Tuesday, January 1, 2019

Baru di dalam Tuhan

Pdt. Hery Kwok

Lukas 5:33-39
33  Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum."
34  Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?
35  Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa."
36  Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
37  Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur.
38  Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.
39  Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."

Pendahuluan

              Saat membaca koran atau  menonton TV, mungkin pernah mendapat berita ada seorang Bapak yang tertangkap karena mencuri baju atau sepatu di sebuah toko agar anaknya yang masih kecil bisa memasuki tahun baru dengan pakaian dan sepatu yang baru. Orang ini pada waktu ditangkap polisi meminta untuk dimaafkan karena ia hanya ingin anaknya mengenakan baju baru padahal ia bukan orang mampu. Ia berkata,”Saya ingin anak saya memakai baju dan sepatu baru karena teman-temannya memakai sepatu dan baju baru. Sehingga akhirnya saya khilaf dan mencuri.”
              Konsep dunia tentang “baru” untuk memasuki tahun atau momen baru seringkali diberi penekanan harus lahiriahnya dengan mengenakan baju dan sepatu baru sehingga mal mengadakan obral (sale) besar-besaran dengan demikian  orang bisa membeli barang-barang dengan murah. Dunia bisa menangkap filosofi bahwa dunia ini memasuki yang “baru” secara lahiriah.
              Waktu kita membaca Injil Lukas pasal 5 ada satu dialog yang terjadi antara Tuhan Yesus dengan orang-orang Farisi. Kitab Injil banyak memberikan kita cerita tentang dialog antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Bacaan kita bukan yang pertama kali tetapi banyak sekali Yesus dan orang Farisi beragumentasi karena orang -orang Farisi ingin menyerang dan menjatuhkan Yesus. Mereka ingin Yesus dengan popularitasnya yang semakin maju bisa mereka berhentikan. Kalau kita memahami tentang konsep makna puasa bagi orang-orang Farisi baru kita memahami apa yang dimaksudkan oleh Lukas  yang memberi argumentasi melalui perumpamaan Tuhan Yesus. Orang Farisi khususnya para imam mengajarkan puasa yang sedemikian ketat, njelimet dan dituntut karena mereka punya pemahaman bahwa mereka menantikan seorang  Mesias yang akan datang. Jadi menurut pemahaman mereka nubuatan nabi-nabi membicarakan bahwa ada Mesias yang akan datang dan menolong mereka. Ia dari keturunan Raja Daud. Sehingga apa yang mereka harapkan dari kedatangkan Mesias, harus mereka persiapkan dengan cara mereka melatih dan membuat diri mereka harus mengikuti aturan-aturan agama yang ketat dan salah satunya adalah puasa. Mereka menuntut secara lahiriah agar orang-orang  dan pengikut-pengikut Taurat harus hidup seperti yang mereka lakukan. Kalau mereka berpuasa maka orang-orang lain juga harus berpuasa. Murid-murid mereka puasa maka murid-murid dari pengajar lain juga harus berpuasa. Waktu mereka harus mempersiapkan diri mereka karena kedatangan Mesias yang mereka nantikan akan datang membebaskan mereka dari penjajahan maka mereka harus menjaga perilaku mereka. Mereka puasa dan melakukan tuntutan agama dengan ketat.
              Sehingga waktu murid-murid Yesus makan dan minum, mereka complain. Mengapa murid-murid Yesus tidak puasa? Mereka pintar dengan mengungkapkan bahwa murid-murid Yohanes sering berpuasa. Mereka tidak ingin mengangkat murid-murid mereka terlebih dahulu. Yohanes adalah tokoh yang juga dihormati dan punya peran yang  luar biasa. Pada permulaan Injil kita menemukan bagaimana Yohanes dengan pengaruhnya membuat orang-orang  di Utara dan Selatan datang berbondong-bondong untuk untuk mendengarkan Yohanes. Yohanes dengan kemampuannya mengajar, pengaruh yang luar biasa dan pengajarannya yang berani menegur orang membuat Yohanes disegani dan punya banyak pengikut. Murid Yohanes (berarti  murid orang terkenal) juga berpuasa, selanjutnya baru mereka katakan bahwa murid-murid mereka juga berpuasa. Artinya mereka juga sama . Namun konsepnya keliru. Karena Yesus berkata pada orang-orang Farisi, “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Lukas 5:34-35).  Dia berkata, “Apa yang dilakukan oleh Yohanes dan murid-muridnya karena mereka tidak mengerti bahwa mempelainya ada bersama-sama mereka. Nanti baru setelah mempelainya diambil mereka berpuasa. Ungkapan ini pernah disampaikan oleh Tuhan Yesus juga. Dari situ Yesus mengkirtik dan membersihkan pemikiran orang Farisi yang keliru tentang konsep ‘baru’. Maka Yesus masuk ke perumpamaan tentang kain baju dan anggur.
              Perumpamaan ini adalah perumpamaan yang diambil oleh Yesus yang merupakan sebuah pepatah yang sangat dikuasai oleh orang-orang Yahudi . Karena rabi-rabi Yahudi pada zaman dahulu memiliki pepatah (kata Mutiara) yang berhubungan dengan apa yang Yesus katakan. Yesus memulai sebuah perumpamaan pada ayat 36  Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Itu ilustrasi yang pertama. Yang kedua, anggur yang baru harus ditaruh pada kantong (kirbat, botol) yang baru kalau tidak akan merusak tempatnya. Itu ilustrasi yang sering diungkapkan oleh rabi-rabi mereka. Yesus mengambil (mengangkat) dari apa yang didengar dari rabi-rabi mereka. Orang-orang Yahudi sangat menghargai perkataan senior mereka. Bagi mereka perkataan rabi sangat penting untuk mereka terima. Rabi-rabi  itu mengajarkan , “Kalau engkau pakai tinta baru jangan engkau tulis di kertas (papyrus) yang sudah lapuk. Karena kalau gunakan tinta yang baru untuk menulis di atas kertas (papyrus) yang lapuk, maka engkau akan saksikan sendiri bagaimana kertasnya akan hancur karena tinta yang baru. Ini menarik sekali karena saat Yesus bicara pada mereka tentang apa yang rabi-rabimu ajarkan sendiri, kalau engkau menulis di atas media seperti kertas (papyrus) yang lapuk maka engkau sendiri akan menyaksikan kertas (papyrus) itu akan hancur oleh karena tinta yang  baru.

Apa yang Tuhan Yesus ingin sampaikan kepada mereka?

1.     Yesus ingin membawa mereka untuk melihat nilai rohani yang harus dilakukan (dikerjakan) pada diri seseorang.
Yang dituntut Tuhan adalah karakter mereka. Karena karakter mereka tidak ada perubahan meskipun mereka notabene seringkali tidak asing dengan firman Tuhan. Orang-orang  Farisi adalah orang yang mengajar firman Tuhan tetapi mereka tidak mengalami perubahan dari firman (karakter mereka tidak pernah berubah setelah mendengar firman). Itu sebabnya catatan penulis Injil Matius 23 sebelum Yesus khotbah tentang akhir zaman, Tuhan Yesus mengecam ahli-ahli Taurat bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang sungguh-sungguh mengajarkan ini-itu tapi mereka tidak melakukannya. Mereka membuat orang tidak bisa masuk sorga padahal mereka sendiri tidak bisa masuk sorga. Mereka mencegah, menghakimi orang kemudian menelan rumah-rumah janda sementara mereka berpuasa jadi  mereka melakukan hal-hal yang kontradiktif dari apa yang firman ajarkan.
         Waktu saya coba renungkan firman ini saya merasa agak ngeri. Ada ungkapan dari jemaat yang berkata, “Sudah jadi majelis tapi tidak disangka bahwa ia tetap menipu”  atau “Hamba Tuhan itu benar-benar menggelapkan uang”. Itu ungkapan-ungkapan yang saya selalu dengar dan ungkapan-ungkapan itu benar-benar mengerikan. Ungkapan itu dekat dengan kita yang melayani. Waktu kita mendengar seorang hamba Tuhan menggelapkan Tuhan, ada yang berkata,”Kok hamba Tuhan bisa begitu ya?” Saat hamba Tuhan melakukan kesalahan, ada yang bertanya,”Kok hamba Tuhan bisa begitu?” Pertanyaan itu lahir karena bingung. Ia mengajar, berkhotbah dan memberitakan firman tapi melakukan tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Istri saya berkata, “Apa yang memang menjadi pengetahuan tapi tidak dilakukan berarti hanya teori saja” Saat hamba Tuhan menipu, mencuri , menggelapkan atau berzina , hanya ada satu kalimat,”kok bisa?” Demikan juga dengan majelis yang melakukan sesuatu yang berbeda dari apa yang dipahami timbul perkataan,”Kok majelis bisa?”. Banyak orang tidak mau menjadi orang Kristen waktu ia melihat hamba Tuhan dan majelis nya seperti itu karena berbenturan dengan apa yang dipahami. Sebagai orang mengajarkan firman , seharusnya ia hidup dalam firman. Apa yang mereka dapati tentang firman Allah justru membuat mereka semakin luar biasa melakukan kejahatan.
Kita sudah mendengar dan mendapat firman Tuhan banyak sekali. Tetapi kalau tidak berubah karakteristik-nya, saya khawatir firman Tuhan yang engkau dengar akan menghancurkanmu dan  membuat engkau semakin terpuruk dengan kelakuan dan hidup yang semakin jahat. Artinya saat memasuki tahun baru, dan engkau tidak baru dalam karakteristikmu yang seharusnya diubahkan oleh firman, maka firman yang baik, benar dan ditaburkan justru akan mengoyakkan engkau.
   Saya ingat waktu Rasul Paulus berkata dalam kitab Roma, “Apakah hukum Taurat itu dosa?” Tidak! “Apakah hukum Taurat itu salah?” Tidak! “Apa yang benar yaitu Taurat diberikan oleh Allah. Tetapi karena mereka tidak mau berubah, maka Allah mengijinkan hati mereka untuk terus mengikuti kejahatan hati mereka. Sehingga akhirnya mereka benar-benar hancur-lebur dalam kejahatannya.
   Kita memasuki tahun 2019 hari ini, masih ada 364 hari lagi. Kita sudah melewati tahun 2018, apakah kita sungguh memiliki kebenaran firman Tuhan yang mengubah atau kebenaran firman itu tidak mengubah? Kalau kebenaran firman itu tidak mengubah, apa yang dikatakan Rasul Paulus sebagai manusia baru, maka sesungguhnya kita akan berada pada peribahasa  yang Tuhan sampaikan bahwa secarik kertas (kain) yang baru akan merobek kertas (kain) yang lama.  Jangan pernah bermain-main atau berpikir bahwa firman Tuhan yang diterima setiap minggu kalau disepelekan akan tidak punya dampak terhadap kejahatan dan kedegilan kita karena itu akan menghancurkan hidup kita. Mari pikirkan tahun 2019. Karakter apa yang masih benar-benar menjadi kekuatan saya untuk hidup di dalam dosa? Kekuatan karakter saya yang masih bertentangnan dengan firman Tuhan! Pikirkan baik-baik, waktu karakter tidak diubahkan maka dengan mendengar firman Tuhan maka engkau justru semakin beringas, jahat dan berbahaya.
   Waktu baru memasuki tahun baru 2019, minta Tuhan agar diberikan hati yang sungguh-sungguh mau  diubahkan sehingga kalau Tuhan tegur dan nyatakan, kita berubah. Hati yang seperti itulah yang benar-benar bisa bertumbuh dalam firman Tuhan.

2.     Anggur yang baru disimpan dalam kirbat (botol) yang baru.
Kemarin waktu ke Tegal, kami minum sedikit soju (minuman beralkohol Korea) rasa anggur. Yang ikut minum soju adalah saya, Aldin dan Ev. Putra. Bolehkah hamba Tuhan minum soju? Boleh, asal jangan jadi peminum. Karena ada gereja yang majelisnya pro-kontra terhadap minuman beralkohol. Majelis yang pro mengajak hamba Tuhannya untuk minum. Namun saat minum terlihat oleh majelis yang kontra dan kemudian melaporkannya ke sekolah teologianya sehingga diskors. Saya saat meminum minuman beralkohol mukanya menjadi merah sedangkan Aldin alergi terhadap minuman beralkohol (mukanya jadi berbentol-bentol). Kadar alkohol tergantung kadar minumannya. Jadi setelah itu kami langsung pulang agar tidak mabuk. Kalau minum anggur , maka harus minum anggur yang tua. Semakin tua anggur itu, semakin hebat kadarnya. Di Israel, kita diminta untuk melihat anggur dari daerah Kana. Semua peserta tour berbondong-bondong untuk belanja. Harganya berapa? Dijawab,”Tergantung anggur yang tahunnya lama atau yang baru. Yang lama bisa langsung diminum, yang masih baru 7 tahun lagi baru bisa diminum.” Bagi orang Indonesia yang diperlukan adalah harganya. Dikatakan,”Anggur yang tahunnya lama harganya 15-20 $ (dulu Rp 12.000/$). Kalau yang tahun yang baru, baru dibuat jadi perlu ditunggu lagi 15 tahun, harganya 5$.” Jadi itu yang dibeli. Anggur yang lama makin lama makin ok. Orang Israel, khususnya rabi punya pepatah. “Manusia ibarat botol. Semakin ditaruh anggur dan anggur mengenadap lama maka akan semakin sedap. Jadi dirimu waktu mendapat Taurat maka seharusnya Taurat menjadi kesukaan dan membuat sedap dan menjadikan enak.” Filosofi ini dituangkan dalam kitab Mazmur, “Tauratmu luar biasa”  yang dilukiskan oleh pemazmur seperti gambaran anggur tua. Karena itulah anggur yang baru harus disimpan dalam kirbat yang baru lalu disimpan terus sampai nanti anggur itu menjadi tua baru dibuka. Jadi anggur dan botolnya harus sama-sama tua. Itu yang disampaikan oleh rabi mereka. Tetapi Lukas kemudian menambahkan pada ayat 36 "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.. Lukas ingin mengatakan : Yesus mengkritik orang-orang Yahudi khususnya orang Farisi, “Engkau menganggap dirimu anggur tua sementara engkau menganggap pengajaranKu sebagai anggur muda sehingga engkau tolak apa yang Aku ajarkan. Engkau merasa dirimu benar, konsep dan pengajaranmu benar sehingga engkau mengabaikan apa yang Saya ajarkan. Waktu Tuhan berbicara seperti ini, Tuhan sedang berbicara tentang konsep orang Yahudi keliru dan sungguh-sungguh tidak sesuai sehingga Tuhan memberikan perumpamaan ini (engkau anggur tua yang menganggap dirimu sungguh-sungguh hebat dan tidak perlu dinasehati sehingga engkau menolak apa yang Aku ajarkan).
         Kita sebagai orang Kristen, jangan-jangan kita punya konsep yang sama dengan orang Farisi. Konsep itu didapat dari keluarga, lingkungan, sosial media dan kemudian membuat kita punya pendapat. Dari pandangan dunia yang didapat membentuk kita. Konsep itu seringkali  bertabrakan degan firman yang mungkin menegur kita.

Saya punya catatan yang bagus sekali yakni :
a.       Orang Kristen zaman sekarang adalah orang Kristen yang pintar mendengar tetapi tidak pintar mengubah konsepnya.
Saya coba pahami orang Kristen zaman sekarang yang pintar mendengar tapi tidak pintar mengubah konsep. Contoh : Konsep tentang bohong putih. Itu adalah konsep yang dilakukan pada saat kepepet. Konsep itu sangat kuat dan sangat lumrah di masyarakat. Konsep ini dipegang dan dijalani meskipun firman Tuhan berkata tidak. Konsep mau sembuh dan kaya, ,membuat kita melakukan apa yang tidak dianjurkan firman Tuhan. Ada orang yang mau sembuh. Dia berkata,”Saya dengar kalau pergi ke sana bisa disembuhkan. Katanya tidak bertentangan karena tidak mengajarkan macam-macam.” Waktu kita menganggap apa yang didengar oleh konsep dunia  dan dilakukan, maka konsep itu dianggap anggur tua dan itulah yang Tuhan sampaikan kepada orang Farisi.

b.       Orang Kristen zaman sekarang adalah orang Kristen yang pintar mendengar tapi tidak pintar mengubah hidup.
Mengubah hidup artinya hidup yang tidak selaras dengan Firman tidak mau diubah meskipun sudah mendengar firman. Firman yang didengar dan dibaca tidak mengubah hidupmu. Hidupmu seperti dahulu sehingga engkau bukan manusia baru.

c.     Orang Kristen yang pintar mendengar tapi tidak pernah pintar mencari cara untuk hidup sinkron dengan firman Tuhan.
Menjadi orang Kristen yang  sungguh-sungguh memiliki kepekaan terhadap Tuhan maunya apa dan yang baru adalah dalam hidup kita taat pada firman dan mau melakukannya.  

3 ciri yang hidup berkenan kepada Allah

1.       Apa yang Tuhan senang membuat kita senang

Contoh : Tuhan senang kalau kita diberkati dan percaya kepada firman Tuhan. Sewaktu ia berbicara,”Jangan kamu khawatir” apakah kita percaya bahwa Tuhan itu benar-benar berbicara bahwa Ia akan memelihara. Tuhan disenangkan oleh orang-orang Yahudi sewaktu mereka melakukan dan menuruti firman Tuhan. Dalam kitab Injil ada 2 orang yang dipuji oleh Tuhan . Yang pertama adalah perwira yang berkata, “Tuan, jangan Tuan datang. Cukup Tuan bersabda (berbicara) maka hambamu pasti lakukan.” Tuhan terpesona karena perwira itu sungguh-sungguh menyenangkan hati Tuhan yaitu waktu dia mendengar firman dan percaya. Waktu Tuhan berkata,”Jangan khawatir” apakah percaya? Tuhan senang memberkati, menolong, orang pilihannya berada di dalam jalur . Saat memasuki tahun baru dengan hati yang sungguh-sungguh peka terhadap apa yang Tuhan senang, maka kita akan memasuki tahun itu dengan harapan yang luar biasa. Seornag anak diajak bicara oleh papanya,”Nak, kok kamu tidak ikut teman-teman kamu dengan menghisap narkoba?” Rupanya teman-temannya tertangkap karena menghisap narkoba. Anaknya menjawab,”Pa, meskipun saya kos di tempat yang jauh dan punya teman-teman yang mungkin sering menghisap narkoba, saya tidak mau. Karena saya hanya mengingat kata-kata papa agar saya menjauhinya.” Tuhan senang saat kita melakukan dan menuruti firman Tuhan dan belajar percaya pada Tuhan. Apa yang Tuhan senang , harusnya kita senang. Kalau Tuhan senang tapi engkau tidak senang, berarti engkau tidak memiliki kepekaan terhadap apa yang Tuhan mau.

2.     Waktu Tuhan marah, membuat hati kita seharusnya juga marah

Kalau seorang pemarah sedang marah-marah maka benar-benar dia akan marah. Dia akan berkata,”Saya benci!” Saya pikir ada benarnya kalau marah orang menjadi benci. Kalau tidak benci berarti tidak marah. Misalanya : kalau ditipu  dan marah maka pada saat itu pasti benci. Waktu Tuhan marah dan Tuhan benci , itu yang harus kita benci. Waktu Tuhan marah tentang hidup kita yang tidak berubah (masih bergelimang dosa), seharusnya engkau benci terhadap dirimu. Kalau engkau tidak benci terhadap dirimu, berarti engkau belum punya hati yang Tuhan mau. Tuhan marah kalau engkau masih menipu tetapi masih senang menipu, Tuhan marah kalau engkau menonton film porno tetapi engkau masih menonton juga, Tuhan benci kalau engkau omong jorok tapi engkau masih melakukannya. Berarti engkau belum sinkron dengan Tuhan dan belum punya hati seperti Tuhan

3.       Apa yang membuat Tuhan sedih seharusnya membuat kita sedih.

Saat ini kita memasuki tahun yang baru. Yang baru karaktermu apa yang harus diubah? Yang baru  dalam kehidupan hatimu, apakah sungguh-sungguh engkau mau memiliki hati yang peka terhadap apa yang Tuhan baru. Kalau yang baru ada dalam hati kita, maka kita akan sungguh-sungguh menikmati dengan kemurahan Tuhan.

No comments:

Post a Comment