Tuesday, September 3, 2013

Berdoa dengan Tiada Jemu


Pdt Hery Kwok

Lukas 18:1-5
1  Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
2  Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.
3  Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
4  Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun,
5  namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."

Pendahuluan
Kenapa kita sering mengalami kebosanan (jemu) dalam berdoa???
Pertanyaan ini bukan pertanyaan omong kosong, tapi kita temui dalam kehidupan kita. Mungkin bukan saja jemaat, tapi ada juga hamba Tuhan yang jemu berdoa. Artinya orang Kristen dalam hidupnya tidak konsisten dalam berdoa. Berikut dua contoh dalam kehidupan kita. Ada seorang pemuda yang rajin berdoa. Kebaktian dimulai pk 6.30, pk 5.30 dia sudah hadir. Saya tertarik dan bertanya, “Mengapa kamu rajin berdoa dan datangnya jauh sebelumnya?” Ia berkata, “Saya punya pergumulan berat dan ingin berdoa kepada Tuhan”. Beberapa waktua kemudian, dia berkata bahwa doanya sudah dijawab oleh Tuhan. Setelah itu dia mulai bolong-bolong berdoanya. Dulu sebulan 4 kali berdoa, lalu menjadi 3 x, 2x, 1x dan terakhir tidak lagi. Saya bertanya,”Kemana kamu sudah lama tidak berdoa?” Dijawabnya, “Sekarang saya sudah sibuk bekerja.” Saya jadi berpikir, apa kita tidak dikasih kerja supaya rajin berdoa? Ini contoh pertama, setelah Tuhan menjawab doa , kita tidak lagi berdoa dengan baik. Contoh kedua, seorang bapak rajin berdoa, namun kemudian ia menghilang (tidak lagi berdoa). Sewaktu ditanya, “Mengapa Bapak tidak berdoa lagi?” Dia menjawab, “Saya bosan berdoa karena Tuhan tidak menjawab doa yang saya panjatkan. Saya pikir Tuhan tidak mendengar doa saya. Sekian lama saya berdoa, Dia tidak jawab doa.” Kedua ekstrim ini merupakan hal yang menyebabkan kenapa kita jemu berdoa.

Lukas 18:1-8 diapit oleh Lukas 17: 20-37 dan 18:9-14. Lukas 17:20-37 berbicara tentang kedatangan kerajaan Allah. Dikatakan bahwa orang-orang yang ada di zaman itu adalah orang-orang yang serupa dengan orang-orang pada zaman Nuh dan Lot. Artinya orang-orang itu tidak beda dengan orang-orang sewaktu Nuh memberitakan agar bertobat tapi mereka tidak mau. Nuh menyampaikan bahwa Tuhan berkata kita orang berdosa dan akan menghukum kita. Mereka tidak peduli, Mereka memuaskan nafsu untuk berbuat jahat. Mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada mencari Tuhan. Sehingga pada zaman Nuh dikatakan dosanya sampai ke langit. Itu sebabnya pada kitab Kejadian dikatakan Allah menyesal menciptakan manusia. Di zaman Lot , orang-orang berbuat amoral di mana laki-laki dengan laki-laki berbuat mesum. Sehingga timbul istilah sodomi. Dari kecil sampai besar orang-orang Sodom dan Gomora jahat. Jadi waktu Tuhan berbicara, “Janganlah jemu-jemu berdoa”, itu untuk menolong kita menghadapi zaman yang sangat rusak di mana orang tidak mempedulikan Allah,  mementingkan diri sendiri, berzinah,  tidak bermoral, menipu dll. Orang percaya diajar berdoa supaya tidak seperti mereka dan agar bisa bertahan dengan pengharapan. Luar biasa ayat firman Tuhan! Sewaktu Tuhan berkata, “Jangan jemu-jemu berdoa” karena menghadapi zaman yang sulit sekali , kita mungkin tidak tahan menghadapinya atau mulai mengikuti zaman ini dengan tingkah lakunya. Tuhan berkata, “Waktu tekun berdoa kamu tidak akan terjebak dengan arus dunia”. Tuhan Yesus mempunyai pemahaman dosa yang luar biasa untuk menghadapi zaman yang sulit. Mungkin bisnis sulit, tapi kalau tekun berdoa, maka kita akan selamat karena waktu berdoa kita akan ingat Tuhan.
Pada pasal 18, Lukas juga berbicara tentang doa orang Farisi. Orang Farisi saat berdoa menyombongkan dirinya. Karena sudah membayar kewajiban (seperti perpuluhan), mereka  merasa benar di hadapan Allah (tidak berdosa). Berbeda dengan si pemungut cukai yang berdoa dengan takut dan menundukkan kepala. Si pemungut cukai malu dengan Tuhan karena merasa tidak layak. Tuhan berkata,,”Bila ingin berdoa, ikuti contohlah si  pemungut cukai.” Jadi waktu Tuhan mengajarkan janganlah jemu-jemu berdoa, agar hatimu seperti pemungut cukai yang mengharapakan belas kasihan Allah dengan sangat. Baru di sinilah kita mengerti Luk 18:1 (jangan jemu-jemu berdoa). Di satu sisi, Tuhan membuat kita bertahan menghadapi zaman dan di sisi lain membuat kita berharap selalu kepada Tuhan. Itu sebabnya kita melihat Yesus Kristus memberi contoh orang yang berdoa. Kita berbeda sedikit dengan Tuhan Yesus. Yesus sedikit-sedikit berdoa, kita sedikit berdoa.

Ada 3 hal yang bisa dipelajari dari “Berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Lukas 18:1-8)
1.     Pada ayat 6 Tuhan Yesus berkata, “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu.” itu hal yang penting. Hakim itu adalah hakim yang jahat , hakim yang tidak takut akan Allah (ayat 2). Hakim  ini berani berbuat jahat, karena ia tidak hormat kepada Allah. Mengapa setelah mengenal Tuhan, kita takut nyontek? Karena ada Tuhan yang saya percaya. Tetapi kalau tidak kenal Tuhan, saya nyontek karena tidak ada yang saya takuti, kecuali guru. Hakim itu tidak takut akan Allah, orang ini sangat mengerikan sekali. Ia jadi hakim yang tidak adil dan tidak menghormati seornag pun. Orang Tionghoa diajarkan untuk menghormati orang lain. Itu sebabnya, sewaktu di rumah, kita dipanggil untuk mepangil apak, asuk, sukme, popo, kungkung dll supaya kita tahu menghormati orang. Kalau ke rumah tidak menyapa apak  lalu ke dapur makan, maka papa saya bisa ambil rotan dan memukul saya. “Karena kamu tidak hormat dengan orang”, katanya. Hakim ini tidak hormat orang, berarti benar-benar mengesalkan dan memuakkan. Pada ayat 4 dia mengaku, “Aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun”, jadi waktu Tuhan Yesus katakan ,”Camkan apa yang dikatakan hakim itu.” Allah sedang membandingkan dirinya dengan hakim yang jahat. Dulu saya seorang pengacara. Kalau bertemu hakim, kita bilang, “Pak Hakim tolong lah kami, walau kesal tapi tetap kita datang.” Walau pun dalam hati kita dongkol dan kesal, nanti kalau sudah tidak ada hubungan, saya tidak akan datang. Tuhan berkata , “Aku pengasih dan penyayang, kenapa engkau tidak mencari Aku? Jadi waktu berdoa tidak jemu-jemu, kita berdoa kepada Allah yang pengasih dan penyanyang, pemurah. Kita sedang mencari Sang Pengasih dan Pemurah. Kalau tahu itu, kita punya kerinduan yang luar biasa.
2.     Waktu Tuhan berkata, “Camkan apa yang dikatakan hakim itu” Ia membandingkannya denga hakim yang menghadapi janda. Begitu ia membuka pintu, ia bertemu janda. Baru mau makan dengan keluarganya di depannya sudah ada janda itu yang berseru,”Pak hakim tolong dan bela perkara saya.” Jadi ia terus menerus merongrongnya. Hari ini sang janda merongrong waktu makan. Hari esok, waktu mau nonton, ia juga ada. Waktu masuk mobil ia berteriak,”Hakim tolong perkara saya.” Waktu hakim mau pergi ke kantor, janda itu ada di depan rumahnya. Lama-lama ia merasa sulit. Daripada ia sulitkan saya, lebih baik saya kabulkan saja. Hakim itu menyerah karena janda itu membuatnya pusing. Sekarang Tuhan bilang, “Aku adalah Allah yang murah hati, aku rela memberikan pertolongan kepada orang-orang pilihanku.” Waktu Ia kasih berkat kepada kita, Dia tidak pernah mengungkit berkat itu. Ia tidak bilang, “Kamu dapat bapau ya. Awas kalau tidak rajin ke gereja” atau “Kemarin sudah saya kasih kangtau sekarang tidak rajin berdoa.” Ia rela memberikannya. Karena hati Allah meluap dengan kebaikan demi kebaikan. Jadi waktu Tuhan membandingkan hakim itu dengan diriNya. Ada perbedaan yang luar biasa menyolok antara Allah dengan hakim itu. Hakim itu memberi jawaban karena sang janda membuatnya pusing, Sedangkan hati Allah luar biasa rela, masakan kita tidak rindu? Kalau kita punya kawan-kawan yang hatinya pemurah, hatinya baik dan tulus hatinay , rasanya berkawan dengan orang itu enak sekali. Coba kalau kita punya teman yang pelit, judes, galak, capenya luar biasa. Saudara pasti piih yang lembut, pemurah untuk menjadi sahabat. Allah menggambarkan diriNya sebagai pribadi yang murah hati.
3.     Allah membandingkanNya dengan hakim jahat yang kalau menjawab lama sekali. Setelah dirongrong, dia baru menjawab. Tapi Tuhan memberikan jawaban pada waktuNya yang hebat dan terbaik untuk kita. Kalau Tuhan belum menjawab, berarti belum waktunya buat kita. Bahkan sekalipun tidak menjawab, dia tahu yang terbaik buat kita. Inilah sesuatu yang penting tentang Allah. Ia membuat kita semangat berdoa. Maka Yesus senang berdoa kepada Bapa di sorga. Karena bapa di surga berbeda dengan hakim yang jahat dan yang menyulitkan orang. Pribadi yang hatiNya murah sehingga Kristus sangat senang. Kristus tahu Bapa di sorga tahu kapan memberikan.

Kalau kita mengenal Allah yang sedemikian baik, mengapa kita tidak rindu berdoa? Mungkin kita sedang menghadapi masalah yang pelik sekali. Mungkin kita sedang menghadapi zaman Lot atau Nuh yakni  zaman di mana orang mementingkan diri sendiri dan orang berbuat jahat. Pagi tadi saya datang pk 5.30. Saat saya melewati pertigaan Kartini Raya di sebelah kanan ada sebuah diskotik besar. Cukup banyak orang keluar dari sana. Mereka menghabiskan waktunya untuk diri sendiri. Karena kita hidup di zaman yang susah, mari kita sungguh-sungguh berdoa karena Allah kita baik. Allah yang kita kenal tidak pernah mengulur waktunya. Jangan kita pernah curiga dengan waktunya Tuhan. Waktu kita belajar taat dan setia berdoa, Dia pasti akan memberikan yang terbaik buat kita.


2 comments:

  1. http://badrulasiyahabukassim.blogspot.com/January 25, 2014 at 7:29 AM

    blog sufi... terimakasih atas perkongsian

    ReplyDelete