Thursday, July 12, 2018

Melakukan Firman-Nya, Menikmati Kedaulatan-Nya





Pdt. Imanuel Frenky

Yesaya 38:1-8
1 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."
2  Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN.
3  Ia berkata: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.
4  Maka berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya:
5  "Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi,
6  dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan memagari kota ini.
7  Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya:
8  Sesungguhnya, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak yang telah dijalaninya." Maka pada penunjuk matahari itu mataharipun mundurlah ke belakang sepuluh tapak dari jarak yang telah dijalaninya.

Gerakan Reformasi Kerohanian Raja Hizkia

              Hari ini kita belajar dari salah satu tokoh yang ada di Alkitab yakni Raja Hizkia yang sejak muda melakukan firman Tuhan dan Tuhan memberkati hidupnya. Hizkia adalah seorang raja yang hidup di zaman Nabi Yesaya sehingga Yesaya menuliskan kisah tentang hidupnya. Raja Hizkia merupakan seorang raja Yehuda yang cukup terkenal. Sepanjang hidupnya kerajaannya dijaga oleh Tuhan. Selama hidupnya kerajaan Yehuda tidak pernah mengalami kekalahan dalam peperangan walau ia bukanlah seorang ahli perang. Ia anak dari Raja Ahas yang kisahnya dapat dilihat pada pasal 2 Taw 28. Raja Ahas sendiri tidak hidup dengan takut akan Tuhan. Ia tidak hidup seperti Daud , leluhurnya. Ia melakukan banyak hal yang tidak disukai oleh Tuhan. Bahkan ia mengeluarkan semua barang yang ada di Bait Allah seperti emas-emas lalu diberikan ke bangsa asing untuk membantunya berperang. Ia membawa bangsa Israel hidup dalam penyembahan berhala. Semasa hidupnya Tuhan tidak menyertainya. Pada akhir kehidupannya, Raja Ahas membawa Kerajaan Yehuda dalam kehancuran. Bahkan Bait Allah ditutup olehnya dan menjadi tempat di mana umat Israel tidak lagi beribadah. Waktu meninggal , ia meninggalkan suatu warisan yang tidak menyenangkan hati Tuhan dan meninggalkan Yehuda dalam kondisi terpuruk.
              Setelah Ahas mati Hizkia menggantikannya sebagai raja. Saat itu ia berusia 25 tahun (2 Taw 29). Kondisi kerajaan saat itu terpuruk dalam krisis yang begitu hebat. Bahkan Kerajaan Yehuda sedang menghadapi musuh – musuh yang selalu menyerang mereka. Dalam 2 Taw 29 dicatat bahwa hal pertama yang dilakukan oleh Raja Hizkia adalah membuat suatu gerakan reformasi kerohanian. Ia tahu Kerajaan Yehuda menjadi hancur karena Tuhan tidak lagi berkenan kepada bangsa Yehuda karena Raja Ahas membawa umatnya menyembah berhala. Jadi ia melakukan reformasi kegerakan rohani bangsa Yehuda. Pada bulan dan tahun pertama memerintah, ia membuka kembali pintu-pintu rumah Tuhan dan memperbaikinya (pada zaman ayahnya, pintu rumah Tuhan ditutup). Orang Yehuda tidak lagi beribadah kepada Tuhan. Pelita yang menggambarkan terang firman Tuhan di rumah Tuhan pun dipadamkan sehingga orang Israel tidak mengenal Tuhan. Jadi hal pertama yang dilakukannya sebagai raja ialah membuka pintu rumah Tuhan dan memperbaikinya sebagai awal pelayanannya sebagai raja. Ia mendatangkan kembali imam-imam dan orang Lewi yang dulunya dibuang oleh ayahnya. Ia berkata kepada imam-imam untuk menguduskan diri mereka supaya boleh melayani Allah yang kudus. Ia memberikan perintah ke seluruh umat Yehuda untuk menguduskan diri mereka, datang beribadah kepada Tuhan, memohon pengampunan Tuhan dan hidup dalam firman Tuhan. Ia memperkenalkan Taurat Tuhan, yang selama ini tidak pernah diperdengarkan lagi.

Hidup Orang Percaya adalah Hidup yang Bergantung pada Tuhan

              Kekuatan hidup kita sebagai umat Tuhan bukan tergantung pada kekayaan dan kehebatan kita tetapi tergantung pada Tuhan. Itu yang tidak dipahami oleh Ahas, tetapi Hizkia memahaminya.sehingga ia mencari dan memperdengarkan firman Tuhan dan melakukan apa yang firman Tuhan katakan. Pada 2 Taw 31:20-21 Alkitab berkata, Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan TUHAN, Allahnya. Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah, ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil.  Raja Hizkia melakukan firman Tuhan dengan segenap hati sehingga apa yang dilakukannya berhasil. Tuhan melihat apa yang dikerjakannya dan Tuhan menyatakan kedaulatanNya dalam hidup Hizkia sehingga apa yang dilakukan dalam hidupnya Tuhan membuatnya berhasil. Banyak orang yang berpikir, keberhasilan yang diraihnya tergantung pada diri sendiri (aku sebagai penentu masa depanku). Banyak motivator sekarang ini berkata bahwa di dalam diri kita ada raksasa (raksasa itu adalah dirimu sendiri). Tetapi Alkitab mengatakan bahwa sehebat apapun diri kita sebagai manusia yang menentukan masa depan kita, baik atau tidak ada dalam kedaulatan Tuhan. Tuhan yang menjadi penentu masa depan kita. Raja Ahas tidak menghormati Tuhan sehingga hancur. Tetapi Hizkia menghormati Tuhan, sehingga walaupun ia bukan seorang ahli berperang atau seorang raja pemberani seperti bapa leluhurnya (Daud) tapi ia punya sikap hati yang sama dengan sikap hati Daud yang mengutamakan dan menghormati Tuhan sehingga Tuhan berkenan kepadanya dan Tuhan membuatnya berhasil.

Saat Mengalami Kejadian yang Tidak Menyenangkan Tetap Mencari Kehendak Tuhan

              Dalam kitab Yesaya dicatat suatu ketika Tuhan mengijinkan Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Yesaya 38:1 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." Ini menunjukkan bahwa orang yang takut akan Tuhan, tidak mungkin tidak mengalami sakit. Tuhan mengutus nabi Yesaya untuk memberitahu kepadanya. Seandainya kita berada di posisi Raja Hizkia dan dapat mendapat berita dari ‘nabi’ (sekarang mungkin disampaikan oleh dokter),” Kamu mengalami sakit kanker stadium 4 (ganas). Kamu akan mati, hidupmu tinggal satu bulan lagi” perasaan kita pasti stress. Sebagai manusia yang punya keluarga (punya anak dan istri), setia melayani Tuhan dan tiap minggu beribadah lalu tiba-tiba kita divonis bahwa kita sakit berat dan akan mati. Yesaya mengatakan sampaikanlah berita terakhir. Ini seakan-akan berita terakhir dan penyakitnya tidak bisa tersembuhkan dan ia harus menggunakan kesempatannya hidup untuk menyampaikan pesan kepada keluarganya. Saat orang mengalami sakit dan divonis (kematian),maka prestasi apa pun yang diraihnya, kerajaan, kuasa dan harta menjadi sesuatu tidak berarti.
Ada beberapa reaksi dari orang sewaktu mendengar vonis akan kematiannya seperti menikmati hidup dan ada juga yang berputus asa. Tetapi waktu Hizkia mendengar berita yang begitu menyentak hatinya, hal pertama yang dilakukan pada ayat 2-3  Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN.  Ia berkata: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat., Hizkia memalingkan mukaknya dan tetap mencari Tuhan. Sekalipun hatinya bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa berita ini yang kudapat?” tetapi ia tidak menyalahkan Tuhan melainkan ia langsung mencari Tuhan. Di dalam mencari Tuhan ia berdoa. Dalam kesulitan hatinya, ia bingung mau bercerita dengan siapa dan ia menangis. Sekalipun ia seorang raja. Ia menangis di hadapan Tuhan. “Ingatlah aku Tuhan dan apa yang aku telah lakukan di hadapanMu”. Ia tidak meminta umur panjang. Ini menunjukkan suatu sikap hidup Hizkia yang selalu percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang berdauluat. Ini sikap hati dari Hizkia yang percaya bahwa kalau Tuhan mau melakukan apa saja atas hidupnya, maka pasti Ia melakukan yang terbaik bagi dirinya sekalipun berita yang didengar adalah berita yang tidak enak (ia akan mati). Usianya masih muda (sekitar 38-39 tahun) saat mendengar berita ini. Tetapi dalam doanya, tidak ada kata pun yang menyalahkan Tuhan. Di dalam doanya, kita mendengar doa penyerahan diri kepada Tuhan. Ia menangis dan tangisan ini merupakan tangisan tentang penyerahan diri. Waktu menangis di hadapanNya, kita melihat air mata kita ditaruh Tuhan pada kirbatNya. Maz 56:9 Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?
              Kalau hidup takut akan Tuhan, maka saat kita menghadapi masalah yang besar dan sepertinya tidak terselesaikan, maka kuncinya adalah menangis di hadapan Tuhan. Saya pernah menangis di hadapan Tuhan. 7 tahun lalu saya merintis pelayanan di Poris Indah (mulai dari nol). Sejak selesai pelayanan di Belitung, saya kembali ke Jakarta (saat itu saya baru saya menikah selama 2 tahun). Saya ingin merintis pelayanan. Beberapa gereja menawarkan pelayanan tetapi saat itu saya ingin merintis dan saat itu saya hanya bersama  istri dan ditemani oleh beberapa anak muda. Awal merintis , belum ada gereja yang menaunginya. Dalam perjalanan merintis beberapa gereja mendekati kami namun akhirnya saya bergabung dengan Gereja Kristen Kebenaran di Rajawali. Karena sudah 40 tahun gerejanya berdiri tapi belum ada satu pun Pos PI dan mereka menawarkan untuk menaungi kami. Saya bersedia asalkan diberi kebebasan utnuk mengembangkan pelayanannya. Puji Tuhan, setelah 2 tahun kami pelayanan ,jemaat  di sana berkembang. Lalu kami membeli tempat di Poris Indah. Awalnya tidak ada masalah saat membeli tanah. Tapi saat membangun gereja datang masalah, karena ada tetangga yang orang Aceh (non Kristen) saat pergi sembahyang dihampiri oleh orang-orang yang marah dan berkata, “Mengapa kamu bisa memberi ijin untuk mendirikan gereja di samping rumahmu?”
Singkat cerita, mereka mengumpulkan massa dan kemudian memanggil saya untuk datang ke kantor RW. Mereka memarahi saya dan mengatakan saya berani sekali buka gereja di tempat ini,”Dulu kalau ada anjing lewat tempat ini pasti mati”.  Dengan kata ini mereka mengibaratkan kita lebih dari anjing. Saya berkata, “Saya sudah bertanya apakah boleh mendirikan gereja dan dijawab boleh.”  Saya katakan (orang Tionghoa yang menjadi) tetangga kami membolehkan kami mendirikan gereja. “Tapi kamu tidak menanyakan orang di belakang!” sahut mereka. Di belakang gereja ada satu pesantren besar milik seorang ustad. Saya pun disidang sendirian karena saat itu majelisnya masih anak mahasiswa dan mereka ketakutan. Saat berbicara, mereka satu per satu menunjuk-nunjuk saya. Saya berdoa kepada Tuhan dalam hati, “Tuhan apa yang harus saya lakukan di tengah-tengah begitu banyak orang menyerang?”. Tuhan ingatkan akan ayat di kitab Mazmur yang berbunyi, “Diam! Ketahuilah, Akulah Tuhan. Aku yang akan bertindak.” Mereka marah -marah namun saya diam saja. Singkat cerita setelah pk 0.30 saya bertanya, “Jadi solusinya bagaimana? Saya lanjut atau tidak? Kalau tidak lanjut, beri saya solusi , saya harus pindah ke mana? (saat itu jemaat kami baru 40-50 orang)” Saya akan pindah dari tempat ini kalau kalian memberikan kami solusi, karena tempat ini masih KPR.” Akhirnya mereka juga bingung. Saya pulang pk 1 pagi dan menangis. “Tuhan mengapa sulit sekali? Namun biarlah kehendakMu yang jadi.” Saya cerita ke istri saya namun  Istri saya juga tidak bisa memberi solusi. Paginya mereka telpon saya dan meminta saya datang kembali. Saya pun datang. Mereka bilang, “Setelah kami pikir-pikir, kami juga tidak punya solusi buatmu. Tetapi kamu harus minta 70% tandatangan warga sekitar sini. Kalau dapat kami kasih ijin kamu beribadah di sini!” Persoalannya, tetangga di depan banyak Tionghoa tetapi tetangga di belakang adalah orang-orang mereka. Otomatis mereka tidak mau memberi tandatangan. Jadi itu bukan solusi tapi jebakan Batman. Ada yang menyarankan, untuk memberi amplop satu per satu agar mereka mau memberi tandatangan. Tetapi karena baru merintis jangankan amplop malah kami tidak punya uang. Saya sudah ajarkan untuk tidak meminta kepada siapa pun kecuali kepada Tuhan.
Saya pergi dari satu rumah ke rumah yang lain. Saya bertanya, “Boleh minta tanda tangan?” Ditanya,”Untuk apa?” “Untuk membangun gereja”, jawab saya. “Apa urusannya kami memberi tanda tangan untukmu?” jawab mereka dan mereka tidak memberi tanda tangan. Saya pulang ke rumah, tutup pintu dan menangis sejadi-jadinya di hadapan Tuhan, “Tuhan aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Biarlah kehendakMu yang jadi.” Esoknya saya tetap pergi. Suatu kali ada rombongan 5 orang dan mereka bertanya, “Pak Imam, keliling bawa amplop untuk apa?” “Saya mau minta tanda tangan untuk membangun gereja Pak!” jawab saya. “Dapat?” tanya mereka. “Tidak dapat! Hanya dapat 20%’ jawab saya. “Mengapa tidak dapat?” tanya mereka lagi. “Sebagian tidak mau tanda tangan!” jawab saya lagi. Mereka sudah tinggal di sana sudah lama dan mereka dikenal tukang mabok (preman-preman). Lalu mereka temani saya meminta tanda tangan dan saat datang ke rumah-rumah tetangga mereka berkata, “Orang ini mau buka gereja. Tolonglah kasih tanda tangan. Apa susahnya sih? Memang ganggu apa?” Tuan rumah tidak enak dan akhirnya memberi tanda tangan. Singkat cerita akhirnya saya dapat 70% tanda tangan. Orang-orang bertanya, “Lima orang itu apakah minta uang kepadamu?” Saya berkata, “Saya kasih uang tapi mereka tidak mau terima. Mereka berkata,’Ini untuk Tuhan!”.

Apa yang Mustahil Bagi Manusia, Tidak Mustahil Bagi Allah

              Waktu datang ke Tuhan, kita tidak tahu solusinya tetapi Tuhan tahu. Tuhan bertindak dengan caraNya. Apa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Tuhan. Demikian juga yang terjadi dengan Hizkia. Sewaktu menderita sakit keras dan mendengar bahwa ia akan mati dalam usia muda, sebagai raja muda ia tahu banyak hal yang masih harus dikerjakan untuk kerajaan Yehuda. Ia hanya meminta hikmat Tuhan,”Ingatlah Tuhan masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan. Tuhan aku masih muda, mengapa saya harus mati dengan cara demikian?” Sebagai orang yang takut akan Tuhan, dia hanya meminta tanpa memaksa. Tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan dalam hidup Hizkia? Efesus 3:20 Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, Bagi dialah yang dapat melakukan apa yang kita doakan dan pikirkan. Itulah yang terjadi dalam diri Hizkia. Ia hanya meminta Tuhan untuk mengingat dirinya, tetapi Tuhan memberi 5 berkat dalam hidup Hizkia di ayat 4-8 :
1.     Tuhan menyembuhkan dia dari sakit-penyakit.
2.     Tuhan memperpanjang usianya 15 tahun lagi.
3.     (Ayat ke 6) Tuhan berjanji memberinya kelepasan dari tangan Asyur. Pada waktu itu Asyur sangat berkuasa dan bermaksud mencaplok Kerajaan Yehuda. Tetapi Tuhan berkata,”Aku akan melepaskan engkau dari kota ini dan dari tangan Asyur.” Tuhan berjanji memagari Kota Yehuda dan memberi kelepasan dari tangan Asyur. Saat menghadapi penyerangan Asyur, ayah Hizkia menjual semua harta di Bait Allah untuk mendapatkan tentara bayaran tapi tetap hancur. Sedangkan Hizkia mengutamakan Tuhan sehingga Tuhan berkata bahwa Ia akan memagari kotamu dan akan melindungimu.
4.     Dia akan memberi perlindungan atas kota itu
5.     Hizkia melihat mujizat Tuhan yaitu petunjuk matahari mundur 10 tapak. Hal ini menunjukkan Tuhan melakukan keajaiban bagi Hizkia agar ia melihat bahwa Tuhan berkuasa dan berdaulat terhadap umatNya. Umat yang mengasihiNya bisa melihat kedaulatan Tuhan dan menikmatiNya. Tuhan berdaulat atas hidup kita. Yeremia 17:7  Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! dan "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (Yeremia 17:5). Hizkia tahu bahwa kunci hidup yang diberkati Tuhan adalah hanya takut akan Tuhan Sang Sumber Berkat. Tuhan menyatakan kedaulatan. Hizkia hanya meminta Tuhan mengingatnya tetapi Tuhan memberi dia bonus 5 berkat.

Rahasia atas Berkat dan Pertolongan yang Diperoleh Hizkia

Mengapa Hizkia bisa mengalami semua itu dan mendapatkan pertolongan  ,berkat dan kedaulatan Tuhan yang begitu dahysat?

1.     Ia hidup mengandalkan Tuhan.
2 Taw 29:2 sebab ia hidup melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan tepat seperti yang dilakukan Daud. Sekalipun dia sudah menjadi raja tetapi ia tidak mengandalkan kekuasaan melainkan mengandalkan Tuhan. Bagaimana dengan hidup kita? Apakah hidup kita mengandalkan Tuhan? Adakah hidup kita menyatakan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan? Hizkia mengandalkan Tuhan dalam segala hal sehingga Tuhan berkenan atas hidupnya. Umumnya kesombongan manusia terbesar adalah selalu merasa diri bisa tanpa Tuhan sehingga membuatnya tidak bisa melihat Tuhan. Tetapi Hizkia tahu bahwa ia adalah seorang raja yang biasa, hanya Tuhan yang sanggup menolongnya. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, ia mengandalkan dan mencari Tuhan seperti Daud. Daud walau punya pengalaman perang yang hebat, tapi saat menghadapi musuh ia selalu mencari Tuhan. Setiap kali menghadapi Filistin yang tidak pernah  menang melawannya, ia tetap berdoa dan mencari Tuhan. Beda dengan Saul yang setelah menjadi raja tidak mengandalkan Tuhan. Bahkan apa yang tidak boleh ia lakukan tetapi ia lakukan karena ia memandang dirinya raja. Itu adalah kesombongannya.

2.   Ia hidup menuruti segala perintah Tuhan (firman Tuhan)
Banyak yang berkata kepada saya,”Pak, saat ini dagang susah. Mau cari uang haram saja susah apalagi uang halal. Jadi kalau tidak memakai cara yang diajarkan dunia , susah untuk bersaing” Saya berkata, “Kamu anak Tuhan atau anak setan? Kalau kamu anak Tuhan maka lakukan sesuai cara Tuhan. Nanti kamu akan melihat hasilnya pada akhirnya.” Berapa banyak orang yang melakukan segala hal untuk mencapai keberhasilan? Hari-hari ini dengan segala cara ia menutupi segala kebejatannya sehingga kita melihat di TV mereka satu per satu mereka masuk tahanan KPK. Hanya dengan hidup melakukan firman Tuhan kita bisa menikmati kedaulatan Tuhan. Saat tidak melakukan firman Tuhan, kita melihat kedaulatan Tuhan bekerja dalam hidup kita atas penghukuman. Sehingga jangan sesat, apa yang kau tabur itu yang dituai. Kalau kamu menabur kejahatan maka kamu akan menuai kejahatan. Tetapi kalau kamu menabur kebaikan, hidup dalam firman kamu akan melihat berkat firman Tuhan bekerja dalam hidupmu. Lebih baik dapat hasil sedikit tapi caranya benar daripada hasil banyak tetapi dengan cara yang tidak benar. Hizkia tahu hal itu. Makanya ia hidup melakukan segala perintah Tuhan.

3.   Ia hidup mengutamakan Tuhan.
Artinya ia mendahulukan Tuhan. Berapa banyak dari kita yang mendahulukan Tuhan? Hari minggu adalah sabat dipakai untuk Tuhan atau hal yang lain? Ini yang sederhana. Orang yang mengasihi Tuhan pasti akan mengutamakan Tuhan. Saat mendekati Idul Fitri, bisa dilihat mana jemaat yang mengutamakan Tuhan. Ada jemaat yang tetap buka toko saat hari Minggu, karena mengejar hal itu. Saya berkata ,”Jangan karena hari Minggu untuk beribadah, tetapi mereka menolak karena melihat ini sebagai sumber rejeki. Saya berkata,”Rejeki itu datangnya dari Tuhan!” Tetapi ada jemaat yang tetap buka toko dan selama sebulan tidak ke gereja. Memasuki Idul Fitri ia tidak liburan tetapi menjaga anaknya di rumah sakit. Anaknya sakit dan dirawat selama 2 minggu karena tidak diajak ke gereja, tetapi diajak ke toko. Mungkin kena virus sehingga dirawat. Saya berkata, ,”Apa yang kamu cari? Kalau itu berkat Tuhan, kamu harus percaya walau hari biasa pun Tuhan berkati. Hari Sabat adalah hari di mana Tuhan minta agar kita bersekutu denganNya dan menikmati berkatNya bersama keluargamu. Tetapi kamu pakai itu, tandanya kamu tidak percaya.” Adakah kita mengandalkan Tuhan? Adakah kita merasa Tuhan yang terutama? Bila dalam hal ini kita tidak mengutamakan  Tuhan, maka dalam hal lainnya kita tidak bisa juga mengutamakanNya. Kita utamakan Tuhan berarti kita mau Tuhan yang lebih dahulu kita sembah dan layani. Bagaimana kasih Tuhan bagi kita? Demi kita, Dia rela mati. Demi kita ciptaanNya yang sudah berdosa, melanggar firmanNya, dan tidak setia, Dia rela meninggalkan sorga, datang ke dalam dunia, mati bagi kita,  menebus dosa kita dan mengutamakan kita. Setelah mendapatkan anugerahNya mengapa kita tidak bisa memberikan yang terutama bagi Dia? Ada juga yang datang ke gereja hari Minggu tapi tidak memberi hati kepadaNya, itu juga berarti kita tidak mengutamakan Tuhan. Hizkia mengutamakan Tuhan. Seharusnya di awal pemerintahannya, kondisi kerajaannya begitu kacau sehingga seharusnya ia menggunakan banyak strategi untuk memulihkan kerajaannya tetapi yang pertama ia lakukan adalah mengembalikan posisi Tuhan di tengah orang Israel (Dia yang terutama). Di sana Tuhan menyatakan kuasaNya. Walau Hizkia juga melakukan kebodohan dengan memamerkan seluruh kekayaannya sehingga Tuhan tidak suka dan mengatakan setelah Hizkia semuanya akan diangkat ke Babelonia. Namun selama Hizkia hidup, musuh tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Yehuda untuk menyerangnya karena Tuhan memandang Hizkia orang yang berkenan kepadaNya. Teladan Hizkia bisa terjadi dalam hidup kita kalau kita melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Hizkia yaitu hidup mencintai Tuhan dan firmanNya dan mengutamakanNya.



No comments:

Post a Comment