Monday, November 17, 2014

Pergaulan yang Buruk Bisa Mematikan Kebiasaan yang Baik

Pdt. The Ai Fung

1 Kor 15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
1 Sam 18:1-4
1  Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.
2  Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya.
3  Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.
4  Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.
1 Sam 20:2-3, 42
2  Tetapi Yonatan berkata kepadanya: "Jauhlah yang demikian itu! engkau tidak akan mati dibunuh. Ingatlah, ayahku tidak berbuat sesuatu, baik perkara besar maupun perkara kecil, dengan tidak menyatakannya kepadaku. Mengapa ayahku harus menyembunyikan perkara ini kepadaku? Tidak mungkin!"
3  Tetapi Daud menjawab, katanya: "Ayahmu tahu benar, bahwa engkau suka kepadaku. Sebab itu pikirnya: Tidak boleh Yonatan mengetahui hal ini, nanti ia bersusah hati. Namun, demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu, hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut."
42  Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud: "Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian: TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya."

Pendahuluan
               
                Dalam 1 Kor 15:33 Rasul Paulus mengutip dari penulis Yunani tentang pergaulan yang buruk bisa mematikan kebiasaan yang baik. Orang-orang Korintus sangat tahu dan fasih akan kalimat ini. Rasul Paulus ingin menegaskan ke jemaat Korintus yang punya pandangan bahwa  jiwa itu tidak akan binasa, sekalipun tubuh secara fisik sudah meninggal namun jiwanya menuju alam baka. Penduduk di sana juga tidak percaya akan kebangkitan tubuh. Itu sebabnya Rasul Paulus ingin menegaskan ke jemaat Korintus agar berhati-hati dalam pergaulan. Karena pergaulan yang buruk bisa menimbukan suatu dampak yang negatif.  Kebiasaan yang baik akan dirusakkan. Pergaulan itu akan mengakibatkan kebiasaan-kebiasaan dalam berpikir, berkata dan konsep nilai yang baik menjadi rusak. Demikian juga akhirnya orang akan memilki kualitas moral yang tidak baik, mental terganggu, tujuan hidup dan arti hidup yang tidak jelas. Maka pada ayat ini dikatakan pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik bukan dikatakan pergaulan dengan orang buruk. Jadi yang utama adalah orangnya yang mangadakan pergaulan itu.

Pergaulan

                Pergaulan berarti sebuah komunikasi atau interaksi di dalam hidup bermasyarakat, atau bisa juga berarti pertemanan atau persahabatan (bila lebih dekat) dan bahkan sampai ke hubungan yang lebih erat lagi. Di dalam Alkitab (lihat 1 Sam 18:1-4, 20:2-3, 42)ada contoh persahabatan antara Yonatan (anak Raja Saul) dan Daud (menantu Raja Saul yang kemudian menjadi pengganti Raja Saul). Persabahatan mereka merupakan contoh yang luar biasa. Mungkin sulit sekali (langka) persahabatan seperti mereka ada di dunia saat ini. Banyak orang bergaul (berteman) karena ingin mendapatkan manfaat atau untuk mengambil keuntungan. Terkait dengan tema GKKK Mabes November 2014 yakni bertumbuh secara dewasa dalam Kristus maka dalam pertemanan, pergaulan kita bisa membuat kita lebih cinta kepada Tuhan. Kita berteman bukan sekedar untuk basa-basi atau mendapatkan manfaat. Saya pribadi masih terus membangun hubungan dengan beberapa teman rohani. Karena sebagai seorang hamba Tuhan di gereja, tidak mungkin saya mengungkapkan semua hal ke jemaat. Demikian juga sebaliknya jemaat sungkan memberi teguran kepada hamba Tuhan.
                Saya memiliki 3 sahabat. Kita berhubungan baik dan setiap kali ada kesalahan di antara kita, boeh saling menegur dan mengingatkan. Kita masih bertemu walaupun tidak rutin. Setiap kali ingin bertemu kita membuat janji terlebih dahulu karena tempat tinggalnya berjauhan. Ada yang tinggal di Hainan Tiongkok sehingga sekali-kali dia datang atau kita bertemu di Tiongkok. Yang satu lagi sibuk dengan usaha dan setelah selesai berusaha ia pulang ke Australia. Minggu lalu kami punya masalah  (ada kesalahpahaman dan berbenturan) namun sudah selesai sebelum saya berkhotbah hari ini. Sedangkan 1 teman lagi rutin (seminggu sekali) bertemu dengan saya. Terkadang hari Senin atau Kamis pagi kami berolah-raga lalu makan pagi bersama. Kita sharing dan mengungkapkan kebaikan Tuhan dan saling mengingatkan satu dengan lain. Sebelum berkhotbah , saya berkata kepada Tuhan, “Apa yang saya sampaikan dalam khotbah adalah apa yang sudah saya alami”. Minggu lalu, saya punya masalah dengan salah seorang dari mereka. Pada Kamis sore  ia menelepon saya, “Ada waktu untuk bertemu?” “Ada apa?” saya bertanya. Rupanya dia diundang untuk tampil di Taman Ismail Marzuki (TIM) dan dia meminta agar saya menemaninya selama 1 jam dari pk 19. Sebenarnya malam itu saya janji mau membesuk seorang istri hamba Tuhan yang telah dioperasi pk 20, tapi karena jarak TIM dan RS Cikini dekat, saya akhirnya bersedia. Akhirnya kami pergi. Ternyata tempat pertunjukkan di TIM berada di belakang sekali dan waktu pertunjukkan terlambat 20 menit. Saya gelisah karena pk 20 saya harus ke rumah sakit. Akhirnya selesai juga dan saya segera mengajaknya pulang, tapi teman saya ingin bertemu dengan orang yang mengundangnya. Sehingga timbul rasa tidak nyaman. Dalam berteman, seharusnya tidak menjadi marah-marah terus ataupun  hubungan jadi renggang. Akhirnya kami bisa selesaikan masalah kami dalam perjalanan pulang.
                Dalam konteks lahir baru, cara (gaya) pergaulannya terletak pada orang yang telah dilahirkan kembali tersebut. Dalam 2 Kor 5:17 dikatakan, Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. kita adalah ciptaan yang baru. Dengan lahir baru, kita menjadi suatu pribadi yang baru karena yang lama sudah berlalu. Artinya kita harus punya gaya (cara) hidup dan penampilan yang baru. Kita harus tampil berbeda dengan mereka yang belum kenal Tuhan Yesus. Itu sebabnya tutur kata, sikap, paradigma kita harus berbeda dengan mereka. Kita harus tahu tujuan hidup kita. Sehingga ketika mau berteman (bergaul) kita harus menyadari bahwa kita adalah anak Tuhan dan harus punya misi agar mereka kenal Tuhan kita sehingga di dalam pertemanan dan pergaulan itu kita ingin menjangkau orang. Sehingga dikatakan bukan bergaul dengan orang buruk tetapi karena pergaulan yang buruk. Jadi kita harus punya etika yang baik, pikiran yang positif dan punya misi dalam hidup kita untuk memenangkan jiwa.
                Ev Susan Kwok memberi kesaksian. Ada seorang anak muda yang mengatakan bahwa karena mamanya bergaul dengan Ev. Susan sekarang mamanya menjadi periang.  Ini merupakan suatu dampak atau pengaruh. Pertemanan kita membawa kita dekat kepada kebenaran.  Ev . Susan sudah secara tidak langsung memberi dampak yang positif. Mungkin ibu itu dulunya sedih, murung, kurang senang sekarang jadi gembira. Ada ibu yang sedang kesal tidak tahu mau masak apa, sehingga asal masak (yang penting masak). Kalau kita jadi orang yang bergembira, maka ketika kita masak, kita tidak lagi menggerutu. Sehingga masakannya jauh lebih lezat dari sebelumnya. Ada penelitian yang menyimpulkan bahwa orang yang suka menyimpan kebencian dan kepahitan akan menjadi penyakit. Itu sebabnya, mulailah pergaulan yang sehat di tengah-tengah jemaat sendiri, di tengah-tengah kehidupan komsel. Kalau di komsel kita bisa bercerita tentang kehidupan kita, kita bisa membagikannya dan kita melakukan firman Tuhan. Di dalam komsel itu kadangkala kita bisa mengungkapkan apa saja yang pernah dialami. Kita akan lebih nikmat dan merasakan pertemanan itu begitu indah. Setelah kita tahu di dalam kelompok itu bukan untuk gossip tapi mendukung dalam doa. Kita harus dipupuk sebagai orang yang punya identitas yang jelas yakni sebagai anak Tuhan yang memberi dampak positif.

Hubungan yang Berkualitas

Untuk mempunyai hubungan yang berkualitas, ada 2 hal yang harus diperhatikan :

1.     Kerelaan berkorban. Kalau mementingkan diri sendiri (egois), maka pertemanan tidak akan langgeng. Pertemanan itu harus punya komitmen yang sama. Ketika ada kesulitan , kita akan saling menopang. Ketika yang satu lemah iman, yang lain bisa menopang. Sekali-kali tidak boleh ada keegoisan. Karena bila ada keegoisan , yang satu dirugikan yang lain diuntungkan. Kita butuh orang yang mau sama-sama saling melayani, mengingatkan dan memberkati. 

2.     Punya komitemen bertubumbuh bersama. Hal ini penting apalagi dalam kehidupan di gereja. Tujuan jemaat mengikuti kegiatan komsel adalah supaya bertambah cinta dan mengerti kehendak Tuhan serta lebih paham dan mengenal teman kita. Sehingga mengherankan kalau ada yang ikut komsel lalu keluar dari gereja dengan banyak alasan misalnya : karena di gereja lain “rumput”nya lebih enak. Ketika kelak berjumpa, Tuhan tidak akan bertanya, “rumput yang kamu makan itu enak atau tidak?” Namun Dia akan bertanya, “Berapa jiwa yang sudah engkau bawa? Berapa banyak engkau melakukan firmanKu.” Ketika Daud tahu Raja Saul berencana membunuhnya, hal ini merupakan ujian yang sangat berat bagi persahabatan mereka berdua. Bagaimana seseorang bisa menjalin persahabatan kalau bapaknya akan membunuh dirinya? Daud memberitahukan rencana Raja Saul ke Yonatan, namun Yonatan tidak percaya. TIdak mungkin bapaknya tidak memberitahunya, karena selama ini semua masalah diceritakan ke dia. Akhirnya Yonatan memberanikan diri betanya ke papanya dan hal itu ternyata benar. Dalam kehidupan sekarang ini, banyak terjadi ibu-ibu yang anaknya bertengkar, maka ibu-ibunya juga ikut bertengkar. Ada kakak beradik yang mulanya sangat akur, namun karena pengaruh istri-istri mereka akhirnya menjadi musuh. Demikian juga di tengah kehidupan jemaat, kadang kala jemaat yang satu tidak akur dengan yang lain akhirnya sehingga jemaat jadi terpecah belah. Hal ini berbeda dengan persahabatan Yonatan dengan Daud. Setelah mereka tahu bahwa ancaman Raja Saul benar, Daud dan Yonatan berpelukan dan saling menangisi karena mereka berkomitmen persahabatan mereka abadi (sampai maut memisahkan mereka). Sehingga ada yang menafsirkan persahabatan mereka lebih dari hubungan antara suami-istri. Maka pada 1 Samuel 20:42  Yonatan memberi berkat kepada Daud dan membiarkan Daud melarikan diri dari papanya. (Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian: TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya).

Dasar (cirri) persahabatan Yonatan dan Daud

1.     Mereka berpusat dan memfokuskan diri pada persahabatan mereka kepada Tuhan. Mereka menerapkan prinsip Alkitab seperti yang tertulis pada Pengkhotbah 4:9-10. Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. arena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Dua orang itu lebih baik itu lebih baik dari 1 orang karena bila ada 1 yang jatuh maka temannya bisa datang untuk menopang. Hal ini diterapkan oleh Yonatan dan Daud. Mereka benar-benar mendasarkan diri membangun hubungan dengan Tuhan.

2.     Mereka tidak mengijinkan masalah di luar pesahabatan mereka mengganggu mereka. Termasuk keluarga, usaha, masa depan mereka tidak dapat menghalangi mereka. Dan persahabatan kadang-kadang menghadapi ujian. Seperti Daud dan Yonatan, tiba-tiba Saul (papanya Yoantan) ingin membunuh Daud. Kalau kita yang menghadapinya, akan sulit bagi kita untuk meneruskan persahabatan dengan anak dari orang yang akan membunuh kita. Tetapi Yonatan begitu rupa mencintai Daud sehingga ia melepaskan Daud dari tangan papanya. Hal ini menjadi ujian agar mereka menjadi karib sehingga mereka berdua betul-betul berkomitmen sampai mereka meninggal. 

Penutup


                Marilah kita belajar dari pergaulan dan pertemanan yang menghasilkan hal yang positif, bukan saja di tengah masyarakat tapi di tengah jemaat. Bangunlah persahabatan yang sehat. Karena seperti Yesus dalam Matius mengatakan kamu adalah garam dan terang dunia. Mari kita menjaga kualitas pertemanan itu. Karena baik atau buruk pengaruhnya itu bergantung pada kita. Bagaimana kita mengisi pertemanan itu dan, bagaimana kita memerankan diri sebagai orang percaya (manusia baru yang harus menghidupi perannya yang  tidak suka hal-hal yang jahat atau hal yang jauh dari firman Tuhan). Kiranya kita bersama-sama tumbuh dewasa dalam Kritus  sehingga akhirnya kita menciptakan gereja yang sehat. 

No comments:

Post a Comment