Sunday, September 22, 2013

Umat Tuhan yang Bersatu Hati

(Jemaat yang Bersehati)

Pdt. Matius Farianto

Fil 2:1-11
1  Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2  karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3  dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
4  dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
6  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
10  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Fil 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus atau dalam Bahasa Indonesia sehari-hari dikatakan, “Jadikanlah hati Kristus hatimu”. Surat ini ditulis setelah Rasul Paulus melayani dan mengamati selama 27 tahun. Ia mempunyai pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan. Dalam pelayanannya Rasul Paulus menghadapi bermacam-macam manusia baik yang kaya ataupun miskin, terpelajar ataupun tidak dan Yahudi juga non Yahudi. Sepanjang 27 tahun, ia pernah menangis juga tertawa. Sehingga apa yang dikemukan, merupakan bagian dari kesimpulan bagaimana supaya jemaat bisa bersatu dalam pelayanan. Apa yang dikatakan bukan merupakan teori tetapi hasil pelayanan bersama-sama dengan Tuhan. Ia berbagi apa yang dialami dan ia ingin supaya jemaat Tuhan bersatu dan tidak terpecah belah.

Ada 3 pertanyaan penting yang perlu dijawab sebelum mengetahui cara jemaat bisa bersatu :
1.     Siapa aku di sini? Ini penting untuk dijawab dengan jelas. Aku bukan majikan atau penguasa. Pertanyaan ini bicara tentang status kita, ternyata aku di sini bukan siapa-siapa. Aku orang berdosa yang mendapat kasih karunia dan pertolongan Tuhan. Ia merangkul Aku menjadi jemaat di GKKK Mabes. Status aku disini orang bedosa dan diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan. Sehingga di hadapan Tuhan aku bukan siapa-siapa.
2.     Mengapa aku di sini? Pertanyaan ini berbicara tentang peran. Apa perananku di sini ? Apa yang aku lakukan di sini? Peran di sini bukan aku yang tentukan karena aku hadir diutus oleh Tuhan. Setelah kita diselamatkan lalu diutus oleh Tuhan. Peran kita di sini merupakan misi kita yakni apa yang kita lakukan. Tanyakan pada Tuhan apa yang harus aku lakukan. Bukan sekedar kita hadir di gereja saja. Setiap orang punya peran yang Tuhan berikan dan tidak boleh dikurangi satu pun.
3.     Bagaimana aku di sini? Ini berbicara tentang sikap. Bagaimana aku bersikap? Apakah kita tidak mau tahu karena menganggap itu urusan pendeta atau majelis? Pokoknya aku hanya datang ke gereja dan setelah itu pulang?

Setelah selesai menjawab ketiga pertanyaan ini, ada 4 kata kunci yang penting di dalam pelayanan Tuhan. Keempatnya untuk melaksanakan misi Tuhan dan dengannya kita bisa menjadi saksi Kristus, dipakai Tuhan dan menyebabkan jemaat Tuhan menjadi satu. Tanpa keempatnya, kita akan susah bersatu dan melaksanakan misi Tuhan. Itu yang Rasul Paulus lihat sepanjang 27 tahun pelayanannya.
1.     Rendah hati. Ayat 3. dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri ; Ini sangat penting. Mengucapkan ayat  ini tidak sampai 1 menit tetapi untuk melaksanakan nya perlu seumur hidup. Kata kuncinya : rendah hati. Gampang mengatakan tetapi susah melaksanakannya. Kita tidak bisa besatu dan bersama-sama karena kita tidak bisa rendah hati. Rendah hati artinya tidak menganggap diri lebih tinggi dari orang lain. Menganggap “saya lebih pintar, lebih banyak gelar atau lebih tinggi jabatannya dari kamu” bisa menjadi batu kerikil bagi orang lain. Menganggap lebih pengalaman (lebih banyak makan garam) atau punya banyak talenta sehingga tidak bisa kerjasama. 1 Kor 15:10   Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.  Rasul Paulus mengatakan hal ini, padahal Rasul Paulus adalah seorang ahli teologia (ahli taurat). Itu yang menyebabkan ia bisa datang merendahkan diri di hadapan Tuhan. Rasul Paulus mengatakan,”Tuhan aku tidak tahu-tahu apa, tidak punya apa-apa, tidak bisa apa-apa , aku tidak ada apa-apanya.” Aku tidak bedanya seperti sarung tangan yang tanpa tangan tidak ada gunanya. Tuhan memakai orang yang rendah hati. Seperti sarung tangan yang kosong, apapun tidak bisa aku lakukan. Kalau tangan bisa terbuka, kita bisa merangkul sesama kita.
2.     Mengosongkan diri. Ayat 5-7. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Mengosongkan diri sama dengan menyangkal diri yakni meletakkan latar belakangnya dan memindahkan fokus pada Yesus. Bukan apa yang aku lakukan tetapi apa yang Engkau mau aku lakukan. Menyangkal diri tidak mudah karena harus menanggalkan keberhasilan dan segala kemewahannya. Tuhan Yesus menyangkal diri dan memakai rupa seorang hamba. Ini tidak mudah. Ibarat main sandiwara, orang tidak suka  jadi pembantu, tapi  senang kalau jadi raja. Sandiwara saja begitu, padahal itu bukan sungguh-sungguh. Di sebuah gereja setelah selesai khotbah kantong kolekte diedarkan. Sesampainya kolektan di barisan belakang, seorang jemaat tiba-tiba berdiri tegak dan member hormat kepada sang petugas kolektan. Saat ditanya alasannya, ia menjawab, “Kamu tidak tahu ya, itu wakil gubernur!” Sang wakil menerima persembahan dari karyawannya. Ketika aku menjalankan kantong kolekte, aku bukan melaksanakan tugas gereja, tetapi menjalankan peran sebagai wakil Tuhan dalam menerima persembahan dari jemaat sehingga ia menanggalkan jabatan wakil gubernurnya. Janganlah mengandalkan latar belakang kita tetapi bertanya,”Tuhan apa yang harus aku perbuat” seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus.
3.     Taat. Ayat 8. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Ketaatan itu penting, bukan taat ke gereja tapi ke Tuhan yang memanggil kita. Sehingga perkataan baik atau tidak baik, lancar atau tidak lancar, dekat atau jauh, bagi saya tidak penting. Yang penting baik di mata Tuhan, bisa melaksanakan kehendak Tuhan dan menyenangkan hatiNya. Yang penting agar “orang lain bisa mengenal Kristus” maka aku siap melaksanakannya. Selagi melakukan tanggung jawab sebagai umat Tuhan, kita tidak mencari-cari alasan. Seperti yang Rasul Paulus katakan “tidak menghiraukan nyawa sedikitpun untuk memberitakan Injil kasih karunia Allah”. Ketika kita taat maka bisa bersama-sama. Kalau setiap orang mentaati Kristus, maka kita akan bersama-sama, sejalan, searah, dan satu beban.
4.     Kasih. 1 Kor 16:14. Lakukankanlah segala pekerjaanmu dalam kasih. Dengan kasih baru kita bisa memeluk orang dan tidak memperhitungkan untung rugi, tidak bicara apa yang bisa aku peroleh tetapi apa yang bisa aku berikan. Itu yang Yesus Kristus lakukan dalam kehidupanNya. Ia bekerja keras memberitakan Injil supaya ada keselamatan, pertolongan dan kasih karunia. Mati-matian Ia bekerja. Bukan saja berkeringat untuk kita, tetapi tetesan air mataNya pun untuk kita. Ia menangis bila orang tidak mengenal kasih karunia Allah. Ia menangisi setiap langkah menuju kenamaan, atau saat umatNya bersedih atau mundur. Setiap tetes air mataNya untuk kita. Setiap darahNya pun untuk kita, supaya kita terlepas dari dosa yang membuat kita tidak mengenal Tuhan, supaya kita berdamai dengan Tuhan, keluar dari kematian dan masuk dalam hidup kekal, menjadi anak dan keluarga Allah. Ini sesuatu yang indah dan baik. Ia mengasihi kita bukan dengan perhitungan kalkulator, bukan karena kita kaya dan pintar. Ia mengasihi kita karena kita diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Kasih ini yang mendorong Rasul Paulus bekerja untuk Tuhan habis-habisan. Sehingga jemaat Tuhan bersama-sama mengasihi Tuhan, gerejaNya , orang-orang percaya dan jiwa-jiwa yang tersesat. Kasih yang menggerakkan jemaat Tuhan, berbakti kepada Tuhan, menggerakkan mereka memuji Tuhan, menggerakkan mereka bersatu dan bersaksi bagi Tuhan.

Kemiskinan yang paling besar di dunia bukan karena tidak punya uang, tetapi tidak punya Tuhan. Pemborosan ayng paling besar di dunia, kalau orang tidak melayani Tuhan. Bencana yang paling besar di dunia bukan Tsunami tetapi tidak mempunyai hidup yang kekal. Penyesalan terbesar dalam dunia, ketika kita tidak membawa satu jiwapun kepada Tuhan. Kegagalan terbesar ketika tidak meneladani hidup Kristus. Mari kita menjadikan hati kita seperti hati Kristus. Rendah hati, menyangkal diri, taat dan mengasihi.

Ada seorang anak TK setiap kali ke sekolah menangis. Dari TK sampai SMP, ia  menangis. Dia bukan anak bodoh namun karena ia tidak mempunyai kedua daun telinga. Teman-temannya di TK , SD dan SMP mengejek dan menganggapnya orang aneh serta tidak mau berkawan dengannya. Mamanya juga menangis saat melihat anaknya menangis. Suatu hari, waktu ada pemilihan ketua kelas, wali kelas mengusulkannya menjadi ketua kelas namun teman-teman sekelasnya tidak mau karena mereka tidak ingin mempunyai ketua kelas seperti momo yang tidak punya telinga. Itu pukulan yang hebat sekali . Ia menangis. Setiap kali ia menyisir rambut , ia menangis. Suatu kali mamanya berkata, “Nak, nanti engkau akan dioperasi. Ada orang yang mendonorkan sepasang daun telinga kepadamu.” Setelah dioperasi ia punya daun telinga sehingga tidak malu. Teman-temannya sekarang mendekat, karena ia pintar. Kemudian setelah lulus dari perguruan tinggi, ia  bekerja di kementrian luar negeri urusan Eropa Timur. Sekarang setiap kali menyisir, ia menangis. Ia terharu, siapa yang memberikan kedua daun telinga kepadanya. Beberapa lama berlalu lalu papanya berkata, “Mama sudah meninggal 5 tahun, mari kita menabur bunga.” Sampai di sana, papanya berkata, “Nak, tiba waktunya papa memberitahu kepadamu. Sewaktu kecil, setiap kali kamu menangis, mamamu juga  menangis sehingga ia pun memberikan kedua telinganya kepadamu. Sejak itu ia memakai topi menutupinya.” Ketika sang anak mendengarnya ia menangis. “Mama, engkau sudah sampai di sana. Aku berterima kasih di hadapan papa untukmu dan aku bernazar untuk meberitahukan hal ini kemanapun aku pergi”. Mulai hari itu, ia berkata, “Dulu aku tidak punya telinga , namun mamaku mengasih telinganya. Ini telinganya”.

Setiap tetes keringat dan darah Tuhan Yesus diberikan kepada kita. Ketika mama memberikan telinganya kita bisa bersaksi, mengapa kita tidak bisa bersaksi untukNya? Tuhan Yesus mati bukan untuk pendeta atau majelis tetapi untuk setiap kita. Sebab itu mari kita bergandengan tangan, beritakan kasih Kristus agar semua mengalaminya dengan kerendahan hati, penyangkalan diri, taat dan kasih.

No comments:

Post a Comment