Sunday, August 25, 2013

Manajemen Konflik

Yud 1:9
Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: "Kiranya Tuhan menghardik engkau!"

Kis 15:35-41
35 Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di Antiokhia. Mereka bersama-sama dengan banyak orang lain mengajar dan memberitakan firman Tuhan.
36 Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: "Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka."
37  Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus;
38  tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.
39  Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.
40  Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan
41  berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ.

Ev. Yoppy Sihombing

Konflik bisa terjadi di mana dan kapan saja. Suatu ketika saya berkunjung ke rumah adik ipar saya. Dia punya 2 anak yang masih kecil dan sedang lucu-lucunya. Sang kakak sedang main mobil-mobilan. Saat sedang serius bongkar mobil-mobilannya, anaknya datang ingin ikut bermain. Pagi yang indah berubah menjadi malapetaka. Sang adik memaksa dan berusaha merampas mainan kakaknya. Akhirnya mereka ribut. Papanya kemudian datang dan minta sang kakak untuk mengalah karena adiknya lebih kecil. Ia tidak mau karena mainan itu miliknya dan sang adik punya mainan sendiri. Akhirnya mereka berebutan sehingga mainannya rusak. Papanya marah dan menyentil Sang Kakak. Sang Kakak menangis. Lalu mamanya keluar dan bertanya mengapa menangis. Sang Kakak berkata, “Papa menyentilnya”. Mamanya kemudian bertanya kepada papanya. Akhirnya terjadi konflik antara anak dengan anak dan  orang tua dengan orang tua.

Gara-gara konflik, persahabatan bisa putus. Persahabatan terputus hanya karena persoalan sepele. Padahal untuk membangun persahabatan dibutuhkan waktu yang lama. Yang dipikirkan hanya harga diri, kesombongan di atas segalanya, ingin menang sendiri dan melupakan persahabatan yang penting. Terjadinya konflik begitu saja dan bisa terjadi dimana saja, termasuk di dalam rumah tangga. Hanya karena persoalan TV, suami-istri bisa ribut. Belum lagi antara orang tua dengan anak, rekan-rekan sepelayanan, dengan tetangga. Demikian pula di luar terjadi begitu banyak konflik. Suku dengan suku, antar organisasi atau antar bangsa. Dunia ini penuh dengan konflik. Dimana-mana pasti ada konflik. Mengapa hal ini terjadi? Selama masih ada keegoisan, kesombongan dan dosa, setan maka konflik itu akan terjadi. Salah satu sebab mengapa Yesus datang dari surga ke dunia ini, karena sejak berdosa, hubungan manusia dengan Allah terputus dan terjadi konflik. Itulah sebabnya Tuhan Yesus perlu jadi juru damai untuk mengatasi konflik manusia dengan Allah.

Dalam Kisah Para Rasul , Rasul Paulus berselesih dengan Barnabas. Keduanya adalah tokoh iman besar dalam Perjanjian Baru, penginjilan di Asia dan melahirkan banyak gereja. Mereka punya kualitas rohani yang tidak meragukan namun gara-gara Yohanes Markus, mereka berselisih panjang. Mereka adalah 2 pribadi yang berbeda. Rasul Paulus adalah orang yang tidak main-main dalam pelayanan, begitu tegas. Barnabas orang yang low profile dan sabar. Sewaktu Rasul Paulus sangat marah besar dengan Markus, maka Barnabas mau membawanya serta. Tetapi Paulus tidak setuju karena Markus telah meninggalkan pelayanan dan Paulus tidak ingin memberi kesempatan karena pelayanan bukanlah hal main-main. Banyak tantangannya. Markus masih sangat muda dan menghadapi banyak tantangan di depan. Tapi Barnabas berkata, “Ia akan memimpin sampai Markus bisa melayani.” Akhirnya mereka berpisah. Barnabas bertangan dingin, sehingga mengakibatkan terjadi perubahan luar biasa terhadap Markus. Bahkan nantinya Rasul Paulus berkata, “Berikanlah Markus. Berikanlah dia.” Untuk membantu pelayanannya.  Di sini terlihat bahwa konflik bisa terjadi pada 2 tokoh di zaman itu.

Contoh lain di kitab Yudas, ada malaikat Michael dan Lucifer. Lucifer dulunya sebelum dibuang dan menjadi setan, adalah panglima tentara surga. Oleh karena keangkuhannya, Allah menghukumnya dan mengusirnya ke bumi ini. Sehingga ada kekosongan dalam sistem keprajuritan di surga. Jabatan Lucifer kosong, sehingga dibutuhkan panglima para malaikat pengganti. Maka Allah menugaskan Michael. Sebelumnya ia adalah seorang pemimpin paduan suara di surga. Michael dan Lucifer adalah malaikat tingkat tinggi dan saling mengenal. Mereka konflik dan selisih satu dengan lain berkenaan dengan mayat Musa. Bagi Lucifer, hal ini penting. Karena Musa selama hidupnya dianggap sebagai orang sakti dan hebat. Tak ada tokoh yang mampu membelah laut. Ia mengalahkan ahli nujum. Kalau mayatnya ditemukan orang Yahudi, maka orang Yahudi akan menyembah Musa. Itu sebabnya mayat Musa harus disembunyikan agar tidak disembah. Tetapi Lucifer ingin agar mayatnya nampak dan kalau perlu disembah. Michael dan Lucifer bertengkar hebat. Ada konflik di antara mereka. Konflik bisa terjadi kapan dan dimana saja.

Cara menyelesaikan konflik.
Manajemen artinya mengatur sedangkan konflik artinya perseteruan atau perselesihan. Manajemen konflik = bagaimana mengatur perselisihan atau perseteruan. Dalam manajemen , kita mengenal 4 hal penting :
1.     Controlling (mengendalikan). Apa yang harus dikontrol dalam diri kita? Emosi! Saat menjadi gembala di sekolah, saya berkata ke seorang guru, “Kalau kamu sedang marah , maka tangan kamu harus di belakang. Sehingga hanya mulutmu saja. Andaipun marah, marah dengan mulut, jangan tanganmu ke depan sehingga main tangan.” Marah tidak harus dengan penganiayaan. Siapa bisa mengontrol emosi dan marahnya? TIdak mudah. Tidak ada orang yang merencanakan untuk marah-marah. Begitu mudah orang membuat orang lain marah. Kita tidak berlambat untuk marah melainkan dengan cepat. Suatu kali saya harus khotbah di 3 tempat di 3 kota berbeda. Pagi saya naik taxi supaya cepat agar jangan sampai telat / ketinggalan pesawat. Jadi begitu ada mobil lain yang lewat, dia selalu marah-marah. Gampang sekali marah. Harusnya tidak perlu marah-marah walau ingin cepat-cepat sampai. Waktu nenek saya meninggal usianya 125 tahun. Menjelang usia itu, ia tiap hari marah-marah, dari pagi sampai malam marah-marah. Dia marah-marah karena darah tinggi. Mengontrol emosi dan kata-kata tidaklah mudah. Yakobus mengatakan, tidak seorang pun sempurna karena orang yang sempurna dapat mengekang lidahnya. Dari mulut yang sama keluarlah kutuk dan juga berkat. Orang seringkali menyumpah. Harusnya tidak boleh sumpah keluar dari anak-anak Tuhan. Kita harus mengontrol perkataan, pikiran dan keinginan-keinginan daging kita. Suatu kali istri saya bilang sapu patah sehingga mau beli. Juga tidak ada sabun jadi ingin belanja di supermarket. Saya ingatkan, hanya yang diperlukan saja yang dibeli. Walau sudah setuju,  sewaktu sampai di mal ternyata ada sale. Jadinya awalnya hanya mau beli sapu dan sabun, kenapa jadi belanja Rp 1,5 juta. Bagaimana mengontrol ketamakan kita? Seorang ibu kesaksian. Ia ditipu. Awalnya ia bingung uangnya mau diapakan. Karena kalau didepositokan bunganya kecil, maka ikut sebuah investasi yang katanya sebulan bisa dapat Rp 50 juta. Sehingga dia bermimpi , kalau bunga sudah dibayarkan mobilnya bisa ganti. Bulan pertama , kedua dapat bunganya, bulan ketiga tidak muncul. Bulan empat curiga. Bulan lima sadar ia tertipu. Lalu berdoa ke Tuhan, saya sudah tamak , minta agar modalnya dikembalikan. Uang yang Rp 1 miliar kembali Rp 400 juta. Dia bilang, Puji Tuhan walau uang Rp 600 juta hilang. Tetapi berat badannya sudah berkurang 5 kg. Ia menyadari ini suatu ketamakan. Mau dapat uang banyak tetapi tidak mau kerja keras. Tidak mau cape-cape.  Jadi hati-hatilah kalau ada menawarkan investasi.
2.     Leading (memimpin). Kita harus mampu memimpin diri sendiri. Mengarahkan diri sendiri. Menaklukkan diri sendiri. Pimpin kepada Yesus Kristus, kepada firman Tuhan. Karena memang kita sulit mengendalikan diri sendiri. Rasul Paulus berkata, apa yang tidak aku ingin itu yang aku lakukan. Ada duri dalam daging. Aku tidak mau yang tidak baik tapi itu yang kulakukan. Plato mengatakan, dalam diri manusia ada 2 kekuatan. Seperti 2 kuda, yang satu baik yang lain beringas dan nakal. Kedua kuda bertentangan satu dengan lain. Seringkali kuda yang jahat yang memenangi pertempurannya. Sehingga manusia sulit jadi baik. Untuk memimpin diri sendiri, kita tidak mampu kecuali diserahkan kepada Allah Roh Kudus untuk memimpinnya.
3.     Programming. Kita mau menjadi orang Kristen yang mengalami pertumbuhan. Kita mau mengalami kemajuan kerohanian. Bukan seperti tembang lawas , “aku mau seperti yang dulu”. Sudah jadi orang Kristen lama, ada yang 3 tahun atau 50 tahun , tetapi terlambat ke gerejanya masih juga sampai sekarang. Tidak berubah. Yang berubah umurnya. Karakternya tidak berubah, kerohaniannya tidak berubah. Kita takut dan hormat kepada orang tua, karena takut kualat. Orang tuanya selalu berkata, “Kamu tidak perlu kasih tahu saya, saya sudah makan garam banyak-banyak” . Padahal Tuhan Yesus berkata, “Kamu harus belajar kepada anak-anak”. Belajar tidak peduli dengan orang tua atau muda. Rasul Paulus berkata kepada TImotius, jadilah teladan dalam perkataan dan tingkah laku meskipun kamu masih muda. Dari siapapun kita bisa belajar. Mari belajar membuat program tertentu utnuk pertumbuhan rohani. Perlu Persekutuan Doa, kelas Alkitab, KKR atau kebaktian yang lebih banyak. Kita harus buat program untuk bertumbuh. Kalau dulu dilayani maka sekarang harus melayani. Harus buat perubahan, dulu didoakan orang lain sekarang mendoakan orang lain.
4.     Organizing. Jangan menganggap kita terlepas dari orang di sekitar kita. Seringkali kita menganggap bahwa urusan kita berbuat dosa, itu bukan urusan orang lain. Ini adalah masalah saya. Tidak ada masalah dengan kalian. Ini dosa dan masalahku. Tidak merasa bagian dari tubuh Kristus. Padahal kita berada dalam organ Kristus, gereja dan masyarakat sekitarnya. Dosa bersifat social artinya juga bisa melemahkan orang lain. Setiap orang berbuat dosa, membuat citra buruk bagi yang lain. Karena kita bagian dari organ. Sama seperti tubuh, tidak mungkin jempol berkata, ini lukaku tidak ada urusan dengan kepala. Atau badan membiarkan jempol luka , akhirnya menderita sampai tingkat terentu. Kerusakan dalam gereja, akan dimulai dari individu-individu dan hal-hal kecil, tahu-tahu sudah rusak semua. Kerusakan individu bisa merusak yang lain sehingga dibuat aturan / siasat gereja. Apabila ada yang salah / dosa, maka hubungannya ada. Maka untuk melindungi seluruh tubuh, anak-anak Tuhan dan gereja, perlu dibuat aturan-aturan.

Untuk menyelesaikan konflik :
1.     Carilah perdamaian. Saat konflik pikirkan perdamaian.
2.     Menjadi terang dan garam
3.     Menjunjung orang lain. Tempatkan orang lain di atas kita. Kita menghormati dan menghargai orang lain. Kepentingan orang lain di atas kepentingan kita. Kenapa kita junjung? Saat menjunjung, yang kuat ada  di di bawah. Karena ia menjunjung yang di atas/yang salah. Orang yang mengampuni adalah orang yang kuat. Orang yang marah adalah orang lemah.


No comments:

Post a Comment