Friday, January 11, 2013

Visi yang Tidak Berubah (Sejarah GKKK Mangga Besar)

VISI YANG TIDAK BERUBAH
SEJARAH GEREJA KRISTEN KALAM KUDUS JAKARTA
Oleh : Rev. Paulus Suhindro Putra S.Th., M.Pd.
Gembala Sidang GKKK Jakarta / Mangga Besar 1981 - 2012

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Mat 28:19-20)

Buah Misi Rev. Dr. Andrew Gih
Berdirinya Gereja Kristen Kalam Kudus Jakarta: adalah rangkaian hasil misi yang dilakukan oleh Evangelize China Fellowship (ECF) Yayasan Penyiaran Injil Tiongkok atau Chung Kwo Pu Tau Hui di Shanghai Tiongkok pada pertengahan abad ke-20, ECF adalah sebuah Yayasan Penginjilan yang dipimpin oleh Rev. Dr. Andrew Gih sekitar tahun 1930. Misi pelayanan ECF adalah mengadakan penyiaran Injil dan Kebaktian Kebangunan Rohani juga mendirikan Panti Asuhan anak-anak yatim piatu akibat perang saudara yang sedang melanda Tiongkok waktu itu. Setelah berdirinya Republik Rakyat TIongkok tahun 1949, ECF pindah ladang pelayanannya di luar Tiongkok daratan, yaitu ke Hong Kong, Taiwan, Malaysia, Indonesia, Macao, Singapore, Thailand, Myanmar, Filipina dan USA. Di Indonesia ECF dinasionalisasikan menjadi Yayasan Penyiaran Injil Indonesia, dengan tujuan untuk merintis GKKK dan Yayasan Malseta yang mendirikan Sekolah Theologia MAAT yang kemudian diubah jadi SAAT Malang
                Rev. Dr. Andrew Gih lahir di Shanghai , China 1901, lahir baru di dalam Kristus tahun1923, dan mempersembahkan diri menjadi hamba Tuhan pada tahun 1926. Menikah dengan Mrs. Dorcas Chang Chui Ing, di Shanghai tahun 1928, mendirikan Yayasan Penyiaran Injil Tiongkok atau Evangelize China Fellowship pada tahun 1947, ECF dipindahkan ke Hong Kong tahun 1949. Menerima gelar Doctor Honoris Causa dari Cascade College, Portland, Oregon, USA tahun 1950. Beliau pensiun 1978 dan meninggal dunia 13 Februari 1985 di Los Angeles USA pada usia 85.
                Dalam pelayanannya Dr. Andrew Gih yang mengadakan penyiaran Injil keliling di daratan Tiongkok, tercatat pernah bekerja sama dengan Rev. Dr. John Sung, seorang penginjil yang paling berpengaruh di TIongkok. Rev. Dr. Andrew Gih dan Rev. Dr. John Sung adalah 2 tokok Injili berkarisma yang telah membawa kebangunan rohani di gereja-gereja di Tiongkok sebelum berdirinya pemerintah Republik Rakyat Tiongkok tahun 1949. Pengaruh pengajaran dan semangat penginjilannya terhadap gereja-gereja Tionghoa di daratan maupun di luar daratan Tiongkok sangat besar. Khotbah-khotbah mereka sangat menekankan pertobatan dan penginjilan. Rev. Dr. John Sung pernah ke Indonesia sekitar tahun 1939 dan meninggal dunia tahun 1942, dalam usia 42 tahun usia yang masih relative muda. Sedangkan Rev. Dr. Andrew Gih memutar haluan pelayanannya dari daratan Tiongkok ke selatan samudera yang disebut Nan Yang pada tahun 1949 setelah Republik Rakyat Tiongkok berdiri.
                Maka pada tahun 1950, Rev. Dr. Andrew Gih pertama kali datang ke Indonesia mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani berturut-turut di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Kalau di daratan Tiongkok Dr. Gih mendapat rekan kerja yang baru yaitu Rev. Dr. Peter Wongso, seorang pemuda Kristen dari Gereja Methodist Medan pada waktu itu. Oleh karena itu kalau kita berbicara tentang perkembangan pelayanan ECF di Indonesia yang kemudian mendirikan Yayasan Madrasah Alkitab Asia Tengara atau Yayasan Malseta dan mendirikan Yayasan Penyiaran Injil Indonesia yang kemudian berkembang menjadi Sinode Gereja Kristen Kalam Kudus dan Sekolah Kristen Kalam Kudus di Indonesia, maka kita akan mengenal juga rekan Dr. Gih di Indonesia ini yaitu Dr. Peter Wongso. Mereka berdualah yang bersama-sama mencetuskan pendirian Madrasah Alkitab Asia Tenggara (MAAT) dan merealisasikannya, sebagai motor penggerak berdirinya GKKK dan SKKK di seluruh Indonesia. Sampai hari ini SAAT sudah mencetak ribuan alumni yang tersebar di berbagai kota di Indonesia dan di luar negeri.

Rev. Peter Wongso dan SAAT
                Rev. Peter Wongso lahir dalam keluarga pendeta Methodis Hok Kian Tiongkok pada tahun 1932. Pindah ke Indonesia tahun 1949 tinggal di kota Medan dan melayani Tuhan sebagai seorang pemuda Kristen yang giat memberitakan Injil di gereja Methodis Medan. Beliau bertemu dengan Dr. Andrew Gih di Medan pada saat Dr. Gih berkunjung dan mengadakan serie meeting penyiaran Injil di Medan. Beliau berdualah yang melihat kebutuhan hamba Tuhan yang mendesak dalam gereja-gereja Tionghoa di Indonesia, tenaga hamba Tuhan untuk menggembalakan jemaat khususnya hamba Tuhan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang perantau Tionghoa di Indonesia.
                Oleh sebab itu pada tanggal 10 Mei 1952 di hadapan Notaris Mr. Raden Soedja, Dr. Andrew Gih yang diwakili Mrs. Dorcas Gih, Ds Pouw Peng Hong dan rekan-rekan lain, mendirikan dua buah Yayasan yaitu : Yayasan Penyiaran Injil Indonesia (mirip ECF Yayasan Persekutuan Penyiaran Injil Tiongkok) dengan Akte Notaris no. 41 dan Yayasan Madrasah Alkitab Asia Tenggara atau disingkat Yayasan Malseta dengan akte Notaris No. 42. Yayasan Penyiaran Injil Indonesia kemudian berkembang menjadi Sinode GKKK dan Yayasan Kalam Kudus Indonesia, satu badan dengan dua tangan, masing-masing mempunyai satuan unit pelayanan yaitu : GKKK dan SKKK untuk mengemban visi dan misi yang tidak berubah itu, di 28 kota dalam 15 propinsi di seluruh Indonesia.
                Madrasah Alkitab Asia Tenggara di Malang Jawa Timur, merupakan sebuah sekolah Teologia yang berasaskan ALkitab, berteologia Injili dan berakar pada budaya Tionghoa. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Mandarin dan seragam mahasiswi adalah Qi-pao long gown Tiongkok warna putih, MAAT juga memiliki disiplin belajar dan kehidupan di kampus yang ketat. Pada tahun enam puluhan, MAAT dipimpin oleh Rektor James Hui, seorang mantan diplomat yang lahir baru dalam KKR yang dipimpin Dr. John Sung di Manila sewaktu Rev. James Hui menjabat sebagai konsul dari pemerintah Tiongkok Nasionalis untuk Philipina. Mrs. Hui, istrinya adalah seorang wanita Kristen tradisional Tionghoa berbudi  luhur, ia sangat mendukung pelayanan suaminya pada waktu itu Mrs.James Hui besama-sama Ibu Ruth Chang, alumnus angkatan pertama dari MAAT sebagai kepala asrama.
                Mahasiswa MAAT yang tinggal di kampus memiliki kehidupan sangat disiplin , bangun pagi lalu bermeditasi, berdoa, membaca Alkitab mengutip salah satu ayat menghafal ulang sebelum makan pagi bersama-sama mahasiswa lain di meja makan waktu sarapan pagi. No Bible no breakfast, motto Dr. Reland Wong itulah yang diingat. Para mahasiwa dilarang membawa alat music tertentu ke dalam kampus seperti gitar, mereka harus mencuci pakaian sendiri, mencuci kamar mandi dan WC. Pria bertugas mencuci piring, sedangkan yang wanita bergilir masak di dapur dan belanja ke pasar dan dilarang keras berpacaran! Motto kehidupan di kampus adalah “… segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur” (1 Kor 14:40). Sekolah theologia yang satu ini menggembleng mahasiswanya sedemikian rupa sehingga kebutuhan hamba Tuhan di gereja-gereja Tionghoa di Indonesia, terpenuhi secara kuantitas maupun secara kualitas.
                Setelah Rev. James Hi dan istri pensiun, mereka kembali ke Taiwan pada tahun 1964, maka yang menggntikan beliau adalh Rev. Dr. Peter Wongso. Sebagai rektor, kepemimpinan Rev. Peter Wongso sangat menekankan misi penginjilan. Semangat penginjilan ditanamkan ke dalam jiwa mahasiswa MAAT ini, amat bermanfaat bagi mahasiswa itu sendiri dan sangat mendukung pertumbuhan gereja di Indonesia. Sebagian lulusan MAAT yang tergerak, diutus untuk membuka ladang baru, mendirikan Pos Penyiaran Injil GKKK di seluruh Indonesia.
                Kebanyakan mahasiwa lulusan MAAT pada saat itu, merasa tidak puas jika hanya melayani Firman, berkhotbah dan jadi gembala jemaat saja; tidak puas jika belum pergi ke luar menginjil, menjadi perintis jemaat baru. Lulusan seperti inilah yang diutus Rev. Peter Wongso pergi ke luar merintis GKKK di seluruh Indonesia, di 28 kota dan 15 propinsi inilah berdiri GKKK dan SKKK yaitu : Medan, Pematang Siantar, Sibolga, Padang Sidempuan, Batang Toru (Sumut), Pekan Baru, Selat Panjang (Riau), Padang (Sumbar), Pangkal Pinang (Sumsel), Batam (Otorita), Jakarta (DKI), Bandung (Jabar), Solo (Jateng), Yogyakarta (DI), Surabaya , Malang, Kesamben (jatim), Denpasar, Singaraja (Bali), Makasar, Bone (Sulsel), Ambon, Ternate (Maluku), Jayapura, Sorong (Papua) dan Manado (Sulut).

Pdt Paulus Suhindro Putra
                Kami yang telah mewarisi Theologia Reformed Injili dan mewarisi semangat perintis SAAT yang pernah dijuluki “militan” (oleh wartawan Tempo di Malang; waktu SAAT di bom oleh orang yang salah paham terhadap SAAT pada tahun 1984) ini, kami merasa tidak puas walaupun kami suami-istri sudah melayani di Gereja Baptis Jakarta, yang merupakan suatu gereja yang sudah cukup mapan di kota Jakarta. Oleh sebab itu setelah kontrak kerja 4 tahun selesai, kami tidak memperpanjang kontrak kerja di sana lagi tetapi kami keluar untuk merintis GKKK Jakarta. Hanya dengan kemauan yang keras untuk merintis sebuah gereja baru yang ideal dengan menggunakan cara penginjilan pribadi yang tidak memerlukan bakat besar tetapi mudah dilakukan kapan saja, di mana saja dan siapa saja asal punya visi yang jelas dan punya kemauan dan keberanian untuk melakukan misi secara konsisten seumur hidup itulah kami merintis GKKK Jakarta.
                Setelah melalui proses organisasi seperlunya, maka kami pun segera menggabungkan diri ke dalam pelayanan di Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta, yang sudah berdiri 10 tahun terlebih dulu dari GKKK di Jakarta, dan kami menjadi kepala kerohanian merangkap anggota Badan Pengurus SKKK Jakarta. Selanjutnya SKKK Jakarta menjadi basis pelayanan dan kesaksian kepada murid-murid dan kepada orang tua murid juga merupakan modal awal untuk merintis GKKK di Jakarta. Dengan adanya lokasi sekolah yang sudah siap pakai, kami tidak perlu menyewa tempat untuk kebaktian, semua kegiatan dilakukan di kelas dan aula sekolah pada hari Minggu di semua cabang GKKK yang ada di Jakarta.
                Setelah kami keluar dari Gereja Baptis pada tanggal 30 November, kebetulan hari itu adalah Reformasi 1980, kami pindah ke SKKK Jakarta dan tinggal di kantor Yayasan Penyiaran Injil yang beralamat sama dengan SKKK Jakarta yaitu di Jalan Tangkilio Timur no. 48-49, Mangga Besar V, Jakarta Barat. Kami diterima sebagai hamba Tuhan penuh waktu di SKKK sampai Maret 1984 setelah GKKK Jakarta diresmikan menjadi jemaat dewasa. Pekerjaan formal kami di SKKK adalah kepala kerohanian dan merangkap sebagai anggota BP (hal itu sudah kami jabat sejak masih di Gereja Baptis). Sekarang kami sekeluarga tinggal di rumah Yayasan dan memakai kantor Yayasan Penyiaran Injil Indonesia sebagai tempat kerja kami. Pekerjaan harian kami adalah mengirim traktat melalui pos, yang nama dan alamatnya kami peroleh dari buku telepon. Selain itu tiap hari kami berkunjung dari rumah ke rumah mencari jiwa baru. Kami berjanji tidak akan mengunjungi anggota gereja lain dan tidak menerima anggota dari gereja lain. Tujuan kami jelas dan motivasi kami murni hanya mencari orang baru, ini adalah prinsip kerja kami sampai saat ini.
                Sebagai hasil kunjungan dari rumah ke rumah, kami berhasil menemukan keluarga-keluarga yang menerima kami dan menerima Injil yang kami beritakan. Di antara keluarga-keluarga yang menerima kami dan menerima Injil, akan saya kutip satu saja di sini, sebagai salah satu bukti bahwa keberhasilan penginjilan bukan karena kepandaian penginjil itu sendiri yang dapat menarik orang menjadi percaya, melainkan karena pekerjaan Roh Kudus yang membuat penginjil itu berhasil menemukan umat pilihan Tuhan yang tersebar di dalam lautan manusia.
Contoh yang akan saya kemukana ialah : pada suatu hari kami mengunjungi rumah orang tua murid yaitu Sdr. Lim Sau Min dan istrinya Chew Fie Chin, mereka tinggal di Jembatan V.  Di rumah Sdr. Lim ini, kami bertemu dengan dua wanita yang kebetulan hari itu bertamu di rumah Sdr. Lim. Mereka berdua sangat tertarik Injil yang kami beritakan, paahal pembicaraan kami biasa-biasa saja. Mulai hari itu mereka serius mengikuti persekutuan doa, belajar kekristenan di kelas katekisasi. Mereka adalah Sdri. Lim Lie Chin (Lina Hendra) dan Sdri. Lim Lie Khun (Evlonika). Akhirnya mereka menjadi anggota GKKK Jakarta yang dibaptis tanggal 27 Des 1981 sebagai anggota baptisan angkatan pertama kelompok 19 orang itu. Sampai hari ini mereka masih setia melayani Tuhan di GKKK Jakarta, sedangkan Sdri. Lim Lie Khun menikah dengan Sdr. Budi pemuda Kristen, lalu tinggal di Ampenan NTT.
                Selain kunjungan, kami juga mengadakan kebaktian rumah tangga, ada dua tempat kebaktian penyiaran Injil yaitu di rumah Ny. Willy Debora di Jl. Lautze dan di rumah Sdr. Bun Juk Khiun di Gg Kramat Jl. Jembatan V. Kelas katekisasi diadakan tiap-tiap hari Jumat di rumah Yayasan.
                Alat transportasi adalah alat penting untuk kunjungan perintisan dan kami mendapatkan kredit sebuah mobil Jimmy buatan tahun 1979 seharga Rp 2,5 juta. Sebelum kami pindah ke Kalam Kudus, Ny Willy Debora menghadiahkan kepada kami Rp 1 juta, uang itu kami pakai untuk bayar down payment, mobil tersebut sudah kami pergunakan waktu masih di gereja Baptis, sisanya kami cicil setiap bulan Rp 75.000 sampai lunas. Mobil itu sangat berguna, selain untuk besuk juga untuk antara jemput jemaat dan anak-anak Sekolah Minggu. Sampai tahun 1984, gereja sudah mampu membeli sebuah mobil dinas baru yaitu Toyota Kijang warna putih, untuk antar jemput. Namun sayangnya mobil itu sekarang sudah tidak ada lagi dan tidak disimpan sebagai kenang-kenangan!

Pos PI GKKK Jakarta
                Pada tanggal 28 Janurai 1981 kami mulai adakan kebaktian doa setiap hari Rabu pk 19.00. Pada hari Paskah 18 April 1981 pk 19.00 kami mulai mengadakan kebaktian umum, yang hadir pada hari itu kurang lebih seratus orang dan yang menyampaikan firman Tuhan adalah Rev. Dr. Peter Wongso. Mulai tanggal 8 Agustus 1981 kebaktian diadakan pada hari Minggu, dan pada hari itu juga GKKK Jakarta berstatus sebagai Pos PI dan diresmikan oleh Ketua Sinode Rev. Peter Wongso. Dan tanggal tersebut ditetapkan menjadi hari ulang tahun GKKK Jakarta.
                Beberapa hal penting yang perlu dicatat adalah pada tanggal 19 April 1982, warta gereja edisi pertama diterbitkan; dengan diterbitkannya warta gereja maka kegiatan dan laporan keuangan dapat dicatat dan diketahui oleh jemaat. Persembahan dijalankan sejak hari pertama Pos PI berdiri dari dilaporkan tiap minggu bersama jumlah pengunjung melalui warta gereja sampai hari ini.

Pendewasaan Pos PI GKKK Jakarta
                Pada tanggal 4 Maret 1984, Pos PI GKKK Jakarta didewasakan menjadi Jemaat mandiri dengan mengangkat 7 orang membentuk majelis jemaat yang pertama yaitu :
                Rev. Paulus Suhindro Putra                                Ketua
                Sdr. Wimpie Salim                                                Sekretaris
                Sdri. Lay Sui Chin                                                  Bendahara Pembukuan
                Ev Lisiani Helena                                                  Bendahara pemegang kas
                Sdr. Tan Yong Khi                                                 Penghubung jemaat pria
                Sdri. Linda Sari                                                      Penghubung jemaat wanita
                Sdr. Ang Che Yung                                               Seksi Umum
Kebaktian Peneguhan Majelis Jemaat I, dipimpin oleh Rev. Boby Ticoalu selaku Ketua Sinode. Dengan demikian  berdirilah sebuah gereja baru bernama Gereja Kristen Kalam Kudus di kota Jakarta sebagai GKKK yang ke-17 dalam keluarga besar sinode GKKK.
                Setelah didewasakan menjadi jemaat mandiri, program panjang berikutnya antara lain adalah membangun rumah ibadah sendiri, maka Panitia Pembangunan Gereja pun dibentuk. Mula-mula, kami merencanakan mencari tanah di samping sekolah , kemudian pada tanggal 2 Mei 1986 kita dapat membeli sebidang tanah di samping sekolah, luasnya hanya 132 m2 seharga Rp 27 juta, dengan harapan tanah di bagian depannya juga dijual kepada kita, tetapi Tuhanlah yang menentukannya, berkali-kali kita berunding dengan pemiliknya yang adalah tetangga kita juga, tetapi selalu gagal. Akhirnya tanah tersebut dijual kepada orang lain, sehingga tanah yang sebagian yang sudah kita beli untuk gereja ini diserahkan kepada sekolah dan dananya diganti dari kas sekolah yang kemudian dipakai untuk membeli tanah di jl. Madu yang Tuhan sediakan bagi kita itu.
                Sejak rencana pembangunan gereja dicetuskan, maka hampir setiap hari kami membaca iklan di Koran atau bertanya-tanya untuk mencari tanah atau rumah yang cocok untuk gereja. Beberapa tempat sudah kami lihat dan yang akan serius adalah bekas pabrik roti di jalan Bandengan, ruko di jalan Cengkeh dan rumah besar di jalan Mangga Besar VIII. Pada waktu itu, kami ditawarkan tanah yang akan dijual, padahal kami belum memiliki dana, yang ada hanya iman dan kemauan. Dalam proses tawar menawar dengan pemilik tanah yang ada di jalan Mangga Besar VIII melalui telepon, bapak pemilik tanah yang bermarga Lan (biru) ini menganjurkan kepada saya, agar menggunakan leasing saja apabila uangnya tidak cukup. Sebenarnya pada saat itu kami bukannya tidak cukup uang, tetapi tidak ada uang! Walaupun tidak pernah bertemu muka, tetapi dalam pembicaraan yang hanya melalui telepon saja ini saya belajar banyak hal dari Bapak Lan ini. Dari beliau saya baru mengetahui bahwa jikalau kita akan membeli rumah dan dananya tidak cukup, kita dapat menggunakan leasing! Apakah yang dimaksud dengan leasing? Secara sederhana membeli rumah menggunakan Leasing berarti meminjam uang untuk membeli rumah dengan membayar bunga yang tinggi.
                Memang semua adalah pimpinan Tuhan. Pada saat itu keadaan perekonomian Indonesia diprediksikan akan berkembang, banyak investor asing ingin menanamkan modalnya ke Indonesia, istilah yang popular waktu itu adalah “gebrakan SUmarlin”. Karena itu banyak orang mendirikan bank dan banyak bank swasta menawarkan pinjaman dengan bunga rendah dan persyaratan yang sangat mudah, pendek kata, waktu itu proses peminjaman uang tidak sulit.
                Pada suatu hari ketika saya memperbaiki kursi besi ruang kebaktian yang rusak kepada seorang tukang las yaitu Bapak Subur di tepi jalan Madu, secara tidak sengaja saya melihat sebidang tanah bekas pabrik kuali yang sudah lama tidak dipakai lagi. Pada saat saya melihat tanah tersebut hati saya tergerak dan berkata di dalam hati,”Alangkah baiknya kalau tanah kosong ini kita beli dan digunakan untuk membangun gereja!:  Kemudian saya menyampaikan apa yang telah saya lihat ini kepada Ibu Sung, ternyata ia juga memiliki perasaan yang sama. Tetapi dari mana kita mendapat uang untuk membeli tanah tersebut? Dengan iman kami mencari pemiliknya, kami menitipkan pesan kepada Bapak Rasyik, tukang bajaj yang membuka warung di pinggir jalan Madu, agar kami dapat menghubungi pemilik rumah tersebut. Tidak berapa lama kami dapat menghubungi pemilik tanah tersebut melalui telepon. Pemiliknya adalah Ibu Herlina Prawira di Simpruk Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Ia mau menjual tanahnya seharga Rp 350.000.000 (setelah melalui proses tawar menawar akhirnya tanah tersebut dijual seharga Rp 335 juta, termasuk biaya pemagaran Rp 12,5 juta serta biaya saluran air dan listrik Rp 10 juta).
                Prosesnya panjang dan berbelit-belit, baik-buruk, suka-duka, semuanya kami alami, tetapi dari peristiwa ini saya belajar dalam banyak hal. Setiap hari saya bangun pagi-pagi, ketika hari  masih gelap di halaman rumah sambil berolah raga saya berdoa, berseru sambil berteriak, sungguh saya tidak pernah berdoa sampai begitu serius, berseru sambil mengangkat tangan menatap ke langit berseru kepada Tuhan, karena pada saat itu uangnya sudah saya bayar tapi transaksi belum dilaksanakan. Itu sebuah taruhan! Coba kalau uang itu hilang di tangan saya, tanah tidak jadi dibeli, hutang di BCA harus dibayar, saya tidak dapat membayangkan akibat yang akan saya tanggung. Maka saya hanya bisa berseru kepada Tuhan minta tolong. Ternyata Tuhan yang hidup mendengar seruan doa hambaNya. Singkat kata, kami mendapat bantuan dari Sdr. Ongko Teknowidjaya, Majelis GKKK Solo, melalui Sdr. Ongko kami mendapat pinjaman dana sebesar Rp 250 juta dari BCA Solo, untuk membeli tanah tersebut.
                Akhirnya pada tanggal 1 November 1989 di hadapan Notaris Winanto SH , Surat Jual-Beli antara pemilik lama Ny. Herlina Prawira dan Sinode GKKK ditandatangani. Dan untuk melunasi hutang pembelian tanah tersebut kami mencoba mencari dana. Sejak tanggal 5 Mei tahun 1986, kita mulai menjalankan persembahan iman. Jemaat yang pertama kali meresponi persembahan iman saat itu tercatat ada 93 orang. Sejak itu setiap tahun diadakan persembahan iman untuk pembangunan gereja. Dengan persembahan iman itulah kita dapat melunasi hutang tersebut serta membangun gereja dan pastori di jalan Madu. Pada hari ini kita dapat melihat hasilnya, meresmikannya dan kita persembahkan segala kemuliaan bagi Nama Tuhan.


No comments:

Post a Comment