Sunday, September 27, 2015

Keputusasaan Kitapun Dia Tahu


Ev. Susan Kwok

1 Raja-Raja 19:1-3
1 Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang,
2  maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu."
3  Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.
4  Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."
Matius 27:3-5
3  Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,
4  dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!"
5  Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.

Pendahuluan

                Siapa yang tidak pernah putus asa? Putus asa berarti tidak ada harapan lagi. Orang yang tidak punya harapan biasanya berkata, “Aduh saya sudah setengah mati” karena harapan itu adalah inti dari kehidupan. Walau hidup itu sulit tetapi selama masih ada harapan, orang akan terus berusaha. Tetapi kalau harapan sudah hilang, maka sepertinya tidak ada hidup lagi. Tanpa diundang keputusasaan bisa datang. Baik orang dewasa maupun anak-anak bisa putus asa. Keponakan saya saat berusia 10 tahun merasa putus asa terhadap sekolah karena PR yang begitu banyak ditambah les . Awalnya ia senang ke sekolah tapi lama-lama dia tidak mau lagi. Setiap kali mau sekolah dia menangis sehingga orang tuanya  kemudian mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Ada juga seorang anak SD kelas 4 didapati orang-tuanya meninggal karena menggantung diri di pintu. Di dalam buku catatannya dia menulis bahwa dia bunuh diri karena putus asa akibat tidak mampu membayar uang sekolah. Kalau anak kecil bisa putus asa, apalagi orang dewasa. Jemaat bisa putus asa demikian pula dengan hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan “besar” bisa putus asa.

1.     Nabi Elia.
Siapa yang tidak kenal nabi Elia? Seluruh orang Israel mengenal nabi Elia dan sepanjang zaman Yesus orang mengenalnya. Pada waktu dimuliakan di atas gunung (transfigurasi), Yesus didampingi oleh Elia dan Musa. Itu tandanya Elia bukan orang sembarangan. Dalam kitab 1 Raja-Raja dikisahkan bagaimana melalui Elia terjadi banyak mujizat. Dengan membaca Alkitab kita akan menghormati Elia dan menghargai bagaimana Elia melayani Tuhan. Suatu hari Elia mengalami putus asa. Ia merasa mau mati.

Mengapa Elia putus asa? Sebagai hamba Tuhan , ia melakukan banyak tugasnya sendirian. Ia menghadapi sendirian orang Israel yang jahat dan raja-ratu Israel yang tidak percaya dan membangun banyak berhala. Pelayanan bertumpuk yang harus dikerjakan , membuat Elia secara fisik dan mental menjadi lelah. Kelelahan ini ditambah dengan kebingungan Elia “Ia sudah melakukan firman Tuhan tetapi mengapa orang Israel tidak bertobat?”. Elia berkhotbah dari dengan lembut sampai memberi peringatan keras, dan banyak mujizat dilakukan di hadapan orang Israel tetapi tidak ada yang bertobat. Bahkan setelah melakukan perintah Tuhan dengan  membakar nabi-nabi Baal, malah kemudian berbalik ia yang akan dibunuh. Elia menjadi bingung karena ia berpikir, “Bukankah kalau saya sudah melakukan firman Tuhan maka seharusnya semuanya berjalan lancar, tetapi kenapa ia mau dibunuh?” Itu sebabnya ia menjadi takut karena ia merasa bersalah dalam perbuatannya. Ia kemudian masuk ke padang gurun dan tidur dengan harapan bahwa saat terbangun ia tidak lagi di bumi tetapi di sorga. Pada ayat ke-10 dan 14 Elia mencurahkan isi hatinya: “Aku seorang diri bekerja segiat-giatnya dan aku lelah. Aku sudah baik-baik mengerjakannya mengapa jadinya begini? Aku sudah menunjukkan banyak hal yang luar biasa, mengapa mereka tidak bertobat, Tuhan?” Akhirnya ia mau mati. Elia sungguh-sungguh mau mati karena putus asa. Dia minta kepada Tuhan agar mencabut nyawanya.

Terdapat banyak contoh keputus-asaan dalam keluarga, perusahaan, dan kehidupan. Di dalam keputusasaan, kita mencoba mencari jalan keluar yang bisa menolong kita. Ada istri yang suaminya selingkuh sehingga akhirnya ia memotong kemaluan suaminya. Sang istri sudah putus asa, kalau suaminya dinasehati, tidak mau mendengar. Istrinya berpikir, Ini cara satu-satunya agar suaminya tidak selingkuh lagi. Padahal selingkuh bisa ada di dalam hati. Selingkuh bisa dengan pikiran. Ini yang tidak diketahui Sang Istri. Pada beberapa tahun lalu, ada juga istri yang mengalami hal yang sama (suaminya selingkuh). Pada waktu suaminya tidur, dia memotong kemaluan suaminya dan membuangnya ke kandang ayam.

Intinya banyak hal yang bisa membuat kita putus asa. Bagaimana Allah memberi jawaban kepada Elia? Allah tahu bahwa Elia jenuh dan lelah secara fisik maupun mental, tetapi Elia juga salah dalam hal pemahaman terhadap Allah. Itu sebabnya saat Elia bangun dari tidur, Allah mengutus malaikat untuk memberinya makanan. Elia makan lalu tidur lagi. Keesokan paginya Allah memberi ia makan dan ia menjadi kuat. Allah tahu bahwa saat itu Elia perlu kepulihan fisik dan istirahat secara mental. Setelah siap, Elia bisa berjalan 40 hari dan 40 malam untuk mendapatkan berita yang penting lagi dari Tuhan. Elia manusia, demikian juga kita. Kalau Elia bisa lelah secara fisik dan mental, kita juga bisa. Kalau Elia selaku hamba Tuhan bisa memiliki pandangan yang salah terhadap Tuhan, apalagi kita.  Dan salah satu cara Allah memulihkan fisik dan mental, Allah mengatakan, “enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan” (Kel 20:9-10a). Selama 6 hari manusia memikirkan banyak hal dalam pekerjaan dan lain-lain sehingga perlu istirahat, setelah itu manusia perlu mengkhususkan waktu untuk duduk diam (tidak melakukan pekerjaan dan duduk mendengarkan firman Tuhan). Lalu Elia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan dan Allah memberitahukan berita penting (1 Raja-Raja 19:15-18). Allah tahu apa yang harus Elia perbuat. Tuhan berkata, “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia." Elia terbatas dalam pandangan dan penilaian , tetapi Allah membukakan kenyataan sebenarnya. “Kamu jangan putus asa karena pelayananmu tidak sia-sia. Karena apa yang kau kerjakan di dalam Tuhan tidak pernah gagal!” Pernah tidak kita merasa gagal dalam hidup? Misal : gagal mendidik anak, gagal membina hubungan harmonis dengan pasangan kita, gagal di dalam menerapkan kebijakan dalam perusahaan sehingga perusahaan tidak maju malah bangkrut dll. Kegagalan-kegagalan mungkin ada di tengah kita. Tetapi saat itu kita perlu pergi ke pribadi yang benar. Ketika permasalahan datang dan membuat putus asa, kita harus tahu kemana kita harus pergi.  Kita tahu dan kita berseru. Ketika kita berseru Allah menjawab kita dan kita harus belajar peka mendengarnya!

2.     Yudas.
Matius 27:3-5  Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,  dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!"  Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.
Yudas mengalami keputus-asaan dan kemudian ia mengambil jalan pintas : bunuh diri! Elia meminta kepada Allah untuk membunuhnya, tetapi Yudas memutuskan membunuh dirinya sendiri. Apakah Tuhan tidak mengingatkan dan mengasihi Yudas? Allah mengasihi Yudas seperti Allah mengasihi Elia! Sebelum Yudas melakukan dosa yang besar, Yesus sudah mengingatkan Yudas beberapa kali. Pada perjamuan malam terakhir, Yesus mengawali pembicaraan dengan murid-muridNya dengan berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." (Mat 26:21). Kalau Yudas peka, maka seharusnya ia berhenti saat itu dan jangan melakukan pengkhianatan.  Karena Yesus sudah tahu, pengkhianatan besar akan terjadi. Tetapi ia tetap melanjutkan rencananya. Ketika murid-muridnya bertanya, “Siapa? Siapa?” Yesus berkata, “Orang yang Aku berikan roti dan anggur perjamuan ini, dialah yang akan menghianati Aku!”. Lalu Yesus memberikannya kepada Yudas. Artinya Yesus tahu siapa yang akan menghianatiNya. Setelah itu Yudas bisa berhenti dari pengkhianatannya. Kita lebih sering seperti Yudas. Allah memperingatkan dan akhirnya kita jatuh dan putus asa. Ibarat seorang ayah yang memiliki 7 orang anak. Suatu hari dia mengumpulkan anak-anaknya dan bertanya, “Siapa yang mencuri uang Rp 1 juta dari dompet ayah?” Anak-anak saling bertanya, “Hayo siapa yang mencuri?” Lalu sang ayah berkata, “Yang mencuri adalah orang yang saya berikan pempek Palembang! Sang ayah bertanya bukan karena dia tidak tahu tapi agar anaknya mengaku dan tidak mengulangi perbuatannya. Lalu sang ayah mengambil pempek Palembang dan memberikannya kepada seorang anak. Siapa yang mencuri? Yaitu anak yang dikasih pempek Palembang. Tetapi anak ini kemudian berkata, “Bukan saya! Bukan saya!” Lalu ia keluar dari rumah dan tidak pernah balik lagi untuk minta maaf seperti Yudas yang mengambil keputusan untuk bunuh diri. Akhirnya Yudas dicatat sebagai seorang pengkhianat. Dia mempunyai catatan yang gelap dalam hidupnya. Kalau Elia ditolong Tuhan dengan cara yang indah karena Elia mau terbuka mengungkapkan masalahnya kepada Tuhan tanpa ditutupi. Elisa kemudian menggantikan Elia. Namun Elia punya kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Elia dicatat sebagai orang yang dibawa ke sorga oleh Allah dengan kereta kuda berapi! Elia tidak perlu mengalami sakit fisik dan kematian. Hanya Henokh dan Elia yang tidak mengalami kematian. Artinya apa? Seakan Tuhan berkata, “Aku mengerti keputusasaanmu, dan sekarang Aku memanggilmu karena sudah waktunya. Aku akan mengangkat engkau dan bebanmu sehingga engkau tidak mengalami keputusasaan.” Tetapi kalau Tuhan belum mengijinkan kita untuk lepas dari permasalahan, apakah kita akan mengambil keputsuan seperti Yudas? Bila hamba Tuhan bunuh diri di kamar, jemaat gempar. Sang hamba Tuhan meninggalkan catatan, “Saya lelah melayani di gereja. Jemaatnya sulit diingatkan karena keras kepala. Semua saya kerjakan sendiri karena tidak ada yang mau menolong saya. Sudah tidak ada harapan untuk jemaat di sini. Tidak ada harapan untuk melayani di sini. Saya lelah. Saya mau pulang saja!” Lalu ia pun menggantung diri di kamar mandi namun masalah tidak selesai karena akan diminta pertanggungjawabannya oleh Tuhan. Tuhan akan berkata, “Beraninya kamu menghabisi hidupmu. Kamu masih harus kerja dan berlelah., Kembalilah lagi!” Sebelum Tuhan menyatakan cukup berarti Tuhan masih akan memberikan kekuatan.

3.     Jemaat mula-mula
Kis 4:29 Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Kisah Para Rasul pasal 4 bercerita tentang jemaat mula-mula yang diambang keputusasaan. Jemaat ini luar biasa, mereka tidak berdoa supaya mereka Tuhan melepaskan masalah, tetapi mereka minta keberanian untuk memberitakan firman Tuhan. Seharusnya doa jemaat Yerusalem ini menjadi bahan evaluasi doa kita selama ini. Ketika kita menghadapi banyak masalah, pernahkah terucap dari bibir kita, “Tuhan berikan kita keberanian menghadapi masalah (tidak lari dari masalah) ini.” Hidup ini susah. Tahun ini katanya kondisi ekonomi tambah susah dibanding tahun lalu. Tahun depan siapa yang menjamin lebih mudah dari tahun ini? Bagaimana kalau tahun depan lebih susah dari tahun ini? Apa yang kita butuhkan untuk menghadapi kesusahan demi kesusahan? Keberanian dari Tuhan! Keberanian didasarkan kepada percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita. Allah bisa saja mengijinkan masalah datang lagi. Jangan berpikir bahwa setelah berdoa, masalah selesai dan bila masalah lain lagi datang akan cepat selesai. Jemaat mula-mula setelah berdoa seperti Kis 4:29, tidak lama kemudian hamba Tuhan mereka yaitu Stefanus mati dibunuh dengan jalan dilempar dengan batu (Kis 7:58). Berdoa bukan berarti kebal dari masalah. 1 Kor 10:13: 13  Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Kesimpulan

1.     Hidup ini tidak gampang, jadi jangan hidup secara gampangan. Hidup gampangan itu hidup yang dibuai oleh mimpi-mimpi. Ada yang hanya mimpi menjadi kaya, tetapi kenyataannya tidak pernah mau bekerja keras.  Ada juga yang bermimpi punya banyak investasi tetapi hidupnya boros atau ada yang bermimpi mendapat istri yang setia, tetapi dirinya playboy (suka gonti-ganti pacar) alias tidak setia!

2.     Hidup orang percaya tidak terlepas dari pikul salib. Kalau mau hidup melayani Yesus, maka orang percaya harus siap menderita (tetapi bukan penderitaan yang dicari-cari). Kalau hidup sesuai dengan firman Tuhan dan dunia menolak maka kita akan menderita. Seperti apa yang dikatakan pada Mat 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

3.  Jangan sok pintar dan sok tahu di hadapan Tuhan. Apa adanya di hadapan Tuhan yang Maha Tahu. Mazmur 73:21-24 ditulis oleh Asaf. Sebagai orang percaya, ia banyak menemukan tanda tanya, kebingungan yang membuat dia tidak percaya lagi pada Tuhan. Antara lain mengapa usaha orang fasik , orang jahat dan orang tidak percaya lebih lancar dari orang percaya? Mengapa orang dunia lebih sehat , lebih gemuk, tidak banyak penyakit dibanding orang percaya yang tambah lama tambah banyak penyakit? Bukankah kita juga suka bertanya begitu dan  kadangkala pertanyaan kita tidak ada jawabannya. Hal itu kemudian seringkali membuat kita ragu apakah Tuhan ada atau tidak ? Kemudian Asaf masuk ke bait Allah dan mulai mengerti. Saat di bait Allah, Tuhan berkata, “Asaf nanti kamu lihat ujung hidup mereka atau waktu Aku memanggil kamu di rumahKu baru kamu mengerti bahwa kalau kamu susah itu bukan kegagalan.” Karena banyak kejadian dalam hidup yang tidak terduga. Ada hamba Tuhan yang istrinya meninggal tertabrak, tetapi ia baru tahu 1-2 hari kemudian. Karena pada hari istrinya meninggalkan rumah pergi ke kos anaknya setelah mereka berdua ribut mulut. Orang kalau marah tidak mau bertanya. Ia pikir bahwa istrinya pergi 1-2 jam tidak apa-apa. Biarkan saja nanti juga kembali. Setelah sehari pergi, ia mengira bahwa paling juga istrinya akan pulang nanti malam. Tetapi ketika tidak pulang sampai besok, baru tanya mengapa tidak pulang? Barulah ia bertanya kepada anaknya, “Apakah mamamu di sana?” Ketika anaknya menjawab “Tidak ada!” barulah ia terkejut. Lalu ia mencari ke sana-sini dan kemudian mendapat berita, “Bapak silahkan datang ke rumah sakit untuk memeriksa  apakah jenazah ini benar istri Bapak?” Ada kejadian tidak terduga dan bila dialami membuat kita bersedih dan penuh penyesalan? Itu bisa membuat kita putus asa. Semalam ada seorang hamba Tuhan yang mengirim pesan melalui Blackberry kepada mu shi, “Pak Heri tanggal 3 September kemarin istri saya meninggal menjadi korban tabrak lari. Sekarang saya sedang dirawat, dan bila sembuh kemungkinan besar saya pincang.” Dia adalah orang yang coba kami kenalkan ke salah satu gereja di Sumatera Selatan untuk pelayanan. Baru sebulan lalu kami berbincang-bincang dengannya dan bertanya tentang CV-nya. Di sana tertulis namanya, nama istri dan kedua anaknya. Tetapi sekarang ia harus menulis bahwa status istrinya : almarhumah. Kejadian yang tidak terduga seperti ini bisa membuat kita putus asa.

4.   Terus tegar jangan sampai putus asa. Sekitar 2 minggu lalu, kesehatan Ai Willy mengalami gangguan. Sebelumnya ia tidak pernah menangis, tetapi waktu kami membesuknya ia menangis. Dia bertanya, “Shi mu, apa maksud Tuhan membuat saya sakit lama? Karena saya masih ingin membangun GKKK.” Kadang saya berpikir, “Wah orang ini sudah terbaring di tempat tidur, mengapa bisa memikirkan bahwa saya masih ingin membangun GKKK?” Kadang kala sebagai orang sehat , kita mengalami putus asa. Sedangkan Ai Willy yang terbaring di rumah sakit dari tanggal 11 September baru pulang ke rumah dengan kondisi belum terlalu baik sekitar seminggu lalu. Saat terakhir membesuknya, tangan dan lehernya sedikit bengkak tetapi ia masih bilang, “Titip salam buat jemaat. Doakan saya, tetapi jangan besuk karena butuh istirahat.” Ini contoh hidup. Orang yang susah sekali biasanya putus asa. Tetapi Ai Willy tidak putus asa dan terus minta didoakan dan sering berdoa sendiri. 


No comments:

Post a Comment