Thursday, July 12, 2018

Melakukan Firman-Nya Mengakui KedaulatanNya





Ev. Susan Kwok

Keluaran 14:1-2, 11-14
1   Berfirmanlah TUHAN kepada Musa, demikian:
2  "Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon berkemahlah kamu, di tepi laut.
11  dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?
12  Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini."
13  Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.
14  TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."

Pendahuluan

              Dengan melakukan firman Tuhan, itu menjadi tanda bahwa kita mengakui kedaulatan Tuhan. Dengan kata lain kita mengakui kedaulatan Tuhan ketika kita melakukan firman Tuhan. Ketika firman Tuhan disampaikan kepada kita, baik kita mendengarnya atau tidak, mempercayainya atau tidak, mau melakukannya atau tidak maka hal itu akan berdampak pada sikap kita apakah kita akan mengakui kedaulatan Dia atas diri kita atau tidak. Kalau kita mengakui kedaulatan Dia atas hidup kita, maka sebaliknya kita juga akan melakukan, mentaati dan mendengarkan firman Tuhan.

Belajar Firman Allah Berbeda dengan Belajar dari Allah.

Banyak orang belajar firman Allah tetapi ada orang yang berlajar dari Allah. Ini adalah dua hal yang tidak sama. Keduanya penting tapi tidak sama. Ketika belajar tentang Allah, maka Allah itu menjadi objek  (materi, bahan) yang ingin kita selidiki dan ketahui. Di sini kita mencari tahu siapa Allah, bagaimana Dia dsbnya. Belajar tentang Allah bisa tidak mempunyai akibat apa-apa dalam hidup kita, karena Allah itu menjadi hanya sebagai sumber atau objek penggalian, perdebatan dan pengetahuan. Itu sebabnya seorang Kristen yang hanya datang ke gereja atau dalam hidupnya sehari-hari hanya belajar tentang Allah, seringkali tidak bisa mengaitkan, mengintegrasikan, ,menghubungkan antara apa yang Allah katakan (apa yang diketahui tentang Allah) dengan kejadian sehari-hari yang dialami (baik dalam segala hal yang pahit maupun yang enak dalam hidupnya). Dia tidak bisa mengaitkan firman Allah dengan hobi , talenta bahkan  pelayanannya. Karena baginya, Allah hanya menjadi bahan yang dipelajari (tidak ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari). Ini berbahaya. Itu sebabnya ketika tidak berkaitan terus-menerus dengan Allah dalam suatu hubungan yang hidup maka dosa yang selalu mengintai seperti harimau yang buas itu akan segera menyergapnya ketika ia lemah. Allah itu seperti sesuatu yang jauh (tidak ada hubungan dengan hidupnya).
              Akhir-akhir ini ada berita yang memalukan korps hamba Tuhan, gereja dan denominasi gereja. Seorang pendeta yang sudah berusia setengah baya dulu pernah mengambil dan memelihara seorang anak perempuan. Anak itu kemudian menjadi besar dan pergi kuliah. Ternyata apa yang terjadi? Sang pendeta melakukan hubungan percintaan dengan anaknya tersebut! Ketika anaknya ini ternyata punya hubungan lain dengan seorang pemuda di kampusnya, maka sang pendeta membunuh anaknya di kamar mandi (WC) gereja. Hal ini mengejutkan sekali ,terlebih lagi pelakunya menyandang jabatan pendeta. Sulit membayangkan hati jemaatnya ketika mengetahui kejadian tersebut. Ada juga sepasang mahasiswa-mahasiswi teologi (belajar tentang Alkitab dan Allah) berpacaran. Namun kemudia terjadi pertikaian sehingga yang cowo membunuh yang cewe.

Allah sebagai Pribadi yang Mendidik

Ketika seseorang yang percaya kepada Kristus (baik dia pendeta, calon rohaniawan, siswa sekolah teologi atau umat biasa yang belajar Alkitab) maka saat belajar firman Allah, seharusnya ia tidak berhenti hanya belajar tentang Allah. Namun ia harus masuk lebih jauh yaitu belajar dari Allah. Belajar dari Allah berarti kita melihat Allah sebagai pribadi yang mengajar dan mendidik kita. Kalau belajar dari Allah maka Allah secara langsung bersentuhan dengan hidupnya. Kata-kataNya mau didengar dan dicermatinya dan selalu punya relasi dengan Dia. Sehingga dalam hidup yang penuh kekacauan dan dosa ini , maka ketika mulai  dilingkupi dengan hal-hal yang menyesakkan hidup (kejadian sulit atau kebencian) atau sebaliknya sesuatu yang menyenangkan, maka ia bisa mengaitkannya dengan Allah. Dengan mengaitkannya dengan Allah , dalam keadaan sukacita  maka ia bisa bersyukur (berkat Allah luar biasa). Ketika sedang senang atau sedih maka ia bisa mengaitkannya dengan Allah (Allah ingin kita belajar apa).

Belajar dari Allah Melahirkan Sikap Hormat kepada Allah

              Belajar tentang Allah dan belajar dari Allah akan melahirkan sikap yang berbeda baik saat kita beribadah, menjalani kehidupan kita, bekerja di perusahaan atau saat mengelola keluarga kita. Sikap kita berbeda bila kita hanya mengenal Allah dengan sikap kalau kita belajar dari Allah. Itu sebabnya kalau kita belajar dari Allah maka kita akan tahu bahwa Dia adalah pribadi  yang berkuasa, mengasihi, adil , tidak terduga cara kerjaNya, tidak terselami hati dan tujuanNya, tidak bisa dikekang oleh waktu dan tuntutan kita. Walau kita berdoa 10 kali sehari, kalau Dia belum berkata iya, Dia tidak akan berkata iya. Ia tidak bisa dituntut dan disetir oleh kita. Dia bebas melakukan tindakanNya seorang diri dan kita tidak bisa berbuat apa-apa karena kita hanyalah manusia fana yang terbatas karena ciptaanNya. Ini akan melahirkan sikap di satu sisi perasaan yang tidak berdaya (merasa kecil-hina-berdosa-fana) tetapi di sisi lain akan melahirkan ketergantungan yang mutlak kepada dia yang berkuasa. Saya tidak berkuasa, berdaya, tidak punya jalan keluar tetapi Dia berkuasa, berdaya dan bisa memberi jalan keluar. Akhirnya ini akan melahirkan sikap hormat kita yang  luar biasa kepada Allah. Kalau kita belajar dari Allah akan melahirkan sikap hormat kepada Allah dengan luar biasa.

Allah Menuntun UmatNya

              Kita mau belajar bagaimana Allah mengajar orang Israel untuk melihat siapa Allah yang menuntun mereka keluar dari tanah Mesir. Allah tidak mau Israel cupat, picik, kerdil hanya tahu Allah dari satu sisi. Allah ingin Israel belajar berbagai segi dari Allah yang luar biasa, Allah yang berdaulat yang bisa membawa keluar dari Mesir, baik, perkasa namun Dia juga mau mengajar sisi lainNya dalam paragraph Kitab Keluaran yang dibaca.
              Dalam Keluaran 13:17-22, LAI mengatakan “Allah menuntun umatNya”. Saya membayangkan bangsa Israel enak sekali karena tidak banyak pergumulan, pertanyaan dan penafsiran, karena Allah secara langsung  dan jelas menuntun mereka. Kalau tiang awan di siang hari berhenti atau tiang api di malam hari berhenti, maka orang Israel berhenti. Demikian pula sebaliknya. Itu tinggal lihat saja dengan mata. Mau jalan dan berhenti begitu jelas dalam pernyataan, jawaban dan tuntunanNya. Sepertinya tidak susah jadi orang percaya. Hal ini terkadang membuat kita iri dan ingin juga mengalaminya. Dengan demikian kalau kita berada di persimpangan jalan (pilih A atau B) maka Dia langsung menjawab pilihannya. Atau saat bingung memilih destinasi (saya mau liburan ke Tegal atau ke Bali?) bila Tuhan menjawab langsung ke Bali maka kita tinggal ke Bali tanpa perlu berpikir.
              Ada orang Kristen tertentu yang diajar, “Kamu berdoa, tutup mata lalu buka Alkitab secara sembarangan, tunjuk jarimu mau yang mana maka itulah jawabanNya.” Ternyata banyak yang melakukan hal itu. Hal ini bodoh. Bagaimana kalau giliran kita menunjuk ke Yudas yang keluar menggantung diri bagaimana? Maka kita akan ikut gantung diri? Tapi ada orang Kristen yang mau seperti itu karena mengikut Tuhan begitu saja. Yang dilakukan Allah sudah benar, menuntun Israel begitu gampang, jelas dan lugas, tanpa perdebatan. Berjalan, berhenti, berkemah mudah. Tetapi itu hanya satu sisi. Allah ingin Israel mengenal Allah di sisi lain. Supaya mereka mengenal Allah yang komplit dan seimbang sehingga akan membuat mereka semakin taat, tahu diri, tahu berjalan dalam hidup seperti apa.
              Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, di ayat 2, “katakan kepada orang Israel untuk balik kembali.” Tempat itu sudah dilewati. Allah membawa orang Israel keluar Mesir dengan jalan memutar dan tempat ini sudah dilalui. Allah melakukan itu karena Allah tahu Israel ibarat bayi, jadi Allah kasih yang enak dulu supaya orang Israel merasa lega dan relaks dahulu. Tetapi kemudian Allah berkata, “Balik kembali berkemah di Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon.” Mereka disuruh utnuk berkemah di sana, suatu tempat yang telah dilewati tapi diminta untuk putar kembali. Ini hal yang aneh. Mengapa? Bukan hanya karena tadi mereka melewatinya, tetapi tempat itu sebenarnya merupakan suatu jalan buntu. Kalau dikejar musuh sudah susah balik lagi. Karena Baal-Zefon di Utara ada benteng Mesir yang terbuat dari batu cadas yang luar biasa besar dan tinggi. Maka saat perang Mesir berlindung di baliknya sehingga musuh susah menyerang mereka. Mereka ngeri melihat benteng Mesir karena kalau ada apa-apa apakah mereka harus balik ke sana. Sedangkan kalau orang Israel ada apa-apa mau lari ke mana? Di Selatan ada padang gurun yang luas dan terik, yang sejauh mata memandang hanya hamparan pasir sehingga  orang Israel bisa mati kalau lari ke sana. Di Barat merupakan tempat tinggal mereka saat menjadi budak di kota Raamses dan Gosyen, Tuhan sudah menyuruh mereka keluar dari sana , tidak mungkin mereka kembali ke sana lagi. Di Timur pas di hadapan mereka adalah laut Teberau yang luas, kalau ada apa-apa bagaimana? Kalau jadi umat Israel kita berpikir,  “Mengapa Tuhan suruh saya harus balik lagi?” Bukankah ini keputusan yang bodoh dan konyol kalau ada apa-apa bagaimana dan ternyata ada apa-apa.

Mau-Maunya Tuhan (Kedaulatan Tuhan)

              Di ayat 11-12 ketika menoleh ke belakang mereka melihat debu hasil kuda-kuda tentara Mesir yang berlari mengejar mereka. Mereka mendengar deru seperti deru suara perang karena prajurit yang gagah perkasa mengejar dan ingin membunuh mereka. Tuhan tahu itu yang akan terjadi. Kalau membacanya,Tuhan luar biasa unik. Siapa yang menjebak siapa? Waktu Tuhan suruh mereka balik, Tuhan berkata ke Musa,”Aku akan mengeraskan hati Firaun. Nanti Firaun akan berpikir karena Israel berkemah di Baal-Zefon berarti Israel tersesat, lalu dikejar. Pikiran Firaun memang seperti itu. Ia mengira Israel yang terjebak dan dikejar. Siapa yang mengejar siapa? Tuhan yang sedang mengintai Mesir atau Mesir yang mengelabui Israel sehingga Israel berada di sudut buntu? Tuhan yang membawa mereka ke jalan buntu. Walaupun Firaun berpikir sudah bisa mendesak Israel sampai ke jalan buntu, padahal Tuhanlah yang membawa. Pada kelas Tiranus yang lalu yang membahas tentang kedaulatan , Pak Tommy Matakupan menggunakan istilah yang cukup unit dan dikenal, “Tuhan punya mauNya sendiri kalau sudah punya mau karena Dia berdaulat melakukan apa pun yang Dia mau. Mau-mauNya Tuhan. Rencana-rencana Tuhan terkadang tidak bisa kita terima karena di otak kita Tuhan itu hanya satu sisi yang kita kenal. Tuhan itu baik, tidak mungkin mendatangkan celaka, tidak mungkin membiarkan kita di jalan buntu, itu Tuhan yang kita bangun menurut konsep kita sendiri. Tuhan ingin orang Israel belajar. Tuhan punya kehendak yang kadangkala jauh beda dengan pikiran kita. Ketika hal itu berbenturan dengan pikiran kita, apakah kita tetap percaya kepadaNya, menghormati Dia dan mengakui kedaulatan Dia atau tidak? Itu yang Tuhan ingin ajarkan. Itu sebabnya ketika orang Israel melihat itu mereka jadi takut dan panik.
              Pada ayat 11, untuk pertama kali setelah keluar dari Mesir dikatakan mereka berseru-seru bersama-sama kepada Allah oleh karena ada bahaya yang mengejar mereka. Tidak salah untuk berseru kepada Tuhan. Ketika terhimpit dan terjepit kita minta pertolongan kepada Allah, tidak salah. Masalahnya ada di mana? Orang Israel berseru-seru. Kita juga sering berseru-seru kepada Allah dengan melihat Allah itu memiliki cara pandang yang berbeda dengan cara pandang kita. Ketika takut dan berseru kepada Allah, kita melihat Allah tidak lebih seperti mesin ATM. “Tuhan ini lintah darat sudah mau datang dan mau membunuh saya tapi saya tidak punya uang, Tuhan tolong seperti mesin ATM.” Saat kita berdoa itu adalah kode agar Allah seperti mesin yang keluarkan uang. Itu yang sering kita pikirkan tentang Allah. “Tuhan, bagaimana dengan hidup saya ini? Anak saya begini dan suami saya begini-begitu, bagaimana ya Tuhan?” Melihat Allah saat berseru tidak lebih seperti bola kristal seorang peramal yang berkata, “Sabar ya anak, Setahun ini kamu susah. 2 tahun lagi kamu akan hebat, 3 tahun lagi kamu akan mendapat jodoh, 4 tahun lagi kamu akan menjadi direktur dsbnya. Itu melihat Allah seperi itu.
              Saya punya seorang kenalan yang jauh lebih tua dari gereja lain. Ketika keluarga punya masalah yang berat dan tidak tahu mau bicara apa sakit beratnya. Ia menjadi tidak sabar suatu hari ia berkata,” Saya mau cari peramal. Karena berdoa kepada Tuhan melalui pendeta-pendeta percuma. Baik pendeta dari gereja A, B,C dstnya tidak selesai masalahnya, jadi ia mau cari peramal supaya tahu jalan keluarnya. Siapa dia? Dia seorang aktifis, berkali-kali menjadi majelis ternyata hanya belajar tentang Allah, tidak belajar dari Allah. Cara dia berpikir tentang Allah dan cara kerjanya seperti yang ia mau. Banyak orang seperti ini. Ketika ada masalah baru ketahuan kita seperti apa. Tetapi masalah itu akan datang tiba-tiba, siapkah kita? Waktu masalah itu datang, kita seperti apa di hadapan Allah? Itu akan ketahuan.
              Di dalam ayat ke 11, dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Israel mulai bernostalgia mengenang masa lalu yang indah. Dulu saya di Mesir walaupun tidak ada Tuhan, hidup lancar dan sukses dsbnya namun ketika dituntun Tuhan mengapa malah seperti ini ya? Saya sering mendengar orang berbicara seperti itu. Dulu sebelum saya kenal Tuhan, sukses dan lancar namun ketika sudah mengenal Tuhan dan mau melakukan firman Tuhan mengapa malah jadi susah? Pernah berpikir tidak, “Apa dan cara bagaimana Tuhan mendidik kita dewasa, kuat dan tidak hanya bayi yang selalu diberi minum susu saja , tetapi mulai diberi makanan keras supaya gigi dan kakinya kuat dan nalarnya jalan. Tuhan ingin kita menjadi pribadi yang kuat tetapi selalu ingin mengenang masa lalu seolah-olah menyesal kita mengenal Tuhan. Kasihan juga. Terkadang saya berpikir,”Ada manusia yang merasa tidak ada untungnya mengenal Tuhan.” Kadang saya berpikir, “Tuhan jangan kasihani dia, karena dia tidak tahu diri karena merasa mengenal Tuhan tetapi tidak ada untungnya.”
              Lalu mereka berkata ke Musa, Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." Ini keadaan terjadi karena salah kamu. Saat takut dan panik orang menyalahkan orang lain. Israel menyalahkan Musa. Kalau kita menyalahkan Tuhan, pasangan kita, orang-orang di sekitar kita, pemimpin kita (perusahaan, gereja, ayah kita dll). Kalau panik dan takut bisanya menyalahkan orang lain. Ini manusia dan Israel sudah mencontohkannya untuk kita pelajari. Keluaran 14:1-2;11-12, saya beri judul ,”Ikut Allah akan bertemu jalan buntu” walau tidak semua jalan akan buntu tetapi siap-siap saja suatu kali akan bertemu jalan buntu karena  jalan buntu diberikan Allah untuk mendidik kita.
              Keluaran 14:13-14 Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.  TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." “Janganlah takut. Berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN” adalah perintah. Manusia kalau panik itu selalu suka lari dari kenyataan. Kalau tidak lari dari kenyataan, maka berkelahi satu dengan lain atau mencari kesalahan orang lain. Kalau saya takut apa yang akan saya lakukan yang bisa menjadi gambaran untuk banyak orang. Mulut tidak berhenti ngomong. Omong ke sana-sini, tentang kesusahan pribadi, omong terus  tidak ada berhenti-hentinya. Dengan harapan orang yang diajak bicara bisa melegakan, membantu, tetapi tidak lega juga dan terus omong lagi, kasih tahu ke semua orang. Pada ayat 13-14, Tuhan katakan,”Jangan takut dan jangan lari. Aku akan berperang bagimu.” Bagaimana cara Allah berperang bagi orang Israel? Allah bisa memberhentikan tiang awan, menjadi benteng antara orang Israel dan Mesir supaya orang Mesir tidak bisa mencapai mereka dan agar orang Israel tidak terus-menerus melihat bangsa Mesir yang sedang mengejar mereka (tiang awan menghalangi). Allah membuka satu jalan di Laut Teberau dan Allah mengacaukan sehingga tidak ada tentara Mesir yang selamat. Seorang ahli arkeologi dan sejarah mencari tahu dan mencatat sejak Keluaran pasal 14, ketika tentara Mesir dan Firaun mati di tengah-tengah Laut Teberau, di daerah sebelah Timur ini sampai 20 tahun lebih orang Mesir tidak berani menginjakkan kakinya ke daerah ini apalagi memperluas kerajaannya sampai ke tempat ini karena mereka trauma. Karena setiap kali mereka mengingat kisah Laut Teberau mereka mengingat kekalahan mereka yang luar biasa. Karena mereka berperang bukan melawan orang Israel tetapi melawan sesuatu atau seseorang yang tidak bisa mereka lihat wujudnya. Mereka seperti melawan suatu pribadi yang betul-betul hebat luar biasa dan tidak bisa mereka sentuh. Orang Mesir sedemikian trauma terhadap kejadian ini. Apa sikap orang Israel? Kalau musuhnya trauma sampai puluhan tahun, apakah Israel memuji Tuhan sampai puluhan tahun? Jawabannya tidak!  Itulah manusia. Itulah sebabnya Tuhan mau menghajar Israel dan menghajar kita semua. Orang yang tidak kenal Tuhan bisa trauma melihat perbuatan kita tetapi orang yang mengalami kasih Tuhan, sebulan sudah lupa akan kebaikan Tuhan seolah-olah Tuhan tidak pernah melakukan kebaikan terhadap mereka. Israel di Keluaran 15-17, pada bulan yang kedua hari yang kelima belas (2 bulan lebih sedikit) mereka bersungut-sunggut karena tidak ada air. Walau Tuhan sudah memberi manna, namun baru berjalan mereka lupa lagi dan berkata, “Tuhan, aku mau daging dan roti.” Ini manusia. Mengapa Israel dan kita hari ini Tuhan membuat kebaikan, bisakah selama 20 tahun kita tidak lupa? Kalau bisa begitu betapa banyak kebaikan Tuhan dan itu membuat kita seumur hidup tidak akan pernah bisa melupakannya

FirmanNya Membentuk dan Membuat Taat

Roma 15:4   Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Semua yang tertulis di dalam firman Tuhan dan kisah yang baru kita dengar terutama bagian itu menjadi satu hal yang Allah berikan kepada kita untuk membentuk kita agar kita bisa hidup taat kepada FirmanNya dengan demikian kita bisa mengakui Allah itu benar-benar mengakui bahwa berdaulat dalam hidup kita. Karena kita sudah biasa hidup dan berpikir dengan kekuatan dan pikiran sendiri , berjalan dengan cara kita sendiri. Israel selama ratusan tahun biasa membaca tulisan Mesir, sudah biasa dididik dalam didikan Mesir, biasa melihat Baal Mesir, biasa dipimpin oleh orang-orang Mesir yang tidak mengenal Tuhan. Pikirannya sudah terkontaminasi. Allah perlu membawa mereka keluar , masuk bertemu jalan buntu di Baal Zefon sehingga mereka dibentuk oleh Tuhan. Bagaimana dengan kita? Semakian kita karatan dalam kebiasaan-kebiasaan buruk kita, maka semakin kita perlu jalan buntu-jalan buntu untuk bisa mengikis kita. Kebiasaan-kebiasaan, cara pikir yang membuat kita sulit mengakui kedaulatan Allah, sulit mentaati firman Allah, perlu dikikis. Karena kalau tidak, hal itu bisa membawa kita pada jurung maut. Kristus yang sudah memerdekakan kita dari status kita, Dia juga ingin kita merdeka di dalam segala pemikiran dosa yang pernah mengungkung kita. Tidak cukup percaya Yesus yang merupakan awal, tapi selanjutnya perlu bertumbuh dalam pemikiran kita yang kudus, sikap terhadap firman dan Tuhan, kita harus benar-benar menjadi orang-orang merdeka.
              Saat libur pergi ke suatu gereja di Malang. Ada hal yang membuat saya kesal. Saya merasa senang saat mendengar firman Tuhan. Tapi sejak awal masuk ibadah, perempuan -perempuan di sebelah saya ngobrol terus. Itu membuat saya terganggu. Apa yang digosipkan? Apa sudah tidak bertemu selama 30 tahun? Apa tidak ada waktu sebentar lagi selesai ibadah baru bicara? Ini bicara terus sejak liturgis masuk dan membawa puji-pujian kepada Tuhan. Ketiga  perempuan tersebut membuka handphone , ternyata mereka melihat galeri foto. Lalu mereka membicarakan tentang foto-foto tersebut. Saya gregetan dan kesal. Mereka melihat saya tapi saya diamkan saja. Saya berkata ke mu-shi, “Saya kesal.” Mu-shi meminta saya mendiamkannya saja. Sampai tiba waktu khotbah juga begitu. Kalau dari lagu pujian sampai khotbah mereka begitu,lau apa yang didengar mereka? Saya tidak menghakimi orang, tetapi kebiasaan jelek ini bisa membuat celaka. Akhirnya karena kesal, saya ‘balas dendam’. Waktu diminta berdiri dan salam-salaman satu dengan lain, saya berdiri namun saya tidak mau salaman dengan mereka. , saya pergi keluar dan salaman dengan orang lain. Sebelum bicara belum selesai masalahnya,tapi tidak bertemu mereka lagi.
              Kemarin saya menonton Jurassic Park. Dari lampu belum dimatikan, lampu dimatikan sampai berakhir filmnya, di pojok ada 8 orang anak remaja  (sekitar 12-15 tahun) mereka bicara seperti belalang, Belum lagi sinar HP nya. Mereka lihat ke sana -sini. Saya merasa kesal dan semua orang sudah meminta mereka diam. Tapi tetap tidak diam. Saya tidak tahu mereka tahu tidak ceritanya. Mereka mau bayar Rp 45.000 untuk ke gedung bioskop dan main handphone. Saat saya antri di WC mereka juga ada dan mereka tidak bisa diam. Saya diamkan saja. Tetapi di gedung bioskop apalagi di gereja? Saya tidak bayangkan kalau suatu kali mereka menjadi hamba Tuhan tetapi tidak bisa melepas gadget mereka. Kebiasaan yang dibangun perlu tempat Baal-Zefon untuk membuat kita bertemu jalan buntu dan hanya Allah yang bisa menyelesaikan.
              Kita diajar tentang waktu Allah karena Allah berdaulat atas waktu. Waktu Allah adalah kedaulatan Allah. Laut Teberau solusi (jalan keluar) diblok oleh Allah berdasarkan waktuNya. Laut Teberau terbuka dan tertutup hanya pada saat Allah berfirman, Tidak sebelum Allah berfirman. Hanya saat Allah berfirman. Waktu-waktu dalam hidup kita, tidak mungkin Allah tidak tahu. Bisakah kita mempercayakan diri kita seutuhnya kepada Allah sang pemegang waktu karena Dia berdaulat atas waktu?


No comments:

Post a Comment