Sunday, November 27, 2016

Zakheus yang Diubahkan


Ev. Jimmy Lukas

Lukas 19:1-10
1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
4  Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
5  Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."
6  Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
7  Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
8  Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
9  Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.
10  Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."


Pendahuluan

                Kejadian belakangan  ini membuat kita seharusnya lebih menghargai kesempatan untuk beribadah dan waktu kita untuk bersama dengan saudara seiman. Mungkin di masa mendatang, bisa beribadah menjadi anugerah khusus, karena kita akan mengalami kesulitan untuk mengekspresikan iman. Saat-saat ini merupakan masa genting dan kita perlu banyak berdoa. Ketika peristiwa demo yang lalu terjadi dan kata-kata makian keras muncul di media sosial, saya mulai mengkaji apa yang menyebabkan orang-orang tertentu ingin mendirikan negara agama dan hal itu berpotensi menyebabkan orang-orang Kristen dan orang-orang keturunan Tionghoa menjadi korban. Dengan mempelajari sejarah dapat diketahui bahwa sejak tahun 1800 , setiap terjadi perubahan politik maka orang-orang keturunan Tionghoa dan orang-orang Kristen telah menjadi korban. Mengapa? Kita dengan mudah bisa dibuang dan disisihkan karena kehadirannya tidak berdampak di tengah masyarakat (tidak bisa dirasakan di masyarakat). Kita lebih mirip Jailangkung daripada Tuhan Yesus. Jailangkung datang tidak diundang dan pulang tidak diantar. Mungkin kuntilanak lebih berpengaruh daripada orang Kristen karena kehadirannya bisa membuat orang menjerit-jerit, sedang kehadiran orang Kristen tidak berdampak. Padahal Alkitab memberikan kita teladan bagaimana orang Kristen seharusnya hidup di tengah bangsa ini dan  hidup di tengah-tengah orang yang membencinya. Alkitab memberi teladan Zakheus.

Zakheus Bertobat dan Berubah!

                Zakheus yang bertubuh pendek tidak bisa diremehkan karena ia adalah seorang pemungut cukai (pajak) yang posisinya cukup tinggi, gajinya cukup besar dan memiliki banyak harta. Tetapi dengan mempelajari latar belakangnya ternyata diketahui bahwa bukan saja seorang pemimpin di penarik pajak tapi ia juga melakukan korupsi sehingga teramat kaya. Mengapa orang seperti Zakheus yang pendek dan secara fisik tidak signifikan di tengah masyarakat,  mau mengejar karir sedemikian rupa sehingga mengalahkan keterbatasannya dan berada di posisi yang cukup tinggi? Mengapa ia menjadi begitu beringas untuk mengumpulkan harta yang begitu banyak? Saya pikir, ia mati-matian mengumpulkan harta karena hidupnya berorientasi pada dirinya sendiri. Tubuhnya kecil dan  pendek, mungkin tidak sampai semeter. Tingginya tidak signifikan sehingga ia sering diremehkan dan dilecehkan, sehingga mungkin membuatnya marah dan memanipulasi orang lain melalui pajak. Zakheus orang yang berorientasi pada dirinya sendiri (yang penting elu tidak bisa bully gua, yang penting gua kaya dan senang dll). Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia tetap manusia biasa yang merindukan kebenaran.
                Agustinus berkata, “Di dalam hati manusia ada sumur yang sangat dalam yang tidak bisa diisi oleh apapun juga kecuali oleh Allah. Kita bisa mengisi dengan kekayaan, reputasi dan cita. Tapi relung hati hanya bisa diisi oleh Allah, ia diciptakan khusus oleh Allah. Sehingga Zakheus walaupun egois (selfish)  tapi ia merindukan kebenaran. Begitu mendengar Tuhan Yesus datang, ia pun berlari-lari mendahului massa, tapi karena tubuhnya kecil dan terdapat banyak orang maka ia tidak bisa menembus kerumuman tersebut. Ia kemudian naik ke pohon ara dan menunggu Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang berjalan melaluinya melihat Zakehus lalu berkata, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (Lukas 19:5).  Ini sebuah undangan, seruan, proklamasi bahwa Yesus yang dielu-elukan orang banyak menerima Zakheus apa adanya. LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) menerjemahkannya secara tepat dari bahasa aslinya. Yesus tidak mengatakan, “Aku mau menumpang di rumah mu. Boleh tidak?” Tetapi ” "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Dalam perkataan ini, ada semacam desakan dari Yesus. Ini tidak biasa. Yang punya rumah adalah Zakheus sedangkan yang mau menumpang adalah Yesus. Di mana-mana orang yang mau menumpang bertanya dulu (bukan maksa). Misal ,”Bro, boleh tidak menumpang?” Tetapi Tuhan Yesus tidak begitu. Zakheus pemungut cukai yang bekerja di bawah kekaisaran Roma yang menjajah Yahudi waktu itu. Orang Yahudi punya kebanggaan atas kewargaaannya (mereka warga negara utama). Kita orang Tionghoa tidak dianggap. Tiba-tiba mereka dijajah oleh kekaisaran Roma. Perasaan mereka benci luar bisa pada orang yang menduduki negera mereka. Dan Zakheus adalah orang yang keturunan Abraham tetapi bekerja pada penjajah dan menjajah bangsanya sendiri. Sehingga ia benar-benar dibenci oleh orang-orang sebangsanya. Walau ia kaya dan hebat, tetapi jadi tidak hebat karena Zakheus mengkhianati bangsanya sendiri.
                Bila menghadapi Zakheus ada orang yang benci dan hal ini tidak bisa ditutupi. Karena kalau pun ditutupi maka suatu kali akan terbuka juga. Kebencian terhadap Zakheus diekspresikan. Di mata orang sebangsanya, ia bukan siapa-siapa. Tapi ketika berkata seperti itu (Aku harus menumpang di rumahmu), Tuhan Yesus menerima Zakheus (Aku menerimamu apa adanya dan aku mau berjamu denganmu) Sementara orang lain meremehkan , Tuhan Yesus meninggikan. Orang lain menolak, Yesus menerima. Orang lain menilai Zakheus secara negatif, Tuhan Yesus tetap melihat esensi dari Zakheus. Perjumpaan Yesus dengan Zakheus mengubah hidup Zakheus menjadi orang baru. Kesediaan Yesus makan di rumahnya bukan saja penerimaan Yesus tetapi juga pengakuan bahwa ia keturunan Abraham seperti orang Yahudi lainnya. Ia percaya dan mempercayakan dirinya pada Yesus. Iman  berarti mempercayai Yesus dan mempercayakan diri pada Yesus. Ini yang dilakukan Zakheus. Ia mempercayakan diri pada Tuhan Yesus. Zakheus pecaya dan melepaskan berhala dan kekayaannya , lalu berbalik kepada Yesus tempatnya bersandar. Sehingga ia berkata"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Lukas 9:8).  Kalau ia tipe bully menggunakan jabatan untuk diri sendiri, maka betapa kayanya Zakheus. Namun ia menerima Tuhan Yesus, bertobat dan melepaskan kekayaannya dan memeluk Yesus. Setengah dari kekayaan diberikan ke orang miskin. Sisanya tinggal setengah. Bila sisanya misalnya ½ nya dari orang yang dipalak dikembalikan empat kali lipat maka sisanya praktis tidak ada. Ketika seseorang berjumpa dengan Tuhan Yesus, pilihannya ada dua yakni  menerima atau menolak Yesus. Menerima Yesus berarti mempercayakan diri pada Yesus dan Yesus akan memeliharanya. Hal-hal lain menjadi tidak penting seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam Filipi 3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus. Orang yang mengalami Yesus dan mempercayakan diri pada Yesus akan menganggap hal lain selain Yesus tidak berarti.
                Kita bisa melihat ilustrasi dengan mengangkat 1 jari kita dan fokus pada jari tersebut. Apa yang dilihat pada sekeliling jari tersebut? Sekeliling jari menjadi blur. Ketika kita fokus pada sesuatu , maka hal-hal lain di luar fokus menjadi buram dan tidak penting (signifikan). Ketika mata kita terarah pada Yesus, maka segala sesuatu di luar Yesus menjadi buram. Ketika percaya Yesus maka hidup kita benar-benar mengalami perubahan. Pertobatan bukan saja perubahan internal dari kebiasaan lama menjadi baru. Seringkali Ini yang ditekankan. Misalnya : dahulu merokok dan makan sembarangan sekarang tidak lagi. Dulu suka main tangan terhadap istri sekarang tidak. Tetapi pertobatan berbicara mengenai perubahan menyeluruh dari segala aspek kehidupan. Pertobatan itu bersifat general dan overall (semua). Sehingga Yohanes pembaptis berkata, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Matius 3:8).  
Kalau bertobat harus berbuah yang sesuai. George Horace Gallup (1901 –1984) (dalam majalah Leadership) berkata,”Ada perbedaan kecil di dalam tingkah laku etis antara orang yang pergi dan tidak pergi ke gereja. Ada banyak kebohongan dan ketidakjujuran di antara orang yang pergi ke gereja sama seperti di antara orang yang tidak pergi ke gereja. Semua orang berkata bahwa agama itu penting sayang tidak mengubah hidup. Orang mengatakan agama penting untuk mengalahkan depresi tapi tidak berdampak pada perubahan perilaku. Singkatnya, berdasarkan survei hidup orang Kristen di gereja dengan orang non Kristen di luar gereja tidak berbeda. Ini ironi yang sangat menyedihkan. Orang Kristen percaya bahwa dalam pertobatan terjadi sesuatu yang bersifat supranatural sekaligus natural. Pertobatan bukan saja keputusan akal budi. Teologi kekristenan mengajarkan bahwa pertobatan bersifat supra natural (adi kodrati) dan pertobatan menghasilkan lahir baru dan mengalami perubahan diri. Roh Kudus bekerja dalam diri saya sehingga perilaku saya secara otomatis mengalami perubahan. Perubahannya adalah  kesepakatan bahwa dosa adalah dosa dan bahwa saya harus hidup sesuai kehendak Allah (saya menunjukkan  perubahan). Di lain pihak pertobatan adalah karya Allah dalam diri saya sehingga saya harus menunjukkan perubahan yang signifikan.
Agama lain tidak melibatkan Allah dalam bentuk pertobatan (saya sadar untuk berubah dalam hidup kita, semoga amal ibadah diterima Tuhan). Itu bukan ajaran Tuhan. Seharusnya orang Kristen punya hidup yang betul-betul berbeda dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Namun hasil survei menyatakan bahwa ternyata tidak ada perbedaan yang signifkan antara orang Kristen dan non Krristen. Ini berarti celaka! Tanda tanya besar! Jadi apakah sudah pada lahir baru? Datang ke gereja puluhan tahun , tapi tidak lahir baru maka tidak masuk surga. Yoh 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Percaya kepada Yesus tidak menyelamatkan tapi lahir baru yang menyelamatkan. Orang lahir baru karena ia percaya Kristus. Orang yang berkata bahwa ia percaya belum tentu lahir baru. Kalau kita lahir baru mengapa gaya hidup kita tidak berbeda? Rodney "Gipsy" Smith MBE (1860 –1947) suatu malam di Afrika Selatan berkhotbah dan didengar oleh seorang pemuda Belanda dan kemudian menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Setelah pemuda itu bertobat, ia mendatangi seorang Belanda lainnya. Ia bertanya,”Apa engkau mengenal jam ini?” Yang dijawab,”Oh ini jam tangan saya. Ada inisial nama saya. Jam ini sudah hilang berpuluh tahun lalu. Kamu temu di mana?” Pemuda itu  berkata, “Saya mencurinya.” Pemiliknya bertanya,”Lalu apa yang menyebabkan engkau mau mengembalikannya kepada saya?” Pemuda ini menjawab,”Semalam saya bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat. Jadi saya mengembalikan apa yang telah saya curi pada hari ini.”
 Apa beda kita dengan Zakheus? Mungkin kita tinggi dia pendek. Tapi kita manusia yang sama. Allah mengasihi Zakheus dan kita. Apa yang Allah lakukan untuk Zakheus juga untuk ktia. Dia ingin mengubah hidup kita. Kalau ia sanggup mengubah Zakheus Ia juga sanggup mengubah hidup kita. Zakheus bertobat dengan memberikan harta ke orang lain, kita juga bisa. Pertobatan kita seharusnya menunjukkan perubahan yang nyata , berdampak dan secara sosial bisa dilihat.
                Setelah bertobat, menangis itu biasa. Apalagi pembawa khotbahnya pandai membawa suasana sehingga bisa membuat orang menangis dengan mudah. Tetapi setelah itu apa? Setelah menangis apa? Apakah kita menunjukkan perubahan secara hidup signifikan dan berdampak bagi orang lain? Zakehus bertobat, kelihatan perubahannya (sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat) dan pertobatannya berdampak sosial. Kalau tidak berdampak sosial, maka kita mudah dibuang. Zakheus , awalnya orang yang berorientasi pada diri sendiri dan memakmurkan diri sendiri dengan satu dan lain cara. Apa beda kita dengan Zakheus kalau kita bertobat tapi tidak berdampak? Kadang saya pikir, orang Kristen tidak beda dengan upil. Saya membandingkan bahwa upil itu dikilik enak, ditarik basah. Dipelintir enak dan dibuang jadi sampah. Asal upil dari sel darah putih (leukosit) yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh dan dari debu. Sel darah putih mempertahankan diri kita. Ia menjadi “jenazah” setelah mempertahankan diri manusia dari penyakit. Awalnya ia berguna. Saat tidak dibutuhkan lagi ia dibuang. Orang Kristen jadi upil, kalau tidak dibutuhkan maka diberangus (dibuang). Hal ini berbeda bila kita menjadi tangan kanan. Tidak ada yang membuangnya. Ibarat kita membuat tato naga di tangan saat kurus. Namun setelah bertambah gemuk, gambar naga-nya  menjadi seperti cacing tapi tangannya tidak dibuang. Kalau kita bermain pasir dengan anak lalu tangan kita menjadi kotor, maka tangan tersebut tidak diamputasi. Tangan tertoreh paku karatan dan bernanah  tidak diamputasi tapi dicari alternatif penyembuhan, karena tangan itu penting.
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13). Wajar dibuang karena tidak ada gunanya selain diberangus, dibredel dan dipotong walau sepertinya kejam. Ini konsekuensi logis. Kehadiran kita memang tidak berdampak. Kadang kentut busuk lebih bagus daripada orang Kristen yang tidak berdampak. Sebagai orang Kristen tidak bisa seperti itu (ada bagus, tidak ada tidak apa-apa), entah minoritas atau mayoritas. Kita harus tunjukkan hidup kita dengan penuh dampak pada orang lain. Caranya mudah. Kalau sudah terima Tuhan Yesus, maka sudah saatnya mempercayakan diri pada Yesus. Ketika mempercayakan diri pada Yesus, maka kita mempercayakan bisinis, pekerjaan, keluarga pada Yesus. Mempercayakan semua aspek pada Yesus tidak berarti lepas tangan. Kita akan mengalami perubahan oreintasi. Sebelumnya hidup kita berusaha dengan kekuatan sendiri, sekarang hidup untuk kemuliaan Yesus. Dulu bisnis untuk mengejar keuntungan. Sekarang keuntungan Tuhan yang atur tapi tugas dan tanggung jawab kita adalah mengerjakan yang terbaik. Setelah mempercayakan hidup pada Yesus, kita ubah orientasi : dulu kejar karier demi keuntungan dan kepuasan pribadi, sekarang diubah menjadi demi kemuliaan Allah. Charles Haddon Spurgeon (pangeran pengkhotbah, 1834-1892) berkata, “Apa tujuan akhir manusia? Tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Allah selama-lamanya.” Sekarang untuk memuliakan dulu. Dulu memperkaya diri sekarang berdampak untuk orang lain.

Menjadi berdampak.

Mungkin saat ini adalah Yesus adalah benteng kita satu-satunya. Berita hari ini sekjen FPI berkata, “Bila sampai ada yang melarang mereka demo dan salat di jalan akan dibunuh, polisi sekalipun.” Kalau sampai ekstrim maka akan terjadi perang dengan polisi bila polisi juga keras. Gajah bertarung melawan gajah,pelanduk di tengah mati terjepit. Kita yang berada di tengah yang akan mati terjepit. Siapa benar dan siapa salah, itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan? Yang kita permasalahkan, konsekuensi logis semuanya apa? Belajar dari sejarah, siapa menang atau kalah , kita tetap diberangus. Kita harus membeli diri. Alkitab tidak melarang kita membela diri. Kita membeli diri tanpa kehilangan tujuan hidup di hadapan Allah. Kita tidak mengangkat senjata. Cara kita harus membela diri dengan signifikan dan cerdas. Bagaimana caranya? Jadikan kehadiranmu dan saudara seimanmu penting sehingga saudara seimanmu dan dirimu tidak bisa dibuang.
Dulu ada seorang guru kungfu cukup terkenal di Lokasari. Anaknya adalah teman saya. Dia tidak mau mengajarkan kungfunya ke sesama orang Tionghoa. Saat minum kopi bersama, saya bilang kepada teman saya,”Hal ini perlu kalau belajar dari sejarah”. Dia bilang kalau ada kerusuhan orang bisa melarikan diri ke luar negeri. Saya berkata,”Bisa. Tapi kalau dari Mangga Besar ke bandara berapa jauh? Kalau di tengah jalan dipegat bagaimana? Kamu jago. Kalau melawan 10 orang masih bisa menang tapi kalau lawan 100 orang bagaimana?” Yang kaya bisa beli tiket pesawat, begitu ada kerusuhan lari ke luar negeri, lalu mau bekerja apa di sana. Setelah itu balik ke Indonesia. Sama saja bukan? Hidup kita harus berdampak. Kalau tidak , maka tidak ada gunanya. Beda kalau kita memberdayakan 100 pemuda untuk diajarkan 25% dari ilmu dia, maka bisa menjadi satu pasukan. Maka orang tidak bisa sembarangan. Kalau orang Kristen menjadi kekuatan sosial, maka gereja tidak gampang diobok dan dibuang. Jadikan hidup berdampak. Buat apa jabatan dan kekayaan ? Tidak ada artinya. Bila tidak ada apa-apa di dunia dan kita bisa hidup aman, tentram, sentosa, tetapi setelah meninggal  siapa yang akan mengingat diri kita? Yang ingat hanyalah orang yang hidupnya pernah dipengaruhi dengan keberadaan kita. Dia akan menceritakan kisahmu pada cucunya. Kau mati tapi hidup dalam benak orang yang ditolong. Betapa rentan kekayaan dan kekuatan, kita membutuhkan komunitas Kristen yang berdampak.
                Pada Mei 98 saya sedang berada di Malang praktek di sebuah gereja yang sudah tua dan tidak besar  di kawasan China Town Surabaya. Ukuran gerejanya sebalkon dari gedung gereja GKKK Mangga Besar. Jemaat yang datang duduk berdempetan. Gereja ini sudah lama berdiri. Sehingga jemaatnya yang dulunya anak Sekolah Minggu beranjak remaja , menjadi pemuda, lalu menikah dan menjadi kaya. Walhasil jemaat pemuda yang jadi orang kaya, datang ke gereja. Dulu naik sepeda sekarang naik mobil, maka jalan di depan gereja macet. Pada tahun 1997 gembala mengumumkan agar jemaat tidak memarkir kendaraan di depan gereja tetapi bisa memarkir di hotel atau restoran yang jaraknya sekitar 100 meter dari gereja. Dulu biasa naik sepeda, sekarang setelah biasa naik mobil maka kalau berjalan ngos-ngosan sehingga ada yang komplain. Pendeta bilang tidak boleh, karena mengganggu jalan dan menjadi batu sandungan. Akhirnya jemaat parkir di hotel dan restoran. Jalan 100 meter tidak jauh tapi karena tidak mau jalan lalu naik beca dan kasih ke tukang becaknya ada yang Rp 20,000, Rp 30.000, Rp 50.000 untuk jarak dekat sehingga tukang beca ramai. Beca selalu habis. Pulang pergi jemaat naik becak. Saya pikir pada Mei 1998 gereja ini akan dibakar. Saat tempat lain dijarah, ternyata gereja ini tidak ada yang senggol karena becanya dibawa ke depan gereja dan gereja dibarikade oleh tukang beca yang asalnya dari Madura. Mereka berkata, “Kalau berani gereja dibakar, gua bacok dan matiin kamu.” Karena kehadiran gereja dan jemaat berdampak positip bagi tukang beca. Ada hubungan simbiosis mutualisme dan penuh kasih antara jemaat dengan tukang gereja. Mereka memahami orang Kristen dan merasakan orang Kristen penting. Sehingga tukang beca pasang badan. Jumlahnya kecil tapi uangnya banyak.
Ada seorang preman yang berkata,”Ada orang yang parkir sembarangan dan tidak kasih orang lewat karena mobilnya takut dibaret.”  Preman itu bilang, “Duit elu bisa tahan tapi nyawa elu berapa lama?” Uang mu bisa menahan hidupmu bertahan lama? Kalau uang disimpan didompet, uangmu membuat engkau mati. Kalau tidak mati karena kerusuhan tapi mati karena kolesterol. Tapi bila gunakan uang untuk sosial, uangmu akan memperpajang nyawa. Mei 98 saya berkhotbah,”Jangan takut Allah akan melindungi kita.” Setelah turun mimbar menyampaikan khotbah pendeta senior berkata, “Orang Kristen di Jakarta ada yang menjadi korban. Di mana Tuhan?” Tuhan menolong dengan berbagai cara.
Pada suatu hari terjadi banjir besar di suatu desa. Para warga mulai mengungsi dan ada juga yang menghindari banjir itu ketempat yang lebih tinggi sambil menyelamatkan barang – barang yg ada. Di desa tersebut terdapat seorang warga yang sangat rajin beribadah dan sangat fanatik terhadap ajaran agamanya dan kita sebut saja namanya Pak Tebe. Akibat banjir tersebut dia kemudian naik ke atas atap rumah sambil terus berdoa minta keselamatan pada Sang Pencipta sambil melihat tinggi air yang sekarang sudah hampir mendekati atap tempat dia duduk. Kemudian datang seorang warga yang menggunakan perahu kecil ke rumah Pak Tebe dan berkata, “Pak, ayo cepat ngungsi nanti tenggelam lho. Mari naik kemari” Tapi jawab Pak Tebe; ” Tenang Tuhan pasti menolong saya..” maka warga tadi pun berlalu meninggalkan Pak Tebe yang masih diatas atap dan terus berdoa. Besoknya, Sebuah rakit penduduk pun menghampiri Pak Tebe dan berkata; ” Ayo pak, ikut dengan kami kalau tidak nanti bapak tenggelam lho!”
Tapi Pak Tebe tetap menjawab; “Tenang Tuhan pasti akan memberi pertolongan pada saya. Silahkan kalian pergi..” Maka pergilah rakit itu meninggalkan Pak Tebe yang sudah kedinginan dan lemas akibat hujan yang belum reda dan akibat sejak kemarin perutnya belum diisi. Tak lama datanglah sebuah boat penyelamat yang melihat ada orang yg masih belum mengungsi yaitu Pak Tebe tadi. Si regu penyelamat berkata; “Ayo pak naik, nanti bapak tenggelam lho!!” tapi lagi lagi Pak Tebe menolaknya dengan menjawab; “Sudahlah, saya tidak mau ikut, saya yakin Tuhan akan menolong saya. pergilah kalian” Maka menjauhlah boat itu sambil membawa pengungsi lain ke tempat yang aman. Hingga Pada detik – detik terakhir datanglah helikopter dan menjulurkan tali ke bawah untuk mengangkat pak Tebe sambil berkata: ” Cepat pegang talinya pak, agar kami bisa menarik anda ke atas” Namun Pak Tebe malah memotong tali itu dan berteriak; ” AKU AKAN DITOLONG TUHAN, tinggalkan saja saya”. Singkat cerita Akhirnya Pak Tebe tenggelam dan mati. Setelah mati, Pak Tebe pun menghadap pada Tuhan. Tapi Pak Tebe marah pada Tuhan dan berkata: ” Tuhan mengapa Kau tidak adil? Engkau biarkan saya mati padahal saya percaya padaMu dan akan menolongku!!” Sambil senyum Tuhan pun menjawab: “Hei manusia…,  kalau Saya tidak menolongmu lantas untuk apa ada bantuan rakit, boat dan helikopter yang Saya kirimkan kepadamu. Salahmu sendiri tidak menggunakan fasilitas tersebut untuk menyelamatkan diri.” Mendengar Jawaban Tuhan, Pak Tebe pun sadar akan kekhilafannya. Dia terlalu mengharap datangnya mukjizat seperti malaikat datang dari langit dan mengangkat dia, ternyata perkiraannya salah besar.

Dalam perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Lukas 16:1-13), Tuhan Yesus berkata, belajarlah dari bendahara ini  tetapi bukan korupsinya melainkan ia tahu bagiamana menggunakan mamon untuk membangun persahabatan. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." (Lukas 16:9). Tuhan memberkati supaya kita menolong orang lain dan berdampak. Kalau sungguh mengalami pertobatan, walau tidak punya uang, pastikan hidup kita berdampak bagi orang lain!        

No comments:

Post a Comment