Sunday, December 11, 2016

Janji Allah yang Ditepati


Pdt. Hery Kwok

1 Yoh 4:9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
Gal 4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
Yes 9:5-6 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

Pendahuluan

                Ada pepatah yang berbunyi “Binatang itu dipegang ekornya, manusia dipegang perkataannya”. Peribahasa ini memberikan makna tentang kepercayaan kepada seseorang. Bila ucapan seorang manusia tidak bisa dipegang, maka ia tidak bisa dipercaya. Binatang dengan mudah ditangkap ekornya karena ekornya panjang, tetapi manusia ditangkap dari perkataannya. Di sini yang ditangkap (= perkataan) adalah sesuatu yang sulit karena tidak berbentuk (tidak ada fisiknya) alias abstrak, namun di sinilah letak keberadaan manusia. Dalam kitab Amsal terdapat banyak kumpulan ucapan ringkas dan ucapan berbentuk nasihat untuk mendidik. Misalnya :  Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang (Amsal 16:24).  Kalau manusia perkataannya tidak punya kekuatan (tidak bisa dipegang), maka jangan kita menaruh kepercayaan dan harapan padanya. Kita tidak menyukai orang yang berjanji tetapi ia sendiri tidak bisa menepati. Bila perkataan orang itu bisa dipegang, maka kita respek (hormat) dan berani menaruh kepercayaan padanya.

Allah yang Berjanji

                Setelah manusia jatuh dalam dosa, kitab Kejadian pasal 3 merupakan permulaan janji Allah terhadap manusia. Janji ini diucapkan oleh Allah sendiri kepada manusia yang ingin memberontak kepadaNya dan menjadi Tuhan atas dirinya sendiri. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kej 3:15).  Allah berjanji akan memberikan seorang anak yang lahir dari seorang dara. Putra itulah yang akan memecahkan kepala ular (menghancurkan si jahat). Janji itu keluar dari mulut Allah di saat hanya ada manusia pertama (Adam dan Hawa). Manusia pertama itu adalah nenek moyang kita. Hanya ada mereka berdua. Waktu Allah berjanji pada mereka berdua, janji itu terus berjalan dan digenapi. Penggenapan janji yang diucapkanNya di Taman Eden Ini menjadi kisah yang kronologisnya  sangat panjang.

                Pada Gal 4:4 dikatakan : Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Di sini kita menemukan bahwa :

1.     Allah yang berjanji adalah Allah yang Maha Kuasa.

Hal Ini penting! Karena perkataanNya untuk memberikan seorang anak digenapi dalam peristiwa kelahiran Yesus. Yang berkata (berjanji) adalah Allah yang Maha Kuasa. Berbicara tentang tema “Janji Allah yang Ditepati” berarti kita menemukan sosok pribadi Allah yang Maha Kuasa yang memampukan Dia untuk menepati janji. Manusia tidak maha kuasa dan hanya mungkin bisa berkuasa waktu memegang jabatan. Misalnya saat menjabat sebagai presiden , orang akan punya kuasa sebagai presiden tetapi tidak maha kuasa. Saat menjabat presiden direktur sebuah perusahaan, orang berkuasa tetapi tidak maha kuasa. Manusia punya kuasa dalam jabatan tetapi tidak maha kuasa. Kita bisa tidak (lalai) menepati janji atau tidak sempurna dalam menepati janji karena kita tidak maha kuasa. Keterbatasan kita membuat kita menjadi tidak sempurna dalam menepati janji kita.
Waktu saya dan shi mu pacaran, hubungan kami hampir putus. Waktu itu kami sama-sama berdoa. Suatu kali saya bertemu dengan shi mu di Bogor. Shi mu berkata,”Kita coba pikirkan tentang hubungan kita”. Saya terkejut dan berpikir bahwa shi mu sudah punya laki-laki lain yang lebih hebat dan tampan dari saya. Apa benar? Naluri detektif saya bergelirya. Apa yang terjadi selama kami berpisah saat saya melayani sebagai mahasiswa praktek selama setahun di Batu? Apakah ada pria lain? Ternyata tidak. Maka kami sama-sama berdoa. Seringkali waktu pacaran lalu hubungan diputuskan dan diingkari, maka ada rasa pedih karena orang yang dikasihi tidak punya komitmen dan integritas. Sepertinya orang yang dulunya saya cintai menjadi orang yang paling saya benci karena saya tidak percaya lagi. Waktu kita berdoa , maka Tuhan akan menuntun satu per satu hingga kita memiliki keyakinan satu dengan lain.

Sebagai Tuhan yang Maha Kuasa ia menuntut kita percaya pada perkataannya pada peristiwa Natal (kelahiran putraNya). Pada Kej 12:1 dikatakan : Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Abraham dijanjikan Allah untuk keluar dari rumah, kelompok dan kampungnya ke negeri yang Tuhan tunjukkan dan pergi bersama Sarah untuk menjadi kelompok yang besar. Kej 17:1-2 dikatakan Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak." Saat itu Sarah mandul (tidak bisa punya anak). Secara medis ia tidak mungkin punya anak. Sebelum Kejadian pasal 17, Abraham mencoba ‘menolong’ rencana Allah dengan mengambil Hagar supaya ia memperoleh keturunan. Hagar direkomendasikan oleh istrinya (ini restu yang sah). Abraham mempunyai kesempatan maka ia pun mengambil Hagar dan mendapatkan Ismail. Pada Kejadian  17:1 Allah berbicara pada Abraham. "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Ia menegur Abraham yang meragukan janjiNya untuk memberikan keturunan.

Yang kedua, kisah imam Zakharia (Lukas 1). Ia mempunyai istri Elizabet dan punya kondisi seperti Abraham dan Sara yang tidak mungkin mempunyai anak. Sewaktu Zakharia memimpin ibadah ritual di Bait Allah, malaikat Allah menyatakan diri pada Zakharia dan mengatakan bahwa tahun depan ia akan mendapat seorang anak yang dikenal dengan nama Yohanes Pembaptis. Waktu perkataan itu disampaikan , Zakharia sulit memahami secara rasio maka ia tidak menaruh kepercayaan sehingga Allah memberikan hukuman sehingga Zakharia bisu. Padahal Zakharia belajar firman namun meragukan firman itu sendiri.

Yang ketiga, kisah Maria, Ibu Yesus. Waktu malaikat Gabriel datang kepada Maria yang belajar kitab suci dan punya kelemahan seperti kita. Waktu malaikat Gabriel berkata bahwa tahun depan ia akan punya anak, Maria suit mempercayainya karena belum pernah berhubungan dengan pria (masih perawan). Ia hanya bertunangan dengan Yusuf. Ini peristiwa di luar kewajaran bahwa Maria akan mengandung bukan karena perbuatan laki-laki. Maka ia berkata, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Lukas 1:34). Gabriel berkata, “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." (Lukas 1:37). Perkataan ini menuntut keraguan manusia. Karena manusia ragu maka dikatakan tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah adalah pribadi yang maha kuasa yang sanggup melakukan apa yang mustahil bagi manusia. Pada Gal 4:4 Rasul Paulus mengatakan dan mengangkat keberanaran bahwa Allah yang mengutus anakNya, Allah  yang berjanji dan bisa dipercaya janjiNya, karena di dalam diriNya, sifat dan karakterNya, Dia adalah Allah yang Maha Kuasa. Dalam perjalanan hidup kita, apakah kita menaruh kepercayaan yang kuat terhadap Dia? Seringkali kalau ada hal yang tidak mungkin, kita menjadi pesimis. Apalagi kalau permasalahan itu tidak ada jalan keluar dan solusinya, hal itu seringkali ‘memakan’ iman percaya kita. Itulah tantangan terhadap iman. Saat ada keluarga yang sakit dan tidak kunjung sembuh, timbul pertanyaan “Apakah Allah benar-benar berkuasa?”

Ada seorang anak yang mengalami gagal ginjal di Gereja Kristen Ketapang. Kemudian selama 21 tahun ia melakukan cuci darah. Sedangkan papa saya menjalaninya selama 7 tahun. Waktu baru berjalan 6 tahun saja saya jatuh dalam iman karena papa tidak juga sembuh dan uang banyak keluar untuk pengobatannya. Saya berpikir apakah papa bisa tertolong dan sembuh. Hal ini  terkait dengan kondisi keuangan. Sekali cuci darah membutuhkan biaya yang besar. Dalam sebulan, tidak kurang 8 kali dilakukan cuci darah (seminggu 2 kali cuci darah supaya kreatinnya normal dan tidak membuatnya pusing). Lebih bagus lagi 3 kali seminggu dilakukan cuci darah. Jadi dalam setahun dilakukan cuci darah sebanyak 3 x 4 x 12 dengan biaya sekali cuci darah yang relatif besar ditambah biaya pemeriksaan laboratium (untuk memeriksa apakah kandungan racun sudah membaik atau belum). Bagi orang tersebut yang harus cuci darah selama 21 tahun apakah tidak menjadi pergumulan yang sulit baginya dan orang tuanya? Sulit! Dulu saya pernah meragukan Tuhan : Mengapa papa tidak sembuh? Ujung-ujungnya saya meragukan Tuhan. Apakah Allah sungguh mampu menolong? Hal ini bisa dialami kita. Banyak yang merayakan natal, tetapi kita seringkali imeragukan Dia. Seberapa jauh kita punya keyakinan yang kokoh pada pernyataan Allah yang akan memberikan Anak dan telah digenapi dalam Yesus Kristus?

2.     Allah yang berjanji adalah Allah yang berdaulat.

Pada Gal 4:4 Rasul Paulus menyampaikan tentang waktu Allah. Setelah mengalami Allah yang Maha Kuasa, kita mengalami Allah yang berdaulat. Dalam janji ia berdaulat . Kedaulatan adalah tindakan Allah yang dilakukan berdasarkan kemauan Dia dan tidak ada orang yang perlu memberi nasehat dan masukan kepadaNya untuk memutuskan (keputusan berasal dari Dia). Tanggal 2 Desember 2016 saat demo berlangsung, banyak orang yang sholat jumat walau pada waktu itu turun hujan dan mereka tidak bubar. Hal ini berbeda dengan orang Kristen yang saat ibadah di lapangan turun hujan, maka banyak yang bubar. Ada orang Kristen yang senang sewaktu turun hujan karena punya alasan untuk tidak ke gereja. Begitu hujan, ia akan berkata, “Puji Tuhan”. Waktu Presiden Jokowi mau ikut sholat Jumat bersama pendemo, maka segala hal terkait dengan keamanannya selaku presiden perlu dipikirkan dan dipersiapkan dengan matang. Maka disarankan agar ia membatalkan saja maksudnya karena keamanannya kurang terjamin. Menurut seorang reporter TV dari Metro, sewaktu azan dikumandangkan, Presiden Jokowi berkata, “Saya pergi sholat”. Selaku presiden, kemampuannya terbatas untuk melihat kejadian apakah akan terjadi huru-hara atau tidak. Tetapi Allah tidak terbatas dan Ia tidak pernah meminta masukan untuk mengambil keputusan. Ayub dalam kesulitan hidupnya, di mana anak-anaknya meninggal, hartanya hilang dan dirinya sendiri menderita sakit, mengatakan bahwa dirinya paling benar. Allah pun menyatakan kedaulatanNya kepada Ayub. Waktu Ia menciptakan dunia dan seluruh isinya, tidak ada manusia yang memberi saran dan masukan kepadaNya, karena Dia adalah Allah yang berdaulat. Waktu Yesus diutus, Allah berdaulat melakukannya. Waktu yang sempurna diberikan anakNya pada kita. Kesempurnaan waktu dirangkai dalam kalimat indah : “indah pada waktunya” . Itu menunjukkan betapa indah segala sesuatu. Rasul Paulus menulis dalam kata “genap waktunya”. Saat itu pemerintahan Romawi dalam kondisi puncak kejayaannya. Segala keamanan dan fasilitas sudah ada. Waktu Yesus dihadirkan dalam kekaisaran Romawi dan mau dibunuh, Dia dibawa ke Mesir.

Penutup

Percayakah bahwa Ia tahu yang terbaik bagi kita? Bila percaya, maka seharusnya hal ini memberikan keberanian untuk mempercayaiNya. Ia pasti memberikan yang terbaik bagi kita. Yang terbaik belum kita lihat tapi pasti Ia berikan. Beberapa waktu lalu terkait perkembangan politik, ada percakapan dalam group teman SMA saya. Waktu peristiwa A Hok masuk kejaksaan , prediksi yang keluar adalah A Hok akan ditahan. Teman saya berkata, “Kasihan.” Teman saya lau bertanya kepada saya,“Apa komentarmu, pendeta?” Saya menjawab, “Tuhan tahu yang terbaik. Walau mungkin A Hok masuk penjara , yang diberikan Tuhan pasti yang terbaik.” Namun ternyata hal itu (A Hok masuk penjara) tidak terjadi. Tuhan punya kedaulatan. Percayakan kedaulatan Allah yang berhubungan dengan kebaikan kita seperti pada peristiwa natal di mana Ia memberikan anakNya. Percaya Ia adalah Allah yang maha kuasa dan berdaulat. Ia tidak diatur oleh manusia tapi sebaliknya. Jangan menganggap imanmu hebat sehingga mau mengaturNya. Sepanjang kita percaya kepadaNya berarti kita tunduk kepadaNya. Sebagai orang yang percaya kepada Dia , maka kita harus percaya kepada kedaulatanNya. Kalau Ia memberikan yang terbaik untuk dunia, maka Ia juga memberikan yang terbaik untuk kita. Kalau Allah berdaulat mengatur alam semesta, Ia akan mengatur untuk kita bertemu dengan Dia melalui proses hidup yang panjang. Kiranya tema ini memperkokoh kita dalam iman percaya kita kepadaNya.

No comments:

Post a Comment