Sunday, September 27, 2015

Kedegilan Kita pun Dia Tahu


Pdt. Abdiel Angkasa

Ul 31:27  Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati.
Ef 4:17-18 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-siadan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.

Pendahuluan

                Tema “Kedegilan Kita pun Dia Tahu” berkaitan dengan atribut Tuhan yang Maha Tahu. Maz 139:1  TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Tuhan adalah Tuhan yang Maha Tahu dan menyelidiki hati kita. Dia Pencipta kita luar dan dalam. Sebagai Pencipta, Dia tahu kelemahan dan keunggulan kita. Dengan demikian kalau ingin memperbaiki diri, maka kita  harus datang kepada Tuhan sebagai Pencipta kita.  Ibarat memperbaiki jam yang rusak tidak mungkin mencari ahli bangunan atau memperbaikinya di tukang sayur. Untuk itu kita harus mencari pabrik yang membuatnya. Tuhan Maha Tahu dan Pencipta kita. Dia mengetahui kita secara rinci.  Tidak ada satu hal pun yang Tuhan tidak tahu. Hal ini berbeda dengan kamera CCTV yang sekarang banyak dipasang di gedung-gedung.  CCTV hanya memperlihatkan kondisi di mana kameranya dipasang tapi Tuhan terus memperhatikan keseluruhan manusia. 20 tahun lalu, kalau ada saudara yang pergi ke Amerika maka kita mengatakan bahwa mungkin dalam waktu lama kita tidak bisa melihatnya lagi. Kita tidak bisa melihat saudara kita yang jauh seperti raut muka, rambutnya yang memanjang dan lain-lain. Namun sekarang dengan kemajuan teknologi internet seperti skype kita bisa melihat saudara kita yang jauh. Seperti juga dulu manusia mengatakan bahwa Tuhan Maha Tahu tapi Dia tidak melihat. Siapa bilang? Tuhan tahu apapun di muka bumi. Ibarat CCTV di mana-mana untuk melihat keadaan kita , apa pun keadaan kita Dia bisa melihat dan mengetahuinya.  Tuhan mengetahui semua keunggulan , kebaikan , kelemahan dan kedegilan kita. Dia berbeda dengan manusia.  Manusia lebih mudah menangkap kejelekan orang dibanding kelebihannya. Kebaikan orang tidak dipandang, tapi kebobrokannya cepat sekali kita tangkap. Kita tidak memuji hal-hal yang baik, sebaliknya begitu seseorang melakukan hal yang kurang baik langsung segera ditunjukkan. Kejelakannya dibicarakan terus di belakangnya. Manusia demikian, tapi Tuhan berbeda. Dia tahu keunggulan, kebaikan dan kejelekan kita. Tetapi Dia tidak terus menjelekkan kita. Dia mau kita berbalik dari kejelekkan dan menjadi baik. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma (Roma 12:2a) mengatakan, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu., Kamu harus berubah hati, karena inilah yang dikehendaki Tuhan.  Tuhan tidak memandang kejelekan kita tapi menghendaki kita berbalik. Kita jangan mencari kesalahan orang lain seperti yang umum ditemukan pada banyak orang. Matius 7:3 “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,. sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?". Tuhan mengetahui kelemahan kita walaupun hanya sedikit tapi tidak memegang terus kelemahan kita. Dia mau mengubah kelemahan, kedegilan dan kekerasan hati kita.

Pengertian Kedegilan

Ada beberapa ayat yang mengatakan tentang kedegilan (kekerasan hati). Contoh :
Ul 31:27  Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati.
Mrk 16:14  Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.

Ada beberapa pengertian kedegilan di dalam Alkitab
1.     Dalam bahasa aslinya berarti memberontak. Hati yang degil diartikan egois, tetapi dalam firman Tuhan dikatakan kita memberontak . Saat Adam dan Hawa berdosa , maka dikatakan sebagai memberontak terhadap Tuhan. Ini sangat keras sekali. Kedegilan bukan hanya dikatakan egois, keras kepala tetapi memberontak terhadap Tuhan!
2.     Kekerasan hati. Rasul Paulus dalam Ef 4:17-18 mengatakan Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-siadan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai suatu hati yang keras.
3.     Hati yang buta (tidak dapat melihat, tidak punya hati nurani). Ketika melihat orang lain membutuhkan sesuatu, tidak peduli. Dengan kata lain, tidak peka terhadap orang lain.

Ada 2 contoh dalam firman Tuhan tentang hati yang keras :

1.     Firaun (Keluaran 7-12). Pada Keluaran (Perjanjian Lama) dikatakan, sewaktu bangsa Israel ingin keluar dari Mesir, Tuhan membuat hati Firaun mengeras. Tujuannya untuk memuliakan nama Tuhan (Tuhan dinyatakan di tanah Mesir).Tetapi kalau kembali ke cerita awal, Firaun orang yang mengeraskan hati. Ketika tulah-tulah itu terjadi, FIraun tidak mau mengubah sikap diri sendiri. Tuhan sudah memberi kesempatan kepada dia untuk berubah tapi dia tidak mau! Dari tulah pertama hingga sembilan, Firaun tidak mau berubah.  Akhirnya pada tulah ke sepuluh setelah kehilangan anak sulungnya meninggal barulah Firaun berubah. Tuhan memberikan kesempatan melalui 9 tulah, kalau ia mau berubah maka  Tuhan akan berbelaskasihan terhadapnya. Namun walau telah diberikan kesempatan, Firaun tetap tidak mau berubah. Seperti juga sekarang, kalau kita keras hati, Tuhan terus ingatkan kita untuk berubah.  Jangan tunggu sampai kita kehilangan sesuatu (baik manusia dan barang) baru kita berubah.  Kisah Firaun mengingatkan kita bahwa kekerasan hati tidak akan menyelesaikan masalah. Kita harus bersandar pada Tuhan!

2.     Orang Farisi (pada Perjanjian Baru). Mereka telah menghafal kitab Taurat. Mereka tahu kapan Mesias akan datang dan untuk apa Dia datang Mereka tahu semuanya. Mereka mendengar perkataan para nabi. Mereka menunggu sampai Tuhan Yesus lahir di dalam dunia ini. Namun setelah itu mereka malah menolakNya! Padahal kelahiranNya sudah dicatat dalam firman Tuhan! Ini  menujukkan orang-orang Israel yang mengeraskan hati. Mereka tidak mau menerimaNya. Walau kelahiran Mesias sudah diberitakan tapi mereka masih tetap pada pikiran sendiri. Sebagai pemuka agama, belum tentu ia percaya kepada Mesias. Orang Farisi beribadah dan melakukan semua kewajiban agamanya namun tidak ada keselamatan di dalamnya. Ketika datang ke gereja, tujuannya untuk apa? Untuk mendengar firman Tuhan, bertemu dengan teman, menikmati AC dan lain-lain. Namun apakah Penyelamat kita (Juruselamat) ada di dalamnya? Apakah Dia menjadi sentral dan titik tujuan kita? Setiap kali beribadah dan ikut persekutuan, apakah kita semakin serupa dengan Dia atau kebalikannya? Ketika kita pulang dari gereja dan kembali ke sekolah (kuliah) atau tempat pekerjaan, apakah kita meninggalkan kedegilan hati kita dan semakin hari semakin serupa denganNya? Jangan kita datang ke gereja karena rutinitas atau sebagai kewajiban orang Kristen (aku ke gereja karena aku orang Kristen). Kewajiban kita yang seharusnya adalah semakin hari  semakin serupa dengan Allah!

Berubahlah! Jangan keraskan hati!

                Ada pepatah yang mengatakan bahwa kedegilan hati membuat kita buta mata. Sehingga kita tidak peka dan mengakibatkan kerugian bagi kita. Berikut adalah ilustrasi tentang mercu suar dan kapten yang keras kepala. Seorang kapten sebuah kapal sedang berlayar dalam malam yang gelap dan kelam. Tiba-tiba Sang Kapten melihat sebuah sinar di depannya, dan ia tahu bahwa kapalnya sedang ada dalam jalur tabrakan dengan sumber terang itu. Maka ia bergegas ke radio dan mengirimkan suatu pesan darurat yang menuntut agar kapal tersebut mengubah jalurnya sepuluh derajat ke Timur. Beberapa detik kemudian, ia menerima sebuah pesan jawaban. Pesan itu berkata, “Tidak dapat melakukannya. Ubahlah jalur Anda sepuluh derajat ke Barat.” Kapten itu menjadi marah. Ia mengirimkan pesan tidak jelas lainnya. “Aku adalah seorang kapten angkatan laut. Aku menuntutmu mengubah jalurmu.” Ia menerima pesan kembali beberapa detik kemudian. Pesan itu berbunyi, “Aku adalah kelasi kelas dua. Tidak dapat melakukannya. Ubahlah jalur Anda.” Kapten itu sekarang sangat marah. Ia mengirimkan sebuah pesan terakhir. Bunyinya, “Aku adalah sebuah kapal perang, dan aku tidak mau mengubah jalurku!” Ia mendapat pesan pendek sebagai jawaban. Bunyinya, “Aku adalah sebuah mercu suar. Itu pilihan Anda, pak. Sering kali, kita seperti kapten angkatan laut itu, kita dapat keras hati dan keras kepala (degil). Kita memikirkan semua alasan agar kita tidak berubah (seperti telah disakiti, orang yang bersalah, tidak mau mengampuni dan lain-lain). Alkitab merupakan mercu suar pribadi kita, yang menyinarkan kebenaran dalam kehidupan, dengan mengatakan bahwa kita harus mengubah jalur kita. Bila kita tidak mau berubah, maka kita sedang menuju masalah. Saat kita berada pada jalan yang menghancurkan, Tuhan sedang memerintahkan untuk mengubah jalur kita. Sering kita mengikuti pikiran kita dan, tidak mengandalkan Tuhan sehingga dalam banyak hal kita bisa gagal.
Ibrani 3:15 : Tetapi apabila pernah dikatakan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman,"

                Ketika kita tetap mengeraskan hati kita, punya hati yang memberontak dan hati kita masih buta, kita harus mendengar suara Tuhan. Seperti firman Tuhan katakan pada Ibrani 3:7-11  Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya,   janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun,   di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya.   Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku,  sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.". Inilah mercu suara kita yakni Firman Tuhan (FirmanMu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz 119:105) agar kita tidak jatuh. Apakah kita menganggap firman Tuhan sebagai mercu suar atau seperti kapten kapal kita minta firman Tuhan menyingkir dan membuat diri kita menjadi keras hati. Ketika menjadi anak-anak Tuhan, kita seharusnya membaca firman Tuhan  agar kita bisa tahu apa yang harus dilakukan. Kita tidak pergi ke tempat yang sia-sia tetapi harus berjalan terus sehingga semakin hari semakin serupa Tuhan Yesus. Tuhan tahu kekerasan hati kita. Tapi bukan hanya tahu, Dia mau mengubah kita.

Kunci Perubahan : Rendah Hati!

Tidak hanya sekedar tahu, tetapi Dia mau kita berubah. Dia memakai Roh Kudus untuk menolong kita berubah.
Tuhan mau kita berubah. Dia tahu kelemahan kita. Dia mau kelemahan kita diubah jadi keunggulan bagi kita. Pertanyaannya : kita mau tidak? Kuncinya adalah “rendah hati”.  Tadi kapten kapal tidak rendah hati dan terus tidak mau mengalah sehingga bisa berdampak merugikan. Jadi kuncinya adalah maukah kita merendahkan hati? Kalau kita mau merendahkan hati sehingga semakin hari kita semakin serupa Yesus. Siapa yang jadi pedoman saat kita menjadi penyambut, petugas kolekte dan menjadi aktifis lainnya?. Apakah tiap hari kita semakin serupa Kristus? Kalau tidak serupa, kita bisa menjadi orang yang memberontak kepada Tuhan. Mengapa pohon di tengah taman Eden (pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat - Kejadian 2:17) mau diambil oleh Hawa? Padahal terdapat bermacam buah-buahan, mengapa sengaja memilih buah dari pohon itu yang Tuhan sudah larang untuk dimakan? Maka dengan rendah hati kita melawan kekerasan hati kita. Seperti lirik dari pujian ‘Ubah Hatiku’

Ubah hatiku seputih salju
Ubah hatiku sperti diriMu
Engkau penjunan ku tanah liat
                Bentuk jadikan itu doaku

Dikatakan “Engkau penjunan aku tanah liat”.  Ini sangat jelas. Tanah harus diubah dan dibentuk. Kita tidak tahu caranya, karena bukan penjunan. Tanah liat kalau diubah bentuknya harus dikasih air. Kerendahan hati seperti air. Ia mengubah kekerasan hati dan membuatnya menjadi lembut. Setelah itu baru bisa dibentuk menjadi suatu barang yang indah sekali. Kuncinya : mau tidak merendahkan hati?  Dia Tuhan yang Maha Tahu dan tahu kekerasan hati kita. Bukan hanya tahu, Dia mau mengubah hati kita.


No comments:

Post a Comment