. Saat pintu dibuka ternyata ada orang yang sedang menggigil dan bertanya,”Apakah saya boleh menginap di sini? Saya ketinggalan kereta” Ia pun menjawabnya,”Boleh. Tetapi kami tidak punya kamar lain. Hanya punya gudang.” Ia berkata,”Tidak apa”. Malam hari saat tidur, keluarga Corrie mendengar orang yang bermain gitar. Ternyata sang tamu telah mengutak-atik gitar rusak (lemnya copot dan senarnya tinggal 3) dan mulai bermain. Mereka Corrie heran, “Mengapa ia bisa memainkan gitar rusak?”. Ia pun bertanya, “Kamu seorang pemain gitar ulung?” Sang tamu menjawab,”Tidak! Tidak!” Saya bukan pemain gitar. Saya dulu adalah pembuat gitar. Gitar rusak apa saja bisa saya perbaiki. Kalau gitar ini dititipi ke saya, saya bisa betulkan dalam waktu 1 hari.” Corri ten Boom kemudian menulis, “Masa kita tidak percaya Allah sanggup? Dalam kondisi yang rusak separti apapun juga, Dialah Sang Pencipta! Serahkan hidup kita yang rusak kepadanya, maka Dia akan memperbaikinya. Kita patut waspada terhadap pengertian menyerahkan hidup karena menyerahkan hidup bukan pasif (hanya bicara dan minta). Namun kita mengerti apa yang Dia mau dan jangan sampai langkah awal saja keliru. Karena banyak ribuan pasangan suami-istri menikah dengan alasan yang keliru seperti telah melakukan hubungan seks, ada yang merasa kasihan dengan pacarnya (sudah pacaran lama , keluarga sudah sama-sama tahu sehingga tidak enak kalau tidak jadi menikah) karena hal ini berarti membangun rumah tangga dengan tidak baik. Kita anak Tuhan dan Tuhan menyediakan tanganNya untuk kita. Bergaullah  dengan Dia. Jangan menjadi percaya dengan gampang, tetapi bergaullah dengan Dia! 

No comments:

Post a Comment