Wednesday, January 30, 2019

Allah Membenci Ibadah Orang Israel

Pdt. Alex Haryanto

Amos 5:21-27
21  "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
22  Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
23  Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar.
24  Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir."
25  "Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel?
26  Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yang telah kamu buat bagimu itu,
27  dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan jauh ke seberang Damsyik," firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam.

Pendahuluan

              Joseph Paul "Joe" DiMaggio (1914 –1999, 85 tahun), yang berjuluk "Joltin' Joe" dan "The Yankee Clipper", adalah seorang pemain tengah Major League Baseball Amerika yang bermain selama seluruh 13 tahun masa kariernya untuk New York Yankees. Ia dikenal karena hitting streak 56 permainannya (15 Mei – 16 Juli 1941), sebuah rekor yang masih bertahan. DiMaggio tiga kali memenangkan MVP dan sekali memenangkan All-Star dalam setiap 13 musimnya. Pada masa ia bermain dengan Yankees, klub tersebut memenangkan sepuluh pertandingan American League dan sembilan kejuaraan World Series. Saat pensiun, ia meraih peringkat kelima dalam karier home run (361) dan keenam dalam karier slugging percentage (.579). Ia masuk dalam Baseball Hall of Fame pada 1955, dan terpilih menjadi pemain olahraga terbesar yang masih hidup dalam sebuah jajak pendapat yang diambil saat tahun keseratus bisbol 1969. Selain itu ia terkenal karena menikahi Marilyn Monroe. Marilyn Monroe (nama lahirnya Norma Jeane Mortenson; 1 Juni 1926 –5 Agustus 1962, 36 tahun) adalah seorang aktris dan peragawati Amerika. Marilyn Monroe adalah cintanya yang sejati. Mereka menikah pada Januari 1954, namun setelah menikah selama 9 bulan mereka bercerai. Kemudian Marilyn Monroe meninggal tahun 1962. Joseph mengirimkan bunga pada hari kematian Marilyn Monroe. Ia menghubungi toko bunga bernama Parisian Florist di LA. Ia mengatakan agar bunga dikirim 3 kali seminggu ke kubur Marilyn Monroe.  Selama bertahun-tahun ia mengirimnya. Ini adalah cinta kasih yang luar biasa. Kemudian tahun 1982 , ia memutuskan mengontak toko bunga tersebut untuk berhenti mengirim bunga. Namun sejak saat itu pengagum Marilyn Monroe terus memesan bunga dari toko itu untuk dikirim ke kuburan Marilyn Monroe.
              Sejarah juga mencatat banyak bangunan sejarah yang didirikan karena latar belakang cinta yang besar. Contohnya : Taj Mahal. Jauh ke belakang di zaman Nebukadnezar, ia membangun taman gandum Babilonia, yang dilatarbelakangi cintanya kepada istrinya. Di Indonesia juga ada legenda Candi Prambanan dari Jawa Tengah dan Yogya yakni tentang Bandung Bondowoso yang mencintai Roro Jongrang . Cerita ini mengisahkan cinta seorang pangeran kepada seorang putri yang dibuktikan dengan membangun candi Prambanan namun berakhir dengan dikutuknya sang putri akibat tipu muslihat yang dilakukannya. Kisah cinta ini ada buktinya. Cinta menuntut pembuktian. Banyak sekali bahasa cinta yang diekspresikan untuk menyatakan cinta. Semakin besar pengorbanan yang diberikan (harga yang dibayar) semakin yakin bahwa seseorang mencintai.

Pengertian Ibadah

              Ibadah juga dihubungkan dengan cinta. Seorang penulis yang bernama Christ Hodges dalam bukunya “Fresh Air” (2012) mengatakan ibadah adalah cinta yang dinyatakan (diekspresikan). Penlus lain, Greg Share, mengatakan worship is as just as difficult word to define as love (ibadah itu sama sulitnya dengan kata cinta untuk didefinisikan). Kedua kata (baik kata “cinta” maupun “ibadah”) sama-sama sulit didefinisikan sehingga lebih baik dialami.  Hal ini tidak mengherankan bila melihat cinta dan pengorbanan.
              Dalam ibadah kuno orang Israel (seperti tertulis dalam Perjanjian Lama) ada sistem pengorbanan yang begitu kental dalam ibadah orang Israel walau Tuhan tidak perlu pengorbanan. Apa yang terjadi dengan pengorbanan Israel sebenarnya? Dalam kitab Amos 5 dikatakan bahwa Tuhan membenci (tidak senang) dengan ibadah seperti ini yang di dalamnya ada pengorbanan-pengorbanan. Nabi Amos hidup dan melayani Tuhan sekitar 790 SM. Demikian juga dengan kitab-kitab sebelum Amos seperti kitab  Yesaya , Yeremia, Yehezkiel (dan juga Maleakhi) bahkan ketika orang Israel kembali dari pembuangan sampai saat Raja Zedekia dibuang, kita bisa melihat bagaimana para nabi tersebut mengkritik pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan oleh orang Israel. Kita bisa melihat begitu lama yakni dari zaman Amos 790 SM sampai Yeremia 500-an SM, selalu ada kritik tentang ibadah mereka (tentang pemberian pengorbanan-pengorbanan mereka) yang dibenci oleh Tuhan. Ini mengerikan karena selama beratus tahun, para nabi memberitakan firman Tuhan dan  memperingatkan orang Israel bahwa ibadah mereka tidak diterima oleh Tuhan, tetapi tetap dijalankan sampai ke pembuangan. Bahkan setelah pembuangan , di kitab Malaekhi 1 Tuhan berkata,  “Saya tidak menerima binatang cacat sebagai persembahan”. Ada kedegilan hati di dalamnya yang luar biasa sekali. Buat saya itu merupakan peringatan untuk kita sampai saat ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?. Mengapa itu bisa terjadi selama beratus-ratus tahun di dalam sejarah orang Israel.

Tuhan menginginkan manusia mendekat kepadaNya

             Dalam Perjanjian Lama binatang dikorbankan dalam ibadah-ibadah orang Israel. Salah satunya adalah yang dikenal dengann nama “korban penghapus dosa”. Binatang dikorbankan dan dibunuh pada waktu ibadah-ibadah orang Israel. Binatang itu dibunuh karena ada dosa-dosa yang harus dihapuskan. Binatang itu harus dibunuh agar dosa-dosa orang-orang Israel diampuni oleh Tuhan. Sebenarnya yang harus mati adalah pembuat dosa. Rasul Paulus mengatakan bahwa upah dosa adalah maut. Setiap orang yang berbuat dosa harus mati. Di dalam Perjanjian Lama , binatang yang mati itu menggantikan si pembawanya. Dosa ditimpakan pada binatang itu. Seharusnya kitalah yang mati tetapi sebagai gantinya binatang itu yang mati, maka disebut sebagai korban penghapus dosa. Apakah dosa kita benar-benar hilang karena binatang itu mati? Tidak! Itu adalah bahasa simbol. Saat orang Israel membawa korban itu ke hadapan Tuhan, ia punya kerinduan agar hubungannya disambung kembali dengan Allah Bapa di sorga. Melalui binatang itu, hubungan mereka dipulihkan. Orang-orang Israel di dalam Perjanjian Lama gagal untuk memahami hal ini. Mereka menganggap ada hubungan yang erat antara dosa mereka dengan binatang. Tuhan tidak menginginkan binatang mereka, yang Tuhan inginkan adalah diri mereka yang mendekat kepada Tuhan. Binatang tidak mungkin mendekat kepada Tuhan, tetapi manusianya Tuhan inginkan mendekat kepada Tuhan. Ini sebenarnya masalah yang terus didengung-dengungkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Tidak ada koneksi antara korban persembahan yang dibawa dengan si pembawa korban ini.
Kita bisa melihat lebih teliti ke awal Perjanjian Lama yakni pada korban persembahan dari Kain dan Habel. Apa yang membedakan persembahan mereka diterima dan tidak? Mengapa korban Habel diterima sedangkan korban Kain tidak? Apakah karena yang satu berupa binatang sedangkan yang lain hasil perkebunan? Kalau kita mau melihat lebih rinci, Tuhan melihat manusia yang membawakan persembahan. Kalau melihat reaksi dari Kain setelah persembahannya ditolak oleh Tuhan, itu membuktikan bahwa Kain sebenarnya tidak membawa dirinya seutuhnya pada Tuhan. Dia berpikir bahwa Tuhan senang dengan apa yang ia bawa dan itu terlepas dari dosa, berbeda dengan Habel. Ini semua contoh bahwa orang Israel tidak mengerti bahwa yang diinginkan oleh Tuhan (yang tidak berkenan oleh Tuhan) adalah bila kita tidak menyerahkan (memberikan) dirinya dan hidupnya kepada Tuhan. Yang kedua adalah disintegrasi. Tidak ada hubungan antara apa yang kita lakukan dalam ibadah dengan apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Di dalam kitab Yeremia 7, orang Isarel diberitahu oleh Nabi Yeremia, “Kamu pikir kamu  datang ke tempat ibadah ini, ada damai dan keselamatan dalam rumah ini, namun setelah kamu keluar dari tempat ini kamu tetap hidup dalam ketidakadilan?” Hal ini seperti yang ditulis oleh Nabi Amos, “Biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir”. Tidak ada keadilan walaupun mereka terus beribadah kepada Tuhan. Dan mereka menipu diri mereka sendiri (tenanglah Tuhan mengampuni dosamu, datang dan bawa persembahanmu maka Tuhan akan mengampuni dosamu). Sehingga saat keluar dari ruang ibadah hidupnya tidak pernah berubah. Itu yang dibenci oleh Tuhan. Itu kegagalan yang dilakukan oleh orang Israel dan saya harapkan pada zaman ini tidak kita lakukan.

Kristus sebagai Korban yang Sempurna

Dalam Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru, perintah Tuhan terpenuhi secara sempurna di dalam pengorbanan Yesus Kristus. Ibrani 10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki  —  tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku  — . Apa yang tertulis pada kitab Mazmur menuju pada Yesus Kristus. Yesus adalah bukti yang terlihat, pengorbanan yang sempurna, seutuhnya dan yang Allah inginkan sesuai dengan keinginan Allah dalam Perjanjian Lama. Yesus adalah orang Israel yang sejati dan setia yang mempersembahkan diriNya sendiri seperti yang diinginkan oleh Tuhan. KetaatanNya, doaNya, pelayananNya, kehidupanNya semuanya menunjukkan korban. Bukan hanya waktu Yesus di rumah ibadah, tetapi seluruh hidupNya adalah korban yang sejati pada Bapa di sorga. Pengorbanan Yesus sungguh-sungguh telah mengakhiri semua pengorbanan binatang. Setelah Yesus Kristus tidak ada lagi pengorbanan binatang. Tetapi pengorbanan itu sendiri masih ada.
Pengorbanan kita didapati dari pengorbanan Kristus. Bukan karena kita berkorban kita dapat artinya tetapi karena ada arti yang diberikan oleh Yesus Kristus. Yesus Kristus memberi arti baru dalam pengorbanan kita dan kita dimampukan untuk terus berkorban dalam hidup kita. Dalam kematianNya , Yesus Kristus menunjukkan kepada kita cara hidup yang sepadan dengan penyangkalan diriNya. Dalam Yeremia 7:22  Sungguh, pada waktu Aku membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran dan korban sembelihan; hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia! 24  Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya. Konteks Yeremia 7 adalah saat Yeremia sedang mengkritik ibadah orang Israel. Apakah di padang gurun, orang Israel membakar korban untuk Tuhan? Keinginan Tuhan terpenuhi di dalam Yesus Kristus sehingga persembahannya diterima oleh Bapa di sorga.

Ibadah berarti Menyerahkan Hidup kepada Tuhan dan Melakukan Kehendak Tuhan

Lahirnya gereja Perjanjian Baru di dalam Kisah Para Rasul pasal 2 juga menggambarkan sistem pengorbanan. Nabi Elia saat menghadapi nabi-nabi Baal mau menunjukkan Allah mana yang benar,“Kamu membawa korban binatang dan saya juga membawanya. Lalu kamu berdoa, apakah ada api yang turun?” Ada peperangan di sini. Para nabi Baal berdoa sepanjang hari dengan menggores-gores tubuhnya tetapi tidak ada api yang turun. Sedangkan Elia membuat parit di sekeliing mezbah , menaruh air dan berdoa lalu api turun. Itu lambang, gambaran apa yang terjadi pada Perjanjian Baru ketika gereja lahir. Dimana para murid sedang menunggu sesuai janji Tuhan Yesus, lalu tiba-tiba ada guncangan, suara-suara, ada api dari sorga (api Roh Kudus). Artinya manusia dan para rasul menjadi korbannya dan api Roh Kudus membakar ‘rumah’ itu lalu mulailah gereja pertama di Perjanjian Baru. Manusia menyediakan dirinya. Sampai hari ini sama, kita adalah korban yang harus kita berikan pada Tuhan dan Roh Kudus membakar kita. Ibadah yang seperti yang kita lakukan setiap minggu memiliki makna yang sama. Menyerahkan hidup kita pada Tuhan. Ketika kita menyerahkan, mengorbankan hidup , ambisi dan pribadi kita, sebenarnya kita sedang mengimitasi Yesus Kristus. Allah sendiri yang mengorbankan diriNya datang ke dalam dunia. Tindakan datang ke gereja menghadap Tuhan itu mirip tindakan Allah datang ke dalam dunia. Bedanya kita datang ke tempat kudus sedangkan Allah datang ke dalam dunia yang berdosa untuk menyelamatkan manusia dan kita datang menyambut keselamatan itu. Orang yang datang ke rumah ibadah didorong oleh Roh Kudus, karena kita melakukan apa yang persis dilakukan Yesus datang ke dalam dunia. Itu mengungkapkan cinta. Yesus Kristus datang karena begitu besar kasih Allah kepada kita. Kita datang ke rumah ibadah karena begitu besar cinta kita kepada Tuhan. Kita harus mengasihi Tuhan, tetapi kita harus mengecek arti cinta kita kepada Tuhan.
Dalam proses pendekatan kita datang ke gereja, apa yang sebenarnya terjadi di dalam ibadah? Kita dibelah oleh kehendak firman Tuhan. Fimran Tuhan itu ibarat pedang bermata dua. Ibrani 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Ketika kita datang ke dalam tempat ibadah dan mendengarkan firman Tuhan, bukan hanya lewat khotbah kita dapati firman Tuhan. Dari awal kita datang beribadah, itu adalah proses dibelah. Jadi kalau kita datang tidak menyerahkan hidup kita, tidak mungkin kita dibelah oleh firman Tuhan dan dibakar oleh api Roh Kudus. Setiap minggu bahkan setiap hari proses ini terus terjadi. Kita bukan saja menjadi persembahan yang hidup buat Tuhan setiap minggu tetapi setiap hari. Firman Tuhan membelah kita dan Roh Kudus membakar hidup kita, sehingga kita menjadi persembahan seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam kitab Roma 12. Kita mengeluarkan bau-bauan yang harum.
Akibatnya apa kita dibelah-belah oleh firman Tuhan dan dibakar oleh api Roh Kudus, kita mengeluarkan bau-bau yang harum. Hidup kita dibaharui dan berubah senantiasa. Itu tanda bahwa kita korban yang hidup dan kita melakukan ibadah yang sejati bukan ibadah yang dilakukan oleh orang Israel dahulu. Mereka gagal melihat hubungan itu, mereka memisahkan antara yang jasmani (duniawi) dan yang rohani. Kita harus berhati-hati dengan dikotomi. Kita harus hati-hati saat mengatakan Allah mencintai orang yang berdosa tetapi membenci dosa. Dalam pemahaman Alkitab, manusia itu tidak bisa dipisah-pisahkan. Apa yang muncul dari dalam hati, terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Orang berdosa karena ia berdosa, karena dosa dikandung. Dia mengandung dosa maka manusia berdosa. Orang disebut berdosa karena ia melakukan dosa dan mengandung dosa. Ketika Yesus datang dan menyelematkan kita, dosa kita dihapuskan, maka status kita adalah orang kudus di hadapan Tuhan. Saya bukan lagi orang berdosa di hadapan Tuhan. Kapan pun kita meninggal di hadapan Tuhan, Dia melihat kita sebagai orang kudus. Kekudusan Yesus diperhitungkan kepada saya bukan karena perbuatan saya. Apa yang dilihat oleh Tuhan dan manusia sedikit berbeda. Seluruh pandangan Allah dilihat melalui lensa Yesus Kristus. Sedangkan pandangan manusia adalah lensa dunia ini. Tetapi seharusnya kita melihat dengan lensa Yesus sepanjang hidup kita.

Tuhan sebagai Pusat Ibadah

Orang Israel melihat hidup di dalam rumah ibadah dan di luar rumah ibadah berbeda. Di dalam rumah ibadah mereka melakukan hal-hal yang baik sedangkan di luar rumah ibadah terserah (hidup mereka tidak pernah berubah). Itu yang dibenci oleh Tuhan. Pusat hidup mereka bukan Allah tetapi diri sendiri. Padahal ibadah yang diterima oleh Tuhan dan pengorbanan hidup (ibadah) yang sejati adalah orientasi bukan lagi diri kita lagi tetapi hanya Allah semata-mata. Apapun yang kamu perbuat , perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Itu bukan hanya di gereja tetapi di manapun kita berada. Jadi penting sekali kita mengerti bahwa beribadah itu bukanlah tentang hanya kegiatan di dalam gereja. Bukan hanya tentang lagu, memuji dan menyembah tetapi lebih luas dan dalam daripada itu. Tuhan Yesus harus menjadi Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita beribadah, kita mentuhankan Tuhan Yesus bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan hidup kita. Banyak orang Kristen yang tidak memahami hal itu. Mereka berpikir Yesus Kristus hanya Juruselamat saja, tetapi mereka lupa bahwa ia juga Tuhan dalam hidup kita. Selamat berarti jiwa kita tidak masuk neraka. Saat bicara tentang Tuhan Yesus sebagai Tuhan saya berarti tunduk dan taat dalam seluruh hidup kita baik di gereja dan di luar gereja. Di rumah saya, Ia Tuhan saya. Kita menyerahkan tugas kita. Sebagai suami yang bagaimana? Suami yang tuhannya adalah Tuhan Yesus. Suami yang taat kepada Tuhan Yesus, suami yang mengasihi keluarga. Ketika kita diselamatkan sekali saja, pada waktu itu Yesus mati dan menyelamatkan saya. Tetapi saat mengatakan saya mau mentuhankan (Dia Tuhan saya), itu terjadi seumur hidup. Semua bagian hidup kita , kita tundukan pada keinginan Yesus. Saat kita memuji Tuhan dan juga saat bekerja, di gereja dan di luar gereja, saat sadar dan tidak sadar. Ada hari sabat dan gereja, keluarga dan pelayanan. Ini tempat kita beribadah dan dunia di mana kita mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan sejati. Baik kita bekerja, bermain-main, belanja, saat kita sendiri atau pun bersama-sama orang lain-lain, itu adalah tempat kita beribadah. Di situlah kita mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan yang berkenan kepada Allah. Orang Israel gagal melihat hal ini dan Tuhan membencinya.
Dalam perjalanan pulang mengisi bensin Rabu sore lalu, di dekat pom bensin ada perempatan lampu merah dan lampu merah-nya menyala . Waktu itu lalu lintas tidak terlalu padat. Waktu saya memelankan mobil saya, mobil di belakang saya mengklakson. Seketika itu juga saya marah. Apakah dia tidak tahu lampu merah? Saya mau membalas ‘kejahatan’nya yang telah membuat saya jengkel. Jadi saat lampu sudah menjadi hijau, saya berpikir untuk berjalan secara perlahan-lahan. Tetapi sebelum niat itu dijalankan, saya sadar itu tidak benar. Dengan kesadaran itu , saya mengalah. Saya berikan jalan. Lalu setelah lampu hijau, dia klakson dan berjalan cepat. Ini kehidupan kita, pergumulan ini sering terjadi. Ketika itu terjadi, sebenarnya kita sedang mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup kepada Tuhan. Dan masih banyak kejadian yang lain dalam hidup kita.

Ibadah di mana dan kapanpun

Ada integrasi di dalam dan di luar ibadah sama saja, tidak berbeda. Kalau sopan di rumah ibadah maka kita juga sopan di luar rumah ibadah. Saat mengemudi ke rumah ibadah kita sopan, demikian juga saat menuju tempat lain. Apapun situasinya, sedang terburu-buru atau tidak. Hidup yang terus menerus diubahkan. Kita akan menjadi sama dengan apa yang kita sembah. Pada Mazmur dikatakan kamu menyembah batu maka kamu akan menjadi seperti batu. Ini akan terlihat dalam hidupmu. Kalau kamu menyembah Tuhan maka karaktermu akan menjadi serupa Tuhan.  Ini sama seperti yang dikatakan Agustinus, “Kamu menjadi apa yang kamu kasihi”.  Kalau kamu mengasihi Tuhan, kamu akan menjadi serupa denganNya. Tetapi kalau kamu mengasihi yang lain, maka kamu akan menjadi sama seperti itu. Manusia itu seperti itu. Kita bisa melihat contoh kecil dalam kehidupan kita. Anak mirip seperti papanya atau ibunya. Demikian juga dengan suami istri yang saling mencintai.
Kalau kita ibadah dengan benar akan terlihat dalam hidup kita. Ada orang yang tidak berubah setelah sekian lama percaya, pertanyaannya : benarkah engkau menyembah Tuhan yang benar? Apakah engkau percaya kepada Tuhan? Jangan-jangan engkau hanya beribadah di gereja, sedangkan di luar tidak. Apa yang harus dilakukan kalau ingin mengalami ibadah? Maka pertama, kita harus membaca firman Tuhan. Yang kedua, mendengar firman Tuhan. Kalau membaca firman Tuhan secara teratur maka firman Tuhan akan bergema dalam kehidupan kita. Artinya dalam pekerjaan dan kegiatan ,kita akan mengingatnya.
Seorang penulis, Henry Nouwen (1932-1996) mengatakan kita perlu mendengarkan firman Tuhan karena di dunia ini penuh dengan kata-kata menghakimi. Kita perlu mendengarkan janji-janji firman Tuhan. Supaya kita tahu bahwa kita orang yang diberkati Tuhan, kita sudah diterima dan diakui oleh Tuhan. Maka membaca , mendengar dan belajar firman Tuhan itu penting. Ini semua akan membentuk hati yang takut pada Tuhan. Pengertian takut ada 2. Kalau kita punya relasi dengan Tuhan, maka kita akan respek, tetapi kalau tidak punya relasi dan kita berbuat salah pada seseorang maka takut itu berupa takut dihukum. Takut yang dimaksudkan di sini adalah respek, hormat dan kagum pada Tuhan. Membaca, mendengar dan belajar firman Tuhan akan membentuk hati seperti ini. Kalau hati kita sudah dibentuk seperti ini (hati yang takut akan Tuhan), maka hidup kita akan takut, menyerupai kepada siapa kita menyembah.
1 Samuel 15:22  Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Dikaitkan dengan Roma 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Bagaimana kita mempersembahkan hidup kita dengan jalan mentuhankan Yesus dalam kehidupan kita bukan hanya Juruselamat kita semata. Ketika mau taat kepada Tuhan, pengendalian diri itu penting. Kita tidak mengikuti kedegilan hati kita, tetapi kita mau mengendalikan kedegilan hati kita dengan firman Tuhan. Anak yang terlalu dimanja, kurang pengendalian dirinya. Tetapi anak yang diajar sesuai dengan firman Tuhan, kita juga mengajarkan mereka untuk mengendalikan diri karena keinginan manusia itu jahat. Kita belajar mengendalikan diri kita dengan kebenaran firman Tuhan, kita sedang belajar beribadah, mempersembahkan diri dan tubuh kita kepada Tuhan. Apakah kita berani dan siap? Beranikah kita beribadah dan mempersembahkan diri kita? Tuhan tidak melihat persembahan uang kita setiap minggu tetapi Ia melihat hati kita bagaimana. Jangan sampai kalau sudah memberi uang , lalu hidup seperti apa yang kita mau.

No comments:

Post a Comment