Sunday, September 17, 2017

Memuji Allah dengan Penuh Semangat


Pdt. Hery Kwok

Maz 42:5  Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
Maz 34:9 Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
2 Taw 5:13 Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan,
Ezra 3:11 Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.

Pendahuluan

                “Memuji Allah dengan Penuh Semangat” adalah perkara yang penting karena di Alkitab bisa dilihat contoh-contoh di mana umatNya memuji dengan penuh semangat. Contoh : Korah melalui nyanyian pengajarannya pada Mazmur 42, Raja Daud memuji Allah pada Maz 34 , para peniup nafiri dan penyanyi pada 2 Tawarikh 5.  Suatu kali saya berbicara dengan seorang anak Tuhan yang yang hobinya bermain golf. Kalau di akhir pekan (Sabtu) ia bisa pergi dari rumahnya pk 5 pagi (atau pk 4 kalau jarak tempuhnya jauh). Mengapa ia rajin bermain golf dan mau berangkat pada pagi hari? Hal ini sudah dilakukannya selama puluhan tahun berarti ada sesuatu yang berarti yang dialaminya melalui kegiatan tersebut dalam hidupnya. Ia berkata,”Saya merasa senang dan bersemangat karena di sana saya menemukan kesenangan bisa berkumpul dengan teman-teman. Selain berolah-raga juga bisa ketemu teman dan kolega bisnis sehingga saya suka ke sana.”

Semangat dalam Memuji Allah

Di dalam kata “semangat” ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yakni :

a.     kesenanganan.
Bagaimana orang berkata ia sedang bersemangat namun tidak ada kesenangannya? Ada seorang Bapak yang rajin mencari uang sehingga bekerja penuh dari Senin-Minggu. Ia berkata,”Mencari uang itu adalah perkara penting! Kalau tidak cari uang maka saya tidak bisa menghidupi keluarga saya” Karena menganggap penting sekali mencari uang maka ia pun berkonsentrasi dan bersemangat melakukannya.
b.     gairah (passion)
Kalau orang tidak memiliki semangat maka ia punya kekuatan untuk menjalini hidupnya. Bahkan bila menjalani hidup berumah tangga tanpa semangat ibarat kita menjalaninya seperti di neraka. Tanpa semangat, kehidupan berumah tangga akan dijalani sebagai rutinitas belaka dan suatu saat akan mengalami titik jenuh sehingga akhirnya pasangan suami istri akan bercerai. Kalaupun tidak bercerai, maka kehidupannya dijalani dalam bentuk tanpa makna.

                Bila didefinisikan bersemangat berarti giat , bergairah, hati dan batinnya dipenuhi semangat. Dalam kata semangat terkandung kekuatan dan tenaga. Kalau orang sudah putus asa (tanpa semangat) berarti orang itu sudah mati. Kalau berbisnis tanpa semangat maka berarti usahanya sudah tamat. Ada juga pasangan yang mengalami putus cinta dan tidak diberi semangat bisa melakukan usaha bunuh diri seperti minum racun dan lain-lain.
Pada film Korea berlatar belakang kerajaan biasanya mengadung pesan-pesan yang dalam. Ada suatu film yang mengisahkan seorang perempuan yang diperebutkan oleh 2 orang raja dan beberapa lelaki lainnya. Hal ini berarti sang perempuan memiliki kelebihan karena ia bisa membuat beberapa laki-laki jatuh cinta kepadanya. Namun sayangnya Sang Perempuan ini mati dipanah musuh sehingga membuat kedua raja tersebut patah hati. Satu raja mewakili kerajaan Tiongkok sampai tidak bisa berbicara (gagap) dan merasa putus asa. Sedangkan yang satu lagi raja Korea yang kemudian menjadi frustasi dan tidak semangat lagi memimpin rakyatnya. Sutradara film tersebut coba memberikan gambaran cinta yang luar biasa yang mengakibatkan orang-orang yang  putus cinta jadi collapse.
                Memuji Allah tanpa semangat membuat ibadah seperti hanya berupa legalitas atau fomalitas belaka di mana orang-orang datang ke gereja tanpa merasakan kepuasan dari Allah karena di dalamnya mungkin tidak menikmati puji-pujian yang dinyanyikan dengan penuh semangat. Bila ibadah dilakukan tanpa semangat maka ibadah akan menjadi kering, kaku dam tidak menyentuh jiwa. Bulan ini temanya tentang ibadah. Pada minggu pertama diingatkan betapa pentingnya beribadah. Allah sendiri yang membawa umatNya keluar dari Mesir untuk beribadah di padang gurun. Begitu pentingnya ibadah sehingga Firaun yang berusaha mencegahnya dijatuhi 10 tulah. Di mana pada tulah terakhir yang menjadi puncak tulah terjadi kematian anak sulung baik dari manusia maupun dari hewan. Ibadah penting karena Allah ingin berbicara dan bertemu umatNya karena Ia mencintai umatNya. Itulah sebabnya kita diingatkan untuk sungguh-sungguh beribadah bukan karena sekedar aturan dari gereja.
                Selanjutnya saat datang beribadah juga diingatkan agar kita mempersiapkan hati dan penampilan kita. Mempersiapkan ibadah itu bagian yang penting karena kita akan berjumpa Allah yang hidup, bila sembarang maka kita sendiri yang susah. Beberapa suku khususnya di Timur memiliki kebiasaan di mana tidak boleh berpakaian asal saja seperti mau pergi ke pasar (seperti mengenakan T-shirt, jean bahkan pakai celana selutut).

Alasan Memuji Allah dengan Penuh Semangat

                Waktu menemui Allah apakah kita melakukannya dengan penuh semangat? Ada 2 alasan mengapa kita memuji Allah dengan semangat :

1.    Sudah mengalami dan menikmati kebaikan Allah.

Pada Maz 42 ditulis Korah bahwa bani Israel mengalami kesulitan untuk  beribadah di negara asing. Kerinduan dia datang beribadah digambarkan seperti rusa yang haus air di mana bila tidak mendapat air maka sang rusa akan mati. Seperti rusa yang haus air, maka kita juga haus beribadah. Di negeri orang lain, penduduk asli mengejak, “Di mana Allahmu?” Makanya ia menulis,”Mengapa saat sedang gundang gulana, waktu di Israel aku merayakan puji-pujian di rumah Tuhan” Kalau kita sedih maka untuk datang kepada Tuhan, kita seringkali merasa malas. Saat melakukan pembesukan, saya sering bertanya,Mengapa tidak ke gereja?” dan ada yang menjawab,”Karena sedang susah sehingga malas datang beribadah.” Hal ini ibarat sudah miskin tapi sombong tidak mau cari Tuhan. Seharusnya saat sedang gundah gulana, kita datang ke rumah Tuhan untuk beribadah dan memuji dengan luar biasa.
Pemazmur punya semangat memuji Tuhan karena pada kitab Mazmur 34 ia mengatakan,”Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan!” Kita memuji dengan semangat karena kita telah mengalami dan menikmati sendiri kebaikan Allah. Hanya orang-orang yang telah menikmati kebaikan Allah,  mulutnya tidak akan pernah bungkam untuk memujiNya dengan penuh semangat. Seperti orang Israel yang telah mengalami pertolongan Tuhan dengan nyata. Bagi Allahlah mereka hidup sehingga mereka menyembahNya. Seluruh pekerjaan Allah baik, sehingga patut dirayakan.
          Bila segala sesuatu hari lepas hari berjalan dengan baik, apakah hal itu baik tidak? Kebaikan Allah kita rasakan setiap hari. Waktu orang Israel keluar dari Mesir ke tanah Kanaan , mujizat yang dilakukan Allah dengan membelah laut hanya terjadi sekali. Selebihnya Tuhan dengan segala kesabaran dan kesetiaanNya memelihara dengan memberi makan selama 40 tahun. Allah yang membuat baju dan sepatu mereka tidak rusak selama 40 tahun mengembara di padang gurun. Bukankah mujizat spektakuler terjadi sekali-kali dan itupun dalam bentuk berlainan? Tetapi penyertaan Allah dengan kebaikan Allah setiap hari seringkali dilupakan manusia  karena manusia menganggapnya biasa. Bahkan ada yang sering menganggapnya sebagai hukum alam. Waktu Allah memberi terang dan hujan, maka itu dianggap sebagai fenomena alam (dianggap biasa). Padahal di Kitab Suci dikatakan Alah membuat hujan berhenti, bahkan di Perjanjian Lama dikatakan bahwa matahari bisa mundur karena Tuhan.
Kemarin kami melakukan pembesukan ke RS Hermina. Dokter di sana berkata, “Pak Hery orang sakit di bangsal perawatan tidak ada, adanya di bangsal anak. Itu pun hanya satu orang anak saja” Tetapi biar bagaimana pun 1 orang anak pun penting. Jadi kami hanya mendoakan 1 orang anak sekolah Minggu.  Ia begitu memiliki kerinduan untuk bernyanyi. Waktu mau pulang saya bertanya, “Dok kami mau pulang, ada lagi yang ingin didoakan?” Dia berkata, “Tunggu ya. Moga-moga ada orang dewasa yang ingin didoakan.” Jadi kami menunggu sehingga kami tidak masuk ke dalam lift yang sudah terbuka. Satpam mungkin mengira untuk apa kami menunggu di depan lift. Tetapi ternyata ada seorang ibu yang punya penyakit kekurangan Kalium sehingga jari-jarinya tidak bisa ditekuk (tegang). Ibu Lince yang ikut pembesukan berkata ,”Kurang makan pisang hijau.” Waktu saya perhatikan tangannya kaku tidak bisa ditekuk membuat saya tertegun. Waktu berdoa saya pegang tangannya yang diberi kutek merah, benar-benar terasa kaku. Terkadang saya berpikir, kita bisa menekuk tangan namun kita seringkali tidak mengerti kebaikan Allah.
          Kita anggap kebaikan Allahkah kalau kita bisa bertepuk tangan? Maka kita tidak lagi menikmati dan mengecap betapa baiknya Allah. Apakah kita berpikir kebaikan Allah hanya dalam bentuk mujizat? Itukah kebaikan Allah? Dengan bertambah usia, stamina tubuh banyak berkurang. Beberapa waktu lalu saya mengalami kesulitan untuk buang air besar. Itu bukan sekedar pangilan alam. Selama ini lancar buang air besar dianggap biasa. Walau pun saya sudah banyak makan pepaya, tetapi tetap tidak bisa ke belakang. Jadi apakah kita bisa ke WC bukan karena kebaikan Allah? Maka pemazmur berkata, “Coba kecaplah dan nikmati Allah” di situ hati kita akan memuji Allah.
Bernyanyi bukan milik orang-orang karismatik semata. Walau pun mereka menyanyi dengan hati mereka karena mereka menikmati Allah itu baik. Beberapa kali saya khotbah di gereja Pantekosta dan bertanya,”Bapak-Ibu mengapa menyanyi dengan penuh semangat?” Mereka menjawab ,”Karena Allah itu baik.” Saya 3 kali menangis menyanyikan puji-pujian saat beribadah. Terkahir saat firman Tuhan mau disampaikan saya menangis. Padahal Wewe dan Ervina memimpin puji-pujian. Yang kedua, waktu seorang liturgos sebuah gereja Pantekosta memimpin pujian saya menangis. Ada juga di kejadian pada persekutuan remaja di GKI saya menangis saat diajak menyanyi oleh MC-nya,”Ya Tuhan setiap jam aku perlu Engkau.” Saya nangis waktu mendengar syair itu,”Apakah benar setiap jam saya perlu Tuhan?” Pujian itu sepertinya mengingatkan saya ,”Apakah betul kamu merasakan bahwa Tuhan itu baik?” Biasanya engkau mencari Aku kalau ada perlu. Saat sakit engkau berteriak minta pertolonganKu. Engkau mencari aku saat susah mencari sekolah untuk anakmu atau saat pasangan hidup bermasalah dalam kehidupan  rumah tangga. Saya menangis karena tidak tiap jam tidak mencariNya. Saya disentuh Tuhan. Sehingga waktu menyanyi saya merasa salah. Saya menangis padahal harus memimpin doa. Ingus sudah saya lap namun terus turun. Saya berdoa dengan terpatah-patah. Sulit bagi saya untuk berdoa dengan lancar. Herannya waktu persekutuan selesai dan jemaat remaja pulang, mereka berkata, “Ko doanya dahsyat.” Bagi remaja dahsyat karena mungkin mereka melihat bagaimana saya mengecap kebaikan Allah. Kita duduk di sini apakah mengecap bahwa Allah itu baik?
Beberapa minggu lalu saya khotbah di sebuah kantor. Pemilknya menyampaikan pernyataan yang bagus sekali. Hidupnya dulu susah. Ia ditaruh di rumah yatim piatu Vinsensius, Kramat. Dari sana ia berkembang menjadi orang hebat. Ia bertanya,”Pak Hery bagaimana Bapak tahu kalau gula itu manis?” Saya menjawab,”Harus dicicip.” Ia berkata, “Betul! Lalu bagaimana Pak Hery tahu garam itu rasanya asin?” Saya menjawab lagi,”Harus ada di lidah saya baru saya tahu garam itu asin.” Bagaimana engkau tahu Allah itu baik kalau tidak menikmati Dia? Waktu Tuhan menciptakan manusia ada 2 tujuannya yaitu kita harus menyembah , meninggikan Dia dalam seluruh hidup kita dan agar kita menikmati Dia dan mengalami hidup bersama Dia. Hidup seperti itulah yang membuat kita duduk di sini dan mau memuji Dia dengan penuh semangat. Setiap pujian rohani mengatakan Allah baik. Pada 2 Taw dan Ezra dikatakan mengapa mereka memuji dengan nyaring karena bahwasanya Dia baik. Konteks latar belakang 2 Taw 5 adalah saat Salomo menahbiskan bait Allah yang dibangun dengan megah dan Salomo mengatakan di Maz 127 kalau bukan Tuhan yang melakukannya, maka sia-sialah usaha manusia. Salomo merasakan kebaikan Allah sehingga ia minta penyanyi menyanyi untuk meninggikan Allah karena Dia baik. Kitab Ezra dilatar belakangi saat umat Israel dibuang ke Babel lalu dikembalikan lagi untuk meletakkan batu pertama pendirian bait Allah. Di situ mereka menyanyikan bahwa Allah itu baik. Bagaimana mungkin musuh memberi ijin untuk mendirikan bait Allah bahkan memasok dana yang dibutuhkannya? Di situ mereka merasakan Allah itu baik.
          Waktu kita tidur dan kemudian membuka kelopak mata , itu karena kebaikan Allah. Kemarin kami membesuk ayi Sari yang jatuh dari bangku dan tulang belakangnya ada yang retak. Sepanjang hari ia tidur. Waktu dibangunkan ia merasa pusing. Lalu ia tidur lagi supaya tidak pusing. Kalau kita tidur terus maka kita akan pusing. Allah mengijinkan kita bangun supaya kita tidak pusing. Jangan pikir kita bisa bangun karena hukum alam, karena kalau bukan Allah yang ijinkan, kita tidak akan bangun. Kita juga melihat kebaikan Allah saat membesuk. Kalau kita tidak menikmati kebaikan Allah maka kita sulit memujiNya dengan semangat. Saya termasuk orang yang fals kalau bernyanyi. Nadanya bisa tidak sesuai. Tapi hati saya senang memuji Tuhan dan berusaha mengikuti lagu pujiannya. Karena saya memang menikmati bahwa Allah itu baik. Beberapa hari lalu, saat shi mu kuliah Mandarin, saya berada di rumah sendiri , maka berdoa dan memuji Tuhan karena kebutuhan dana sebesar  Rp 100 juta untuk misi di NTT dicukupi Tuhan dari nol. Di situ saya bersyukur. Kebaikan Tuhan dimulai dari saat kita membuka mata sampai tidur kembali. Masakan kebaikan Dia yang hebat tidak membuat kita menyanyi dan mengagungkanNya dengan hebat dan bersemangat?

2.    Mendapat kelegaan, kelepasan dan kepuasan saat memuji

Kalau orang yang mengalami pergumulan datang ke psikolog, maka psikolog akan berkata,”Ceritakanlah apa yang menjadi masalahmu. Jangan ditutup-tutupi. Silahkan, kalau mau menangis.” Maka orang tersebut akan bercerita, bahkan mungkin sampai menangis. Terapi itu dilakukan agar hati orang itu menjadi lega. Beban yang ada di dalam hatinya terbongkar. Maka di ruang konseling saya hanya menyiapkan 2 macam benda yaitu air minum dan tisue. Karena kadang saat menangis tisue terus diambil. Setelah pakai tisue, saya sodorkan segelas air yang langsung dihabiskan. Lalu certa lagi dan saya sodorkan air lagi yang dihabiskannya kembali. Terkadang sekali pertemuan bisa menghabiskan 4 gelas. Setelah itu selesai. Saya bertanya, “Apa ibu puas?” atau  “Apakah Bapak sudah lega?” Dan biasanya mereka  berkata, “Sudah enakan.” Lalu saya katakan,”Sekarang pulang dan banyak berdoa.” Mengapa terapi itu dilakukan? Karena waktu mengungkapkan sesuatu maka hati kita tidak lagi tertindih beban. Waktu memuji Tuhan, maka hatimu keluar. Tenaga dan suaramu keluar untuk memuji Tuhan. Jiwa dan roh kita memberikan ungkapan dari hati kita untuk Tuhan. Kita akan dipuaskan Allah di dalam puji-pujian. Mengapa waktu kita melihat orang karismatik setelah pulang sangat riang sedang orang protestan tidak? Karena kita tidak menikmati kelepasan yang Allah berikan dalam pujian. Maka coba lihat sikap kita dalam menyampaikan pujian. Jangan berkata, “Kalau tidak dipuji maka Allah kehilangan kemegahan dan keagunganNya.” Itu keliru. Dia agung di dalam diriNya. Dia mulia di dalam namaNya. Dia tidak pernah kehilangan kemuliaanNya kalau ciptaanNya tidak memuji Dia.
Saat menyembah kita diberi kesempatan untuk memuji Allah dengan kata-kata yang luar biasa. Itu sebabnya , orang yang memuji dengan segenap hati maka ia akan mendapatkan kelegaan saat pulang.  Guo shi mu mau mengumpulkan seluruh petugas bidang ibadah (singer dan liturgos) dan ingin mengemas kembali pujian dan penyembahan. Kita ingin agar yang memimpin menikmatinya dan memuji Tuhan dengan luar biasa. Karena kalau kita memuji Tuhan dengan luar biasa, maka hati kita sudah disiapkan untuk mendengar firman Tuhan. Kesalahan kita saat kita berpikir bahwa beribadah adalah sekedar mendengar firman Tuhan. Sehingga walau datangnya terlambat namun setelah mendengar firman Tuhan merasa cukup. Memang intinya ibadah adalah firman Tuhan, namun ibadah tidak lepas dari pujian. Maka 10 menit sebelum ibadah, MC akan mengajak jemaat beryanyi untuk mempersiapkan hati. Kalau konsep memuji Tuhan benar, saat mendengar pujian sudah dimulai maka orang yang berada di kantin akan segera berlari masuk ke ruang ibadah untuk ikut memuji Dia dengan benar. Itulah sebabnya mengapa pemzamur berkata, “Aku berlari dengan sorak sorai karena jiwaku dipuaskan oleh Allah.” Itu sebabnya gereja kita akan memperbarui dan mencoba melihat kekuatan pujian ini. Bukan hanya suku tertentu yang bisa menyanyi. Orang Tionghoa juga bisa. Hal ini bisa dilihat dari ada banyaknya buku pujian Mandarin. Kalau kita senang memuji maka raut wajah kita akan lentur dan bagus ditinjau dari sisi kesehatan. Kalau pekerjaan kita hanya ‘menghitung uang’ saja, maka bentuk mulut kita hanya datar. Tapi saat memuji maka mulut kita akan bergerak mengikuti lagu yang dinyanyikan dan hal itu menjadi ‘terapi kesehatan’ untuk wajah kita. 

          Orang yang pian sui sangat sulit untuk berbicara sehingga perlu diterapi agar urat syarafnya menjadi sedikit lentur. Penderita stroke (pian sui) sangat tersiksa untuk mengeluarkan suara. Yang membuat sengsara orang yang menderita stroke adalah ia mau melakukan sesuatu tetapi tidak bisa. Misalnya : ia mau berbicara, tetapi tidak bisa dilakukannya. Kalau saat ini kita masih bisa berbicara dan memuji Tuhan tapi tidak melakukannya dengan baik, maka kita akan menyesal. Mari mulai hari ini kita datang beribadah untuk memuji Dia dengan penuh semangat. Karena di sanalah kita akan menikmati Allah dan mendapatkan kelegaan daripadaNya.

No comments:

Post a Comment