Sunday, August 5, 2018

Yesus Kristus : Juruslamatmu





Pdt. Leonard Sidharta, Ph.D

1 Korintus 1:21-25
21  Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
22  Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
23  tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
24  tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
25  Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.

Pendahuluan

              Tema hari ini “Yesus Kristus : Juruselamatmu”, apa arti / maknanya dalam konteks budaya orang Timur (Tionghoa) yang sangat mementingkan gengsi (kemuliaan / muka)? Hal ini bisa dipahami dari kitab Korintus (sejak zaman Rasul Paulus). Rasul Paulus memberitahukan kepada kita bahwa Allah tidak memandang muka. Saat kita mencoba mengerti Yesus sebagai Juruselamat, kita berusaha memahami makna dari Injil (berita Injil). Namun berita Injil sulit dimengerti karena memberitakan Allah yang menjadi manusia. Banyak orang sekarang yang bingung apakah Tuhan ada dan malah ini Ia menjadi manusia dan mati di kayu salib. Sehingga ini lebih sulit lagi. Karena belum sempat mengerti bagaimana Allah menjadi manusia, sekarang kita diminta untuk percaya bahwa Ia mati di kayu salib . Kesulitan ini bukan untuk zaman sekarang saja, tetapi juga di zaman Rasul Paulus sudah sulit sekali dimengerti. Orang Yahudi  mendambakan Tuhan yang gagah perkasa dan luar biasa yang mengutus seorang pembebas untuk membebaskan mereka dari orang Romawi. Mereka sekarang harus percaya kepada seorang Mesias disalibkan dan mati di kayu salib, sehingga ini menjadi batu sandungan. Orang Yunani percaya akan filsafat mereka sangat pandai. Mereka ingin Tuhan yang sesuai akal budi mereka dan sekarang mereka harus percaya kepada Allah yang menjelma jadi manusia dan dipakukan di atas kayu salib. Bagi mereka ini merupakan suatu kebodohan. Orang Yahudi mewakili golongan orang yang beragama. Sebagai orang beragama mereka tidak bisa menerima Tuhan yang menjadi manusia dan disalibkan. Orang Yunani (orang bukan Yahudi) mewakili orang-orang intelektual / cerdik-cendekia. Mereka tidak bisa menerima Allah yang menjelma menjadi manusia lalu disalibkan. Bagi mereka hal seperti ini merupakan suatu kebodohan. Tetapi sebenarnya Allah yang menjadi manusia dan disalibkan bukan suatu berita yang tidak masuk akal. Tetapi suatu berita yang tidak sesuai dengan manusia karena manusia punya konsep dan standar sendiri. Jadi kalau Tuhan ada, maka Tuhan harus sesuai dengan standar, pandangan saya dan pandangan saya harus sesuai dengan gengsi saya.
Jadi pandangan terhadap Tuhan adalah pandangan bagaimana Tuhan bisa dipakai untuk menyombongkan diri sendiri. Ini sifat manusia. Orang Israel tidak bisa menerima Tuhan yang dipaku di kayu salib karena tidak bisa dipakai untuk membanggakan diri mereka sebagai bangsa pilihan. Demikian juga dengan orang Yunani yang tidak bisa menerima Yesus yang dipaku di atas kayu salib karena tidak bisa dipakai untuk membuat mereka berbangga. Uniknya, manusia hanya bisa menerima Tuhan yang bisa membuat dirinya bangga. Manusia hanya bisa menerima Tuhan yang bisa membuat dirinya kaya raya karena saya ingin dikenal sebagai orang yang pintar mencari uang. Manusia mau menerima Tuhan yang bisa membuat diri saya cantik karena saya ingin orang lain mengagumi kecantikan saya. Ini sifat dan kebutuhan manusia : manusia berusaha menyombongkan diri. Hewan cukup asal ada makanan, minuman  dan tempat tinggal sudah cukup. Tetapi manusia (memakai istilah dalam Alkitab) bukan saja hidup dari roti dan makanan, tetapi manusia hidup dari membanggakan dan menyombongkan diri. Kalau tidak membanggakan diri, ia tidak bisa kuat hidup. Karena harga diri manusia tergantung orang melihat dia siapa. Kalau orang tidak memandang tinggi dia maka ia tidak punya alasan hidup di dunia ini. Maka orang tidak bisa menerima kalau dirinya tidak dipandang orang lain. Dalam idiom bahasa Tionghoa dipakai istilah “mata hitam”. Kalau diberi mata hitam berarti orang lain memandang / melihat kita. Kalau tidak dipandang orang lain istilahnya diberi “mata putih”. Kita tidak suka diberi mata putih, karena artinya dihina dan tidak dipandang orang lain. Dunia penuh dengan persaingan yang kejam dan kita ingin diakui orang lain. Masalahnya bukan karena saya ingin kaya karena kalau setiap orang sama kayanya tidak menarik tetapi saya ingin lebih kaya dari orang lain. Masalahnya bukan karena saya ingin cantik / tampan karena kalau semua orang sama tampan / cantiknya maka jadi tidak menarik. Masalahnya saya ingin bersyukur kepada Tuhan walau tidak secantik orang lain , tetapi saya bersyukur kepada Tuhan karena ada orang yang mukanya sejelek itu sehingga saya bisa berbangga. Masalahnya bukan karena saya mau pandai, karena kalau semua orang pandai maka apa untungnya? Masalahnya adalah saya ingin berdoa kepada Tuhan, di dalam hikmat Tuhan yang luar biasa itu, meskipun saya tidak sepandai orang lain, Tuhan menciptakan orang-orang yang IQ  nya serendah itu sehingga saya masih bisa merasa aman.

Allah yang Palsu adalah Muka yang Menyebabkan Kita Menipu Diri Sendiri dan Orang Lain.

Saya ingin membanggakan diri kita sendiri. Alkitab mengatakan saat kita membanggakan diri kita sendiri, sebetulnya kita ingin menyembah diri kita. Membanggakan diri berarti  kita ingin memberhalakan diri yaitu menjadikan diri kita sebagai Tuhan. Ini dosa manusia. Dosa manusia yaitu ingin memberhalakan dirinya. Tetapi manusia sadar , dirinya tidak sangat hebat. Manusia sadar manusia punya kelemahan, hal-hal yang gelap dan kelemahan. Untuk membanggakan dirinya, manusia perlu menutupi kelemahannya. Yang digunakan untuk menutupi adalah topengnya. Ia perlu memainkan peran, dan perlu membawa topeng utnuk memperlihatkan sisi baik dan menutupi sisi buruk. Ada pepatah Tionghoa : Orang mau muka tetapi tidak mau wajah . Artinya apa? Wajah menunjukkan keadaan kita yang sebenarnya, muka adalah topeng kita. Maksudnya orang hanya mau topeng tapi tidak mau peduli dengan keadaan dia sebenarnya. Kalau orang tidak punya uang, maka untuk mengadakan pesta perkawinan ia akan meminjam dulu uangnya karena yang penting pesta perkawinannya  luar biasa. Yang penting orang lihat kita bagaimana. Saat jadi mahasiswa apakah dirinya sudah menyerap ilmu, tidak penting. Apakah saat ujian kita  mencontek tidak penting yang penting adalah nilainya bagus. Yang penting dilihat orang. Yang penting adalah topeng kita. Perkara bagaimana dan apa yang dilakukan kita di rumah tidak penting, yang penting bisa cari uang. Bagi hamba Tuhan yang penting orang tahu saya seorang hamba Tuhan yang hebat meskipun dalam aspek lain kita tidak terlalu bagus. Yang penting topeng kita.
Kita adalah orang-orang yang mengejar topeng. Topeng kita lama-lama menjadi berhala kita. Jadi kalau kita menyembah berhala maka kalau kita menyembah berhala maka berhalanya dobel yaitu yang pertama kita menyembah diri sendiri dan yang kedua menyembah topeng kita (apa yang mau kita sandari). Entah itu kepandaian , bisnis atau pekerjaan. Apa saja yang dijadikan sandaran untuk memakai topeng agar kita tampil bagus di hapadan orang. Mengapa orang Israel tidak bisa menerima Tuhan yang disalibkan? Karena Tuhan yang disalibkan tidak bisa memberi muka kepada orang Israel. Juga orang Yunani tidak bisa menerima Tuhan yang disalibkan karena Tuhan yang disalibkan tidak memberi muka kepada orang Yunani. Muka itu penting sekali , karena manusia takut dipermalukan dan mendapat “mata putih”. Salah satu ketakutan kita adalah bukan takut menderita tapi takut dipermalukan. Dipermalukan artinya kita dibuang, berada di luar (menjadi outsider) . Saat bertemu dengan teman - teman lalu teman-teman bicara politik dan ekonomi dengan sangat bagusnya dan kita tidak mengerti apa-apa maka seakan-akan kita di buang di luar, kita menjadi barang rusak, komoditi yang tidak bagus. Ini artinya dipermalukan.
Dulu di era pembentukan Dinasti Han Tiongkok, ada perang Chu-Han (Hanzi: 汉相争, Chu Han Xiang Zheng) dimana pada saat itu terjadi perseteruan antara 2 negara besar yaitu Han dengan pemimpinnya Liu Bang dan Chu dengan pemimpinnya Xiang Yu yang dibesarkan oleh pamannya Xiang Liang yang merupakan keturunan Jendral Chu, Xiang Yan. Sejarah ini terjadi pada tahun 206 SM hingga tahun 201 SM. Sejarah ini juga dikenal sebagai awal berdirinya Dinasti Han. Jendral Xiang Yu  adalah seorang ningrat (bangsawan). Belum genap berusia 30 tahun ia sudah bisa memimpin tentara. Ia seorang jenius, pandai dan keluarga ningrat. Ia sangat menekankan gengsi. Lawannya adalah seorang petani merangkap preman (bukan siapa-siapa). Namanya Liu Bang. Ia berkata “Liu Bang itu orang apa? Saya kasih dia mata putih.” Suatu kali karena sombong , ia kalah total. Ia terjepit dan harus menyeberangi sungai. Ia diminta pulang kampung halaman agar nanti suatu kali ia bangkit lagi. Dia mengutarakan kata yang terkenal dalam sejarah Tiongkok, “Aku tidak punya muka untuk bertemu dengan para orang tua dan sesepuh di kampung halaman” sehingga akhirnya ia bunuh diri. Ini orang Timur.
Kita kadang-kadang dihina di kampung halaman kita (tidak ada keluarga dan lingkungan yang sempurna) lalu kita merantau dan suatu kali kembali lagi. Saat itu kita mau orang lain melihat kita sebagai orang berhasil. Lalu kita bertanya kepada orang yang dulu menghina kita, “Sekarang berapa gajimu?” Dijawab,”Gajiku sekian”. Sehingga kita memandang rendah. Dulu aku direndahkan di bawah rata-rata sekarang saya menaikkan diri di atas rata-rata. Manusia memiliki keinginan untuk mempertahankan muka sedemikian rupa.
Di dalam Alkitab, manusia dipermalukan bukan karena karena manusia tumbuh di keluarga yang tidak sempurna. Manusia dipermalukan karena manusia sudah jatuh dalam dosa. Dosa membuat manusia seolah-olah dipermalukan. Kembali pada Kitab Kejadian yang mengatakan pada mulanya  Allah menciptakan Adam dan Hawa sesuai peta dan teladan Allah (gambar Allah) . Artinya Adam dan Hawa mirip Tuhan. Saya punya Alkitab yang bagus sekali untuk anak-anak. Alkitab itu mengatakan, “Tuhan menciptakan yang terbaik pada hari terakhir.” Waktu Adam menggosok-gosok mata, yang pertama kali ia melihat adalah wajah Tuhan. Wajah Tuhan dengan tersenyum berkata,”Wah kamu mirip Saya!” Jadi manusia mirip Tuhan oleh karena itu manusia memiliki kemuliaan Tuhan. Mirip dan memiliki kemuliaan Tuhan , membuat manusia tidak perlu mencari muka. Ada yang berkata mungkin wajah Adam dan Hawa bercahaya. Tapi dipenuhi kemuliaan Allah berarti tidak dipermalukan (berada dalam keadaan mulia). Kalau ada yang mengatakan, “Mukamu  mirip presiden” kita akan merasa senang. Atau ada yang berkata,”Mukamu kok hoki mirip konglomerat” maka kita senang. Tapi kalau muka kita dikatakan mirip koruptor yang kemarin masuk koran maka kita merasa tidak senang. Muka kita harus mirip orang yang luar biasa, apalagi kalau mirip Tuhan. Sejak Adam dan Hawa berdosa , mereka mulai merasa malu dan menyembunyikan diri. Dosa di dalam Alkitab  artinya kenajisan , kecemaran dan kita terpisah dengan Allah. Manusia jatuh dalam dosa dan manusia kehilangan kemuliaan Allah. Manusia tidak lagi mirip Tuhan (tepatnya kekurangan kemuliaan Tuhan). Manusia tidak mirip lagi Tuhan sehingga manusia malu. Tidak mirip Tuhan berarti terpisah dengan Tuhan. Tuhanlah yang bisa memberikan kasih tanpa syarat, Tuhanlah yang bisa memberi kita penerimaan. Sedang apa yang diberi dunia ini semuanya ada syaratnya. Dunia berkata, “Saya terima kamu kalau kamu pandai, punya uang, cantic dll. “ Sedangkan Tuhan bisa menerima kita apa adanya, tetapi kita terpisah dari Tuhan karena dosa. Karena terpisah dari Tuhan sehingga kita merasa selalu takut dan tidak aman. Kita berusaha membeli perasaan kasih sayang dengan tampil baik di hadapan orang lain.
Madonna (penyanyi Amerika) pernah berkata,”Setiap kali saya mau naik panggung untuk menyanyi, hati saya dipenuhi ketakutan. Karena saya takut kalau nanti penonton bukan bertepuk tangan memuji tapi malah berteriak mencemooh saya. Kalau saat menyanyi penonton tepuk tangan dengan riuh, saya menjadi senang sekali. Tetapi senangnya hanya beberapa menit. Karena saya takut kalau konser lagi standarnya  lebih tinggi bagaimana?” Jadi seperti itu. Manusia tidak merasa nyaman. Manusia sebetulnya perlu Tuhan. Manusia sebetulnya perlu diterima dan dikasihi tetapi karena manusia berdosa dan tidak mengenal Allah maka manusia berusaha membeli kasih dengan cara tampil beda. Akhirnya kita dihukum dengan hidup yang menipu diri sendiri dan orang lain. Ini bagian pertama dari khotbah ini yaitu mencari Tuhan yang palsu yakni muka kita ini. Hukumannya apa? Menipu diri sendiri dan orang lain. Kita takut. Ada 1 hal yang kita takuti kalau orang lain tahu kita siapa saya (tahu luar-dalam saya atau sisi gelap saya), apakah orang tersebut masih menerima saya? Oleh karena itu kita berusaha agar di satu pihak mau dicintai orang lain tapi di pihak lain kita tidak mau orang lain tahu siapa saya sehingga kita pakai topeng. Tapi akhirnya yang dicintai adalah topeng saya bukan saya.              
Dosen saya di seminari berkata, “Waktu pacaran, buka kedua mata lebar-lebar. Kalau sudah menikah tutup sebelah mata.” Tetapi orang-orang sekarang terbalik. Kalau berpacaran tutup sebelah mata, tetapi setelah menikah buka kedua mata. Jadi waktu pacaran, “Pacar saya baiknya luar biasa, rela berkorban, pandai, luar biasa.”  Waktu berpacaran, hujan-hujanan saja rela agar bisa bersama saya tetapi setelah menikah terjadi suatu mujizat. Dulu saya buta sekarang melihat. “Lho,kamu siapa? Saya tidak kenal kamu”. Pacaran dengan menikah kenapa berbeda sekali. Seperti orang lain. Siapa kamu? Suaminya juga berkata, “Saya juga tidak kenal siapa saya” karena topengnya kebanyakan. Inilah hidup manusia menipu diri sendiri dan orang lain.

Allah yang benar adalah Allah yang tidak memandang dan mencari muka.

Allah yang benar adalah Allah yang bagaimana? Allah yang benar adalah Allah yang tidak mencari gengsi. Manusia ingin terus naik, dulu tukang sapu, sekarang pegawai nanti jadi bos. Sedangkan Allah maunya turun menjadi manusia. Manusia ingin menjadi Allah tetapi Allah mau menjadi manusia. Tuhan mau mempermalukan diriNya. Allah lahir di palungan di tengah hewan-hewan (ini lahir dalam keadaan memalukan). Kalau ada presiden yang mau datang menginap,  lalu kita berkata tidak ada kamar maka ia tidur di ruang tamu maka hal ini memalukan. Raja dari segala raja lahir lahir di palungan (tidak ada tempat yang layak). Orang-orang  yang mau datang mengetahui kelahiran Juruselamat adalah orang Majus dan para gembala. Keduanya tidak dipandang oleh orang Yahudi. Orang Majus adalah orang kafir dan para gembala adalah orang miskin. Jadi Tuhan mempermalukan dirinya. Bukan hanya demikian, Tuhan Yesus berkumpul dengan orang-orang yang dipermalukan masyarakat. Tuhan Yesus makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa. Tuhan Yesus mau berkumpul bersama pelacur sehingga Tuhan Yesus pun akhirnya dipermalukan. Karena Dia berkumpul dengan orang-orang yang dipermalukan sehingga Dia dipermalukan.  
Tuhan dipermalukan dan mati di kayu salib. Mati di kayu salib adalah mati yang sangat memalukan.  Waktu itu kalau orang Romawi dihukum mati karena bersalah maka mereka lebih suka diracun, digantung  atau dipotong kepalanya. Itu cara mati dari warga negara Romawi yang terhormat. Tetapi kalau mati di kayu salib itu adalah matinya budak. Sehingga bagi orang Romawi dalam percakapan sehari-hari bila menyebut kayu salib dikatakan tidak sopan dan kurang ajar sekali . Sedangkan orang Yahudi menekankan tata busana yang baik. Semua badan harus ditutup. Namun saat disalib Tuhan Yesus ditelanjangi berjam-jam dan dilihat orang. Itu dipermalukan. Digantung di antara langit dan bumi berarti dikutuk. Ini luar biasa sekali. Mengapa Tuhan seperti ini mempermalukan diri sedemikian rendah?  Kita tidak mengenal Tuhan tapi sekarang waktu Tuhan memperkenalkan diriNya kita kaget luar biasa.

Mengapa Tuhan mempermalukan diri sedemikian rendah?

Ada tiga alasan yakni :

1.     Standar kita sangat berbeda dengan standar Tuhan.
Perbedaannya seperti bumi dan langit. Manusia ingin bergaul dengan orang elit masyarakat dan orang yang kaya - berkuasa. Ini gengsi. Bagi Tuhan adalah hina kalau kamu bergaul dengan orang kaya saja tanpa memperhatikan orang miskin. Manusia maunya pakai topeng, tidak peduli kondisi sebrenarnya seperti apa. Bagi manusia mulia, bagi Tuhan hina. Bagi Tuhan mulia tapi bagi manusia itu mungkin hina. Kayu salib bagi manusia itu hina, tetapi bagi Tuhan dan orang Kristen itu mulia karena ada kasih Tuhan yang luar biasa.

2.     Karena Tuhan ingin menunjukkan kasih yang luar biasa besar.
Kasih yang besar bukan hanya kasih yang memberikan hadiah tapi kasih yang besar adalah kasih yang rela memberikan segala sesuatu. Kasih yang besar adalah kasih yang mau dipermalukan untuk orang yang dikasihi. Kalau kita melihat orang lain mencintai kita, apa yang membuat kita tergerak, saat orang yang mencintai kita mau dipermalukan untuk kita, itu cinta yang luar biasa besar. Tuhan mencintai kita begitu besar sehinga Dia rela dipermalukan. Saat ada cinta maka tidak ada ketakutan. Karena kasih yang begitu besar dari Tuhan maka kita merasa cukup dan kita tidak perlu lagi mencari pengakuan dari orang lain. Kita tidak perlu lagi mencari topeng karena kasih Tuhan yang begitu besar.

3.     Tuhan mau menanggung hukuman dosa kita.
Hukuman dosa kita apa? Dosa kita adalah dosa yang mau mencari muka. Hukuman dosanya adalah kita tidak dikenal manusia dan Tuhan. Kita terpisah dari Tuhan dan manusia. Ini dinamakan neraka. Terpisah dari manusia karena orang tidak mengenal kita. Kita ini siapa? Sehingga banyak oang yang punya banyak anak-cucu dan teman  tapi masih merasa kesepian dan sedih. Karena yang dilihat orang adalah topengnya dan bukan dirinya. Orang seperti ini juga terpisah dari Allah. Waktu orang Farisi berdoa kepada Allah, “Saya bersyukur saya tidak seperti pemungut cukai ini. Saya berbuat baik dan hidup rajin.” Tetapi Tuhan berkata,”Kamu ini siapa?” Tidak ada hal yang semalang seperti ditolak Tuhan. Itu hal yang paling tidak mujur (hoki) di dunia ini. Yang menakutkan adalah bukan tidak punya kekayaan atau sakit tetapi nanti di hari penghakiman , saat kita berkata,”Tuhan ini saya!” Tuhan kasih kita mata putih,”Kamu ini siapa? Saya tidak kenal kamu!”. Hal yang paling menakutkan adalah ditolak Tuhan dan manusia karena kita hidup memakai topeng. Tuhan Yesus saat di kayu salib, Dia ditolak oleh manusia. Alkitab mengatakan bahwa Ia disalib di luar pintu gerbang, Dia dianggap sampah masyarakat. Dia ditolak. Bukan hanya itu, waktu di kayu salib Yesus berkata, “AllahKu, AllahKu,  mengapa Engkau meninggalkanKu?”  Yesus menanggung hukuman kita. Turun dalam kerajaan maut artinya ditinggal Tuhan. Hukuman manusia harusnya ditinggal Tuhan yaitu neraka, itu yang ditanggung Tuhan Yesus. Kalau hal yang paling menakutkan sudah ditanggung oleh Tuhan Yesus maka maka kita perlu takut lagi. Hal yang paling menakutkan di dunia ini bukan dipermalukan orang tetapi nanti kita masuk neraka , ditinggal Tuhan dan manusia. Hal yang paling menakutkan sudah ditanggung oleh Tuhan Yesus di dalam kasihNya yang besar sehingga kita tidak perlu merasa takut. Manusia pakai topeng karena merasa tidak aman dan orang merasa takut. Yang pertama Allah yang palsu adalah topeng kita (gengsi kita). Rasul Paulus sering mengatakan bermegah (kita pakai topeng apa?). yang kedua, Allah yang benar adalah Allah yang mau merendahkan diriNya sedemikian muka, Allah yang tidak mencari muka.

Bagaimana agar Bisa Beralih dari Allah yang palsu ke Allah yang benar?

1.     Kita harus mengenakan identitas diri yang benar.
Identitas diri bahwa sekarang kita sudah bertobat dan mengubah identitas diri kita. Pepatah tobat dalam bahasa Tionghoa adalah menyuci hati dan mengubah wajah menjadi seperti Kristus. Dosen saya berkata, manusia seperti bawang. Bawang kalau dikupas ada lapisan lagi sampai yang terakhir kosong. Jadi topengnya terlalu banyak. Untuk melepaskan topeng kita harus berani menanyakan sesuatu, pertanyaan yang sangat kita takuti. “Kalau kamu tahu siapa saja, apakah kamu masih mencintai saya?” Seringkali orang berkata-kata,”Jangan macam-macam. Jangan tanyakan ini ke suami/istri kamu. Kalau kamu tanya ke pasangan kamu maka mereka berkata, memang kamu buat apa?’ Tetapi pertanyaan ini harus ditanyakan Tuhan, “Tuhan, Engkau tahu siapa saya. Engkau tahu semua cacat-cela saya. Engkau tahu saya luar-dalam.  Apakah Engkau masih menerima saya?” Allah berkata, “Iya, Saya masih menerima engkau.” Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini sehingga Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal.  Apa yang kita terima di perjamuan kudus (roti dan anggur) adalah tanda yang selalu mengingatkan kita akan kasih Tuhan yang besar. Tuhan memberikan diriNya ke kita. Tuhan masuk merendahkan diriNya segitu rendah. Tidak menganggap kesetaraan kepada Allah sebagai milikNya yang harus dipertahankan, tapi menjadi manusia, hamba  dan kemudian mati di kayu salib. Kita diterima oleh Tuhan. Kalau kita diterima maka kita harus menerima bahwa Tuhan menerima kita . Menjadikan Kristus sebagai Juruselamat berarti menerima kita dengan penebusan di kayu salib. Tapi itu tidak cukup. Tuhan berkata,”Kamu kan mau mencari muka terus, Saya akan memberikanmu wajah yang baru. Tidak cukup kamu mengakui bahwa kamu memakai topeng tapi kamu harus mengenakan wajah baru yaitu wajah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus begitu indah karena Dia rela dipermalukan untuk saya (menderita untuk saya). Di dalam diri Yesus saya melihat keindahan yang luar biasa. Dulu kalau saya tidak suka dengan wajah saya maka saya pergi operasi plastik. Sekarang waktu saya bertobat, bila saya tidak suka dengan diri maka saya pergi menjalani operasi plastik rohani. Saya diberikan wajah Tuhan Yesus. Saya mau menjadi mulia lagi seperti Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa. Sehingga saya menjadi mirip Tuhan. Karena Kristus adalah gambar Allah. Di dalam Alkitab, Tuhan berkata, “Di dalam Kristus kita mengenakan Tuhan Yesus Kristus” Kita menjadi seperti Tuhan Yesus. Nanti saat hari penghakiman, Allah Bapa mataNya hanya mengenali orang yang wajahnya yang mirip Tuhan Yesus. Yaitu orang yang hidup seperti Tuhan Yesus. Itu Identitas diri  (siapa saya) di mana yang hidup bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.

2.     Aktualisasi diri
Aktualisisasi diri yaitu  hidup sesuai dengan identitas diri. Kalau saya tahu siapa saya yaitu saya yang sudah bersatu dengan Tuhan Yesus maka saya harus hidup seperti Tuhan Yesus yaitu hidup yang merendahkan hati. Rendah hati artinya penghiburan dan  keamanan saya tidak terletak dari apa yang bisa saya lakukan dan saya miliki. Keamanan dan penghiburan saya adalah saya milik dan dikasihi  Tuhan. Tuhan adalah Juruselamat saya. Keamanan saya  bukan sehebat pelayanan, pekerjaan dan talenta saya  karena semuanya itu sementara. Tetapi keamanan saya diletakkan pada kasih Tuhan. Ini aktualisasi diri. Kita hidup menghayati kasih Tuhan. Alkitab mengatakan, “Engkau telah mengenakan kasih Kristus maka kenakanlah Tuhan Yesus Kristus setiap saat. Kita harus hidup sesuai dengan identitas baru.

3.       Disiplin diri.
Disiplin diri maksudnya kita mau hidup sesuai dengan standar Tuhan. Kita mau melakukan apa yang orang lain pandang hina. Kita mau bersama orang-orang yang paling perlu kita. Kita mau mendoakan orang-orang yang paling menderita. Kita mau membantu orang-orang yang miskin. Kita mau mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum pernah mendengarnya. Kita tidak lagi mencari muka tetapi sekarang kita mau hidup menyenangkan hati Tuhan.

Dengan identitas yang benar, aktualisasi dan disiplin diri maka menurut Martin Luther, orang seperti ini akan menjadi Kristus-Kristus kecil di dunia ini yang memancarkan kemuliaan Allah.


No comments:

Post a Comment