Tuesday, May 26, 2015

Arogan dan Minder

Ev. Fuk Sen

Yeremia 1:4-8,Ester 3:1-6

Pendahuluan

                Kita semua pasti tidak suka kalau ada yang mengatakan kepada kita, “Kamu orangnya sombong ya!” Mendengar kalimat itu, kita akan menunjukkan reaksi tidak suka dan hati kita menjadi panas. Karena sombong (arogan) identik dengan sikap yang negatif. Sebaliknya kita lebih suka kalau ada yang berkata, “Kamu orangnya rendah hati ya.” Maka hati kita akan berbunga-bunga mendengarnya. Kita bukan hanya tidak suka disebut orang sombong, tapi kita seringkali tidak menyadari bahwa sebenarnya kita memang orang sombong.

Sombong, Penyebab dan Bahayanya

                Sombong  (arogan) adalah sikap yang memandang rendah, atau mengecilkan usaha, pemikiran atau apa saja yang dicapai orang lain, kemudian timbul kecenderungan untuk membandingkan usaha orang lain dengan sisi keberhasilan yang telah dicapainya, tetapi menutupi kekurangan diri sendiri.
                Haman tidak sadar bahwa ia sombong. Bukan hanya Haman, tidak ada manusia yang menyadari bahwa ia orang yang sombong. Itulah bahaya orang yang sombong. Kalau seseorang bersikap sombong, berarti ada sesuatu yang membuatnya begitu. Tidak mungkin orang menjadi sombong tanpa ada alasannya. Orang menjadi sombong karena punya kelebihan dibanding orang lain. Misalnya : ia punya uang yang lebih banyak, lebih pintar, lebih berkuasa , lebih tampan / cantik  dari orang lain dan lain-lain. Untuk bisa sombong harus punya sesuatu yang membuat seseorang begitu.
                Pada Ester 3:1-2a dikatakan   Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda. Dan semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah diperintahkan raja tentang dia, Haman menjadi sombong karena diangkat menjadi pejabat di atas pembesar lainnya oleh raja. Raja menetapkan bahwa semua pegawai raja yang ada di pintu gerbang istana raja harus sujud kepadanya.  Sebelum diangkat jadi pejabat seperti itu, ia tidak menuntut orang lain untuk bersikap hormat kepadanya. Tetapi begitu diangkat, muncullah sikap sombong apalagi ia diangkat melebihi pejabat lainnya, sehingga ketika ia berjalan, pegawai pintu gerbang harus bersujud menyembahnya. Tapi ada satu orang yang tidak mau berlutut kepadanya yaitu Mordekhai (Ester 3:2b tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud).
                Karena kesombongannya, Haman tidak mau ada pegawai lain di kerajaan yang lebih tinggi daripadanya. Bila ada , ia merasa disaingi oleh orang tersebut. Semua dosa (kejahatan) lainnya biasanya menyatukan para pelakunya. Misalnya  tukang gosip akan bergabung dengan penggosip lainnya. Orang yang mabuk akan berkumpul dengan pemabuk, orang berjudi berkumpul dengan penjudi dan lain-lain. Dalam bahasa C. S. Lewis, “Kejahatan-kejahatan lainnya terkadang bisa mempersatukan orang: Anda mungkin menemukan persekutuan dan senda gurau dan persahabatan yang erat di tengah orang-orang yang mabuk dan tidak suci.” Namun demikian kesombongan adalah dosa yang amat berbeda. Kesombongan selalu berarti perseteruan (kesombongan adalah perseteruan), bukan hanya perseteruan antara manusia dengan manusia, tetapi perseteruan dengan Allah. Dosa-dosa yang lain masih bisa mempersatukan orang-orang, tetapi kesombongan selalu berarti perseteruan, pertikaian, dan konflik yang tidak dengan orang lain. Oleh karena itu, jika ada suatu konflik tak berkesudahan, baik itu di dalam persahabatan, pernikahan, pekerjaan, C. S. Lewis menebak, pasti ada orang yang sombong di dalamnya, sehingga begitu sulitnya hal itu diselesaikan. Tentu saja semakin sulit lagi, jika pihak yang sombong selalu berpikir bahwa pihak lawanlah yang sombong. Ini benar-benar lingkaran setan! Tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah seperti ini kecuali Tuhan.  Orang sombong tidak pernah berkumpul dengan orang sombong lainnya karena punya sikap bersaing dengan orang lainnya . Itu yang terjadi pada Haman yang ingin dirinya lebih dari orang lain. Ia ingin di kerajaan semua orang harus sujud kepadanya. Ketika ia berjumpa dengan orang yang tidak bersujud kepadanya, maka ia tidak suka dengan orang tersebut.
                Orang sombong karena ketampanan, kehebatan, kekayaan atau apa yang dipunya. Begitu ada orang lain yang sombong, maka ia tidak suka. Begitu melihatnya, maka ia tidak akan suka. Suatu kali Haman melihat Mordekhai tidak menyembah dia padahal semua orang lainnya sujud. Haman yang sombong ketika melihat Mordekhai tidak menghormati seperti yang diinginkannya (berlutut dan bersujud kepadanya), maka ia menganggap Mordekhai sombong dan ia tidak suka hal itu.
                Ada seorang penyanyi yang bisa menyanyi dengan begitu merdu. Sehingga setelah ia menyanyi, banyak orang yang bertepuk tangan.  Lalu tampil penyanyi lain yang menyanyi dengan luar biasa, begitu merdu dan tenang sehingga penonton berdiri dan bertepuk tangan. Penyanyi yang pertama melihat penyanyi kedua  yang melebihinya sehingga ia tidak menyukainya. Kita sebetulnya terjepit oleh sikap sombong hanya kita tidak menyadari kesombongan kita. Itu yang terjadi pada Haman yang tidak menyadari kesombongannya.  Demikian juga dengan jemaat di gereja.  Jika kita datang ke gereja lalu suatu kali ada yang tidak menyapa maka kita menganggapnya sombong dan tidak suka kepadanya. Apa bedanya? Mordekhai tidak menyembah kepada Haman. Haman melihatnya sebagai orang sombong dan setelah menilai begitu sesungguhnya ia sendiri orang yang sombong yang menuntut orang lain untuk hormat kepadanya.
                CS Lewis (seorang profesor Cambridge yang menulis buku Mere Christianity dan banyak novel seperti The Chronicles of Narnia) mengatakan bahwa “Semakin sombong seseorang semakin ia membenci kesombongan dalam diri orang lain.” Orang sombong melihat orang lain sombong dan tidak menyukai kesombongan orang lain. Orang Singapore punya kia-su (dialek Hokian artinya takut kalah atau kehilangan). Kiasu bisa diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan : takut kalah dalam persaingan, pertandingan atau peperangan.  Misal : kita merasa diri kita hebat. Lalu ada lagi yang lebih hebat. Kita menganggap yang lebih hebat itu kecil dan tidak ada apa-apanya. Buat apa kita menjadi begitu tinggi di atas orang lain sehingga akhirnya jatuh? Kesombongan kepada Allah adalah kehancuran. Haman yang sombong akhirnya mati di tiang gantungan.
                Selanjutnya C. S. Lewis berkata, “Kesombongan pada hakikatnya bersifat kompetitif – naturnya itu sendiri bersifat kompetitif – sementara kejahatan-kejahatan lainnya, bisa dikatakan hanya berkompetisi secara kebetulan.” Ia menjelaskan, “Kesombongan tidak merasa senang karena memiliki sesuatu, tetapi hanya jika ia memiliki sesuatu yang melebihi apa yang dimiliki oleh orang di sebelahnya.” Kesombongan selalu membuat orang kompetitif terhadap orang lain. Kesombongan hadir dalam konteks perbandingan dengan orang lain dan bukan kesendirian.
                Di samping itu ada juga sombong rohani. Hal ini seringkali dialami oleh orang-orang yang merasa telah melayani Tuhan. Ciri-ciri orang yang sombong rohani, antara lain : suka menghakimi, suka mencela orang lain, dan dia merasa bahwa hanya dirinyalah yang paling tahu dan paling pintar. Dalam Matius 7:21-22 Tuhan Yesus mengatakan : "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk kedalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu semua pembuat kejahatan!" dan "Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN." (Obaja 4)


Minder

                Seorang minder karena menganggap diri lebih rendah dari orang lain. Yeremia adalah orang seperti itu. Tuhan menjadikannya seorang nabi. Ketika ia dipanggil menjadi nabi, ia berkata, "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." (Yer 1:6). Yeremia mendengar panggilan Allah dan berkata “Jangan! Aku masih muda dan tidak pandai bicara.” Begitu rendah diri (minder) dan ia merasa tidak bisa apa-apa.  Tuhan tidak menginginkan orang begitu tinggi dibandingkan orang lain. Dan Tuhan tidak menginginkan orang merasa begitu rendah dibanding orang lain, Tuhan ingin orang menjadi seimbang dengan orang lain.
               “Dibalik kerendahan dan kekecilanmu, engkau yang kupilih. Saya mau memakai kamu dan akan menyertai engkau.”, begitu kata Allah. Orang tidak sadar akan prinsip ini.  Kita seharusnya merasa luar biasanya Tuhan yang memakai kita dan mnyertai kita. Orang sombong seperti Haman berakhir di tiang gantungan, yang minder ditegur TUhan. Yeremia 1:7-8  Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.   Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."

Penutup

                Tuhan bisa mengubah orang yang sombong dan minder.  Mintalah kepada Tuhan, “Tuhan ini aku orang yang sombong atau minder, ubah aku.” Maka Tuhan bisa memulihkan. Maukah? Gereja tidak membutuhkan orang yang sombong.  Keberhasilan, karir yang menanjak, studi yang berhasil atau harta kekayaan kita adalah anugerah Tuhan saja. Tidak seharusnya kita membanggakan diri dan menjadi angkuh. "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18). Jika bukan Tuhan tak mungkin kita dapat mempertahankan keadaan kita. Yang kita miliki hari ini belum tentu esok masih ada. Tanpa Tuhan kekayaan dan kejayaan dengan sekejap dapat lenyap. "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." 1 Petrus 5:6
                Gereja juga tidak menginginkan jemaatnya menjadi minder. Gereja ingin jemaat Tuhan yang sehat rohani. Lihatlah pelayanan yang dipercayakan kepada kita. Apa kita mau menjadi seperti Yeremia? Padahal walau masih muda, tapi Tuhan menyertainya. Dengan kemampuan kita, bila Tuhan tidak menyertai kita maka tidak ada gunanya!


No comments:

Post a Comment