Sunday, November 26, 2017

Kristus Adalah “Kegenapan” Hukum Taurat

The Truth Will Set You Free!

Ev. Chendra Harsojo

Roma 9:30-10:4
30 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman.
31  Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.
32  Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan,
33  seperti ada tertulis: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu senTuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
1 Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.
2  Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
3  Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.
4  Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.

Ibrani 10:1-14
1 Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
2  Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.
3  Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.
4  Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
5  Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --.
6  Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
7 Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
8  Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
9  Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.
10  Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
11  Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.
12  Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,
13  dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.
14  Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.

Pendahuluan

Saya berasal dari kota Surabaya. Di Surabaya saya berjemaat di GKA Gloria dan dibaptis di sana kemudian melayani di Komisi Remaja. Sejak remaja saya punya kerinduan membawa teman-teman saya kepada Tuhan. Tetapi saya bukan orang yang pandai berbicara dan tidak tahu bagaimana menginjili orang. Jadi yang saya lakukan adalah membawa teman-teman saya dengan motor ke gereja dengan harapan firman Tuhan yang disampaikan dan orang-orang di gereja bisa menginjili mereka. Dengan berjalannya waktu dan semakin diperlengkapi dengan firman Tuhan, saya mulai memberanikan diri dalam menginjili teman-teman. Dan hal itu yang saya lakukan sampai sekarang. Dalam pengalaman menginjili saya menemukan ada 3 macam orang :
1.     Orang yang tidak percaya adanya kehidupan setelah kematian.
Umurmnya mereka berasal dari Tiongkok atau Vietnam. Menginjili mereka perlu waktu lama karena harus meyakinkan adanya Tuhan, surga dan neraka, hidup setelah kematian itu ada dll.
2.     Orang yang percaya adanya kehidupan setelah kematian.
Mereka percaya pada kehidupan di masa mendatang yang baik bisa diperoleh dengan perbuatan baik. Untuk mendapatkan hidup yang baik (entah namanya surga atau nirvana) harus berusaha sendiri, tidak ada cara lain.
3.     Orang yang percaya ada kehidupan setelah kematian dan hal ini bisa didapatkan melalui Yesus Kristus. 
Orang seperti ini tidak perlu diinjili lagi. Saat bertemu dengan tipe ini, saya selalu mencoba menggali lebih jauh lagi, apakah mereka hanya mengandalkan Yesus, atau mereka tergolong yang kedua yang mengandalkan perbuatan baik. Mereka masih merasa bahwa Kristus saja tidak cukup dan perlu ditambah yang lainnya. Biasanya saya memberikan satu pertanyaan. Misalnya saya mengemudi dengan cepat sekali dan tiba-tiba ada anak kecil yang berlari menyeberang jalan di depan mobil yang saya kendarai. Saya tidak sempat menginjak rem lalu membanting setir namun terlambat. Sang anak tertabrak, terpelanting dan meninggal seketika. Kemudian mobil yang saya kemudikan  terus melaju dan menuju tiang listrik, menabraknya  lalu meninggal tanpa sempat berdoa untuk minta ampun kepada Tuhan. Pertanyaannya : saya telah membunuh anak yang tidak bersalah ini dan belum sempat berdoa untuk minta ampun kepada Tuhan tetapi terlanjur meninggal, apakah saya masuk surga?

Kebenaran Karena Perbuatan vs Iman

Membunuh orang adalah kejahatan yang serius. Orang yang sudah percaya namun tanpa disengaja menjadi pembunuh anak kecil tersebut, apakah masuk surga? Apakah kita termasuk golongan kedua atau ketiga? Untuk mendapat jawaban ini, mari kita buka kitab Roma 9:30-10:4.

Latar belakang bangsa Israel :
Setelah bangsa Israel bebas dari penjajahan Firaun, mereka keluar dari Mesir dan menyeberang laut Merah. Setelah itu, mereka menerima 10 hukum Allah melalui tangan Musa. Setelah menerima hukum Allah pelanggaran mereka menjadi nyata dan sadar bahwa aku ini orang berdosa. Bahkan imam sekalipun adalah orang berdosa. Mereka yang telah berdosa diperintahkan untuk memberikan korban penghapusan dosa (Imamat 4-6). Setelah berjalan di padang gurun selama 40 tahun dan sebelum mereka masuk tanah Kanaan , Tuhan memberikan peringataan ke orang Israel, saat masuk tanah Kanaan jangan belok kiri-kanan tetapi turutilah hukum Taurat yang telah diberikan, dengan demikian kamu akan sukses sepanjang hidupmu. Singkat cerita, bangsa Israel jatuh bangun dan dijajah berganti-ganti oleh banyak bangsa. Melalui pengalaman ini mereka akhirnya belajar bahwa setiap kami kembali kepada Tuhan, Tuhan pulihkan saya. Oleh karena itu saat surat Roma ini ditulis, bangsa Israel menjunjung tinggi hukum Taurat karena mereka ingin sekali dipulihkan kembali dari bangsa Romawi.

Roma 9:30-31 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.
Di dalam perikop Roma 9:30-31 itu dikontraskan antara orang kafir yang tidak mengejar kebenaran tetapi justru memperoleh kebenaran karena iman dan bangsa Israel yang notabene umat pilihan Allah yang malah mendedikasikan diri untuk mengejar hukum malah tidak memperolehnya. Bukankah hal itu hal yang tragis? Di zaman modern ini juga banyak yang berkata, semua agama sama saja (semuanya mendatangkan kebaikan).  Mereka mengajarkan kalau kita sungguh-sungguh mengejar kebenaran itu pasti memperolehnya dan selamat. Ada yang menggunakan berbagai istilah seperti karma, amal ibadah (ditimbang perbuatan kita) dll tetapi esensinya : kebenaran diperoleh melalui kerja dan usaha manusia. Mengapa mereka yang sudah sungguh-sungguh berusaha tidak memperoleh kebenaran itu? Roma 10:32  Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan.

Di dalam kitab Injil sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) ada membicarakan hal yang sama yaitu percakapan antara Yesus dan anak muda yang kaya raya. Orang kaya tersebut bertanya, “Apa yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup kekal?” Yesus menjawab dengan mengutip hukum Taurat,"Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 19:18-19). Dengan sombong orang muda yang kaya itu menjawab, “Aku telah melakukannya semuanya sejak muda,apalagi yang harus kulakukan?” Yesus lalu memintanya menjual hartanya , memberikan ke orang miskin dan mengikut Yesus. Apa yang terjadi ? Orang kaya ini pergi dengan hati yang sedih, karena ia punya banyak harta , tidak rela memberikannya ke fakir miskin dan tidak mau mendedikasikan hidupnya untuk mengikuti dan melayani Yesus. Dengan demikian, seorang yang bisa melakukan semua hukum dengan sempurna pun mempunyai masalah (belum tentu benar). Sebenarnya masalah manusia bukan masalah moral tetapi masalah hati (spiritual). Manusia bisa melakukan segala yang baik tetapi hatinya belum tentu benar di hadapan  Allah. Jadi apa fungsinya hukum kalau begitu?

Fungsi hukum Taurat

Roma 10: 4  Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. Kegenapan dalam bahasa aslinya  Τέλος (telos) yang artinya akhir dari sebuah tujuan. Dengan perkataan lain, akhir dari diberikannya hukum Taurat adalah Kristus.

Bagaimana hukum tersebut bisa menuntun kita kepada Kristus ?

1.     Menyatakan betapa besar dosa dan kejahatan manusia.
Contoh yang diberikan oleh Rasul Paulus pada Roma 7:7 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" Seseorang tidak tahu bahwa kalau mengingini milik orang itu adalah dosa sampai diberikan hukum,”Jangan mengingini”. Dosa menjadi nyata dengan adanya hukum. Oleh karena itu tidak pernah ada istilah korban penghapusan dosa sebelum diberikan hukum , yang ada adalah korban bakaran. Setelah diberikan hukum di atas gunung Sinai baru ada korban penghapusan dosa, karena dengan itu dosa menjadi nyata. Mereka sadar bahwa mereka orang berdosa sehingga harus memberi korban penghapusan dosa.
2.     Manusia menjadi sadar bahwa dirinya tidak bisa (berdaya) menghapus dan melawan dosa.
Agustinus  memakai istilah non posse non peccare artinya manusia tidak bisa tidak berbuat Dosa.  Banyak tokoh Alkitab ,baik tokoh besar seperti Daud maupun tokoh kecil tapi tidak ada yang sempurna. Daud yang merupakan salah satu pahlawan yang paling besar melakukan dosa besar. Ia mengirimkan sang suami (Uria) ke medan perang agar meninggal untuk mengambil istrinya (Batsyeba). Ini adalah dosa yang besar. Semuanya dicatat secara gambalang. Mengapa tokoh-tokoh ini dicatat di dalam Alkitab? Supaya kontras antara Kristus dengan kita, manusia yang berdosa. Kristus telah dicobai tetapi tidak jatuh dalam dosa.
3.     Melalui hukum, manusia menjadi sadar bahwa hukum tidak membawa keselamatan (justru membawa kutuk).
Misalnya saya mengemudi lalu disetop polisi. Dijelaskan bahwa saya telah melanggar peraturan lalu lintas (salah jalan). Saya coba beragumentasi dan menjelaskan, “Saya sudah mengemudi puluhan tahun dan tidak pernah melanggar peraturan lalu lintas sekalipun, tetapi kali ini hanya kesalahan kecil. Mohon maafkan saya.” Tetapi tidak dimaafkan. Mematuhi hukum tidak membayar hukum yang dilanggapi . Galatia 3:10. Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Artinya kalau kita melanggar satu saja kita melanggar semuanya. Berarti mau tidak mau manusia datang kepada Kristus, karena hanya yang bisa membenarkan manusia.

Kita sadar tidak bisa menolong diri sendiri sehingga membutuhkan Yesus karena hukum tidak bisa menolong. Maka jangan pernah sekali-kali berpikir bahwa hukum yang ditulis dalam Alkitab bertujuan mengubah orang jahat menjadi baik. Bukan itu tujuannya. Kalau seperti itu, Alkitab sama dengan kitab agama-agama lain. Kalau begitu pilih agama lain karena tidak perlu memberi perpuluhan dan week end masih bisa jalan-jalan (tidak usah ke gereja). Papa saya pun punya persepsi yang salah mengenai kekristenan. Saya dan saudara-saudara saya dikirim ke gereja supaya menjadi anak baik (menjadi anak yang patuh ke orang tua). Banyak yang mengalami hal yang sama seperti saya (orang tua mengirim kita agar menjadi orang baik). Masalah manusia adalah bukan masalah moral tetapi rohani. Tujuan hukum ditulis dalam Alkitab adalah untuk menuntun manusia kepada Kristus.

Penyelesaian Dosa oleh Kristus

Ibr 10:1-14. 1Di dalam hukum Taurat hanya terdapat BAYANGAN saja dari keselamatan yang akan datang, dan BUKAN HAKEKAT dari keselamatan itu sendiri. 4Sebab TIDAK MUNGKIN darah lembu jantan atau darah domba jantan MENGHAPUSKAN dosa. 11Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan BERULANG-ULANG mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. 12Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya SATU KORBAN saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, 14Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk SELAMA-LAMANYA mereka yang Ia kuduskan. 

Perbandingan kebenaran melalui hukum Taurat dan Kristus
-        Keselamatan dalam hukum Taurat hanyalah bayangan dari apa yang akan terjadi di masa mendatang (bukan keselamatan yang sesungguhnya) dan keselamatan itu pada hakekatnya ada pada Kristus sendiri.
-        Hukum Taurat mengharuskan imam untuk memberi darah lembu dan domba untuk menghapuskan dosa umatnya. Sedangkan Kristus memberi tubuh dan darahNya untuk menghapus dosa sekali  saja.
-        Imam adalah orang yang berdosa sehingga membutuhkan korban penghapus dosa, sedangkan Kristus tidak perlu karena Ia kudus.
-        Imam harus memberi korban berkali-kali sedang Kristus hanya sekali untuk selamanya (dosa kita yang terjadi di masa lalu, hari ini dan yang akan terjadi di masa mendatang, semuanya sudah dibayar lunas). Semuanya sudah ditebus olehNya. Jadi sekali diselamatkan, kita selamanya selamat. Dengan pengorbanan diri Kristus, maka tuntutan hukum Taurat kepada kita orang berdosa sudah dilunasi Kristus. Sehingga korban penghapusan dosa tidak diperlukan lagi.

Tuntutan kita sebagai orang berdosa dihapus oleh Yesus. Tuntutan korban sudah selesai. Yesus meniadakan yang sebelumnya (hukum Taurat) dan menegakkan yang baru (Kristus). Ini hanya bisa diterima dengan hikmat. Jadi tujuannya bukan untuk menjadikan orang buruk (jahat) menjadi baik, tetapi untuk memberikan hidup di dalam Kristus kepada orang-orang yang mati (berbuat dosa). Itu yang membuat agama kita berbeda dengan yang lain. Setelah diselamatkan, kita hidup seperti Kristus dan mentaati hukum Allah. Jadi ketaatan terhadap hukum adalah buah dari keselamatan bukan untuk mendapat keselamatan tersebut. Kekristenan berbeda dengan agama lain. Agama lain melakukan perbuatan baik  (do) untuk mendapat keselamatan. Kekristenan : done tidak perlu ada yang dilakukan karena semua sudah dilakukan Kristus sekali dan untuk selamanya.

Apa yang kita perlu lakukan  (aplikasi) ?

1.     Berdoa untuk orang-orang yang belum percaya (Roma 10:1 Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.).
Rasul Paulus mendoakan untuk saudara-saudaranya. Ia mendoakan bagi mereka supaya mereka bisa selamat. Padahal Rasul Paulus dianiaya oleh saudara-saudaranya. Mereka melihat Rasul Paulus sebagai orang murtad yang harus dibunuh (itu hukumnya). Doa dia ke Tuhan, “Kalau bisa aku menggantikan mereka supaya aku yang dihukum supaya mereka diselamatkan.” Jangan kita mendoakan musuh-musuh, adakah kita sudah mendoakan saudara, orang tua, teman-teman kita yang belum percaya?
2.     Menginjili dan memperkenalkan Kristus bagi mereka (Roma 10:2 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar).
Kalau mereka tidak diberitakan kebenaran bagaimana mungkin mereka bisa percaya dan diselamatkan? Saya pernah tinggal di AS cukup lama yakni 16 tahun. Sejak 1991 saya kuliah di AS dan pada tahun 2007 saya balik ke Indonesia. Saya tinggalkan kenikmatan tinggal di sana untuk menginjili orang tua dan teman-teman saya yang banyak belum percaya kepada Tuhan. Hidup enak bukanlah tujuan hidup di dunia melainkan membawa dan mempertemukan orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Kita seperti kemah kudus. Dulu bangsa Isarel menjadi pusat penyembahan Allah yang hidup, maka di zaman modern ini dikatakan tubuh kita adalah bait suci. Kita menjadi bait suci untuk menginjili teman-teman kita dan menjadi terang bagi orang tua kita.
3.     Takluk dan menerima kebenaran Allah (Rom 10:3 Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.)
Bagi yang belum percaya, ragu-ragu atau masih mengandalkan perbuatan baik, maka pada hari ini bertobatlah. Jangan seperti orang Israel yang tidak takut pada kebenaran Allah (hanya mendirikan kebenaran mereka sendiri). Seperti Adam dan Hawa yang mendirikan kebenaran sendiri dan mereka membangkang dan menolak perintah dan kebenaran Allah. Mereka membenarkan sendiri dan mengatakan bahwa Tuhan bohong (kalau aku makan buah itu maka aku akan menjadi seperti Allah) dan mereka memberontak. Jangan kita melakukan kesalahan yang sama. Karena kesalahan manusia pertama ini, kita menderita hari ini. Kita hidup dalam dunia yang telah terkutuk. Maka jangan mengulang kesalahan yang sama. Tidak ada keselamatan dalam perbuatan baik. Mari takluk pada kebenaran Allah. Hanya Kristus satu-satunya yang bisa menggenapi hukum Taurat dan menebus dosa kita sekali dan untuk selamanya. Maukah kita menerima Kristus sebagi Juruselamat satu-satunya bukan karena perbuatan kita? Kebenaran ini sungguh-sungguh memerdekakan kita (the truth set you free).

No comments:

Post a Comment