Monday, July 1, 2013

Bersyukur di Dalam Segala Situasi dan Kondisi

Ev. Djie Sadar Mahonny

1 Tes 5:18  Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Mengucap syukur bukan sekedar kata-kata. Seringkali kita mengucap syukur tanpa mengetahui esensi dan maknanya. Sebagai orang Kristen, kita hanya terbiasa berkata,”Syukur”. Bahkan kadang-kadang kita salah dalam mengucap syukur. Misal : Kalau ada anak atau cucu yang nakal dan diberitahu tidak mau.  Suatu saat ia jatuh, kita lalu berkata,”Syukurin loe...Rasain loe...” Tuhan tidak menginginkan seperti itu. Atau kita hanya mengucap syukur kalau semuanya berjalan lancar. Misal : setiap mendapat anak perempuan hingga 3 orang kita mengucap syukur. Tapi setelah berdoa untuk mendapat anak lelaki, ternyata mendapat anak perempuan lagi, apakah masih mengucap syukur? Atau bila mendapat anak laki tapi cacat, apakah masih mengucap syukur? Ucapan syukur menunjukkan keyakinan iman kita kepada Tuhan. Menunjukkan kaitan erat antara iman kita kepada Tuhan.

Mengapa kita sulit mengucap syukur?
Hidup ini indah atau sukar? Lebih banyak susah atau indahnya? Bila kita diperlihatkan sebuah kertas putih dengan bundaran-bundaran kecil warna hitam dan merah, lalu ditanya apa yang kita lihat? Ada yang melihat noda hitam atau noda merah atau keduanya. Padahal yang paling besar adalah kertas putihnya.  Hal ini ibarat manusia yang fokusnya melihat (titik) noda-noda saja dalam hidupnya. Kita lupa ada selembar kertas putih yang lebih besar dan menarik. Kalau kita gambarkan hidup sebagai kertas dengan titik merah dan hitam, maka kita melupakan kertas putih yang besar. Kalau kita fokus pada masalah yang buruk dalam hidup kita, maka hidup menjadi tidak indah. Yang ada hanyalah masalah. Begitu banyak keindahan yang perlu disyukuri. Tidak sakit telinga itu indah. Pernah bersyukur untuk telinga yang tidak sakit? 1,5 bulan lalu saya masuk RS untuk menjalani operasi pertama kalinya dalam hidup saya. Hal ini karena gendang telinga kiri saya pecah saat kecelakaan di laut, sehingga 3 tahun yang lalu pendengaran sedikit menurun. Namun yang jadi masalah adalah suara seperti suara jangkrik di telinga kiri saya selama 24 jam. Operasi berhasil , namun suara “jangkriknya” belum hilang. Kalau fokus ke suara , maka saya menderita. Tetapi saat berkhotbah dan fokus ke khotbah saya lupa hal itu. Kita semua menghadapi masalah, tetapi mari kita fokus ke hal yang lebih baik. Kita susah mengucap syukur, karena kita fokus ke hal yang tidak tercapai daripada yang tercapai. Misal : kita punya 10 target , 8 sudah tercapai. Lalu kita fokus ke 2 target yang tidak tercapai, sehingga kita melupakan yang 8. Ada yang berkata, “Sesuatu hanya indah sebelum kita miliki.” Ini berlaku bagi yang belum menikah. Katanya menikah seperti naik perahu kora-kora di Ancol.  Begitu mendengar orang berteriak-teriak, teriakannya menarik perhatian kita. Kita pun antri untuk naik, namun saat giliran kita diayun, kita mau muntah lalu kita pun berteriak. Teriakan yang sama seperti orang yang terdahulu. Baru kita menyadari, teriakan tadu bukan menunjukkan kegembiraan tapi minta turun. Ketika kita teriak , teriakan kita menarik orang dan mereka antri untuk naik.

Ada sebuah tulisan yang menarik. Di saat kita seharusnya bersyukur bisakah kita bersyukur? Apa yang menarik diburu orang. Yang tinggal di gunung merindukan pantai, yang tinggal di pantai merindukan gunung, Di musim kemarau merindukan hujan, di musim hujan merindukan kemarau. Saat diam di rumah merindukan berpergiaan, waktu sedang berpergian, merindukan diam di rumah. Waktu ramai mencari ketenangan, saat tenang merindukan keramaian. Setelah berkeluarga belum punya anak, mengeluh dan merindukan anak. Setelah memiliki anak, mengeluh karena biaya hidup tinggi. Kita tidak pernah bahagia. Sebab segala sesuatu hanya tampak indah sebelum dimiliki. Namun setelah dimiliki tidak indah lagi. Kapan kebahagian didapatkan kalau kita hanya memikirkan apa yang belum ada dan mengabaikan apa yang sudah kita memiliki. Jadilah pribadi yang selalu bersyukur. Bersyukurlah senantiasa dengan berkat yang sudah kita miliki. Bagaimana mungkin daun kecil menutupi dunia yang luas ini. Jangankan bumi, menutupi telapak tanganpun tidak bisa. Namun bila daun kecil ini ditempelkan di mata kita maka tertutuplah  bumi. Begitulah kalau hati kita ditutupi hal buruk, maka kita melihat keburukan ada di mana-mana. Bumi akan tampak buruk dan suram. Jangan menutup mata kita walaupun dengan daun yang kecil. Jangan menutup hati kita walau dengan sebuah pikiran yang buruk. Bila hati kita tertutup, tertutuplah semuanya. Syukuri apa yang sudah kita miliki. Tulisan ini sangat menarik. Ucapan syukur berkaitan dengan iman keyakinan kita. Itu berarti pengenalan kita pada Allah cukup. Keyakinan kita terhadap rancangan Allah sudah cukup. Kalau anda sering bertanya mengapa begini Tuhan?, anda tidak akan mengucap syukur. Kalau sedikit-sedikit mengeluh, tidak mengucap syukur. Intinya, bahwa kesulitan ada tapi kita yakini Tuhan ijinkan terjadi, karena ada sesuatu yang Tuhan inginkan tercapai. Persoalannya kita tidak siap jadi berkat melalui cara seperti itu. Kesulitan boleh datang, masalah bagi manusia adalah bagaimana menyelesaikannya. Ada seorang petambak ikan. Di kampungnya  semua orang beternak ikan. Ikannya sama. Dari indukan yang sama, air dengan Ph yang sama , makannya pun sama dari pabrikan yang sama. Jam makannya pun sama. Tetapi aneh sekali ada satu bapak, ikannya beda, tekstur dagingnya lebih enak. Tidak ada yang tahu rahasianya. Suatu hari bapak ini meninggal. Semua orang berbondong-bondong ke tambaknya melihat rahasianya. Tidak ada yang aneh. Tetapi seseorang mengamati , ternyata bapak tersebut sengaja memasukkan beberapa ikan buas di dalam tambaknya. Itu rahasianya. Jadi ikan yang dipelihara dikejar setiap saat oleh ikan buas ini sehingga ikan memiliki tekstur daging yang lebih baik. Di gereja ada biang kerok. Anggap saja biang kerok itu ikan buas. Persoalannya kita siap atau tidak. Kalau kita siap, maka ikan buas itu akan membuat kita menjadi lebih kuat. Tapi kalau kita tidak mengerti, maka ikan buas itu akan memangsa kita. Ketika Tuhan ijinkan persoalan melanda kita, itu ikan buas. Kalau kita mengandalkan dan percaya Tuhan , maka kita akan mendapat berkat. Persoalan memang berpotensi membuat kita terpuruk. Tetapi jangan salah, persoalan hidup membuat kita naik kelas. Ketika HP pertama kali keluar, ukurannya sangat bear. Masalahnya : besar dan harganya mahal. Sekarang HP sudah menjadi barang kebutuhan yang mudah didapat dengan harga yang terjangkau. Ada masalah, cari solusinya, naik kelas. Ketika TV muncul, gambarnya hitam putih. Lalu dibuatlah yang berwarna. Ketika TV berwarna muncul, orang tidak puas. TV terbaru dipasang di kacamata. Itulah kemajuan. Darimana sampai kemajuan seperti itu? Karena orang mendapat masalah, mengatasi masalah dan naik kelas. Yakini Tuhan akan memberikan yang terbaik walau kita tidak mengerti. Sesuatu yang buruk terjadi untuk mendatangkan kebaikan. Yakini, imani itu. Alkitab berkata, “Allah turut berkerja utnuk mendatangkan kebaikan bukan keburukan. Bagi orang yang terpanggil dan mengasihi Dia yang hidup sesuai dengan rancangan Tuhan.” Masalah bagi kita ialah, kita tahu diujung sana ada sesuatu yang indah, tapi dalam rangka menuju ke sana, Tuhan tidak memberikan peta jalan bagi kita.
Contoh : Yusuf muda mendapatkan pemberitahuan suatu saat ia akan jadi pejabat. Tapi bagaimana caranya tidak tahu. Ia lahir dengan saudara-saudara yang kurang ajar. Bukan rancangan Tuhan , bahwa saudaranya akan kurang ajar, tetapi memang demikian adanya. Tanpa begitu, tidak mungkin Yusuf akan menjadi seperti itu. Tanpa ayahnya ia pergi ke Mesir. Yakub sangat cinta dengan Yusuf. Yakub mendapat mamanya setelah ditipu 14 tahun. Kedua, mereka anak Yahudi yang sangat menjaga kekudusan hidup. Bagaimana mungkin Yakub melepaskan anaknya pergi ke Mesir. Lalu singkat cerita Yusuf pergi ke Mesir. Ia jadi budak di sana. Tidak ada peta jalan. Gelap semuanya, tetapi ia tahu Tuhan akan memimpin. Saat ia menjadi budak, Tuhan menyertai dia. Pekerjaannya berhasil. Lalu Yusuf digoda nyonya rumahnya Digoda itu berita buruk bagi Yusuf. Dan ia pun menjadi napi. Orang yang disertai dan benar di hadapan Tuhan , justru masuk penjara. Tetapi Tuhan tetap menyertai dia. Ia berkarya luar biasa sampai 2 pejabat masuk penjara lagi. Lalu Yusuf berpesan kepada salah satunya setelah ia menolongnya agar kalau sudah bebas jangan melupakannya. Yusuf tetap menjadi napi. Sampai waktunya Tuhan. Yusuf akhirnya keluar menjadi yang dijanjikan kepada dia. Kita bisa melihat sesuatu indah dibalik itu? Tetapi bagi Yusuf yang menjalaninya, perjalanan hidupnya penuh air mata penderitaan.  Karena itu kita yakin Tuhan membuat rencana itu indah bagi kita. Banyak kesulitan, bersyukurlah! Apapun situasi yang melanda, kita bersyukur. Tuhan tidak membiarkan kita menderita tanpa menyertainya kecuali kita tidak mau ikut ambil bagian di dalamnya. Ada sebuah cerita tentang seorang raja yang berburu. Ia didampingi banyak pengawal dan seorang penasehat. Suatu kali terjadi kecelakaan dan raja kehilangan jempolnya. Ia sedih sekali, bagaimana seorang raja cacat? Sang penasehat bilang, “Tidak apa-apa , mungkin itu sesuatu yang baik.” Raja marah dengan komentarnya,”Apanya yang bagus?” Jabatan sang penasehat diturunkan dan dimasukkan ke penjara. Beberapa bulan kemudian raja sudah pulih dan pergi berburu kembali bersama para pengawalnya. Kali ini , mereka nyasar dan berada di antara para kanibal. Semua ditangkap dan satu per satu dipotong dipersembahkan ke dewa. Terakhir sang raja. Karena raja ini tidak sempurna, cacat dan dewa tidak mau menerima orang yang cacat, akhirnya raja dibebaskan. Ia senang sekali. Wah beruntung jempolnya hilang. Sampai di istana ia ingat sang penasehat yang di penjara.  Sang penasehat dikeluarkan dan dipulihkan posisinya.  Benar kan jempol yang hilang bisa menjadi sesuatu yang indah? Raja berkata, “Betul.” Sang penasehat menambahkan, “Tetapi saya juga bersyukur masuk penjara. Karena kalau tidak di penjara saya sudah dipersembahkan kepada dewa.” Bersyukur kehilangan jempol? Senang di penjara? Bersyukurlah kepada Tuhan. Di dalam situasi apa pun bersyukurlah.


No comments:

Post a Comment