Monday, September 16, 2013

Persembahan Persepuluhan

Pdt. Hery Kwok

Maleakhi 3:6-12
6    Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.
7    Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"
8 olehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
9    Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
10  Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.

Tema ini berkaitan dengan uang. Untuk itu kita perlu mengetahui tentang konsep memberi. Terdapat 2 konsep yang ekstrim dan salah tentang memberi :
1.  Dulu ada lagu rohani yang salah satu kalimat syairnya berbunyi “ ... persembahan kami sedikit sekali”. Pengarang lagu ini sebenarnya ingin mengatakan dengan rendah hati tentang nilai persembahan yang diberikan di hadapan Tuhan. Tetapi ada orang Kristen yang memang memberi seenaknya dan jumlahnya benar-benar sedikit sehingga lirik lagu itu sesuai sekali secara harafiah. Namun saat berdoa ia berkata, “Kiranya Tuhan terimalah dengan segenap hati.” Jadi dengan memberi sedikit kita memaksa Tuhan untuk menerimanya. Itu berarti sewaktu memberi persembahan, kita hitung-hitungan dengan Tuhan karena terbiasa memberi dengan konsep sedikit.
2.  Waktu kecil saya suka memancing, karena kawan-kawan papa suka mengajak saya. Namun setelah besar, saya mudah mabuk laut dan muntah, saat diombang-ambing air laut terutama bila digunakan perahu kecil. Itu sebabnya saya jarang ikut memancing. Kawan papa saya mengajari kiat memancing,”Kalau mau dapat ikan “kakap” (besar), umpannya jangan kecil. Apalagi digunakan umpan “bohongan” (umpan berbentuk palet), ikan besar tidak mau. Jadi gunakan umpan yang besar juga”. Ada orang Kristen memberi persembahan dengan konsep mancing seperti itu. Saya memberi dalam jumlah besar supaya Tuhan memberi lebih besar lagi. Itu mental pedagang.

Latar Belakang Maleakhi 3
Kitab Maleakhi ditulis saat Israel berada dalam pembuangan dan hidup susah, padahal dulu Israel merupakan negara yang penuh susu madu. Kalau kita baca ada belalang pelahap (ayat 11) yang memakan hasil tanah. Mereka meragukan Tuhan yang sepertinya tidak memperhatikan dan tidak berbelas kasihan pada hidup mereka. Pada zaman Perjanjian Lama, ada pandangan bahwa dewa yang memberkati adalah dewa yang benar. Itu sebabnya orang Israel bersungut-sungut waktu keluar dari Mesir. Karena mereka pikir dewa Mesir yang membuat mereka mendapat makanan. Justru di padang pasir Tuhan memberi mereka makanan yang secukupnya. Tuhan berkata,”Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah.” Yang membuat dirimu susah adalah  dirimu sendiri. Pada ayat 7 dikatakan, dari zaman nenek moyang mereka menyimpang dan tidak memelihara ketetapanNya. Rupanya mereka selama ini tidak melakukan apa yang ditetapkan Tuhan.
Pada ayat 8 dikatakan, Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Mereka hidup susah karena mereka tidak melakukan apa yang Tuhan ajarkan. Mereka melakukan protes, “Tuhan tidak sayang mereka”. Tuhan berkata, “Tidak, saya tetap Tuhan yang sama, justru kamulah tidak mengikuti apa yang Aku ajarkan.”

Ada 3 hal yang bisa dipelajari tentang persepuluhan
1.     Persepuluhan adalah milik Tuhan. Imamat 27:30 Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. Kalau persepuluhan tidak diberikan berarti kita mencuri milikNya. Bukankah dunia dan seisinya milikNya namun mengapa hanya dikatakan 10% milkiNya? Angka 1/10 adalah angka yang paling kecil. Dulu tarif pajak mengikuti Alkitab yakni 10% sehingga pajak orang dihitung 1/10 dari pendapatannya. Karena pembuat peraturan pajak menganggap 10% angka yang masuk akal dan bisa disetor warga negara. Jadi kalau Tuhan mendapat 10% dari milikNya itu sangat kecil. Kalau tidak diberikan berarti yang 10% itu diambil dan dirampas. Jangan berpikir, kalau nanti ingat dan tidak ada lagi kesulitan, baru kita berikan persepuluhan. Ini sesuatu yang serius. Milik Tuhan jangan dirampok. Kalau kita ambil milik Tuhan, berarti kita pencuri. Selama ini, keluarga saya punya pembantu yang beberapa kali ganti, karena saat pulang kampung waktu lebaran, sang pembantu dikawinkan oleh orang tuanya. Setiap kali mencari pengganti, saya dan istri hanya berkata, “Syarat kami hanya rajin dan jujur.” Rajin menyangkut pekerjaan yang dilakukan dengan baik, jujur menyangkut keberadaan sang pembantu waktu di tempat kerjanya. Kalau dia melihat ada duit di atas meja dan mengambilnya berarti dia pencuri. Kalau punya pembantu seperti ini kita akan marah sekali dan berkata, “Kurang ajar sekali. Akan saya pecat kamu!” Tuhan tidak berbicara seperti itu. Tetapi kalau tidak suka barang dicuri, maka kita seharusnya tidak mau mencuri uang. 10% itu bukan milik saya tetapi Tuhan! Sehingga waktu memberi, kita memberikan apa yang menjadi milik Tuhan. Pada kitab Malaekhi, orang Israel diajarkan bahwa mereka tidak berkelimpahan karena mereka telah mencuri milik Allah.
2.     Persepuluhan adalah ucapan syukur dalam ibadah kepada Tuhan (Ul 22:6, 14:22-29).  Orang Israel saat beribadah tidak boleh di tempat yang sembarang. Berbeda dengan orang kafir yang menyembah pohon, matahari, atau batu besar. Konsep ibadah diluruskan Tuhan , “Aku tetapkan tempatnya.” Saat beribadah, bawalah persembahan kepada Tuhan. Itu ucapan syukur karena sudah diberkati oleh Tuhan. Waktu member persepuluhan, ucapkan terima kasih dan berikan dengan tulus kepada Tuhan. Bukan seperti konsep orang mancing tetapi dari hati yang tulus karena Tuhan telah memelihara saya. Engkau tidak membuat saya mati kedinginan karena kekurangan. Engkau tidak membuat saya tidak tidur karena tidak ada ranjang, Engkau tidak membuat saya 2-3 hari tidak makan, tetapi Engkau cukupkan aku sehingga aku ucapkan terima kasih. Saya dan istri punya pikiran untuk memberi uang kepada orang tua, ini berkat Tuhan bagi mereka. Mereka menolaknya, “Anak tidak usah kasih, apalagi kamu masih kerja.” Saya bilang,”Ini ucapan terima kasih saya karena sudah dipelihara dengan baik.” Saya dan istri berpikir tidak sebanding dengan apa yang sudah diberikan buat kita. Bayangkan mereka membesarkan kita dan tidak memiliki apa-apa saat kita besar. Kita sampaikan ke orang tua ucapan terima kasih. Waktu kita berikan persembahan persepuluhan , kita ucapkan syukur karena Tuhan sudah pelihara. Kalau pergi ke rumah sakit bagian ICU, kita bisa melihat orang membeli oksigen dengan harga mahal sekali. 1 tabung kecil harganya sudah beberapa juta, apalagi tabung besar. Saya senang membesuk karena bisa melihat Tuhan bekerja dengan hebat. Saya bisa mensyukuri orang menghirup oksigen dengan bebas. Kalau Tuhan menahan udara sebentar, kita bisa pingsan. Itu kebaikan Tuhan. Jadi orang Israel diajar bersyukur dari persembahan.
3.     Memelihara orang Lewi (hamba Tuhan). Di dalam konsep orang Israel, dari 12 suku 11 suku boleh mendapat tanah dan boleh bekerja. Hanya 1 suku yaitu suku Lewi yang tidak boleh bekerja. Pekerjaan / tugas orang Lewi hanya mengatur tempat ibadah. Dia mempersiapkan persembahan pagi dan sore. Dia membawa kemah suci saat kemah suci akan dipindahkan. Dengan kata lain, ia tidak seperti 11 suku lain yang bisa mencari uang sebebas-bebasnya. Berikan persepuluhan supaya ada persediaan untuk memelihara suku Lewi (hamba-hamba Tuhan). Sebelum saya melayani full-time, saya pernah bekerja sebagai lawyer (penasehat hukum). Sebenarnya seorang lawyer hebat luar biasa. Kalau dia menangani kasus , ia bisa kasih nilai berapa duit kasusnya. Klien yang datang konsultasi bisa memilih cara pembayaran. Bisa dihitung dengan tariff 100$/jam (Rp 1,2 juta bila kursnya Rp 12.000/$ AS). Bisa juga dibayar lump sum (sejumlah angka tertentu) lalu kalau menang maka 10% dari nilai kemenangan dikasih ke lawyer. Berarti bisa bebas cari uang. Tetapi di gereja protestan , hamba Tuhan mendedikasikan diri untuk melayani Tuhan (tidak bekerja dalam konteks duniawi). Jemaat akan marah kalau hamba Tuhan tiap hari jual ikan lele di pasar misalnya karena hamba Tuhan tidak mempersiapkan khotbah dengan baik. Sehingga jemaat yang mendukung para hamba Tuhan dari sisi finansial. Itulah system yang gereja protestan ambil. Jadi memang Tuhan sendiri yang berbicara agar hamba-hambaKu dipelihara.

Waktu bawa persembahan siapa yang untung? Kita atau Tuhan? Kenapa ada berkat bagi umat Tuhan yang setia membawa Perpuluhan?
1.  Tuhan menguji hati manusia terhadap diriNya dengan persembahan persepuluhan. Di mana hartamu berada disitu hatimu berada. Jadi waktu membawa persepuluhan secara rutin, kita berada dalam kesetiaan. Tuhan menguji kita dari harta kita. Waktu kita punya mobil dan hilang, mungkin kita dikuasai kehilangan itu. Makan dan tidur jadi susah karena memikirkan mobil yang hilang saja. Sebelum ketemu, hati tidak enak sekali. Karena sesungguhnya hati kita berada di harta kita. Itulah sebenarnya manusia. Contoh lain : waktu pulang dari gereja, ponsel BlackBerry tidak ada. Maka kita akan terburu-buru putar kembali ke gereja. Tetapi kalau Alkitab ketinggalan, umumnya tidak akan kembali. Kalau dompet hilang pasti balik, apalagi banyak kartu kreditnya. Itulah yang menjadi ujian kita. Waktu pacaran, pria berkata ke wanita, “Sudah saya yang akan bayar”. Tidak tahu zaman sekarang, perempuan yang bayar? Dulu laki-laki harus bayar. Maka kalau ajak pacar harus hitung-hitung dulu, jangan sampai waktu traktir kurang uang. Sebenarnya itu salah satu bentuk pernyataan bahwa sang pria mengasihi pacarnya. (Saya bayar karena tidak mau kamu yang susah. Jadi agar tahu, saya benar-benar sayang. Itu ujian dalam percintaan.) Lain kalau sudah menikah, istri disuruh bayar. Jadi waktu kita kasih, itulah ujian. Apakah engkau mencintai Tuhan? Tuhan tidak pernah kekurangan dan menghendaki uang kita, tetapi Dia menginginkan kita. Waktu hatimu memberi, disitulah kita berkata,”Engkaulah Tuhanku, Engkau Tuhan yang memeliharaku selama-lamanya.”
2. Tuhan memberikan jaminan kepada umatNya bahwa Dia akan memberkati umatNya yang setia dalam membawa persepuluhan karena Tuhan senang memberi berkat. Dia tidak pernah mengambil berkatNya dari kita. Saya sekolah Alkitab tidak disponsori papa, karena ia tidak suka saya jadi hamba Tuhan. Waktu itu dia belum percaya Tuhan. Agamanya 5 yakni Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik alasannya kalau Tuhan yang satu tidak menerimanya, masih ada 4 Tuhan lain yang menerimanya. Ini konsep papa saya. Makanya waktu saya mau jadi hamba Tuhan, saya dikatakan bodoh karena akan melarat. Padahal waktu saya jadi pengacara dia senang. Waktu sekolah Alkitab, saya dibiayai oleh gereja yang kecil. Gerejanya 1/3 dari luas tanah GKKK Mabes. Tetapi sang pendeta bilang, “Kami mau mensponsori kamu.” Karena saat itu saya berkata mau mundur tapi dicegah. Jadi waktu saya dapat kepastian sponsor yang akan membiayai setiap bulan lalu saya ikut test dan akhirnya belajar di sekolah Alkitab itu. Saya dengan se mu satu sekolah Alkitab. Saat itu, waktu makan siang, diumumkan kiriman wesel dari sponsor. Saya juga menantikan kiriman wesel tersebut. Hanya sekretariat gereja lupa sehingga tidak kirim wesel beberapa bulan. Waktu bulan pertama saya masih tenang. Bulan kedua, tiap dibacakan saya berdoa, “Dalam nama Yesus wesel saya datang.” Sampai bulan keempat wesel saya tidak datang. Padahal sudah berdoa dalam nama Yesus. Saya jadi malu. Berarti 4 bulan saya makan dan tidur gratis. Kalau saya dikasih sponsor uang untuk kuliah, maka uang untuk jajan dan beli buku hanya Rp 20.000. Jadi seharinya tidak sampai Rp 1.000. Saya gunakan uang itu untuk beli sabun dan alat tulis. Atau kadang makan kecil di kantin atau bila tidak ada saya makan indomie. Lama-lama habis total uangnya. Yang susah waktu saya kehabisan odol. Itu tabung odol sudah saya belah dengan pisau sampai tak tersisa odolnya. Saya jadi kepikiran sehingga sepanjang hari, kuliah yang diberikan dosen tidak bisa saya tangkap. Meskipun dosen sedang mengajar eskatologi (pelajaran tentang akhir zaman) saya tidak pusingkan. Yang saya pusingkan odol. Sepanjang hari pelajaran saya tidak konsentrasi. Mengapa? Kalau saya tidak sikat gigi, begitu nyanyi persembahan maka orang-orang di sekitar akan rebah. Bukan karena kuasa Tuhan tapi karena baunya. Saya sebenarnya sudah takut sekali. Hati saya sedih. Tidur tidak konsentrasi. Yang dipikirkan hanya odol saja. Waktu saya belajar mandiri, sore hari waktu mau taruh pulpen di laci, saya lihat ada amplop putih di laci saya. Saya tanya kakak tingkat, karena di kamar ada 3-4 orang. Saya tanya, ini amplop siapa di laci saya? Mereka bilang, saya tidak tahu. Memang ada sendirinya. Waktu saya buka, isinya uang Rp 20.000. Saya bisa beli odol lagi. Saya mau menceritakan keajaiban yang memberi berkat. Jangan pernah takut memberi persembahan, bukan Tuhan yang diuntungkan. Bukan gereja yang diuntungkan tetapi kita yang diberkati Tuhan.

No comments:

Post a Comment