Monday, June 1, 2015

Kukasihi Kau dengan Kasih Tuhan




Pdt. Bubby Ticoalu

Yoh 15:12-15
12  Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
14  Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
15  Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Pendahuluan

                Dalam kehidupan berumah tangga, ada istri yang kurang senang dengan ayat  Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan (Efesus 5:22) karena “terlalu merendahkan wanita”. Dengan kalimat lain dikatakan,“Hai istri pahamilah suamimu!” Dalam pernyataan ini sepertinya derajat suami lebih tinggi dibanding istri. Namun kalau kita membaca lebih lanjut dikatakan, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Efesus 5:25).  Artinya istri taat kepada suami yang sebaliknya mengasihi istrinya seperti Tuhan Yesus. Hal ini berarti pengorbanan yakni rela memberi dirinya demi orang-orang yang dikasihiNya yakni engkau dan saya. Tema “Kukasihi Kau dengan Kasih Tuhan” membuat saya takut karena menyangkut pengorbanan. Yoh 15:13-14  Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kata “sahabat” di sini menuju kepada Tuhan Yesus. Pada ayat 14 ada kewajiban atau respon (Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu). “Apa yang kuperintahkan” balik lagi ke ayat 12 (Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu).
                Saya mantan dosen SAAT. Dahulu selama bertahun-tahun kami , para dosen SAAT, melakukan wawancara bagi calon mahasiswa yang akan masuk SAAT. Pertanyaannya macam-macam. Misalnya : “Apa tujuan kamu mau masuk seminari dan menjadi seorang hamba Tuhan?” Banyak calon mahasiswa yang sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan ini di rumah. Macam-macam jawabannya, bahkan ada yang menjawab, “Saya melihat ada cahaya dari surga dan ada orang yang melambai-lambai.” Jawaban seperti ini bisa benar bisa juga tidak, namun intinya apakah calon mahasiswa ingin menjadi hamba Tuhan karena panggilan?  Untuk mencari calon mahasiwa teologi, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan baik. Akhirnya kami bertanya 1 pertanyaan, “Mengapa kamu memilih kuliah di SAAT?” Jawabannya ada yang mengejutkan saya karena selama 30 tahun di SAAT saya tidak pernah mendengarnya. “Bagaimana ya, bapak-ibu dosen. Bagaimana mendefinisikan yang namanya jatuh cinta?” Calon mahasiswa ini luar biasa.  Pernyataannya membuat kami memandang satu dengan lain sambil tersenyuml. “Saya jatuh cinta dengan SAAT, bagaimana menjelaskannya?” Dengan pernyataannya itu, ia diterima! Sayangnya cintanya hanya seumur jagung dan akhirnya tidak melanjutkan kuliah di SAAT. Memang mendefinisikan cinta itu sulit. Dari anak kecil sampai orang dewasa, mempertanyakan “What is love?” (apa itu cinta?).


What is love?

                Titik Puspa (78) dalam lagunya Jatuh Cinta mengatakan “Jatuh cinta berjuta rasanya”. Pertanyaan “what is love?” di tengah dunia yang sangat kompleks yang bergerak bergitu cepat sangat sulit dijawab. Apa yang dimaksud dengan cinta itu? Glynn Wolfe (1908-1997), seorang pendeta Baptis dari California saat usia 89 tahun telah menikah 29 kali atas dasar cinta. Terakhir ia menikah dengan seorang bernama Linda Wolfe yang memegang rekor dunia kategori wanita dengan telah menikah sebanyak 23 kali saat berusia 68 tahun. Namun pemegang rekor keseluruhan adalah Kamaruddin Mohammaed (meninggal 2007) yang di saat usianya 72 tahun telah menikah 53 kali! Apakah itu yang disebut cinta? 


Ada juga Yan Zheng Ming (94 tahun) yang melangsungkan pernikahan dengan Zhou Su Qing (90 tahun) di desa Qu Xia, Provinsi Si Chuan. Pernikahan seperti ini luar biasa. Maukah kita seperti mereka? 


Ada juga sepasang kakek-nenek yang dengan begitu mesra memainkan computer dengan teknologi touch screen (layar sentuh). Kalau memperhatikan hal seperti ini membuat kita iri hati karena melihat betapa mesranya mereka.


                Namun sekarang apa yang terjadi di dunia? Ada sepasang pengantin pria (gay) yang diberkati pernikahannya di gereja oleh seorang pendeta wanita. Mereka juga mengatakan bahwa mereka saling mencintai dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka berdua. Bila didefinisikan, cinta mereka seperti apa? Apakah ini juga berarti mengasihi engkau seperti kasih Tuhan? 


Ada juga pernikahan sepasang wanita di gereja yang diberkati oleh seorang pendeta pria. 


Dan yang lebih menyedihkan ada seorang pendeta pria yang menikah dengan kekasih prianya dan diberkati. Bukan sang pendeta yang memberkati tetapi justru dialah yang diberkati dalam pernikahan “kudus”. Ini adalah sesuatu yang sedang dihadapi dunia ini yang mau mengartikan apa itu cinta.
                Menurut pandangan seorang ahli setelah melalui penelitian mengatakan bahwa saat jatuh cinta terjadi suatu reaksi kimiawi yang sangat kompleks dan mempengaruhi mood, tingkah laku, perasaan dan seluruh kehidupannya.  Itu menunjukkan the power of love (kekuatan cinta) itu luar biasa. Kekuatan cinta tidak pandang bulu. Tidak ada aturan pemerintah yang melarang orang menikah karena mencintai adalah hak asazi manusia. Proses yang terjadi itu proses yang luar biasa. 


Rasul Paulus mengatakan bahwa kasih Kristus luar biasa sekali karena seluruh penderitaan dan pelayananNya (tidak menghiraukan nyawaNya sedikit pun). Hamba Tuhan yang setia, rela melayani bahkan menjadi martir sekalipun karena the power of love. Orang Kristen belajar dari Yesus Kristus Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Demikian juga dengan Rasul Yohanes yang mencatat perkataan Yesus, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Dia memberikan anakNya yang tunggal. Sehingga didapat satu defisini, kasih tidak diukur dari apa yang diterima, tetapi diukur dari apa yang kita beri. Kasih itu bukan berarti mengasihi orang yang sempurna, tetapi kasih itu mengasihi yang tidak sempurna dengan kasih yang sempurna. Itulah apa yang telah dilakukan Yesus Kristus. Kita tidak sempurna, memberontak, berdosa dan mendukacitakan hati Tuhan, tetapi karena Allah mengasihi dunia ini, maka ia mengutus Yesus Kristus yang mengatakan,”Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” yaitu bagi engkau dan saya. Itu menunjukkan kasih yang begitu membakar kehidupan, menguasai mood dan hati kita.
                Kalau orang Kristen saat bekerja dan hamba Tuhan ‘terbakar’ dengan kasih yang demikian , maka kita akan melihat hal yang luar biasa. Yang mengerikan apa yang terjadi sehingga Rasul Yohanes mencatatnya, Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. (Wahyu 2:2-4). Kasih yang dulu pernah engkau nyatakan tapi sekarang sudah tidak lagi. Engkau telah meninggalkan itu. Pdt. Stephen mengarang 1 lagu Bila Ku Pernah Cinta Yesus (1961), Bila kau pernah cinta Yesus, m'ngapa tak cinta Dia s'karang? Meski kau t'lah menjauhkan Dia, kasih-Nya tak b'rubah. O, dengarlah panggilan-Nya, harap kau lekas pulang, bila kau pernah cinta Yesus, haruslah lebih cinta. Dengan berjalannya waktu, cinta bisa berubah. Yesus mengatakan , Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Kita harus bisa mengasihi satu dengan lain seperti Yesus mengasihi kita. Pada puncaknya di atas kayu salib Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34b) Padahal orang yang didoakan Yesus tidak pernah meminta pengampunan. Itulah orang-orang yang telah memberontak kepada Dia, menyiksa Dia dan tidak meminta pertobatan. Mereka tidak berkata, “Maaf, saya menyesal”. Kepada mereka itulah, Yesus berdoa, “Ampuni mereka”. Adalah mudah sekali mengampuni orang yang baik, asal mereka meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Adalah mudah mengampuni orang yang menyenangkan dan melakukan apa yang kita mau, namun untuk mengampuni orang yang tidak layak?

Kekudusan Tuhan

                Kalau Tuhan Yesus mengasihi kita, mengapa Ia harus mati di kayu salib? Bukankah Tuhan berkuasa untuk mengampuni dosa? Bukankah kita tinggal berkata, “Tuhan, saya minta maaf”, sudah beres. Mengapa Tuhan Yesus datang dari surga dan mati di kayu salib?  Di sini kita sering terjebak karena hanya berpikir, Allah adalah Allah yang maha murah, pengampun dan penuh anugerah. Itu betul, tetapi dibalik itu ada gambaran tentang kesucian Allah yang tidak bisa bertentangan dengan kasih Allah. Kasih Allah adalah kasih yang suci yang tidak mementingkan hawa nafsu dan kepentingan diri sendiri, tetapi kasih yang tidak berkontradiksi dengan kesucian Allah. Allah itu maha, tetapi Allah tidak ada di dalam dosa. Allah Maha Kuasa, tetapi Allah tidak berkuasa berbuat dosa. Oleh karena kesucian Allah tidak boleh bertentangan dengan yang lainnya seperti ketulusan Allah. Saat Dia mengasihi manusia, Dia memberikan diriNya ke kayu salib. Jadi tidak sekedar mengatakan “Aku mengasihi manusia, tetapi itulah keseriusan.”
                Pernyataan “harus mengampuni orang lain” adalah betul namun pada waktu orang tidak mau bertobat dan terus bergelimang dosa, kita harus menjaga kesucian (jadi harus menjaga kekudusan). Seringkali kita lupa  bahwa Tuhan maha baik dan penuh anugerah tapi lupa bahwa Tuhan juga maha kudus. Mengapa ada korupsi yang melibatkan anak Tuhan? Mengapa ada perselingkuhan dalam kehidupan anak Tuhan bahkan hamba Tuhan terlibat?. Karena tidak memandang kekudusuan Allah! Dari renungan “Our Daily Bread” saya belajar tentang cara menyapa yang lain. Sapaannya bukan “Apa kabar?” tetapi “Apakah anda suci hari ini?” Bila disapa demikian, apakah ada yang berani berkata, “Amin saya suci!” Adakah pikiran, perasaaan, relasi tidak memiliki kepahitan dengan orang lain dan kebencian dalam hati kita? Walau kita menjawab tidak, Tuhan tahu yang sebenarnya. Saat ditanya “Are you holy  today?”, apa yang harus kita jawab?” Di situlah menunjukkan keseriuan kekudusan Allah yang seringkali ditutupi dengan “kukasihi kau dengan kasih Tuhan”, padahal  di balik itu ada hawa nafsu, kepentingan sendiri dan cari popularitas. Kalau kita mengasihi Tuhan seperti di atas kayu salib maka kekudusan Allah digenapkan. Kasih di dalam Alkitab, ada kasih yang kudus, yang tidak kompromi dengan dosa.  Bukankah kasih itu menutupi segala sesuatu? Tidak. Tetapi kasih itu membimbing orang untuk datang kepada kekudusan (bukan menutupi). Kasih menutupi segala sesuatu sepreti Tuhan Yesus menutupi dosa kita melalui pengorbanannya. Ini menunjukkan sesuatu yang tidak mudah. “Kukasihi kau dengan kasih Tuhan” bisa menjadi bahasa rohani yang terlalu bagus di luar tetapi lain di dalam.
                Saat orang Kristen ditanya, “Boleh berbohong?” dijawab “Tidak!” tapi prakteknya ? Kita berbohong. Di dalam Alkitab, dalam bahasa yang diterjemahkan secara baik, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa pada waktu kita berbicara bohong kita sedang bicara dengan bahasa asli (our own language), bahasa kita yang paling dasar. Bahasa asli kita bukan bahasa Betawi atau Mandarin, tetapi bahasa bohong. Itu yang benar. Seorang yang bernama Aiden Wilson Tozer (1897 –1963) mengatakan orang Kristen tidak berbohong. Tetapi orang Kristen pergi ke gereja untuk menyanyikan kebohongan.  Contoh : saat beribadah kita menyanyikan lagu “Kurindu firmanMu”, “Kuserahkan segala-galanya”, “Inilah hidupku”. Apakah yang dinyanyikan itu benar dilakukan atau hanya berpura-pura? AW Tozer mengatakan, “Orang Kristen tidak berbohong tapi datang ke gereja untuk menyanyikan kebohongan” Orang Kristen ikut bernyanyi. “Holy..holy..holy” padahal hidupnya najis. Di sini kita belajar mengasihi seperti Allah yaitu kasih kudus, kasih yang tidak terdistorsi untuk kepentingan diri tetapi kasih yang memberikan nyawaNya bagi kita.
                Pada 1 Kor 13 dikatakan “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (1 Kor 13:4). Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori yakni kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti, kata bilangan dan kata tugas. Kata “sabar”, “murah hati” dan “cemburu” adalah kata sifat (adjective). Padahal dalam bahasa Yunani, yang digunakan bukan kata sifat melainkan kata kerja. Jadi “baik” bukan bersifat yang pasif tetapi dinamis dan dinyatakan dalam tindakan (in action, dikerjakan). Omong kosong kalau kita datang ke undangan , lalu disambut dengan kata-kata, “Kenyangkanlah dirimu” tapi tidak disajikan apa-apa. Dalam kitab Yohanes , kata “kasih” itu dalam bentuk kata kerja seperti dalam kalimat “aku mengasihi kamu”. 1 Kor 13 satu-satunya ayat yang tidak diterjemahkan dalam bahasa yang bisa dimengerti , tetapi diterjemahkan dalam kata sifat. Seharusnya arti in action seperti aku mengasihi kamu dengan memberikan nyawaku. Berarti kerelaan tangan terulur untk menolong hidup orang lain. 


Tangan yang berulur bagi mereka yang memerlukan. Tangan Yesus dari surga datang untuk menjemput tangan kita. Saat berada di jurang yang dalam, tangan Tuhan datang menariknya. Itulah kasih Tuhan yang begitu besar. Adakah kasih itu membakar? Pada waktu Petrus akan tenggelam, segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang Petrus  dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (Mat 14:31) Sebelumnya ia merasa percaya sehingga ia datang kepada Yesus dengan berjalan di atas air. Namun lama-kelamaan datang ombak sehingga ia menjadi khawatir dan tenggelam. Lalu tangan Yesus mengangkatnya. Momen ini tidak pernah ia lupakan. Pada waktu aku tenggelam, dalam jurang dosa, tanganMu yang suci memegangku.  Itu momen yang luar biasa. Seperti Dia telah mengulurkan tanganNya, tetapi seringkali kita tidak meneruskannya. Kita suka dicintai, dikasihi, ditolong dan dipuji tetapi kita enggan untuk mengulurkan tangan, menerima dan mengasihi. Jikalau kamu sahabatku yang betul menerima apa yang Aku berikan dalam kasih yang begitu besar, akan  ada reaksi kimia yang begitu besar , itulah kasih Bapa saat melayani manusia. Saat kita melayani , ada kidung pujian dalam hati kita. Lalu mengapa rasa cinta itu bisa luntur? Kalau cinta kita luntur, siapakah saya? Seharusnya kita terbakar dengan kasih Tuhan yang dengan rela mengulurkan tangan kita.


                Pada waktu lemah, Engkau memberikan tangan bagi mereka yang lapar dan membutuhkan kasih. Ini kenyataan, tidak semua kita dipanggil seperti Mother Theresa. Tetapi bentuk kepedulian dan kerelaan untuk mengulurkan tangan itulah panggilan. Ada kisah tentang Mother Theresa. Saat berhadapan dengan anak-anak yang sekarat, ia mengambil anak yang paling parah dan kemudian membersihkannya. Namun akhirnya anak itu meninggal. Tetapi saat meninggal, ia meninggal dengan tersenyum sebagai tanda bahwa  ia berterima kasih. Setidaknya anak itu pernah merasakan kasih. Begitu banyak orang yang memerlukan kasih. Mengasihi seperti Tuhan tidak mudah, itu menyangkut pengorbanan dan penyangkalan diri. Dalam pelayanan kami di Betzata, ada anak-anak yang kurang beruntung. Tidak mudah, namun kami tidak berani seperti mother Theresa.  Bagaimana kita mengasihi yang tidak sempurna dengan kasih yang sempurna seperti Tuhan Yesus. Bapa gereja Agustinus mengatakan, “Seperti apa kasih itu? Kasih itu mempunyai tangan untuk menolong orang-orang lain, mempunyai kaki untuk bersegera menuju kepada orang miskin dan yang membutuhkan. Kasih mempunyai mata untuk melihat kemalangan dan kebutuhan. Kasih mempunyai telinga untuk mendegar keluh-kesah dan kesedihan manusia. Seperti itulah kasih.” (What does love look like? It has the hands to help others. It has the feet to hasten to the poor and needy. It has eyes to see misery and want. It has the ears to hear the sighs and sorrows of men. That is what love looks like. That’s love look like). Itulah kasih. Kita tidak mungkin mengasihi dan menolong semua orang yang membutuhkan, Tapi ada orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan. Kamu adalah sahabatku. Bila berbuat apa yang kuperintahkan. Saling mengasihi seperti Aku mengasihimu.

Penutup


                Pada awal tahun 2015, ada artikel di media massa tentang Masha, seekor kucing liar yang menyelamatkan seorang bayi dari mati akibat kedinginan di jalanan Rusia. Masha menggunakan bulunya yang lebat untuk mendekap si bayi sambil mengeong sekeras-kerasnya. Seperti dilaporkan oleh Central European News, Masha secara tidak sengaja menyandung boks yang di dalamnya terdapat bayi yang berusia kurang dari 12 bulan di Obninsk, Rusia. Entah karena naluri keibuannya, Masha langsung masuk ke dalam kotak tersebut dan mendekap si bayi. Masha lantas mengeong mencari perhatian orang-orang yang lewat di sekitar situ. “Bayi berada di jalanan itu beberapa jam dan terimakasih buat Masha, kucing itu tidak merusak kotak itu,” ujar seorang juru bicara rumah sakit kepada Central European News. Bayi itu kemudian dilarikan ke rumah sakit setempat—dan kemudian dikabarkan bahwa bayi tersebut benar-benar sudah sehat—tapi Masha tampak tidak bahagia meninggalkan bayi laki-laki tersebut. “Masha bahkan mencoba mengikuti ambulan yang mengangkut si bayi,” lapor Ruptly Video Agency. Warga sekitar juga mengatakan, Masha menunggu di jalan untuk beberapa jam sampai ambulan kembali. Di sini terlihat bahwa pada waktu manusia tidak melakukan kewajiban (dalam hal ini, ibu sang bayi seharusnya memperhatikan anaknya), Tuhan bisa memakai kucing. Waktu manusia tidak mau memperhatikan atau membuang bayi, maka Tuhan bangkitkan kucing. Seperti Tuhan memakai keledai saat Bileam mau memberontak terhadap perintah Tuhan (Bilangan 22-23). Juga Tuhan memakai ikan besar saat Yunus tidak mau mematuhi perintah Tuhan. Kucing di atas lebih baik dari seorang mama. Masha mempermalukan kita. Kalau kita tidak mau membahasakan kasih Tuhan maka Tuhan akan mempermalukan kita.

                Kita berdoa agar kita memiliki kasih yang kudus (bukan nafsu dan kompromi dengan dosa), untuk membawa orang yang berdosa dan gagal. Orang yang gagal kita bawa untuk datang kepada Sumbernya (Penciptanya). Kiranya kita bisa memiliki kasih yang kudus dalam kehidupan antara suami-istri, orang tua dan anak, antara saudara seperti kasih Tuhan. Itulah kehidupan bagi sahabat-sahabat Kristus.

No comments:

Post a Comment