Wednesday, February 13, 2019

Di Dunia, Tapi Bukan dari Dunia





Pdt. Hery Kwok

Yohanes 16:33
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."
Yohanes 17:14-15
14  Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
15  Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.

Pendahuluan

              Tema hari ini “Di Dunia, Tapi Bukan dari Dunia” bersifat paradoks, seakan-akan bertentangan tapi fakta sebenarnya tidak. Sama seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus pada 2 Kor 8:9  “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” Allah yang kaya merendahkan diri , sungguh-sungguh menjadi miskin. Justru dalam kemiskinan Dialah kita mendapat kelimpahan kasih karunia. Dialah manusia yang memiliki sifat ilahi , tetapi sekaligus Allah yang mempunyai sifat manusia. Dia manusia 100% dan di dalam Dia sifat-sifat  ilahi nyata. Dia manusia yang memiliki sifat ilahi dan sekaligus Dialah Allah yang memiliki sifat manusia. Itu sebabnya penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa Dia sungguh-sungguh menggumuli kehidupan manusia yang berdosa. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Yoh 16:33b.

Sekitar tahun 2002-2003 saya bersama shi-mu menerima pelayanan di suatu tempat dan saya berkesempatan bergabung dengan suatu jemaat. Waktu itu, kami memiliki sebuah mobil Kijang keluaran tahun lama (generasi Kijang kedua yang kuat). Kami membeli mobil bekas karena tidak mampu membeli mobil baru. Saya sempat ditipu waktu membelinya (dalam perjalanan hidup kami memang banyak ditipu). Suatu kali mobil kami itu rusak, lalu seorang jemaat meminjamkan mobilnya kepada kami. Mobil yang dipinjamkan adalah jenis sedan Civic terbaru. Saya berusaha menolaknya karena takut mobilnya baret. Maklum di Jakarta sulit menemukan mobil yang mulus sehingga kalau membeli mobil, maka kita siap-siap mengalami baret. Saya membayangkan kalau mobil Civic terkena baret berapa harga perbaikannya? Belum lagi relasi kami menjadi tidak enak. Di samping itu timbul kekhawatiran bila membayangkan reaksi rekan-rekan hamba Tuhan yang lain. Tapi jemaat tersebut terus mendesak sehingga akhirnya saya meminjamnya.
              Kebiasaan saya saat mengemudi adalah bila hendak berhenti tidak mau menginjak pedal rem dari jarak jauh, melainkan pada waktu dekat baru rem. Namun saat meminjam mobil tersebut, dari jauh saya sudah menginjak pedal rem karena saya merasa mobilnya bukan mobil saya sehingga saya harus ekstra hati-hati mengemudikannya. Sebagai sedan tahun baru, mobilnya nyaman sekali saat dikendarai. Seluruh fasilitas mobil saya nikmati. AC-nya dingin, radio tape-nya merdu, keempukan shock-breaker dll. Waktu menikmati mobil itu, sempat terpikir kalau tahu seperti itu saya tidak menolaknya, karena memberi kenyamanan. Tetapi namanya pinjam, ada waktu (durasi) nya. Saya bukan yang empunya sehingga saya tidak berhak memakai seterusnya dan ada jangka waktu harus dikembalikan, walaupun saya menikmati seluruh fasilitas mobil itu dengan enak. Setiap keluar dan starter mobil, saya ada di kendaraan yang begitu nyaman. Rasa-rasanya kalau dipakai untuk ke Surabaya pun pasti terasa nyaman karena kenyamanannya telah meninabobokan saya. Rasanya kalau boleh mobil ini  jangan dikembalikan, tetapi yang namanya pinjam tetap harus tahu diri (bukan hak kita). Namun mobil itu bukan hak kami sehingga harus dikembalikan. Setelah mobil kami selesai diperbaiki, lalu mobil pinjaman tersebut saya kembalikan.

              Kalau kita bicara kita ada di dunia tetapi bukan dari dunia, maka ada 2 hal yang dipikirkan yaitu :

1.     Orientasi hidup kita bukan di sini tetapi di “sana”.

Orientasi adalah tujuan, pusat di mana kita punya keinginan. Waktu kita berbicara orientasi hidup kita di dalam dunia, kita bukan berorientasi di sini tetapi orientasi kita di sana. Meskipun kita di dunia, kita bukan berasal di dunia agar kita sungguh-sungguh terjaga, agar kita memiliki orientasi hidup yang di “sana”, bukan di sini. Kita ada di dunia yang sungguh-sungguh menggiurkan yakni di dalam dunia yang ditawarkan oleh iblis kepada Tuhan Yesus.  Matius 5:8-9 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,   dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Ada godaan yang hebat yang iblis tawarkan kepada orang-orang di dunia ini, termasuk kepada kita sebagai orang yang tahu dan telah ditebus oleh Kristus. Kita berada di dalam problem dan sepanjang umur dunia kita pasti mengalami percobaan. Saat memiliki orientasi hidup bukan di sini tetapi di sana, maka kita harus membekali diri agar jangan tergoda dengan kenikmatan dunia ini.
Waktu Allah menciptakan langit, bumi dan isinya, Ia menempatkan Adam dan Hawa, lalu Adam dan Hawa memberontak kepada Allah sehingga mereka diusir dari taman Firdaus. Kemudian mereka beranak-pinak. Manusia yang berdosa kecenderungan hatinya berbuat dosa. Sehingga sampai di pasal di mana sebelum Nuh disuruh oleh Tuhan untuk membuat bahtera, dikatakan pada pasal 6 kecenderungan hati manusia berbuat dosa (Kejadian 6:5-6 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,  maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya). Lalu Allah menyaring manusia yang sedemikian banyak namun hanya 8 orang yang Allah ijinkan masuk ke dalam bahtera dan selamat yakni Nuh dan istri, ketiga orang anak  mereka dan pasangannya masing-masing.
Kitab Suci tidak berhenti sampai di sana dan dikatakan “Lalu setelah air bah, beranak-pinaklah seluruh  keturunan Nuh tetapi hati manusia tetap berbuat dosa”. Pada pasal 12, Allah menyaring menjadi 1 keluarga yaitu keluarga Abraham. Ia diminta untuk pergi dari sanak-keluarga, lingkungan, kaum kerabatmu dari Us-Kasdim di Mesopotamia pergi ke suatu tempat yang akan diberikan Tuhan. Suatu tempat yang tidak diketahui oleh Abraham. Tetapi orientasi Abraham bukan di sini, Ur Kasdim, tetapi di sana yaitu di tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Waktu Abraham terus berjalan mengikuti apa yang Tuhan tuntun, ke tempat yang akan diterima, Abraham mempunyai orientasi hidup bukan di sini tapi di sana. Waktu Abraham meninggalkan Ur Kasdim, bukan berarti ia tidak punya kekayaan dan kemewahan. Saat itu Ur Kasdim adalah kota yang terbesar. 4.000 tahun lalu , kota itu sangat besar, sebuah megapolitan. Waktu saya belajar Perjanjian Lama, dosen teologi saya yang berasal dari Jerman berkata, “Waktu zaman Abraham, rumah-rumah mereka bagus sekali dan sudah dilengkapi dengan WC (toilet)  yang baik.” Saat itu buang air besar bukan di bawah pohon atau di gurun pasir karena pada zaman Abraham rumah-rumah sudah dilengkapi dengan WC-WC yang baik. Bahkan ada satu rumah yang besar yang terdiri dari ratusan kamar. Arkeolog menggali dan menemukan bahwa dunia saat itu adalah dunia yang hebat sekali. Bahkan dalam Kitab Kejadian pada pasal 12-14 Abraham bisa mengalahkan raja-raja yang waktu itu memusnahkan Sodom dan Gomora yaitu Raja Kedarlaomer dengan segala kroninya. Abraham mempunyai pembantu yang sangat baik. Pembantunya terlatih perang sehingga waktu dia mendengar Lot, keponakannya, ditangkap maka ia dengan pasukannya (pembantu-pembantunya) menyerang para penangkap Lot.
Artinya Abraham adalah orang yang disuruh keluar dari tempat kenikmatan dan tempat yang begitu gemerlap luar biasa, tempat di mana orang menikmati dosa yang luar biasa. Di sana penuh dengan segala berhala. Di sanalah Allah memanggil Abraham. Di sanalah Abraham diajar konsep bahwa orientasi hidupmu bukan di sini tapi di sana. Ternyata Abraham tidak selesai sampai di sini. Waktu ia menjadi kaya raya , Tuhan memberikan keturunan ,Ishak, yang dijanjikan darinya akan berkembang banyak raja-raja. Waktu Ishak mau dinikahkan, Abraham menyuruh bujangnya untuk mencarikan calon istri tapi bujangnya tidak boleh membawa Ishak ke tempat asalnya, Ur Kasdim. Abraham sekali lagi tidak mau memikirkan sesuatu yang di sini tetapi orientasinya di sana. Ia berkata kepada bujangnya, “kamu tidak boleh membawa Ishak ke Ur-Kasdim karena waktu Ishak kembali ke Ur-Kasdim, maka Ishak akan terjebak dengan segala godaan Ur Kasdim. Pemahaman yang kuat yang lahir dari kesadaran bahwa saat Allah memanggil , “Engkau ada di sini, tetapi orientasimu di sana”.
Waktu Musa membawa orang Israel keluar dari Mesir, ditemukan catatan bahwa bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa, “Musa, mengapa kamu membawa kami ke tempat yang sulit? Sementara saat berada di Mesir, kami bisa makan dengan enak. Bahkan kami bisa mati di dalam kelimpahan makanan.” Dengan kata lain Mesir jauh lebih enak dari apa yang Musa bawa. Waktu Allah membawa orang Israel dari Mesir setelah mereka dijajah Mesir selama 420 tahun, kita melihat bagaimana berhala-berhala itu sangat melekat dalam diri orang Isreal. Umat pilihan Tuhan sudah tercemar sedemikian rupa sehingga melalui Musa, Allah mengangkat mereka dari akar penyembahan berhala supaya orientasi mereka jangan di Mesir tapi di sana. Orang-orang yang tidak memahami , mereka tetap marah-marah ke Musa,”Musa, kami lebih senang Mesir”. Artinya walaupun orang-orang Israel adalah umat Tuhan namun ternyata sebagian dari mereka masih punya pikiran dan orientasi hidup “di sini bukan di sana”.
Perjanjian Baru memberikan kepada kita pemahaman yang hebat waktu Rasul Paulus menulis surat ke Jemaat Kolose. Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.  Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (Kolose 3:1-2). Waktu menulis surat itu, Rasul Paulus ingin mengatakakan bahwa orientasi orang percaya memang bukan di sini tetapi di sana. Walau berada di sini, tetapi pikiran kita berada di sana.
Kita hidup dan ada di dunia, dan belum dipanggil Tuhan , apakah kita masih benar-benar menikmati dunia sebagai sesuatu yang sangat disenangi (mencari kenikmatan dunia) atau kita mulai memikirkan bahwa kita harus melihat ke sana. Kita di dunia tetapi kalau hidup seperti dunia, berarti orientasi kita dalah dunia (di sini). Kalau kita mengejar apa yang ditawarkan dunia atau kita terikat dengan dunia ini, maka orientasi kita ada di sini walau mungkin namanya orang Kristen. Itu bukan orang Kristen yang lahir baru. Kristen yang lahir baru adalah orang Kristen yang menyadari bahwa Allah tempatkan kita di dunia tetapi kita bukan berasal dari dunia.
Kewarganegaraan kita bukan dari dunia, berarti seluruh orientasi kita tetap harus tetap ada di sana (bukan di dunia). Kalau kita terlalu menyederhanakan dalam pemahaman bahwa “percaya Yesus lalu selamat tapi hidup tidak berubah” maka itu pemahaman sederhana yang kacau. Karena setelah diselamatkan Kristus, maka kita akan kembali ke rumahNya. Waktu kita berada di rumahNya (di sorga) maka seluruh fasilitas dan aturan main di surga harus menjadi kesukaan kita. Kalau orientasi kita masih di dunia maka kita akan sulit untuk mengikuti apa yang di sana karena orientasi kita tetap di dunia. Maka tidak mungkin dan tidak akan bisa kita berada di sorga waktu orientasi kita ada di sini. Sehingga Rasul Paulus berkata,”Pikirkanlah yang di atas, yang Allah kehendaki.” Allah menghendaki kita sebagai apa? Allah menghendaki apa dalam keluarga?  Allah menghendaki engkau sebagai apa? Orang yang melayaniNya! Orang menghendaki engkau sebagai apa? Hamba-hamba Tuhan! Waktu pikiran Allah itu terus menguasai kita, maka kita akan tetap di dunia tetapi orientasi kita ada di  sana.

2.     Jangan pernah menyerah meskipun hidup susah.

Yohanes 17:15  Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Hal yang sama bahwa waktu kita di dunia tetapi bukan berasal dari dunia, melahirkan pemahaman kita jangan pernah menyerah meskipun hidup yang kita jalani di dunia itu susah. Karena Kitab Suci dengan jujur mengatakan kita berada di dunia yang membenci kita. Walau kita mau berbuat sebaik-baiknya, kita tetap dibenci oleh dunia disebabkan oleh kita berbeda dengan dunia (kita bukan dari dunia). Karena bukan dari dunia (berbeda dari dunia) maka otomatis dunia tidak akan pernah mau menerima kita seutuhnya. Ia akan tetap mencari kelemahan dan kesalahan kita. Maka Kitab Suci mengatakan bahwa orang-orang yang percaya pada Kristus, adalah orang-orang yang harus siap memikul salib karena dunia memang membenci kita.
Pdt. Stephen Tong memberi ilustrasi yang bagus. Jepang mengekspor ikan-ikan yang berkualitas bagus. Rupanya orang Jepang menghasilkan ikan yang bagus dan diimpor ke Eropa. Perjalanan dari Jepang ke Eropa bisa memakan waktu 15 jam, melewati kota Moscow, Siberia dan lainnya. Waktu ikan-ikan berada ada di atas, ikan-ikan itu baik-baik saja. Waktu dibawa sampai di Eropa, dan dibuka ternyata ikan pada mati. Bingunglah orang Jepang karena kalau ikan mati maka mereka akan menderita kerugian. Mereka punya akal bagus. Waktu mengirim lagi , mereka taruh kepiting yang kemudian mengejar-ejar ikan. Karena ikan menghindari kepiting maka mereka berenang dengan luar biasa. Selama 15 jam kepiting mencoba menangkap ikan dan ikan terus bergerak sehingga ketika sampai Eropa ikan itu masih hidup.
Allah taruh kita di dunia, bukan tanpa maksud. Tetapi Ia punya maksud yang hebat yaitu kita warga negara sorga yang ditaruh di dunia. Di sana kita akan mengalami tantangan, hambatan, himpitan, kesulitan hidup. Waktu kesulitan hidup menerpa kita, justru kesulitan itu membuat kita tetap hidup di dalamnya. Ini sesuatu yang paradoks. Dengan mengalami kesusahan, justru kita hidup, kalau tenang justru kita mati seperti ikan-ikan di atas. Waktu kita punya tetap orientasi hidup, bukan di sini tetapi di sana. Kita berada dalam sebuah kondisi, jangan pernah menyerah karena kita sungguh-sungguh dipercayakan Tuhan sementara di dunia ini karena kita akan kembali ke sana.
Hal ini berbeda dari hal yang pertama. Pada hal yang pertama, kita benar-benar dininabobokan oleh tipu daya dunia sehingga kita jatuh dan ternyata benar-benar banyak orang Kirsten jatuh. Karena seorang teolog mengatakan bahwa kita diciptakan di antara dua yaitu Allah dan iblis. Iblis mau kita taat dan tunduk kepadanya. Kita berada di antaranya dan bisa tergoda. Sehingga kita harus menanamkan orientasi hidup kita di sana. Yang kedua adalah kita harus mempersiapakan mental kalau ikut Tuhan maka  kita harus siap untuk diuji.
Waktu kemarin rapat PGI di Cisarua, selama 4 hari 3 malam rasanya seperti setahun. Karena tiap hari rapat dari pagi, begitu makan lalu rapat lagi. Tempat yang bisa membuat kita terhibur adalah tempat makan karena di sana kita tidak rapat. Di mana kita bisa keliling tempat makan. Mau makan apa saja terserah untuk melepas kepenatan. Yang penting di ruang makan bukan di ruang rapat. Karena kalau rapat dengan mereka sampai tidak mandi. Waktu saya mengikuti seksi dokumen keesaan gereja, yang kumpul seperti ahli-ahli Taurat di mana kalimat bahkan kata seperti “dan”, “koma” dipermasalahkan sehingga akhirnya waktu rapat tidak ada yang mandi. Tetapi karena tempat rapatnya dengan kamar saya, maka saya tetap mandi. Waktu selesai mandi ternyata rapat belum selesai. Selama mengikuti sidang dari pagi sampai malam, banyak hal yang saya dapati meskipun lelah. Ada beberapa pemikiran tentang kehadiran gereja di dunia ini yang penuh dengan dinamikanya, yang penuh tantangan di dunia, permasalahan dan pergumulannya. Itulah dunia ini. Kita ada di kondisi di mana kita dibenci oleh dunia. Jangan dunia membuat kita menjadi tawar hati dan patah hati. Poin pertama jangan dunia mengaburkan pandangan (tidak melihat) akan apa yang harus di capai.

Kesimpulan

              Pesan firman Tuhan dalam minggu ini : Yesus telah mengalahkan dunia. Yohanes 16:33 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."  Ini bahasa  yang sangat luar biasa, bahasa yang sungguh-sungguh melegakan hati kita. Karena kita bisa keluar dari godaan si jahat yang hebat dan sekaligus kita tetap bisa bertahan untuk tetap hidup di dunia. Yesus telah mengalahkan dunia, sehingga kita bisa menjadi wakil Allah yang ada di dunia. Kita ditaruh oleh Tuhan di dunia sebagai wakil. Istilah wakil bukan dari kata kerja tetapi termasuk kata benda. Di dalam kata benda dan kita tidak melakukan, maka kita memiliki keberadaan seperti itu. Dalam diri kita sebagai manusia harus keluar apa yang ada sebagai manusia. Waktu kita wakil Allah, Allah ingin agar apa yang menjadi dari keberadaan yang telah Allah tebus, itu keluar. Salah satu tugas PGI kemarin, gereja harus menyuarakan keadilan, kebenaran, bagaimana HAM dan tuntutan-tuntutan yang sebenarnya dunia sedang teriakan. Itulah yang Alkitab ajarkan pada kita. Kita memang bukan dari dunia mari jangan pikir bahwa dunia ini tempat kita selamanya. Jangan pernah kita berkutat di dunia sehingga habis dengan dunia ini. Kita boleh kerja tetapi pekerjaan jangan menyita kita dengan dunia ini. Kita boleh menikmati jalan-jalan tetapi jangan sampai jalan-jalan itu menghabiskan seluruh hidup kita. Kita boleh menikmati apa yang Tuhan berikan tetapi jangan sampai kenikmatan dunia menutup kita sampai kita kehilangan orientasi. Kiranya Firman Tuhan menuntun kita dengan belas kasihan.



No comments:

Post a Comment