Sunday, January 6, 2019

Allah : Pusat Ibadahmu





Ev. Putra Waruwu

Nehemia 8:1-13
1 Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang Israel telah menetap di kota-kotanya,
8 maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.
3 Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.
4 Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
5 Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam.
6 Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri.
7 Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: "Amin, amin!," sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.
8 Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.
9 Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.
10 Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!," karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.
11 Lalu berkatalah ia kepada mereka: "Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!"
12 Juga orang-orang Lewi menyuruh semua orang itu supaya diam dengan kata-kata: "Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!"
13 Maka pergilah semua orang itu untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena mereka mengerti segala firman yang diberitahukan kepada mereka.

Pendahuluan

              Selama Januari 2019 ,kita akan diingatkan bagaimana seharusnya kita yang telah dimenangkan oleh Kristus memiliki pola pikir yang sama, pengertian yang benar dan pemahaman yang tepat tentang apa itu ibadah, bagaimana itu ibadah dan apa yang seharusnya kita lakukan selama kita beribadah. Tema hari ini  Allah : Pusat Ibadahmu”. Minggu lalu para hamba Tuhan GKKK Mangga Besar pergi ke Tegal. Dari Jakarta berangkat ke Tegal namun singgah dulu di Kampung Batik, Cirebon. Di sana banyak butik dan toko batik. Kita masuk dari satu toko ke toko lain. Yang cocok dibeli dan yang tidak cocok ditinggalkan. Setelah mondar-mandir beberapa kali, namun tidak beli apa-apa. Di sini adalah pusat dan rumah produksi batik sehingga bisa didapat batik dari harga yang murah sampai yang mahal. Ada satu toko di mana kami masuk ke sana pk 12.30 dan pk 18.30 baru keluar (setengah harian berada di sana). Aldin sudah capai, ama sudah istirahat dan mu shi sudah menyandarkan kepala di dinding. Saya dan shimu terus asyik belanja. Pk 18.30 akhirnya kami baru keluar dari toko tersebut. Bukan masalah belanjanya tetapi itu adalah pusatnya batik. Ketika tahu sumbernya maka kita rela untuk berlama-lama di sana dan melihat banyak hal. Itu tempat produksi batik dan dipamerkan kepada semua orang. Jadi kita rela berlama-lama  berada di tempat tersebut. Kalau Allah adalah pusat dari ibadah maka kita juga akan rela untuk berada setengah harian di gereja.

Apa itu Ibadah?

              Nehemia pasal 8 berbicara bagaimana bangsa Israel merayakan hari Raya Pondok Daun untuk mensyukuri semua berkat Tuhan melalui hasil panen mereka. Dikatakan Ezra yang membaca firman Tuhan dari pagi hingga tengah hari dan mereka betah (kerasan) mendengar firman Tuhan. Setengah hari sekitar 6 jam dan yang didengar hanya kitab Taurat dan penjelasannya. Saat itu Allah menjadi pusat ibadah. Allah adalah pribadi yang menciptakan , menjadikan , memelihara dan menguasai seluruh otoritas kehidupan kita. Tidak ada sesuatu  terjadi tanpa sepengetahuan dan seijin Allah. Allah kita bukanlah Allah yang diam (tidur) tetapi Ia menilik sampai isi hati yang paling dalam dari setiap hidup manusia. Kalau kita datang ke gereja dan beribadah, maka kesan yang ditimbulkan sama yaitu semua adalah orang benar dan alim. Tetapi lepas (ke luar) dari pintu gereja, itulah yang  menunjukkan siapakah kita (termasuk para hamba Tuhan) sebenarnya di hadapan Tuhan. Di gereja mungkin kita dibungkus dengan ‘bungkusan rohani’ tetapi di luar gereja siapakah kita?
Ibadah kita adalah tanggapan (respon) kita terhadap apa yang telah dilakukan Allah di dalam hidup kita. Perkumpulan semacam ini disebut ibadah jemaat. Ini adalah ibadah dalam arti yang sempit karena dibatasi dengan tembok gedung. Tetapi ibadah dalam pengertian luas adalah seluruh kehidupan kita mulai dari pagi sampai malam. Jadi ibadah itu bukan saja di tempat ini, tetapi juga di tempat lain termasuk di rumah juga (ketika berinteraksi pun ibadah kita). Ketika kita makan pun itu adalah ibadah kita. Kita menyembah Tuhan di sana. Jadi jangan mengira ibadah itu hanya di gereja. Seluruh rangkaian kehidupan kita adalah ibadah kita kepada Tuhan. Di dalam tempat ini ada banyak elemen seperti pujian, penyembahan, doa, pengakuan dosa, berita anugerah, firman, ucapan syukur dan doa berkat pengutusan. Elemen-elemen  itu yang di bawa keluar ketika keluar dari pintu gereja dan menghadapi kehidupan yang masuk nyata. Kita menyembah Tuhan, memberi pelepasan dan pengampunan kepada orang lain , bersyukur dan mau setia kepada Tuhan . Itulah ibadah dan respon kita kepada apa yang Allah kerjakan bagi kita. Bukan manusia yang menyelenggarakan dan memulai ibadah tetapi Tuhan sendiri yang memulai ibadah. Bukan hamba Tuhan dan majelis yang mengadakan ibadah pagi ini tetapi Tuhan yang mengadakan ibadah. Majelis, hamba Tuhan dan jemaat adalah alat atau pelayan Tuhan. Maka kita disebut sebagai pelayan atau hamba Tuhan. Karena yang punya ibadah adalah Tuhan. Kalau Tuhan yang punya ibadah, maka kita harus mengikuti apa maunya Tuhan untuk menyusun ibadah itu. Bukan maunya , keinginan dan selera saya tetapi harus selera dan maunya Tuhan.

Sejak kapan manusia beribadah kepada Tuhan?

Alkitab memberikan gambaran besar bahwa sejak awal sejarah kehidupan manusia di Taman Eden , manusia telah beribadah kepada Tuhan. Pada kitab Kejadian 3:8 Adam dan Hawa mendengar langkah Allah di taman Eden. Ada satu kedekatan , keintiman, persekutuan yang dekat antara Allah dengan manusia. Dari langkah kaki saja, manusia sudah tahu yang datang adalah Allah. Ketika Kain dan Habel memberi persembahan kepada Tuhan, mereka membawa hasil dari apa yang mereka dapatkan, mereka juga menyembah dan beribadah kepada Tuhan. Ketika Nuh melewati masa-masa sulit , ketika bumi dipenuh dengan air dan setelah itu Nuh membawa persembahan kepada Tuhan. Lanjut di zaman Abraham, Abraham juga membawa korban syukur bahkan membangun mezbah  korban bakaran untuk Tuhan. Semua itu mereka lakukan karena Tuhan yang meminta. Persembahan yang dibawa pun jelas apa dan bentuknya seperti apa.
              Ibadah kita tidak semata-mata merupakan kerinduan kita, tetapi karena Allah terlebih dahulu memberi perintah kepada kita untuk melaksanakannya. Maka tema ini sebenarnya cukup berat. Ketika Allah menjadi pusat ibadah kita, maka yang harus dipandang dalam ibadah adalah Allah bukan person atau orang-orangnya melainkan hanya Allah. Bukan berarti kita mengabaikan yang lain, tetapi fokus kita adalah kepada Allah.
              Nehemia pasal 8 sekali lagi menggambarkan kepada kita bagaimana orang-orang Israel pasca pembuangan kembali ke Israel, membangun tembok lalu  mereka meminta kepada Ezra untuk membacakan kitab Taurat Musa. Mereka yang rindu dan meminta pertolongan Ezra untuk membacakan firman itu.
              Dari kisah ini kita akan melihat setidaknya ada 3 bagian bagaimana kita merayakan ibadah yang berpusat kepada Allah, bagaimana kita bisa menikmati ibadah yang berpusat pada Allah , bagaimana kita menghidupi ibadah yang berpusat pada Allah :

1.     Siap untuk menyembah dengan kesungguhan

Refrain lagu Kau yang Terindah mengatakan Ku sembah Kau ya Allahku, Ku tinggikan nama Mu selalu Tiada lutut tak bertelut, Menyembah Yesus Tuhan Rajaku. Penyembahan adalah satu sikap di mana kita menundukkan diri di bawah otoritas Tuhan dan mau mengikuti apa maunya Tuhan. Penyembahan itu dapat dimaknai sebagai sikap kita men-tuhan-kan Tuhan atau meng-allah-kan Allah. Ketika kita menyembah Tuhan dengan kesungguhan maka hati kita dibangkitkan untuk menikmati kekudusan. Imaginasi kita diindahkan dengan keindahanNya, hati kita dilekatkan pada kesetiaanNya , dan kehendak kita diletakkan pada rencanaNya. Itulah makna penyembahan.
Kapan kita bisa menyembah Allah? Tentunya dalam seluruh kehidupan kita baik  di gereja maupun di luar gereja. Tetapi menyembah dengan kesungguhan dapat kita tilik secara pribadi ketika beribadah semacam ini. Ibadah  minggu sangat penting saat kita datang menyembah Tuhan. Mengapa? Karena di sepanjang hari kehidupan, kita menyembah Tuhan. Tetapi bisa saja kita sedang memberhalakan sesuatu yangl lain dibanding Tuhan. Mungkin saja uang, karir, kepandaian atau bahkan pengetahuan secara rohani yang kita jadikan sebagai sumber dari kehidupan kita. Di tempat ini, ketika lagu-lagu dinaikkan dan doa dipanjatkan adakah sungguh hati kita hanya fokus kepada Tuhan? Atau hati dan pikiran kita masih diselimuti oleh hal-hal yang lain di luar Tuhan? Ketika kita sedang duduk terdiam saat ini mendengarkan firman Tuhan, apakah kita sedang fokus seluruhnya kepada Tuhan atau pikiran kita sedang  terbagi pada hal-hal yang lain? Kita harus siap mengalahkan dunia untuk kita dapat fokus pada Tuhan. Cara terbaik mengalahkan dunia bukan dengan moralitas atau disiplin yang kuat. Tetapi cara terbaik terbaik mengalahkan dunia adalah dengan memandang sesuatu yang jauh lebih menarik dari dunia dan itu adalah Kristus. Ketika Kristus jauh lebih indah dari semuanya, maka itu tidak akan menjadi alasan untuk sulit menyembah Dia tetapi ketika dunia jauh lebih indah daripada  Kristus maka jangan bertanya lagi mengapa kita sulit sekali untuk datang kepada Tuhan dengan penuh ketulusan dan kesungguhan hati.
Beberapa minggu lalu , anak-anak sekolah Minggu belajar tentang Allah:  Bapa yang Kekal, Raja Damai, Penasehat Ajaib. Saya titip pesan kepada guru Sekolah Minggu agar aktivitasnya mereka menulis tentang apa yang mereka tahu tentang Allah. Bagi mereka Allah itu apa, siapa dan seperti apa, minta mereka untuk menulis hal-hal tersebut. Mereka menuliskannya di kertas berbentuk hati dan pagi ini kertas itu diberikan kepada saya. Saya mulai membaca satu per satu bagaimana anak-anak itu memahami Allah di dalam kehidupan mereka. Bahasanya sangat sederhana. Mereka mengatakan, Dia Penyelamat, Juruselamat, Dia Sahabat saya  dll. Mereka berkata demikian dalam kertas itu. Ada yang menulis hanya satu dan ada yang menulis banyak sekali sehingga saya bingung mau membaca dari mana.
Kita memahami Allah seperti apa? Kita punya konsep Allah itu seperti apa? Kalau konsep Allah kita  benar, ketika kita datang beribadah , maka kita tahu siapa kita di hadapan Tuhan dan siapa Tuhan di dalam hidup kita. Tetapi kalau konsep kita salah untuk mengenal siapa Allah maka kita harus terus belajar di dalam kerohanian kita. Kita harus memilik hati yang mau menyembah kepada Tuhan.

2.     Kita harus siap mendengarkan Tuhan.

Nehemia 8 memberikan banyak petunjuk bagaimana kita seharusnya mendengar firman Tuhan. Ezra membuka kitab itu di depan mata semua umat karena dia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Dia berdiri di sebuah mimbar kayu yang tinggi. Saya dibentuk dari budaya, kebiasaan gereja tradisional yang lebih ketat. Yang boleh ada di mimbar adalah hamba Tuhan yang akan menyampaikan firman. Altar kosong karena itu kudus. Kalau anak ada yang main di altar maka akan dimarahi oleh jemaat. Itu tempat di mana firman diberitakan. Pembentukan itu membawa saya sampai hari ini terus di dalam pola yang demikian walaupun harus sedikit terbuka dengan hal-hal yang baru. Maka mimbar itu umumnya lebih tinggi dari jemaat. Tetapi kalau si-kon seperti kita karena ada balkon. Firman ada di posisi tertinggi. Allah harus berada di posisi yang tertinggi. Itu simbol dan lambang yang mengajarkan jemaat. Hari ini kita dituntut Tuhan untuk mendengarkan firman Tuhan.
Pada waktu Ezra membacakan kitab itu, semua orang bangkit berdiri. Mereka menunjukkan rasa hormat mereka. Maka jangan heran kalau ada hamba Tuhan (pendeta atau pengkhotbah) ketika membaca firman mengajak umat untuk berdiri.  Ketika persiapan firman Tuhan, liturgos mengajak kita untuk beridri. Ezra memuji Tuhan yang maha besar dan semua orang menyambut dengan sebutan,”Amin..Amin!”. Sambil mengangkat tangan  kemudian mereka bersujud dan berlutut sampai muka mereka mencium tanah. Bayangkan bagaimana Allah yang pusat ibadah itu dihormati dan diagungkan sedemikian. Hati , tubuh dan semua bagian tubuhnya dipersembahkan untuk Tuhan.. Kalau kita mau mendengarkan firman Tuhan, maka kita harus memiliki kerinduan untuk itu. Kalau kita menginginkan sesuatu maka pasti kita berjuang untuk mendapatkannya. Sama halnya  dengan firman , kita harus punya satu kerinduan yang dalam untuk terus belajar dan diajar oleh firman itu.
Orang Israel minta Ezra untuk membacakan mereka kitab Taurat Musa. Di gereja tidak ada yang minta hamba Tuhan untuk membacakan firman Tuhan atau membagikan firman Tuhan yang dibaca pagi ini. Atau ketika ada firman Tuhan di sharing di grup, apakah kita membacanya? Atau adakah kita punya waktu sedikit dalam satu hari untuk membaca dan merenungkan firmanNya? Saya tidak sedang menghakimi tapi sedang mengingatkan, karena saya pun ditegur melalui firman Tuhan. Prinsip saya, sebelum berkhotbah maka saya harus belajar dan bercermin terlebih dahulu  Tuhan mau apa terhadap firman. Ketika saya menyiapkan diri, maka saya meminta tolong Tuhan untuk menyampaikan kebenaranNya.
Adanya hati yang haus dan rindu dari umat Tuhan untuk mendengar firman Tuhan, sehingga mereka sendiri meminta agar Taurat itu dibacakan dan diuraikan sehingga pembacaan itu dapat dimengerti oleh jemaat dan umat Tuhan. Kalau hal itu berlangsung sampai tengah hari, bayangkan Ezra sendirian di atas mimbar kayu yang tinggi, tugasnya hanya satu yaitu membaca dan menjelaskan firman Tuhan. Semua umat mendengarkannya. Apakah kita memiliki kerinduan mendengarkan firman Tuhan? Kalau kita tidak rindu dengan firman Tuhan , maka kita sedang sakit berat secara rohani!
   Kalau kita mau mendengarkan firman Tuhan, makakita harus punya kesungguhan dalam mendengar firman Tuhan. Pada ayat 4b dikatakan, Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. Penuh perhatian di sini berarti mereka benar-benar menyimak dan fokus untuk memahami dan mengerti isi dari firman yang diberitakan. Hal ini terjadi karena mereka memahami firman Tuhan itu sangat penting untuk pemulihan kehidupan mereka dan masa depan mereka setelah mengalami keterpurukan di segala bidang. Bukankah orang Israel dihukum oleh Tuhan dibuang dan dijadikan budak di negara di tempat lain dalam kurun waktu yang sangat panjang dan setelah itu Tuhan mengijinkan mereka kembali, menikmati kehidupan normal seperti biasanya dan  mereka mendengarkan firman Tuhan karena firman Tuhan itu yang akan menguatkan mereka untuk menjalani hidup mereka sehari-hari .
Adakah kita bersukacita ketika firman diberitakan ? Adakah hati kita legowo ketika firman disampaikan? Adakah kita menerima firman itu dengan kesungguhan hati di hadapan Tuhan? Hidup di seminari Alkitab tidak selalu indah. Kita harus menyesuaikan dengan berbagai kegiatan. Bangun pk 4.45 dan tidur paling lambat pk 22.30. Setiap pagi mengikuti ibadah, baik ibadah pagi maupun ibadah malam. Dan setiap ibadah akan ada firman yang diberitakan , dan yang berkhotbah adalah mahasiswa. Namanya mahasiswa tingkat-tingkat awal masih banyak terpaku pada buku-buku, tafisran-tafsiran dan pendekatan-pendekatan. Saya yakin di tingkat awal, kita susah mengikuti morning chapel. Di auditorium para siswa masuk satu per satu dan sudah ada denah tempat duduk. Masuk dari pintu langsung ke tempat duduk yang ditentukan dengan tenang. Mulai ibadah pk 7.45 dan sebelumnya (pk 7.30) sudah harus duduk, sebab 15 menit ke depan kita harus siap beribadah dan istrumen akan dibunyikan. Tenang dan tidak ada yang bicara dan bercerita. Pemberitaan firman dimulai pk 8. Salah seorang mahasiswa maju berkhotbah dan berkisah serta menjelaskan firman. Yang menjadi jemaatnya pada ngantuk dan tidur. Saya pun mengantuk.
   Saya duduk paling depan karena mata saya kurang bisa melihat jauh. Jadi saya duduk paling depan dan mengantuk. Teman sebelah kiri saya juga sudah mengantuk dan tertidur. Mahasiswa yang khotbah di depan berapi-api dan di satu titik suaranya besar sekali sehingga mengagetkan kita. Saya terbangun dan teman saya lebih terkejut lagi. Alkitabnya terbang! Kertas-kertasnya berserakan. Dia bingung pena-nya ada di mana. Tidak ada yang berani tertawa. Karena kalau tertawanya lebih kencang, akan dipanggil. Itulah kenyataannya, setelah itu teman saya dipanggil dan ditanya,”Mengapa kamu tidur?” Ia menjawab,”Tadi malam lembur karena sedang mengerjakan tugas untuk mata kuliah Ibrani dan Yunani.” Diingatkan,”Lain kali jangan tertidur lagi ya?” Lalu ia menjawab,”Ya”. Dari situ saya belajar, “Kalau hati kita tidak dipersiapkan untuk menghadap firman, maka godaan itu lebih mudah masuk!” Bukan hanya mengantuk, maka teman yang duduk di sebelah, jam tangan, jam dinding bisa jadi godaan (berapa lama lagi khotbahnya selesai?). Banyak sekali godaan, tetapi kalau hati siap untuk diberkati dengan firman Tuhan, bukan berarti kita butuh waktu yang panjang, tetapi waktu yang ada dapat kita gunakan untuk mendengarkan firman Tuhan. Apakah kita merasa firman Tuhan itu sungguh penting sehingga kita mau mendengarkannya dengan penuh perhatian? Kalau kita mendengar firman Tuhan, maka kita harus mempunyai rasa hormat terhadap firman itu. Ketika Ezra membaca kitab Taurat Musa maka semua umat mengangkat tangan dan menjawab, “Amin… Amin..” Amin  artinya pasti, sungguh dan benar. Meyakini  apa yang disampaikan, didengarkan, mengimani apa yang diwartakan, itulah amin. Jadi kalau kita berkata amin, maka lihat konteksnya. Jangan ‘amin..amin’ sampai kita berkata ‘Amin’ tapi tidak mau melakukan. Dengan berkata ‘amin’ berarti kita sudah sepakat dengan hal tersebut.
Maka dikatakan sekali lagi, mereka sujud sampai muka meyentuh tanah. Ini sikap  dari orang-orang  yang mau mendengarkan firman Tuhan. Ketika firman Tuhan diberitakan maka kita harus punya kelembutan hati. Ini yang kita harus sedikit berjuang yaitu kelembutan hati. Pada ayat 10b dikatakan semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. Mengapa mereka menangis? Karena fiman Tuhan itu sedang menilik dan mengutik-utik kehidupan mereka. Ada firman yang menyinggung dosa dan kebiasaan buruk. Mereka sedih akan hal itu. Mereka sadar bahwa mereka adalah pendosa di hadapan Tuhan. Kesedihan mereka sebagai lambang penyesalan akan dosa. Inilah contoh umat yang tidak mau mengeraskan hati. Ketika ditegur firman, mereka meresponinya dengan hati yang hancur dan penuh penyesalan serta pengakuan dosa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita siap ditegur oleh firman Tuhan? Adakah tempat di hati kita untuk menyimpan firman Tuhan?
         Minggu lalu  setelah ibadah 1 Januari 2019 seorang jemaat datang. Saya tidak mengajak ngobrol tapi ia datang dan bercerita bahwa beberapa hari ini hatinya dipenuhi dengan pertanyaan dan ada ‘kekalutan’. Saya bertanya,”Mengapa?” Tadi pagi saya membaca renungan yang berkata ,”Adakah satu kegentaran dalam hati? Ada ketakutan apakah saya berkenan di hadapan Tuhan? Saya takut!” Dia berkata sambil meneteskan air mata. Saya hanya bisa menjadi pendengar setia dan memegang bahunya. Saya berkata, “Kita sama-sama belajar. Anda belajar dan saya juga belajar. Yang penting hati kita terbuka ketika firman menegur kita!” Jangan sekali-kali mengeraskan hati. Kalau kita main keras-kerasan dengan Tuhan, maka jauh lebih keras Tuhan bisa menegur kita. Tapi kalau dengan cara yang lembut Dia mengingatkan kita, maka segeralah peka dengan teguran itu.

3.     Kita harus memiliki sukacita karena firman memberikan kekuatan.

Setelah orang Israel merasa sedih, hancur , menyesal dengan dosa-dosa mereka, Ezra dan Nehemia (kepala negeri dan kepala wilayah saat itu) berkata,”Sudah. Hari ini adalah hari kudus bagi Tuhan.  Pergilah! Makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman yang manis-manis dan berbagilah dengan mereka yang mungkin tidak menyediakan apa-apa.” Artinya ada sukacita, kegembiraan, kelepasan, kemenangan, kekuatan, pengharapan dan damai sejahtera yang Tuhan berikan ketika kita mau tunduk pada otoritas Tuhan. Inilah bukti nyata bagi kita. Kalau kita mau ikut mauNya Tuhan, maka jangan lihat awalnya tetapi lihat akhirnya. Awal tidak selalu menjadi bukti dari perjuangan kita tetapi akhirlah yang menentukan apakah kita berhasil atau tidak.

Penutup

Pesan hari ini : ketika kita merayakan ibadah kita sebagai momen di mana Allah menjadi pusatnya, maka kita harus memiliki sikap penyembahan yang benar dan kita harus mendengarkan firman dengan sikap yang benar. Mari kita sejenak mengingat kembali bagaimana kehidupan ibadah kita selama ini, apakah sekedar formalitas atau rutinitas? Adakah ibadah kita digerakkan oleh hati yang terdalam dan menaruh rasa hormat dan kagum kepada kekuasaan Allah? Apakah Allah menjadi pusat dari ibadah kita?


No comments:

Post a Comment