Monday, June 29, 2015

Gereja: Kepanjangan Tangan Tuhan


Pdt. Suryawan Edi

Kis 2:41-47
41  Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42   Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
43  Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
44  Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45  dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
46  Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47  sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Pendahuluan

                Ketika berbicara tentang gereja, kita seringkali  terjebak dengan menganggap gereja sekedar gedung geraja saja. Sekitar seminggu lalu , saya baru kembali dari Israel dan di sana saya sempat melihat banyak gereja yang bagus-bagus. Pemandu kami mengatakan,”Ini dulu tempat kelahiran Yesus Kristus di Betlehem (Luk 2 : 1 – 6)  dan kemudian didirikan  Gereja Nativity”, “Ini dulu synagoge rumah Imam Agung Kayafas, tempat dimana Yesus diadili dan dipenjara dan kemudian didirikan Gereja St.Peter Gallicantu (Mat 26 : 57 – 67)”, “Ini dulu tempat di mana Yesus terangkat ke surga dan kemudian didirikan Chapel of Ascension ( Kis 1 : 6 – 11)”, “Ini dulu tempat Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami (Luk 11 : 2 – 4) dan kemudian didirikan Pater Noster Church”; “Ini dulu tempat Yesus dimakamkan (Yoh 19 : 16 – 27) dan kemudian didirikan Gereja Makam Kudus”, “Ini Gereja Warta Suka Cita atau Church of Announciation ( Luk 1 : 26-38) yang dulunya tempat Maria mendapat kabar suka cita tentang kelahiran Yesus Kristus” , “Ini Gereja Kana ( Yoh 2 : 1 – 11 ) dulunya merupakan  tempat Yesus mengadakan mukjijat pertama kali dengan mengubah air menjadi anggur” dan lain-lain. Hampir semua tempat zaman Yesus Kristus yang ada di Alkitab dijadikan gereja. Di sana begitu banyak gereja tetapi orang Israel yang memandu tidak mau percaya Yesus. Mengapa? Kalau semua gereja itu hilang atau hancur apakah orang Israel di sana sedih? Mungkin sedih karena tidak ada lagi pemasukan uang karena biasanya seluruh orang di dunia datang untuk melihat tempat itu dengan menghabiskan uang mereka di sana.  Jadi seharusnya para pemandu dan orang Israel harus percaya Yesus kalau ditinjau dari untung yang mereka terima.

                Di Indonesia juga terdapat banyak gereja ,baik yang ada di ruko atau di gedung yang begitu besar. Suatu kali saya berdiri di depan gereja yang saya gembalakan dan bertanya, “Kalau suatu kali gereja ini tiba-tiba hilang, apakah penduduk di sekitar sini akan menangis dengan sedih  atau tidak?” Dengan kata lain apakah ada pengaruh bagi penduduk di sana bila gereja hilang? Seharusnya gereja menjadi kepanjangan tangan Tuhan. Jadi yang penting bukan gedung gereja yang megah atau gereja yang isinya ribuan jemaat. Tapi yang terpenting dengan hadirnya gereja di dunia, apakah lingkungan di sekitarnya melihat bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan mengasihi mereka juga.

Beberapa prinsip Alkitab agar gereja menjadi perpanjangan tangan Tuhan

1.     Dekat dengan Tuhan (rindu beribadah dan bersekutu)

          Kis 2:41  Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa Rasul Petrus berkhotbah dan orang-orang yang mendengarnya tersentuh hatinya sehingga ada 3.000 orang yang dibaptis. Saat ini seorang pendeta yang membaptis 30 orang saja badannya sudah pegal. Saat itu murid Tuhan Yesus ada 12 orang sehingga bila semuanya membaptis maka setiap murid membaptis 250 orang. Saat ini pendeta mana yang sekali berkhotbah membuat banyak orang bertobat? Di Perjanjian Lama ada nabi Yunus yang disuruh Tuhan berkhotbah di kota Niniwe. Nabi Yunus tidak rela bangsa Niniwe bertobat karena menganggap mereka jahat. Tetapi akhirnya dia pergi ke sana, karena kalau ia tidak berkhotbah maka bangsa Niniwe akan binasa. Saat ia berkhotbah ada 120.000 orang (1 kota) bertobat! Kisah ini lebih hebat dari kisah di Perjanjian Baru. Kunci pertobatan bukan  manusianya yang hebat tapi Roh Kudus yang hebat yang memakai Yunus yang ogah-ogahan untuk memberitakan Injil. Demikian juga dengan Rasul Petrus yang sebelumnya pernah menyangkal Yesus Kristus. Jadi kalau mau dipakai Tuhan, titik pertama harus mengakui bahwa kita (gereja) tidak ada apa-apanya, tetapi Tuhan yang pimpin sehingga menjadi berkat. Walau banyak orang pintar , tapi Roh Kudus yang memimpin dan menjadi berkat.

          Kis 2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Bertekun artinya konsentrasi (fokus). Orang yang mula-mula bertobat, rindu sekali mendengar firman Tuhan dan rindu sekali berkumpul dan memecahkan roti. Johanes (John) Calvin (1509-1564,teolog dan seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss) mengatakan istilah “memecahkan roti” pada ayat 42 artinya perjamuan kudus dan perjamuan kudus dilakukan sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus untuk mengingat bagaimana “Yesus mencintai engkau”. Jadi prinsip pertama, harus rindu bersekutu dan dekat dengan Tuhan sendiri, rindu mendengar firman Tuhan, melakukan persekutuan dan perjamuan kudus. Saat kita dekat dengan Tuhan, kita merasakan Tuhan memeluk dan menyatukan kita. Indah sekali rasanya.

          Kis 2:43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.  Takut di sini tidak diterjemahkan dalam konteks sebagai akibat melihat sesuatu yang mengerikan sehingga semua bergetar, namun takut karena kagum, takhluk, merasa tidak ada apa-apanya dan  terpesona. Mendengar lagu Hallelujah oleh George Frederick Handel (1685-1759), hati kita menjadi terharu dan tergerak luar biasa, bahkan ada yang merasa bulu kuduknya merinding karena Allah begitu luar biasa ditinggikan! Itu makna dari ketakutan di sini. Alkitab menuliskannya dengan begitu baik. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Ada 2 hal yang berbeda tentang mujizat. Ada yang berpikir “bila ada mujijat maka baru gentar dan takut pada Tuhan”, maka ada gereja yang memakai mujizat sebagai alat promosi “datanglah ke gereja, ada kesembuhan ilahi” . Sedangkan gereja injili banyak khotbah tapi sedikit mujizatnya. Ada gereja yang berpromosi “Di sini orang miskin awalnya naik sepeda, berapa bulan kemudian naik motor lalu tahun depan naik mobil”. Gereja mula-mula tidak seperti itu. Itu 2 hal yang berbeda. Mereka takut dan kagum bukan karena melihat mujizat. Mujijzt memang terjadi, tetapi sebelum terjadi mereka sudah kagum terlebih dahulu. Mereka melihat 3.000 orang bisa bertobat padahal orang-orang yang bertobat itu mungkin dulunya adalah orang-orang yang tidak benar, brengsek, malas, tidak sayang keluarga, tidak mau bayar utang, pembohong dan lain-lain, lalu mengapa mereka bisa bertobat dan berubah? Mereka kemudian rindu sekali bersekutu dan berada di bait Allah. Hal ini membuat orang banyak tidak bisa berkata-kata dan kagum. Dulu ada yang sudah dinasehati dan ditegur begitu lama tapi tidak berubah, tapi sejak Tuhan menyentuh hati mereka, mereka pun berubah! Maka semua yang menyaksikannya takut, kagum dan hormat. Setelah itu baru dikatakan, “sedang (bukan sebab ) rasul-rasul juga buat mujizat lain”.

          Sung shi mu tadi memberi tantangan, “Cucu-cucunya pada kemana? Apakah sudah bangun? Cucu saya di lantai 4 walau belum tahu apa-apa, tapi sudah bersekutu”. Cucunya memang belum tahu apa-apa namun sedang bersekutu dengan gereja Tuhan dan merasakan indahnya pelukan Tuhan di gereja ini. Semenjak kecil hidup dalam Tuhan maka semakin besar hidupnya tidak jauh dari Tuhan. Ini tantangan dari prinsip pertama, merasakan tangan Tuhan untuk kita bersekutu. Saya bersyukur dan merasa terharu kalau melihat orang tua datang dan rajin beribadah. Di gereja kami, jemaat usia indah yang datang beribadah mencapai 150 orang dan usianya 70-80 tahun. Mereka datang dengan menyeret tubuh dan ada yang dipapah untuk mendengarkan firman Tuhan. Ada juga yang sudah susah jalannya, dipapah naik namun ternyata tidak bisa mendengar dan matanya kabur! Lalu untuk apa datang ke gereja padahal tidak bisa mendengar, melihat dan berjalan? Setiap ada persekutuan dan ibadah tiap minggu, ia datang. Dalam hati saya merasa terharu sekali. Alasannya ia datang hanya satu yaitu “Saya hanya ingin bersekutu dengan saudara-saudara seiman”. BIla orang yang tidak percaya mendengarnya, maka mereka akan bertanya, “Allah macam apakah di rumah Tuhan sampai orang yang tidak mengerti dan begitu terbatas tetap  rindu dan mencariNya?” “Allahnya dahsyat sekali sehingga orang yang susah, terbatas dan menderita sakit punya niat yang kuat untuk mencari Tuhan!” Kita merasa hangat saat bersatu, bersekutu dan  mempunyai keluarga besar sehingga orang-orang akan melihat dan merasakan Tuhan di GKKK Mangga Besar.

2.     Suka berbagi.
Kis 2:44-45  Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.Gereja mula-mula mau dan rindu membagi apa yang mereka punya (berbagi apa yang sudah didapat dari Tuhan). Salah satu ciri orang yang lahir baru adalah suka memberi. Orang yang sudah bertobat dan diperbarui Tuhan tidak pelit lagi tapi suka berbagi dan bukan orang yang suka meminta-minta. Seperti pada Lukas 19:8 dikatakan “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Orang yang sudah lahir baru rindu berbagi. Kita tidak perlu bicara besar, mau berbagi apa dengan orang lain. Mari cermati dari hal yang kecil. Ada orang yang saat belanja membeli sayur-sayuran (baik di depan rumah dan di pasar) sukanya tawar-menawar dengan begitu pintar. Ia mentawar terus sampai penjualnya merasa kalah dan berkata, “ya sudah ambillah”. Lalu dengan bangga dia membawa sayurnya pulang. Padahal beda harganya hanya Rp 500 tapi menawarnya hampir 30 menit! Jumlah yang tidak berarti dibanding ketika kita masuk WC umum dan membayar Rp 2.000 untuk sekali buang air. Hal ini menandakan hati yang tidak berbagi dengan orang lain.  Padahal tukang sayurnya dari subuh sudah bangun tidur lalu mengumpulkan sayur, kepanasan di siang hari hingga baunya tidak karuan di sore hari dan orang terkadang masih mau menawar gila-gilaan. Kenapa tidak sebaliknya bertanya, “Pa ini sayur satu ikat berapa?” Saat dijawab Rp 10.000 agar bisa membuat orang itu senang pembeli berkata “Rp 12.000 boleh tidak?” Membuat orang menjadi senang itu berkat. Mengapa kita tidak bisa berbagi dengan orang? Padahal di gereja sering memberi persembahan tapi untuk lingkungan apakah mereka tahu bahwa kita orang yang suka berbagi atau tidak. Jadi suatu kali bila orang di gereja hilang karena diangkat Tuhan, apakah tukang sayur tidak peduli dan berkata, “Syukurin!” Kalau orangnya pelit, tidak ada yang sedih dan menangis saat dia tiada. Mari kita beraksi sebelum FPI datang baru kita bagi-bagi sembako, karena itu berarti sudah telat. Gereja mula-mula tidak begitu. Gereja mula-mula suka berbagi dan memberi. Sehingga semua orang senang.

3.    Bergaul dengan masyarakat dan menjadi berkat
Kis 2:46  Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati. Bagian 1 dari ayat 46 dikatakan “mereka berkumpul di dalam bait Allah”, sedangkan pada bagian 2 dikatakan “mereka pulang ke rumah masing-masing memecahkan roti”.  Memecahkan roti pada ayat 46b dengan ayat 42 berbeda. John Calvin mengatakan bahwa memecahkan roti pada ayat 42 merupakan perjamuan kudus karena dilakukan di rumah Tuhan. Sedangkan pada ayat 46b bukan perjamuan kudus tapi perjamuan kasih dan persekutuan di rumah masing-masing. Hal ini berarti kalau kita mau menjadi perpanjangan tangan Tuhan maka kita tidak hanya merasa sukacita di gereja saja, tetapi kita juga pulang ke rumah masing-masing dengan membawa suka-cita dan bersekutu dalam keluarga kita. Jadi ada keseimbangan di dalam dan di luar gereja. Ini yang seringkali orang Kristen tidak memperhatikannya. Ada yang sibuk sekali melayani di gereja sehingga keluarga di rumah ditelantarkan dan tetangga dilupakan. Seorang majelis gereja mengatakan “Papa saya sudah berusia 78 tahun dan sampai hari ini tidak mau percaya Tuhan Yesus karena ia merasa ragu. Ia melihat anak-anaknya semenjak kecil, remaja, pemuda dan dewasa rajin ke gereja sampai tidak ada waktu untuk papa dan mamanya. Jadi mereka merasa gereja telah merebut anak-anaknya. Ia merasa gereja tidak memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarganya. Saat keluarga mau berkumpul tidak bisa karena ada rapat dan pelayanan di gereja.  Sampai papanya bertanya, ‘kamu anak gereja atau anak saya?’ Ingat bahwa kamu masih punya orang tua!”. Gereja sering terjebak dengan kesibukan yang tidak jelas. Gereja sepertinya tidak bisa melihat kalender merah kosong. Begitu ada tanggal merah lalu dibuat berbagai acara dan dibagi antara komisi anak, remaja, pemuda dan dewasa. Bahkan pendeta di gereja tidak punya waktu untuk keluarga hingga istri sang pendeta berbicara, “Saya senang kalau suami saya berkhotbah dan saya duduk dengan tenang. Tapi saya tidak senang kalau ia turun dari mimbar selesai khotbah. Karena kalau ia sedang khotbah berarti ia sedang bicara dengan saya, ada waktu untuk bicara dengan saya dan jemaat. Tapi begitu pulang ke rumah sulit bicara karena tidak ada waktu.” Suatu kali ada 2 orang anak pendeta yang sudah dewasa datang ke gereja dan sengaja masuk lewat pintu depan dengan berpakaian rapi. Lalu mereka berkata dengan sopan, “Permisi. Boleh kami bertemu dengan pendeta?” Oleh pekerja gereja dijawab,”Kamu kan anaknya mengapa harus permisi?’ Akhirnya mereka diantar ke ruang pendeta. Mereka tidak langsung masuk namun mengetuk pintu terlebih dahulu. Begitu masuk, keduanya berkata, “Pak Pendeta kami berdua mau konseling karena papa kami tidak punya waktu di rumah. Kalau kami mau mengajaknya berbicara tidak bisa karena papa kami sangat sibuk. Sehingga kami harus memakai status sebagai jemaat baru bisa untuk bicara dengan papa.” Mendengar itu, papanya menangis. Kita seringkali terlalu sibuk dengan segala urusan pelayanan di gereja dan tidak menyeimbangkan antara kepentingan keluarga, pekerjaan dan gereja. Sehingga orang-orang di sekitarnya tidak merasa Tuhan itu baik dan mau menolong mereka. Mereka merasa tangan Tuhan hanya melingkari pagar gereja dan sampai di sana saja. TanganNya tidak menjangkau rumah, keluarga dan masyarakat. Padahal pada ayat 47  dikatakan “sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” Itulah gereja mula-mula.

Penutup

                Jemaat gereja mula-mula disukai semua orang. Jemaatnya diberkati dan tiap hari ditambahkan jumlahnya karena mereka bersekutu begitu dekat dengan Tuhan dan mereka punya semangat berbagi dengan orang lain. Mereka keluar dan bergaul dengan masyarakat dan menjadi berkat dan semua orang di sekelilingnya suka dengan mereka sehingga Tuhan memberkati dan menambah jumlahnya. Tuhan kita paling tahu tentang kita. Tuhan paling tahu gerejaNya. Tuhan paling tahu gereja mana yang paling siap dititipi domba-dombaNya. Kalau kita berdoa, “Tuhan tolong tambahkan jiwa untuk mengisi banyak bangku yang kosong.” Doa seperti ini tidak salah, tetapi pertanyaan balik dari Tuhan,”Apa kamu sudah siap kalau Aku tambahkan jemaat?” Tuhan sayang sekali dengan domba-dombaNya. Ia tidak mau domba yang dititipinya kemudian disakiti, diacuhkan dan mendapat masalah-masalah.  Jadi kita harus berdoa dan menyiapkan diri dengan baik. Bila kita jadi gereja yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan,  maka gereja akan dibangunkan luar biasa. Kiranya Tuhan memakai GKKK Mabes.


No comments:

Post a Comment