Sunday, November 2, 2014

Makin Melayani Makin Dewasa

Pdt. Hery Kwok

Roma 12:1-8
1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
3  Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
4  Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,
5  demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.
6  Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
7  Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
8  jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.

Pendahuluan

                Ada seorang pemuda yang setiap pagi berangkat keluar dari rumahnya. Saya bertanya di mana ia bekerja? Yang mengherankan, ia menjawab bahwa ia belum bekerja! Rupanya ia pergi dari rumah agar orang tuanya mengira bahwa ia telah memiliki pekerjaan. Hal ini dikarenakan dalam persepsi orang tuanya orang dianggap sudah dewasa (tidak  lagi dianggap anak kecil) bila sudah bekerja, mencari uang dan menghasilkan sesuatu. Itu adalah kriteria dewasa menurut sebagian orang.  Lalu bagaimana dengan kriteria dewasa secara rohani? Apakah kehidupan rohani yang dewasa ditandai dengan “sudah melayani”? Ini tidak tepat karena ukuran melayani bukan menunjukkan kedewasaan dalam kehidupan rohaninya. Ada yang sudah melayani tetapi kemudian mundur. Bahkan ada hamba Tuhan yang beralih profesi menjadi pedagang dan kembali ke usaha free-lance. Sehingga kriteria melayani untuk menunjukkan kedewasaan rohani tidaklah tepat.

Melayani sebagai Ucapan Syukur

                Alkitab tidak pernah mengatakan, bahwa kalau seseorang melayani berarti secara rohani ia sudah dewasa. Dalam Roma 12:6-8 Rasul Paulus mengatakan, “Kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.” Rasul Paulus mengatakan kita mempunyai karunia yang berbeda-beda. Melayani adalah respon dari apa yang sudah diperbuat Kristus dalam hidup kita. Melalui anugerahNya, Allah telah melakukan karyaNya kepada umat pilihannya. Kitab Roma 1-11 bersifat doktrinal yang menjelaskan tentang karya keselamatan Allah kepada orang percaya sedangkan Roma 12-16 orang percaya meresponi apa yang dikerjakan Allah di dalam kehidupannya. Respon adalah reaksi dari apa yang telah kita peroleh atau tanggapan berupa apa yang saya berikan setelah menerima hal-hal yang telah dilakukan kepada kita (kita ingin melakukan sesuatu sebagai balasannya). Saat mengalami sentuhan kasih Allah , Dia menyucikan, membersihkan dan menyelamatkan kita, atas karyaNya itu kita merasa sukacita dan melakukan respon atasnya.
                Saat orang dunia mendapat sesuatu dari orang lain dan tidak mampu membalasnya saat ini, maka mereka akan mengingatnya untuk membalasnya di kemudian hari. Ini yang disebut balas budi. He Rong Feng, seorang pemuda Tiongkok. Pada usia 17 tahun ia mengadu nasib bersama dua orang temannya di Tai Zhou (provinsi Zhè Jiāng). Ternyata ia gagal, malah ia hidup menggelandang, mengemis  tanpa uang sepeser pun, kelaparan, dan tanpa sepatu. Itu adalah saat di mana hidupnya sangat susah sekali. Saat mengalami kesusahan, ia bertemu dengan  Ibu Dai Xing Fen, pengelola warung mie bersama suaminya. Ibu ini menolong dan menampungnya sementara di apartemennya yang sederhana. Ibu Dai bahkan memberi mereka makan, tempat untuk tidur. Ibu Dai kemudian menghubungi beberapa kenalannya untuk mencari pekerjaan bagi Rong Feng dan teman-temannya di kota lain.Sebelum berpisah, Ibu Dai bahkan memberi mereka uang untuk ongkos kereta. Tetapi hal terbaik yang diterima Rong Feng dan teman-temannya dari Ibu Dai adalah sedikit nasihat yang baik. "Dia bilang tidak apa-apa jika tidak memiliki banyak uang, asalkan selalu berusaha untuk menjadi orang baik," kenang Rong Feng yang sekarang berusia 38 tahun. "Dan saya tidak pernah melupakan hal itu." Selama bertahun-tahun, Rong Feng bekerja keras dalam bisnis furnitur dan menjadi pengusaha sukses di kota Shen Yang, provinsi Liao Ning Tiongkok . Dia sekarang menjadi chairman Shenyang Jiu Jiu Li Feng Group. Tapi Rong Feng tidak pernah lupa kepada wanita yang memberinya kebaikan untuk pertama kalinya. Dan ketika merasa cukup kaya, Rong Feng memutuskan mencari tahu Ibu Dai. Tidak sulit baginya untuk menemukan warung mie milik Ibu Dai. Setelah bertemu penolongnya itu, Rong Feng menawarinya sejumlah 1 juta Yuan (hampir senilai Rp 2 miliar saat ini) sebagai tanda terima kasihnya. "Kalau bukan karena kebaikan Ibu Dai 21 tahun yang lalu, saya tidak akan berada di tempat saya sekarang ini," katanya. Pertemuan keduanya sangat mengharukan. Baik Rong Feng dan Ibu Dai menangis. Rong Feng mendesak Ibu Dai untuk menerima uangnya dan bahkan memaksa Ibu Dai untuk menyimpan beberapa obat dan tonik. Namun Ibu Dai yang wataknya sederhana, menolak tawaran yang diberikan Rong Feng. "Saya tidak mungkin mengambil uangnya karena saya tidak membantu dia untuk itu," kata Xingfen yang kini berusia 45 tahun. "Dia telah membuat saya sangat puas dan terkejut dengan mengingat saya. Tapi saya tidak bisa mengambil uang. Bukan itu tujuannya." Jadi sebagai gantinya, Rong Feng membuat sebuah kaligrafi (seni artistik tulisan tangan) yang berisi kalimat ucapan terima kasih darinya yang berbunyi 恩重如山 (Ēn zhòng rúshān, Bersyukur Seberat Gunung). Ibu Dai cukup senang dengan kaligrafi itu dan menyebutnya sebagai hal yang terindah.
                Dari kisah itu, kita bisa melihat bahwa orang dunia saja meresponi kebaikan penolongnya dengan rasa syukur, kalau perlu apa yang bisa diberi akan dikasih. Rasul Paulus pada pasal 1-11 mengatakan bahwa Yesus Kristus telah memberi anugerah yang sempurna dengan menyelamatkan kita. Lalu Rasul Paulus memberi catatan, siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita (Roma 12:8b). Dengan demikian kita melakukan pelayanan semata-mata sebagai respons  (tanggapan) ucapan syukur kita “Terima kasih Tuhan Engkau telah menerima dan menebus saya “

Ibadah dan Kriteria Pelayanan yang Menunjukkan Kedewasaan

                Melayani yang menunjukkan kedewasaan yang semakin nyata, kalau kita melayani dengan tidak berpura-pura tapi dengan sukacita (ayat 9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik dan ayat 12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!), membantu orang-orang kudus (ayat 13 Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!), ayat 14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Dalam Roma 12:9-21 Rasul Paulus memberitahukan kita bahwa betapa orang yang melayani Tuhan seharusnya punya pertumbuhan luar biasa dalam hidup rohaninya. Ayat 10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Sudahkah kita mendahului menyapa orang saat bertemu? Sebagai majelis, pengurus, aktifis, adakah kerendahan hati kita untuk menyambut orang?  Semakin dewasa orang dalam melayani menunjukkan orang yang semakin berkembang kerohaniannya. Bila punya kehidupan ibadah dan bisa melayani dengan baik, kita mengalami pertumbuhan rohani dengan baik dan berdampak pada orang yang dilayani. Ada sukacita dalam melayani dan saat dihina dalam melayani justru mendoakan. Justru orang yang mengalami hal ini , sungguh melayani dengan dewasa. Sehingga Rasul Paulus aku mendorong kamu ebagai persembahan yang hidup itulah ibadah.
                Ibadah merupakan hal penting dalam melayani dengan baik dan pertumbuhan rohani (ayat 9-21). Ibadah bukanlah semata yang dilakukan di gereja pada hari Minggu dan Rabu (saat persekutuan doa). Ibadah adalah sebuah relasi , hubungan dengan Allah yang terus terjadi dalam hidup orang percaya. Saat hidup dalam persekutuan dengan Allah dalam membaca Alkitab, berdoa pribadi atau bersama, bersekutu itulah seluruh rangkaian ibadah yang membuat orang percaya mengalami pertumbuhan rohani. Ibadah merupakan kunci keberhasilan dalam pelayanan saat punya hubungan yang dalam dengan Tuhan. Dalam relasi dengan pelayanan, Rasul Paulus mengatakan bawalah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup  (Roma 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati).  Abraham diminta membawa anaknya (Ishak yang dikaruniakan Tuhan saat usianya 100 tahun dari istrinya - Sara yang mandul) ke bukit Muria untuk dipersembahkan ke Tuhan. Ini bukan perkara mudah. Alkitab tidak mencatat drama emosi Abraham, tapi pergumulannya pasti berat dalam membawa anaknya untuk dipersembahakan. Saat anaknya bertanya, "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kej 22:7b).  Hati Abraham sebagai bapak pasti menangis. Waktu ia membawa anaknya untuk dipersembahkan, itulah kata persembahan yang dibawa dalam pelayanan. Kata inilah yang dipakai untuk berserah kepada Tuhan.
                 
Penutup

                Suatu kali suatu pesawat yang saya tumpangi mengalami guncangan sehingga para penumpang bereriak-teriak. Saat itu saya sedang konsentrasi dalam persiapan kuliah dan sedang menghafalkan.  Majelis di sebelah saya berdoa. Setelah guncangan reda, majelis tersebut berkata, “Terima kasih sudah berdoa.” Di kemudian hari ia berkata, “Saat itu saya sudah pasrah.”  Pasrah berarti tidak melakukan apa—apa. Itu berbeda dengan berserah di mana dalam kondisi berserah sebenarnya saya bisa tidak melakukan tapi saya melakukan. Sewaktu kita menyerahkan tubuh sebagai persembahan kepada Tuhan, di situlah kita akan mengalami perubahan rohani. Yang dipersembahkan adalah tubuh yang  di dalam Alkitab, merupakan perwakilan jiwa, hati dan seluruh kehendak. Jadi yang diserahkan totalitas hidupmu sebagai persembahan yang hidup , dan itu yang dikatakan ibadah. Setelah itu kita akan diberi hati yang meresponi karya Tuhan denngan baik. Maka orang lain mengalami pertumbuhan dari pelayanan kita dan merasakan diberkati (merasakan dampaknya). Waktu melayani, orang lain akan merasakan bahwa kita lembah lembut dan tidak hitung-hitungan. Berlawanan dengan hal itu, saat ini banyak orang Kristen yang hitung-hitungan. Di mana kalau saya ada waktu saya akan melayani, kalau saya punya uang baru saya memberi. Kalau melayanI dengan konsep seperti ini, maka kita tidak punya kedewasaan. Sebaliknya pelayanan yang dewasa terjadi bila engkau memberkati orang saat dihina dan mendoakan orang saat dicaci maki.
                Ada seorang aktifis (guru sekolah minggu) yang ingin mengundurkan diri dari pelayanannya, padahal selama ini ia sudah bersungguh-sungguh mengajari anak-anak Sekolah Minggu (SM). Ia menjemput, memberi snack dari kantong pribadinya untuk anak-anak  SM. Tetapi ortu nya selalu berkata, “Setelah Lau shi (guru) mengajakan , anak-anak bukannya membaik tapi malah tambah nakal.” Ia merasa sudah melayani dengan baik tapi hasilnya begitu sehingga merasa lelah. Waktu melayani Tuhan , Rasul Paulus mengatakan pada ayat 3-8 bahwa siapa yang melakukannya dalam ibadah kepada Tuhan, maka Tuhan akan membuatnya bertumbuh dan menjadi berkat bagi orang lain. Kedewasaan itu membuat kita meresponi dengan baik.               Kiranya pesan ini membuat pengurus komisi melayani dengan baik dan bertumbuh.


No comments:

Post a Comment