Sunday, September 24, 2017

Mendengar dan Melakukan Firman


Ev. Fuk Sen

Matius 7:24-27
24  "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
25  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
26  Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
27  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Pendahuluan

                Suatu kali seorang ayah berbincang-bincang dengan putranya. Sang Putra ini berencana untuk memasuki salah satu sekolah Alkitab yang ada di benua Eropa. Sang Ayah menyadari bahwa di Eropa banyak sekolah Alkitab mengajarkan yang tidak benar kepada para siswanya. Sebelum putranya berangkat ia bertanya,”Nak, apakah kamu percaya bahwa Alkitab adalah firman Tuhan? Jangan sampai setelah belajar di sekolah Alkitab membuat kamu tidak percaya Alkitab. Termasuk kitab Yunus adalah firman Tuhan juga!” Itulah pesan Sang Ayah kepada putranya sebelum berangkat ke sekolah teologia di Eropa. 2 tahun kemudian putranya pun pulang setelah menyelesaikan studinya. Papanya merasa bahagia sekali. Lalu ia bertanya kepada anaknya mengenai pandangan anaknya terhadap Alkitab, “Nak, apakah kamu masih percaya bahwa Alkitab ini adalah firman Tuhan? Apakah kamu percaya kitab Yunus adalah firman Tuhan dan bukan dongeng?” Mendengar pertanyaan itu, anaknya pun tertawa dan berkata, “Saya tidak percaya kitab Yunus adalah firman Tuhan! Itu dongeng!” Mendengar pernyataan anaknya ini Sang Ayah pun sangat terkejut. Begitu cepat anaknya terpengaruh sehingga tidak lagi menerima kitab Yunus sebagai firman Tuhan. Anaknya terpengaruh untuk menghilangkan kitab Yunus dari Alkitab. “Memang papa percaya bahwa kitab Yunus adalah bagian dari Alkitab dan kitab Yunus ada di Alkitab?” sang anak bertanya balik kepada ayahnya. Ayahnya menjawab dengan yakin, “Pasti ada! Papa akan mencari.” Lalu sang ayah mencari kitab Yunus di Perjanjian Lama. Ia membuka Perjanjian Lama dan ia tahu posisi kitab Yunus ada di mana. Namun alangkah terkejutnya Sang Ayah saat mendapati bahwa ia tidak menemukan kitab Yunus di Alkitab miliknya. Anaknya kembali bertanya,”Ada tidak Pa? Mana kitab Yunusnya?” Papanya penasaran dan mencari lagi, namun tetap tidak bisa menemukannya. Anaknya berkata, “Betul kan Pa, tidak ada kitab Yunus?” Ayahnya penasaran, ia bolak-balik mencari dan dengan putus asa menemukan fakta bahwa kitab Yunus tidak ada di Alkitabnya. Sang ayah bingung. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sang anak pun kemudian memberi penjelasan,”2 tahun lalu sebelum pergi, saya sudah merobek kitab Yunus dari Alkitab papa. Jadi kalau Papa mencari tidak akan menemukannya!” Ayahnya yang berkata, “Kamu harus pegang dan percaya pada Alkitab!” ternyata tidak mengetahui bahwa kitab Yunus sudah tidak ada di Alkitab nya! Hal ini sangat ironis. Orang yang belajar Alkitab malah tidak mengakui keberadaan kitab Yunus. Sang ayah yang mengajarkan anaknya kitab Yunus adalah bagian dari Alkitab juga tidak tahu kitab itu sudah dirobek dan hilang dari Alkitabnya!

Mendengar Firman Tuhan dengan Sungguh-Sungguh

Di dunia ini ada banyak orang Kristen yang secara kasat mata memegang firman Tuhan dan percaya Alkitab namun kondisinya tidak jauh berbeda dengan Sang Ayah tadi yang ternyata hanya di luarnya saja percaya Alkitab. Banyak orang Kristen yang tidak menghargai Alkitab dan hanya sekedar tahu firman Tuhan saja. Padahal Matius 7: 24  mengatakan,"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Dari ayat tersebut disimpulkan bahwa sebagai orang percaya kita harus mendengar firman Tuhan. Kita dipanggil untuk mendengar firman Tuhan. Setidaknya setiap Minggu kita mendengar firman Tuhan. Mendengar itu relatif mudah karena setiap orang yang punya telinga bisa mendengar. Tetapi apakah kita sungguh-sungguh mendengar? Apakah kita suka mendengar? Apakah saat datang ke gereja, kita sungguh-sungguh rindu mendengar firman Tuhan? Sebagai orang Kristen , setiap Minggu kita datang ke gereja, namun tidak semua orang Kristen punya sikap mau mendengar firman Tuhan. Ada jemaat yang datang ke gereja lalu ikut menyanyi puji-pujian, namun begitu sampai ke sesi khotbah , ia membuka tasnya dan mengeluarkan majalah. Jadi saat pendeta menyampaikan khotbah ia malah membaca majalah dari satu artikel ke artikel lain. Memang ada orang  seperti ini di gereja yang secara sengaja membawa majalah (atau bacaan lainnya). Ini suatu hal yang tidak baik. Saat datang ke gereja kita harus siap mendengar firman Tuhan.
Banyak orang Kristen yang menggunakan dan membaca Alkitab di perangkat telepon selulernya. Hal ini sebenarnya tidak masalah. Namun perlu waspada agar saat membuka ayat Alkitab di handphone jangan sampai keterusan membaca pesan-pesan lain yang masuk ke handphone. Ada yang saat membaca Alkitab, melihat ada pesan Whatsapp masuk lalu ia pun membuka dan membalas pesannya. Tak lama kemudian ia pun balas-balasan menerima dan mengirim pesan dan tidak lagi mendengarkan khotbah yang diberitakan. Ada juga orang yang saat firman Tuhan disampaikan asyik membuka laman Facebook.

Mendengar dan Melakukan Firman

Mendengar berarti sungguh-sungguh memperhatikan firman Tuhan yang disampaikan. Padahal iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17). Bagaimana firman Tuhan berbicara kepada diri sendiri kalau kita hanya fokus membaca pesan Whatsapp, status di Facebook atau artikel-artikel majalah alias  tidak mendengar firman Tuhan? Kalau hal ini terjadi maka tidak heran bila anak-anak Tuhan sepulang dari gereja merasa kerohaniannya kering, kosong dan tidak dapat apa-apa. Hal ini jelas bahwa kalau sibuk membaca Whatsapp dan Facebook mengakibatkan firman Tuhan tidak berbicara kepada saya. Ketika Tuhan Yesus berkhotbah di bukit, Ia berkata bahwa setiap orang harus mendengarkan. Sungguh-sungguh mendengarkan bukan sekedar mendengarkan saja. Selain mendengar juga melakukannya. Bila diminta untuk memilih mana yang lebih mudah antara “mendengar” dan “melakukan” Firman, maka akan lebih mudah untuk “mendengar”. Namun kalau “mendengar” saja kita sudah tidak bisa, bagaimana bisa “melakukan”? Karena kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Orang yang mendengar dengan sungguh-sungguh saja ada yang tidak bisa melakukannya, apalagi yang sekedar mendengarkan. Untuk mendengar juga tidak mudah. Saat mendengarkan khotbah, ada  jemaat yang mengantuk dan berusaha agar matanya tetap terbuka sehingga dibantu dengan senggolan oleh istrinya. Tetapi selain mendengar kita mau melakukan firman Tuhan. Kita percaya melakukan firman itu sama pentingnya dengan mendengar. Banyak orang tidak mau mendengar maupun melakukan firman Tuhan. Melakukan firman itu begitu penting. Orang yang bijaksana adalah orang yang bukan hanya mendengar tetapi juga melakukannya. Orang yang bodoh mendengar tetapi tidak melakukan. Seringkali kita menjadi orang yang sulit melakukan. Kita merasa dan bertanya-tanya apa yang kita dapatkan dengan mendengar dan melakukan firman Tuhan. Banyak orang melakukan sesuatu karena ingin mendapat imbalan.
Ada kisah tentang seorang pengantar makanan rantangan. Suatu kali saat mengantar makanan, dia mendengar di  televisi akan  ada perlombaan untuk mencari bakat penyanyi. Banyak orang berkata bahwa suaranya merdu sekali dan memuji suaranya. Ia pun merasa tertarik dengan pengumuman itu dan segera ia mendaftar. Lalu ia dipanggil dan diwawancarai. Saat mengikuti audisi, seorang juri bertanya,”Mengapa kamu sebagai pengantar makanan rantangan ingin ikut perlombaan ini?” Ia menjawab,”Karena saya mau terkenal dan mendapat uang yang banyak. Itu yang mendorong saya.” Ia pun berhenti dari profesinya sebagai pengantar makanan rantangan dan mengikuti kursus vocal. Melalui pesan singkat ke teman-teman dan orang yang dikenalnya, ia meminta dukungan mereka untuk memilihnya. Saat mengikut audisi, ia dinyatakan lulus! Ia kemudian ikut perlombaan , namun sayangnya saat di babak semifinal ia kalah. Setelah itu ia kembali lagi sebagai pengantar makanan rantangan. Mengapa? Ketika ia ikut lomba pencarian penyanyi berbakat, ia ingin menjadi terkenal dan mendapat banyak uang.
Percaya tidak dengan melakukan firman Tuhan, kita akan menjadi orang yang bijaksana, yang ketika menghadapi badai percobaan kita akan berdiri kokoh? Kita tidak menjadi orang yang bodoh dan kalah saat menghadapi masalah dan kesulitan. Itu yang akan kita dapatkan. Kita harus percaya, saat melakukan Firman Tuhan, ada faedah (manfaat) yang akan kita dapatkan. Jikalau kita tidak percaya maka  kita tidak akan pernah mendapatkan apa-apa. Kalau kita meragukan apa yang dilakukan maka kita tidak akan dapat apa-apa.

Melakukan Firman Tuhan Besar Manfaatnya

Suatu kali ada seorang Ibu datang ke dokter dan bertanya,”Dok, bisa bantu saya?” Rupanya ukuran badan Ibu ini cukup besar. “Ada tidak obat yang bisa membuat saya menjadi langsing?” ia bertanya lagi. Dokter menjawab, “Tidak ada! Tetapi saya punya satu resep agar ibu bisa langsing.” Pernyataan sang dokter membuat sang Ibu penasaran dan bertanya, “Apa resepnya?” Sang dokter menjawab,”Ibu hanya cukup melakukan satu latihan saja.” “Apa itu?” dengan cepat Sang Ibu bertanya. Sang dokter melanjutkan,”Ibu cukup geleng-geleng kepala saja!” Mendengar hal ini, Sang Ibu merasa heran. Apakah geleng-geleng kepala benar bisa membuat orang jadi kurus? Ibu ini jadi bertanya-tanya,”Yang benar Dok? Masa dengan geleng-geleng kepala saja bisa membuat langsing?” Dokter pun dengan yakin menjawab,”Benar!  Banyak pasien saya yang berhasil.” Ibu ini kemudian meminta penjelasan lebih lanjut,”Maksudnya bagaimana dok?” Dokter pun menguraikan ,”Maksudnya Ibu harus melakukannya setiap hari dan di manapun. Saat di pesta saat melihat banyak makananan yang enak, Ibu harus geleng-geleng kepala menolak mengambil makanan tersebut. Saat diajak teman makan di restoran dan melihat banyak makanan, Ibu harus geleng-geleng kepala. Dengan cara ini, Ibu baru bisa langsing.” 3 bulan kemudian Sang Ibu datang lagi. Dokter pun terkejut melihatnya,”Lho Bu, kok badannya masih besar? Ibu tidak melakukan apa yang saya minta?” Ibu ini memberi penjelasan,”Aduh Dok, memang benar kalau saya geleng kepala badan saya bisa kurus? Jangan-jangan malah tidak bisa buang air.”
Kalau kita tidak percaya firman Tuhan maka kita tidak akan mendapat apa-apa. Kalau firman itu dipercaya maka ia bisa mengubah dan memberkati kita. Pasti kita akan mendapatkan manfaatnya. Misalnya kita akan mendapat damai sejahtera. Kalau percaya maka pasti kita akan melakukannya. Kalau akan mendapat berkat Tuhan, kita pasti melakukannya. Tidak ada seorang pun yang rugi ketika melakukan firman Tuhan. Justru orang yang tidak melakukan firman yang menderita kerugian. Firman yang kita lakukan hidup dan berkuasa. Dengan firmanNya, Allah berkata, “jadilah Terang” maka terang pun jadi. “Jadilah cakrawala!” maka cakrawala pun jadi. Dengan firman Ia menciptakan dunia dan dunia pun jadi. Dengan firmanNya Ia berkata kepada orang lumpuh maka orang lumpuh berjalan. Dengan firmanNya, orang buta menjadi celik. Dengan firmanNya, orang yang sudah mati dibangkitkan. Kita percaya firman itu adalah firman yang punya kuasa. Kita seharusnya percaya bahwa firman itu berkuasa dan bukan sekedar perkataan manusia dan omong kosong belaka namun ada suatu kuasa di balik firman yang dilakukan . Kalau kita percaya saat melakukan firman , maka kuasa Firman luar biasa.

Mengabaikan Firman akan Kehilangan Berkat

Suatu kali ada seorang jemaat yang mengalami kesulitan untuk datang beribadah di gereja. Bosnya mengharuskannya bekerja di hari Minggu. Ia berdoa agar bisa datang beribadah di hari Minggu. Berkali-kali ia tidak bisa datang ke gereja sehingga ia memiliki kerinduan. Ia pun menghadap bosnya untuk meminta ijin agar bisa ke gereja. Ia diijinkan namun dengan banyak potongan terhadap gajinya. Ia pun kembali berdoa kepada Tuhan. Ternyata bosnya melihat usahanya di hari Minggu sepi sehingga tidak menguntungkan. Kalau usahanya tetap dibuka, maka kerugian akan membesar. Maka ia pun menutup toko di hari Minggu.  Mengapa jemaat ini  merasa senang sekali? Dimulai dari saat ia mau melakukan firman Tuhan, ada suatu kuasa. Ada suatu kuasa yang akan menjadi berkat bagi setiap orang yang melakukan Firman. Seringkali kita kehilangan berkat karena mengabaikan firman Tuhan. Kalau kita percaya, ada kuasa dan berkat yang jauh lebih besar.
Ada seorang jemaat yang diterima bekerja di bagian pembukuan. Suatu kali ia dipanggil bosnya yang memintanya,”Tolong kamu mengubah pembukuannya.” Sebagai anak Tuhan , ia tahu itu salah. Bosnya menegaskan, “Bisa tidak kamu melakukannya?” Ia pun menjawab,”Maaf Pak, saya tidak bisa melakukannya!” Bosnya terkejut. “Kamu berani menolak? Sekarang kamu pulang dan 3 hari lagi saya akan membicarakan pekerjaan kamu.”, Bosnya memberi perintah. Jemaat yang masih muda ini merasa pusing dan berpikir, “Jangan-jangan Bos mau memecatnya.” Tetapi sebagai anak Tuhan ia menyerahkan masalahnya dalam doa kepada Tuhan. 3 hari kemudian ia datang ke bosnya yang bertanya, “Apa benar kamu tidak mau melakukannya?” Ia berkata, “Maaf Bos, saya tidak bisa!” Ia sudah siap menerima konsekuensi apa pun. Namun Bosnya berkata kepada dia, “Kamulah orang yang saya cari selama ini. Orang yang jujur dan dapat dipercaya.” Seorang yang mengandalkan firman Tuhan tidak akan ditinggalkan Tuhan. Ada kuasa firman Tuhan yang berbicara. Adanya Firman itu tidak hanya berdampak pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain. Ketika gereja dipenuhi para jemaat namun masalahnya adalah bukan berapa jumlah jemaat yang mendengar firman Tuhan tetapi berapa jemaat yang melakukan firmanNya. Karena yang melakukan firman akan berdampak bagi orang lain. Kalau ada jemaat yang rindu melayani maka pelayanannya berdampak. Walau sekecil apapun ada dampaknya pada orang lain (tidak pernah sia-sia). Orang yang melakukan firman Tuhan akan berdampak bagi orang lain. Kalau menyadari hal ini, kita akan melakukannya.

Melakukan Firman akan Berdampak pada Orang Lain

Pada suatu sore hari setelah selesai ibadah saya mengajak putra saya makan di sebuah restoran di daerah Kelapa Gading. Saya pun kemudian memesan makanan. Saat menunggu pesanan tidak lama kemudian datang seorang hamba Tuhan yang lain padahal kami tidak janjian sebelumnya. Di Kelapa Gading terdapat banyak tempat makan, tetapi hari itu ia memilih tempat yang sama dengan saya. Mengapa bisa sama? Sewaktu melihat kami ia berkata,”Lho kok kamu makan di sini?” Karena kami sudah mulaimakan, ia pun beranjak ke meja lain. Selesai makan dan saat saya mau bayar, ternyata sudah ada yang membayarkan makanan saya. Siapa  yang bayar? Kasir mengatakan bahwa tadi ada seorang ibu yang menyumbangkan uangnya untuk Bapak. Saya pun teringat waktu tiba di restoran tadi, ada seorang jemaat yang pesan makanan untuk dibawa pulang. Ia melihat saya dan hanya melambaikan tangan saja. Saya baru tahu, ibu itulah yang membayarkan pesanan saya. Saya pun kemudian membayarkan pesanan di meja hamba Tuhan yang lain itu. Besok paginya,  ia mengirim pesan Whatsapp ke saya, “Zhuang dau xie xie. Zhuang dau sudah membayarkan makanan saya.” Sebenarnya ia mau membayarkan pesanan saya, tetapi dia terkejut karena sewaktu mau bayar, ada yang sudah membayarkan. Saat ia mau bayar makanan dia ternyata juga sudah ada yang membayari. Kasir restoran itu berkata, “Gereja ini apa-apaan ya? Saling membayarkan tetapi tidak memberi tahu.” Saat melakukan firman Tuhan maka akan berdampak dan akan saling mempengaruhi. Firman yang dilakukan tidak akan sia-sia. Kalau di gereja, ada orang yang melakukan Firman sekecil apapun yang dia percaya, akan berdampak ke orang lain. Kita bisa melihat di gereja, “Apa yang bisa saya lakukan untuk melakukan firman Tuhan?” Percayalah saat dilakukan, tidak sia-sia dan akan berdampak bagi orang lain. Maka gereja akan dipenuhi dengan orang-orang yang melakukan Firman dan itu dimulai dari kita masing-masing.

No comments:

Post a Comment