Monday, July 30, 2018

Melakukan Firman-Nya, Hidup dalam Kedaulatan-Nya

Pdt. Ronny Mandang

2 Samuel 15:23-26
23  Seluruh negeri menangis dengan suara keras, ketika seluruh rakyat berjalan lewat. Raja menyeberangi sungai Kidron dan seluruh rakyat berjalan ke arah padang gurun.
24 Dan lihat, juga Zadok ada di sana beserta semua orang Lewi pengangkat tabut perjanjian Allah. Mereka meletakkan tabut Allah itu  —  juga Abyatar ikut datang  —  sampai seluruh rakyat dari kota selesai menyeberang.
25  Lalu berkatalah raja kepada Zadok: "Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.
26  Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya."

Pendahuluan

              Ada seorang pendeta berdiri di mimbar untuk menyampaikan Firman Tuhan. Ketika akan mulai berkhotbah, ia menghendaki agar jemaat menyanyikan satu lagu berjudul “FirmanMu Pelita bagi Kakiku”. Sayangnya Organis yang bertugas belum mengenal lagu tersebut dan ia mengalami kesulitan saat mengiringinya hingga Sang Pendeta merasa terganggu dan  menoleh kepadanya. Lalu Sang Pendeta meminta Sang Organis untuk memakai irama ketukan nyanyian Waltz. Namun Sang Organis salah menangkap permintaan dari Sang Pendeta dan mengira Sang Pendeta memintanya untuk mengiringi lagu tersebut dengan nada seperti pada lagu es krim Wall’s. Kalau nada lagu es krim tersebut ia tahu dan bisa memainkannya karena penjajanya setiap hari lewat di depan rumahnya. Kemudian terdengar Sang Organis mulai memainkan nada lagu es krim tersebut sehingga Sang Pendeta walau merasa kesal, mau tidak mau mulai menyanyikan lirik lagu mengikuti irama dan nada pada lagu es krim tersebut! Usai ibadah, Sang Pendeta mencari Sang Organis di belakang gereja karena kesal dan ingin mencekiknya. Terkadang suara bisa terdengar sama, namun sebenarnya memiliki makna yang tidak sama.

Melakukan FirmanNya Memperkuat Iman

              Tema “Melakukan Firman-Nya, Hidup dalam Kedaulatan-Nya” ini sangat penting hari-hari ini dalam kehidupan bergereja dan khususnya orang-orang Kristen. Raja Saul sebelum diganti Raja Daud memerintah dengan sangat baik. Saul diangkat menjadi raja berdasarkan permintaan bangsa Israel kepada Tuhan melalui Nabi Samuel agar bangsa Israel juga memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain. Tuhan mengabulkan permintaan mereka sehingga tampillah Raja Saul yang memerintah selama 40 tahun. Tetapi kemudian timbul masalah karena dalam pemerintahannya, Saul tidak mendengarkan Firman Tuhan. Ini hal yang paling tidak mengenakkan karena ditulis dalam Kitab Samuel bahwa “maka undurlah Roh Tuhan dari Raja Saul”. Ketika ia tidak memiliki Roh Tuhan, maka segala sesuatu yang dijalankannya dalam hidupnya adalah kegagalan dan kesia-siaan. Melalui Nabi Samuel (nabi pertama yang ada di Israel), maka Tuhan berkata bahwa Ia tidak lagi berkenan kepada Raja Saul dan Ia akan menyiapkan penggantinya (Raja Daud).
              Baik Saul maupun Daud memerintah selama 40 tahun. Kedua raja ini memiliki kekurangan, tetapi Raja Daud lebih peka terhadap Firman Tuhan dan sungguh-sungguh berkomitmen terhadap apa yang dikatakan oleh Tuhan baik melalui Imam Besar Abyatar, Imam Zadok mau pun melalui Panglima Yoab. Hal yang terberat bagi Raja Daud adalah ketika anak kandungnya sendiri memberontak terhadap dirinya. Namanya Absalom.
              Pada 2 Samuel 15 dikisahkan Raja Daud sedang bersiap-siap melarikan diri dari Yerusalem yang menjadi tempat pusat pemerintahannya dan tempat seharusnya Raja Daud bermukim. Pada ayat 23 kita membaca bagaimana seluruh rakyat Israel ketika Raja Daud akan keluar dari Yerusalem. Mereka menangis beramai-ramai karena Raja Daud bukan menghadapi musuh dari bangsa lain (seperti bangsa Filistin dan Moab) tetapi Daud merasa begitu susah karena menghadapi anaknya sendiri. Absalom ini bahkan berusaha mengejar ayahnya dan ingin membunuhnya. Persoalan hidup Raja Daud sebenarnya potret dari kehidupan krisis di dalam keluarga kita. Di mana suami dan istri saling mengancam. Orang tua dan anak saling mengancam. Sama seperti Absalom yang menghimpun kekuatan untuk mengejar ayah kandungnya sendiri untuk membunuhnya.
              Pada ayat 23 dikatakan seluruh negeri menangis dengan suara keras ketika Raja Daud dan pengikutnya menyeberang sungai Kidron dan naik ke Bukit Zaitun. Dalam tangisan yang begitu kuat dan berjalan bersama rakyat ke padang gurun. Padang gurun menggambarkan suatu daerah yang tanpa tuan dan sebuah daerah tanpa mengetahui mana sisi kanan dan sisi kini , Utara-Selatan dst-nya, padang gurun penuh binatang buas. Tetapi apa yang kita baca pada ayat yang ke-25 ketika tabut perjanjian dibawa serta dengan imam-imam keluar Yerusalem, Lalu berkatalah raja kepada Zadok: "Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.  Maksudnya yang pertama Daud meyakini akan kebenaran Firman Tuhan di mana sebenarnya Yerusalem adalah rumahNya. Hal seperti ini tidaklah mudah. Ketika Raja Daud memahami tentang masa depannya, maka yang menjadi pertaruhan bagi Raja Daud adalah “Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota (Yerusalem)”. Lalu Raja Daud berkata,”Jika aku mendapat kasih karuania di mata Tuhan maka Ia akan mengijinkan aku kembali. Sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.” Hal ini menunjukkan sebuah pemahaman bahwa Raja Daud begitu kokoh terhadap Firman Tuhan dan janji-janji Tuhan dan terhadap apa yang Allah lakukan bahwa Allah tidak pernah diam. Dalam Maz 121:1-2 dikatakan , Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ketika manusia yang percaya kepada Tuhan mengalami berbagai masalah, maka ini sebenarnya merupakan sebuah ujian apakah ia tetap setia pada Tuhan atau tidak.
              Sebagai seorang gembala sidang, saya seringkali menekankan hal-hal yang paling penting dalam beribadah yaitu firman Tuhan. Ketika kita memiliki buku Alkitab dengan ketebalan misalnya 10 cm. Bacalah Alkitab ini setiap hari , minggu, bulan dan tahun. Kita bisa tercengang karena Alkitab menjadi bertambah tebal karena berkali-kali dibaca. Berkali-kali saya mengatakan “Kotorkanlah Alkitab maksudnya bacalah Alkitab sampai ia menjadi lusuh” karena  ketika Alkitab yang kita punya kita baca dan kotorkan karena kita baca , maka hidup kita menjadi lebih bersih. Sebaliknya ketika orang Kristen tidak lagi membaca Alkitab dan menyimpannya saja di laci di rumahnya,maka sebenarnya imannya tidak pernah kuat dan bertumbuh menjadi lebih kokoh dan tebal.
              Raja Daud sebenarnya sedang memperagakan sebuah gaya kehidupan yang beriman bahwa betapa pun ia  terluka karena anaknya Absalom mencari dan ingin membunuhnya dan mengharuskan ia melarikan diri dari Yerusalem. Ini merupakan sebuah hal yang paling berat dalam hidup Daud. Ia lebih baik menghadapi musuhnya sekelas apa pun seperti bangsa Filistin dengan pasukan raksasanya (Goliat) , Daud mampu mengalahkannya. Saat ia menggembalakan kawanan dombanya, ia menghadapi singa-singa dan ia mampu mengalahkannya. Tetapi bagaimana menghadapi anaknya sendiri? Maka ketika kita membaca seluruh negeri itu menangis kita tahu bahwa ini kepedihan yang harus diatasi. Ini persoalan yang harus diatasi dengan benar.
              Ada sebuah ilustrasi jemaat Tuhan yang terjadi sesungguhnya. Satu keluarga yang berbisnis baik di Jakarta dan hidup dengan berkelimpahan harta. Suatu kali karena bisnis runtuh menyebabkan keluarga ini tidak punya apa-apa lagi dan mereka bangkrut. Rumah yang banyak menjadi habis dan akhirnya mereka tinggal di rumah kontrakan yang sedikit kumuh di gang kecil. Pemberi kontrak sudah mengultimatum keluarga ini bahwa bila dalam 3 bulan tidak membayar uang kontrakan agar angkat kaki dan pergi. Dari kondisi serba mewah punya segalanya dalam waktu tertentu hilang semuanya, dalam kondisi tidak punya lemari, kulkas, AC dan mereka tidur beralaskan kasur yang tipis. Suatu malam, Bapak ini berkata ke istri-nya, “Mama kita masih punya apa ya?” Istrinya menjawab dengan raut wajah sedih,”Kita sudah tidak punya apa-apa, semua sudah dijual” Hari itu mereka punya masalah terkait dengan kedua anak perempuan. Yang pertama masuk ke rumah sakit mau dioperasi dengan biaya yang tinggi. Orang tua diminta memberi persetujuan sesegera mungkin untuk melakukan operasi dan bila sudah setuju berarti harus menyediakan uang banyak. Lalu anaknya yang kedua telah  berkali-kali diminta untuk membayar uang sekolah karena sudah beberapa bulan belum membayar uang sekolah. Dalam kondisi itulah papanya bertanya dan dijawab bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi. Tiba-tiba anak yang kecil keluar dari kamarnya dan berkata keluar dari kamar,”Papa kita masih punya Alkitab.” Hari itu Sang Papa disadarkan tentang betapa pentingnya Firman Tuhan. Dengan hati sedih dan terpukul ia datang ke istrinya dan berkata,”Mama, selama kita punya segala-galanya, tetapi tidak punya Firman Tuhan” Malam itu mereka duduk bersama dengan anak terkecilnya di lantai berdoa dan menyerahkan masalah uang kontrak, uang operasi di rumah sakit dan uang sekolah anaknya. Problem yang berat.
Keesokan hari saat anaknya mau berangkat sekolah, Ibunya berkata kepada Sang Anak-nya,”Mama minta maaf tidak bisa menyediakan sarapan karena tidak punya uang”. Dengan luar biasa, Si Anak berkata,”Tidak jadi soal, mama. Mama ambil piring lalu taruh Alkitab di atasnya, saya akan membaca Alkitab. Sarapan saya adalah Alkitab”. Anak kecil ini  membaca Alkitab dengan begitu keras dan khusuknya.  Setelah membaca Alkitab, ia lalu pergi sekolah. Mata mama melihat anaknya dengan penuh air mata. Lalu mamanya berkata, “Nak kamu tidak mungkin kenyang dengan  hanya membaca Alkitab lalu pergi ke sekolah.” Namun Sang Anak membantahnya dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Saya sudah baca Alkitab. Saya kuat untuk berangkat ke sekolah. Saat pulang sekolah ia membawa sepucuk surat. Hati kedua orang tuanya merasa kecil karena khawatir anaknya dikeluarkan dari sekolah. Ketika sang suami meminta istrinya untuk membaca isinya, dan mereka terkejut denga nisi suratnya. ”Dewan sekolah sudah rapat, ditetapkan anak perempuan kecil ini diberi bea siswa penuh. Bahkan anak ini diberi predikat yang tidak pernah bisa disangkal sebelumnya. ” Kepala sekolah mengatakan bahwa anak ini seperti malaikat di kelas,Sekolah kemudian memberikan beasiswa. . Membaca surat itu, papanya menangis karena ia punya anak seperti itu. Lusanya datang surat dari rumah sakit. Dengan gemetar Sang Ibu membuka dan membaca surat dari rumah sakit. Isinya,”Kami para dokter telah sepakat untuk mengambil keputusan untuk mengoperasi anak Bapak-Ibu tanpa biaya asal diberi persetujuan” Mereka tidak mengeluarkan uang dan anak itu dioperasi tanpa membayar. Yang punya rumah itu sedang naik haji, dan saat itu yang terkena kasus Tragedi Terowongan Mina yang roboh pada tanggal 24 September 2015 di mana banyak Jemaah haji banyak yang meninggal, dan tidak pernah kembali. Sang Pemilik Rumah ikut terkubur dalam terowongan Mina. Sehingga tidak ada yang menagih-nagih lagi kepada keluarga ini. Mereka sekeluarga bisa menempati rumah itu sampai 7 tahun berikutnya karena tidak pernah diminta oleh pemiliknya dan pemiliknya tidak pernah kembali ke Indonesia.
              Kesaksian ini menarik karena firman Tuhan keluarga ini boleh diselamatkan. Seperti Daud berkata, “Sekiranya aku memperoleh kasih karunia daripada Tuhan” Maksudnya  kalau Tuhan sayang kepada saya, maka saya akan mendapatkan kembali tabut perjanjian itu. Ia akan memperoleh kembali tabut perjanjian itu dengan tempatnya. Daud percaya bahwa suatu kali ia akan kembali ke Yerusalem. Firman Tuhan yang dipercaya akan selalu menimbulkan iman dalam hidup kita. Dalam kitab Roma Paulus berkata, “Siapa yang mau mendengar firman Tuhan ia memiliki iman, karena iman timbul dari pendengaran akan Firman Yesus. Ini menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting ketika kita mendapatkan  kebenaran ini, bahwa bagi Daud, soal hubungan dengan Tuhan bukanlah pilihan tetapi adalah kehidupan.  Maka mati-hidupnya adalah firman Tuhan. Sayang nya gereja-gereja khususnya di Eropa (negara-negara kuat Kristennya) meninggalkan Alkitab yang seharusnya menjadi kekuatan dalam kehidupan. Keluarga yang saya saksikan di atas, mereka dibangkitkan seperti kisah Ayub mereka dipulihkan berkali lipat ganda sehingga mereka dapat memiliki kembali rumah yang tadinya dijual.
              Ketika kita punya masalah, maka jalan terbaik bagi kita untuk mengatasinya adalah Firman Tuhan yang bukanlah berupa kata atau teks mati semata. Tetapi sebenarnya apa yang ditunjukkan oleh Tuhan dan kita percaya. Itulah yang kemudian kita baca di mana Daud dengan imannya berkata,”Saya memperoleh kasih karunia dari Tuhan. Kalau Tuhan mau saya kembali ke Yerusalem maka saya akan kembali ke Yerusalem. Dan akan menemukan kembali hidup bersama dengan tabut perjanjian dan tempat kediamannya.” Kekristenan mengajarkan sebagai orang percaya harus tetap setia terhadap firmanNya.
              Perhatikan Alkitab ini. Darimana kita memiliki kebenaran dalam kehidupan kekristenan kita, kalau kita tidak berelasi dengan Alkitab. Daud sadar sekali bahwa pada waktu zaman Daud Alkitab belum ada. Firman Tuhan direpresentasikan (digambarkan) seperti tabut perjanjian. Di mana suara Allah boleh dinyatakan dalam tabut perjanjian (tabut Allah) itu. Dalam kehidupan kita hari ini di mana kita punya Alkitab, maka kita patut membangun dan menjadi kokoh dalam keyakinan, ini bukan pilihan tapi merupakan kehidupan sebagai orang percaya. Ketika saya kemudian menyusun deklarasi iman, setiap kali kita mau membaca Alkitab di gereja maka setiap orang mengangkat tangan dengan Alkitab dan mendeklarasikan Firman Tuhan. Kami sebagi umat tebusanMu dengan iman kami percaya bahwa firman Tuhan adalah firman yang berasal dari Tuhan. Pada kalimat terakhir deklarasi ini mengatakan bahwa bahwa tanpa firman Tuhan kami tidak bisa berbuat apa-apa.

Tanpa Firman Tuhan Kita akan Salah Mengerti dengan Apa yang Dikatakan Tuhan.

Yang kedua, kalau firman Tuhan tidak ada , maka yang terjadi adalah seperti Sang Organis yang selalu salah mengerti saat diminta mengiringi lagu FimanMu Pelita bagi Kakiku dengan irama Waltz. Tuhan bicara banyak hal kepada kita. Tetapi karena kita tidak bergaul erat dengan Tuhan (tidak tahu Firman Tuhan), maka kita salah mengerti apa yang Tuhan katakana dalam kehidupan sehari-hari hidup kita. Ini sebenarnya merupakan tantangan kolektif berjemaat bergereja bahwa Alkitab pusat sentralitas dalam hidup bergereja. Tetapi tidak saja hari Minggu ia menjadi pusat , melainkan Alkitab harus dibaca setiap saat.
              Saya baru kembali dari Alor. Ada terminal penginjilan satu bulan di sana. Saya mengisi minggu pertama di bulan Juli. Saya sudah beberapa kali berada di Bukit Pekabaran  Injil Ayalon di pulau Alor. Hari Jumat kemarin, saya juga baru kembali dari pedalaman Kalimantan dan saya bertemu dengan banyak orang Kristen Kaharingan yang berada di Tumbal Kawe, Tumbal Tarani dan berada desa-desa Tumbal Kaman. Saya berkumpul dengan anak-anak kecil yang begitu banyak. Tetapi seorang pelayan Tuhan berkata kepada saya, “Pak Pendeta Ronny, semua anak yang berkumpul sejumlah hampir 100 orang yang Kristen hanya 6-7 orang.” Saya bertanya,”Mereka agamanya apa?” Dijawab,”Mereka agamanya Kaharingan, kepercayaan suku Dayak terhadap hal-hal yang selalu mereka (orang tua) lakukan. Ada orang-orang Dayak, ada waktu tertentu kepala rumah tangga mengoleskan minyak di kepalanya. Kepalanya berjalan dengan isi perutnya (dikenal sebagai uyeng). Saya bertanya ke beberapa orang suku Dayak Kaharingan, di mana sebagian sudah menjadi orang Kristen. Mereka mengatakan bahwa  sebenarnya ilmu-ilmu mistik itu adalah hal-hal yang keliru dan mereka tahu itu keliru tetapi mereka membutuhkan kehidupan yang lebih baik. Saya kemudian berkata, “Untuk membangun kehidupan yang lebih baik tidak ada yang lain tetapi adalah Firman Tuhan. Tapi firman Tuhan yang saya maksudkan bukanlah teks. Melainkan bagaimana kita berelasi dengan Tuhan ketika Tuhan ijinkan Daud harus berhadapan dengan anaknya. Daud menurut ketika harus meninggalkan dahulu Yerusalem. Seluruh rakyat menangis sedemikian rupa , tetapi Daud berpegang pada firman Tuhan. Sehingga tema hari ini yang kita pegang dan bangun bersama merupakan hal yang penting. Bagaimana Firman Tuhan berlaku dalam hidup kita. Pada ayat 26 dengan jelas tertulis Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya."
Daud sadar atas kedaulatan Tuhan. Seringkali keluarga kita diuji. Kekristenan kita diuji untuk belajar memahami apa itu kedaulatan Tuhan dalam hidup kita. Ada pengusaha Bapak pengusaha elektronik yang begitu maju dan berdagang di daerah Glodok. Bapak ini kemudian menjadi orang Kristen dan dibaptis bersama istrinya. Tetapi ketika keduanya dibaptis yang terjadi Glodok dibakar. Ia pergi ke tempat makan di Hayam Wuruk. Ia bertanya,”Tuhan mengapa setelah menjadi pengikutMu dan saya percaya kepada Tuhan Yesus, seluruh usaha saya di Globok habis terbakar?” Hatinya begitu susah. Ia kemudian bertanya kepada pendetanya,”Saya baru percaya Yesus dan belum sebulan dibaptis, dan sekarang usaha saya di Glodok terbakar semua” Tentu saja pendeta tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan terhadap situasi seperti itu dan ia tidak bisa berkata kepada mereka,”Sabar ya” sementara seluruh usahanya habis. Tetapi Pendeta berkata, “Bapak dan Ibu mari memahami apa yang sedang Tuhan ijinkan terjadi. Kita tidak tahu apa yang Tuhan mau lakukan tetapi dalam situasi seperti ini, bersandarlah terus kepada Tuhan!” Suami-istri ini berhasil melalui hari-hari yang terberat. Istrinya tidak mau melihat Glodok yang telah terbakar. Lalu datang seseorang dari Hong Kong  yang kemudian mengajak Bapak itu untuk membangun bisnis bersama. Hanya dalam waktu 4 bulan, maka semua yang hilang diganti Tuhan dengan yang baru. Ini semua belajar tentang kedaulatan Tuhan.
              Sore ini saya akan pergi ke salah satu rumah sakit di Jakarta di mana ada satu Bapak baru percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi Sang Bapak sudah berada di ICU hampir selama 2 bulan. Setiap hari pihak rumah sakit meminta uang Rp 25 juta. Mereka sudah jual ini-itu. Tetapi yang menarik, saya diundang keluarga ini sore ini untuk datang beribadah bersama. Sekalipun mengalami kesulitan, kita tahu Tuhan Yesus tidak membiarkan papa. Dan kita semua yakin papa suatu kali akan keluar dari ICU dan disembuhkan oleh Tuhan.” Dari mana keluarga ini mereka punya kepercayaan seperti itu? Saya percaya karena mereka bergantung pada kedaulatan Allah. Kalau Tuhan sungguh-sungguh “sayang” kepada mereka , maka di sana selalu ada harapan.
              Tahun 2016, berat badan saya naik 20 kg. Ketika berada di tempat Billy Graham di Amerika , selama 10 hari masih ada salju . Saya tidak ingin makan 10 hari . Waktu mau pulang teman saya berkata, pipi saya kempot. Lalu balik ke Jakarta Feb 2016, saya jatuh di depan rumah. Teman yang menjemput saya di bandara tidak tahu saya sudah terkapar di jalan. Hari ini hari Sabtu. Hari Minggu nya saya berkhotbah dengan situasi yang tidak karuan (tidak makan selama 10 hari) . Saya lebih suka hanya minum air es dengan es batu. Saya merasa ada yang salah dengan tubuh saya saat berkhotbah. Lalu hari Senin saya ke rumah sakit dan akhirnya berkali-kali pergi ke rumah sakit. Saya divonis terkena kanker stadium 4. Yang terjadi adalah di leher saya ada kelenjar getah bening yang membengkak, di batang otak ada 2, di paru-paru ada 1, di oseopagus ada 1 yang benar, di anak ginjal  adrenal juga terkena kanker stadium 4. Rumah Sakit Siloam Semanggi, dr. Mulawarman mengatakan kepada saya, “Kami belum pernah melihat penyakit kanker merata dalam tubuh. Biasanya satu saja nanti menyebar.” Tetapi saya muncul sekaligus di beberapa tempat di tubuh. Saya dibawa ke Singapore, tidak sampai 3 bulan saya kehilangan berat sebanyak 30  kg. Dari pk 6 pagi sampai pk 9 pagi setiap hari dari Februari sampai April, saya muntah darah dan keluarnya tidak turun ke keranjang sampah yang ditaruh istri setiap hari tetapi ia terbang sampai ke lemari dan sakit sekali. 7 kali saya dibawa ke UGD dalam keadaan tidak sadar. Dokter Singapore berkata bahwa saya harus dikemo 52 kali karena terlalu banyak kankernya. Saya ditanya oleh dokter di Jakarta dan Singapore apakah keluarga ada yang punya riwayat sakit kanker. Saya menjawab 1 adik perempuan meninggal karena kanker, baru-baru 1 adik saya kehilangan payudara karena kanker, kakak mama saya meninggal karena kanker dan 1 sepupu saya meninggal kanker. Hingga ada dokter di Jakarta berkata bahwa keluarga bapak adalah keluarga kanker.
              Ketika 6 orang dokter tanpa berkonsulitasi satu dengan lain berkata, “Umur saya kalau sekarang Feb 2016 maka umur saya tidak sampai Juni 2016”. Saya tidak menolak semua itu. Saya lebih banyak tinggal di rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Saya minta agar sampai kapan pun saya tidak mau dikemo, sekalipun harus selesai biarlah. Pada bulan Juni 2016 ada beberapa teman dokter dari Gereja Kristus yang pernah dengar khotbah saya, dr. Titos Ahimsa membuat team. Ia berkata,”Pastor Ron, tidak ada orang sakit kanker seperti Pastor yang tumbuh sedemikian rupa di seluruh tubuh.” Ada yang mengatakan saya disantet dan penuh dosa dan macam-cama. Seringkali dalam 3 bulan itu, saya tidak sadarkan diri dan terkadang sasya tidak mengenal orang. Tetapi menjelang masuk bulan Juli 2016, saya minta tolong istri untuk membawakan gitar ke Rumah Sakit. Istri berkata, “Kamu, tidak mungkin bisa main gitar.” Tangan saya sudah tidak berdaya  karena banyak jarum infus yang meluluhlantakan tangan saya hingga tinggal tulang. Sudah  harus dibolongi  di leher tapi saya tidak mau dibolongi. Lebih baik saya dipanggil Tuhan tetapi utuh seperti ini. Saya tidak bisa ke kamar mandi karena tidak pernah makan. Berbulan-bulan saya di rumah sakit Jakarta, saya terkenal sebagai pasien yang tidak pernah makan. Jadi kalau teman-teman saya mau membesuk saya jadi mudah, tinggal bertanya ke perawat / petugas di sana “Di mana tempat pendeta yang tidak suka makan?” dan akan ditunjukkan. 99,99% saya harus mati. Tetapi 1 minggu sebelum masuk bulan Juli, vonis 6 dokter berkata bahwa saya tidak mungkin hidup. Saya minta dibawakan gitar. Istri saya berkata, “Kamu tidak mungkin bisa bernyanyi.” Memang saya tidak bisa bernyanyi bahkan memegang gitar pun yang tadinya ringan menjadi sulit. Usia gitarnya lebih tua dari usia pernikahan kami. Tetapi saya tetap dibawakan gitar. Saat semua sedang tidur malam, saya jarang bisa tidur dan tidak pernah minta obat untuk tidur. Lalu saya ambil gitar yang terasa berat sekali gitar itu karena saya tidak ada tenaga. Lalu saya menyanyikan lagu “Kupercaya Mujizat” (I Believe in Miracles oleh Carlton C. Buck, John W. Peterson) bait yang kedua. Bunga bakung yang berkembang Dipadang yang gersang. Kupercaya mujizat. S’bab percaya Yesus.  Dan kadang saya menangis kala menyanyikan lagu itu. Saya ketua umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) dan sudah siapkan ganti (baru selesai tugas 2019). Saya sudah panggil keluarga untuk minta bisa dikubur di mana saja. Itu saja. Mau kubur di mana saya tidak soal. Saya sudah serahkan jabatan gembala sidang kepada siapa saja. Namun saat saya menyanyi lagu tersebut saya punya pengharapan. Saya percaya dengan kedaulatan Tuhan. Kalau Tuhan mau ambil saya silahkan. Adik-adik saya orang beriman. Adik saya Inneke berkata, “Ron, mengapa saya harus pergi dengan cara seperti ini?” Terakhir dia sulit bicara karena kanker getah beningnya sudah menguasai seluruh jaringan suara. Saya berkata, “Sampai akhir hidup ini, jangan kita bergeser dari kepercayaan kita dan iman kita.” Adik saya tidak sembuh dan  dia meninggal di Belford, AS. Saya pun juga sama seperti itu. Kalau Tuhan mau ambil saya, silahkan Tuhan ambil saya. Tapi ketika saya bernyanyi, “Kupercaya mujizat.” Saya merenungkan kalimat  itu lalu kalau saya sembuh apa yang akan saya lakukan. Saya seorang pendeta dan saya berkata,”Kalau Tuhan memang sembuhkan saya dalam sayangnya, kalau tidak saya tetap setia dan kalaupun Tuhan sembuhkan saya, maka saya mau pergi ke tempat orang yang orang lain tidak mau pergi.” Bulan Juli saya bicara dengan dr. Sie di Sangpore,”Dok, saya sembuh.” Dia tidak percaya. Saya di CT-scan, PET-Scan, endoskopi, biopsi  dan hasilnya dibawa ke patologi anatomi UI. Hasilnya dibawa ke dr Asisa yang terbaik di Indonesia untuk membaca hasil-hasil lab dan hasil-hasil dari rumah sakit-rumah sakit. Dr. Asisa mengatakan bahwa  pasien ini tidak ditemukan sama sekali adanya kanker. Hilang semua. Sehingga saya bisa pergi pelayanan ke mana-mana.
              Daud pada akhirnya kembali ke Yerusalem. Di atas kertas, tidak pernah akan mungkin. Karena pasukan dan rakyat menyertai Absalom dijanjikan banyak hal. Daud tidak pernah menjanjikannya. Pada ayat 26 Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya." Ketika aku berkenan kepadamu, Daud tetap menerimanya. Kalau Tuhan berkenan, makai a akan kembali lagi ke Yerusalem. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil tetapi bagi orang percaya juga tidak ada yang mustahil. Perpaduan antara kita sungguh-sungguh percaya kepada firman Tuhan dan kedaulatanNya dalam hidup kita bukan meruapakan 2 bagian terpisah tetapi menjadi 1. Percaya kepada Tuhan Yesus tidak selalu berjalan dalam jalan mulus. Tetapi selalu ada kebaikan-kebaikan  yang tidak bisa kita ceritakan. Ketika dr Sie dari Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapore bertanya,”Bagaimana mungkin Pdt. Ronny bisa sembuh? Karena di kertas yang dia tulis kepada saya : minimal 52 kali harus dikemoterapi di Singapore. Saya tidak punya uang. Sekali saya datang ke Singapore saya tidak bisa sendiri. Sekali datang tidak bisa datang langsung karena itu harus menginap. 2 malam x 52 kali.  Saya tidak punya uang. Tetapi Tuhan Yesus memberi jalan yang luar biasa. Iman kita dibangkitkan karena kita percaya.
              Markus 7:37 tertulis Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." Ini menjadi kekuatan bagi saya. Apapun masalah saya, tiap pagi saya muntah darah. 3 jam sebanyak 15 kali. Tidak pernah kurang atau lebih dari 15 kali. Sehingga anak perempuan saya (Kezia) berkata, “Pi sudah 7 kali muntah, masih 8 kali lagi.” Saya tidak berdaya. Kalau bangun tidur, saya tidak berdaya. Kalau diberi jus, saya muntahkan kembali. Saya bertanya kepada Tuhan, mengapa harus 15 kali? Di dalam kedaulatanNya, Allah bisa mengubah segala sesuatu. Allah bisa mengubah orang yang begitu sombong di hadapannya menjadi rendah hati. Dan Allah bisa mengubah orang yang rendah hati ditinggikanNya. Jadi itu yang terjadi pada Daud, pada akhirnya Absalom mati. Daud memang berduka cita mendengar anaknya mati.   Hingga Yoab berkata,”Raja, kami berjalan pulang tidak ada sorak sorai di Yerusalem.” Daud berkata, Tuhan selalu bekerja dengan cara yang tidak kita pahami”. Setelah lewat masa dukacita, baru Daud tampil  di hadapan rakyatnya dan mereka bersuka cita secara luar biasa.

Penutup

Pelajaran yang penting hari ini :

1.     Betapa pentingnya firman Tuhan dalam hidup kita. Tanpa firman Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Gereja , keluarga dan pribadi harus kokoh dalam firman. Dalam Yohanes 15:7 Yesus berkata,”AKu akan memberikan apa saja yang kamu minta” tapi jangan lupa ada kriterianya “Tinggallah di dalam Akudan firmanKu di dalam kamu maka mintalah apa saja.” Maka kita tidak punya pilihan bahwa Alkitab adalah sukacita cita kita , dengan Alkitab kita merayakan hidup kita.
2.     Mempraktekkan firman Tuhan dalam kehidupan. Seringkali kita menghadapi kesulitan. Saat mau menjadi baik toko terbakar. Mau menjadi baik papa masuk ICU. Tetapi bukankah ini ujian untuk kita. Di mana Yesus berkata,”Kalau mau ikut Aku, iring Aku pikul salib.” Setiap malam saya bernyanyi dengan istri, “Hendaklah kau iring Yesus. Pikul salib, jangan takut dan gelisah.” Pada waktu saya susah dan mengalami masalah sama seperti Daud yang kemudian menulisnya dalam Mazmur 121, aku melayangkan pandanganku ke gunung-gungung dari mana kah akan datangnya pertolongan? Pertolonganku datangnya dari Tuhan yang  menciptakan langit dan bumi.
3.     Kedaulatan Allah selalu mendatangkan hal yang baik buat kita. Allah tidak pernah merancangkan hal kejahatan dan kecelakaan. Saat menghadapi kesulitan seperti kasus Raja Daud sedang sulit dan air bertumpahan, Tuhan berjanji suatu kali Daud akan kembali ke Yerusalem.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Mari jangan goyah, bangun hidup kita dengan iman melalui firmanNya. Dan kita percaya atas kedaulatanNya bahwa kedaulatanNya selalu mendatangkan hal baik dalam hidup kita.


No comments:

Post a Comment